Anda di halaman 1dari 18

PERANAN AKHLAK DALAM ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama


Dosen pengampu : Hj. Miftahul Jannah, M.Si

Disusun oleh :
Deden Muhamad hidayat
Murodi
Tommy Suhardiyono

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NUR EL GHAZY
BEKASI
2020/2021

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah


memberikan kelancaran kepada kami dalam rangka penulisan makalah ini
dengan judul “Atheisme & Agnostik”.
Shalawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada
Baginda tercinta Nabi Muhamad SAW yang telah menjadi Rahmatan lil
‘alamin bagi kita semua.

Adapun tujuan penulisan makalah “Atheisme & Agnostik” ini


sebagai salah satu bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Psikologi Agama.
Besar harapan kami sebagai penyusun agar pembaca dapat memberikan
bantuan berupa masukan dalam penulisan mengenai makalah yang kami
susun agar menjadi pembelajaran bagi kami kedepan.

Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak


yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran
pembaca sangat kami harapkan agar makalah ini bisa tersusun dengan baik.

Bekasi, 10 Juni 2021

Penyusun
iii

DAFTAR ISI
Kata pengantar ...................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Atheisme ................................................................................................ 3
B. Agnostik ................................................................................................. 9
C. Konsekuensi atheisme dan agnostik dalam perspektif islam ....................11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................14
B. Kritik & Saran .......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, orang yang menyatakan dirinya sebagai ateis dan
dengan sengaja mengajak agar orang lain tidak menganut agama apapun
akan bermasalah dengan hukum. Karena Indonesia adalah Negara berke-
Tuhan-an Yang Maha Esa, yang merujuk pada Sila Pertama Pancasila.
Uniknya, tentang pelarangan penyebaran ateis di Indonesia tersebut
diatur dalam peraturan tertulis yang sah, yaitu pada pasal 156a KUHP
yang berbunyi:
“Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun,
barnag siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau
melakukan perbuatan:
a. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau
penodaan kepada suatu agama yang dianut di Indonesia;
b. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun
juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Dengan ditunjuknya nilai spiritual sebagai dasar kehidupan bangsa


Indonesia kemudian secara langsung membatasi kebebasan berkeyakinan.
Keyakinan yang tidak berlandaskan pada nilai-nilai ke-Tuhanan adalah
melanggar hukum. Tetapi kemudian, masyarakat yang hidup itu senantiasa
berubah dan memperbarui diri dan ideology, yang tentunya sangat
dipengaruhi oleh latarbelakang kehidupan social dan akademiknya.

Dan kini, Indonesia tak lepas pula dari perubahan mendasar dari
kehidupan berbangsa. Banyak kini kalangan muda Indonesia yang
mengaku sebagai ateis. Di anatara mereka kebanyakan para akademisi
yang mempunyai pendidikan baik. Kebanyakan argument yang dipakai
adalah berdasarkan saint dan teknologi. Bisa jadi salah satu faktor dari
tumbuhnya ateis di Indonesia, dan juga pada umunya di dunia, adalah

1
2

karena semakin berkembangnya teknologi. Manusia semakin percaya diri


dengan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup tanpa
beragama, tanpa aturan-aturan yang merepotkan dalam beragama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian Atheisme dan Agnostik ?
C. Tujuan
1. Memahami pengetian dari Atheisme dan agnostik
BAB II
A. Atheisme
1. Pengertian Atheisme
Kata Atheis berasal dari bahasa Yunani yakni Atheos yang berarti
tanpa Tuhan, a artinya tidak dan theos berarti tuhan. Dan di dalam kamus
filsafat disebutkan atheisme barasal dari a “tidak”dan Teisme paham
tentang Tuhan. Secara istilah Atheis adalah suatu aliran yang tidak
mengakui adanya Tuhan dan juga menolak agama sebagai jalan
kehidupan.
Atheisme adalah paham yang tidak mengakui adanya Tuhan
atausebuah penolakan akan adanya Tuhan, dalam teori mau pun praktik.
Berikut adalah beberapa pengertian dari atheisme:
a) Keyakinan bahwa Tuhan, atau dewa/dewi tidak ada.
b) Pandangan yang menolak adanya adikodrati, hidup sesudah mati.
c) Kesangsian akan eksistensi adikodrati yang diandaikan mempengaruhi
alam semesta.
d) Tidak adanya keyakinan akan Tuhan yang khusus. Individu-individu
Yunani pada jaman dahulu menyebutkan individu-individu
Kristenatheis karena tidak percaya pada dewa-dewi mereka. dan
individu-individu Kristen menyebut individu-individu Yunani atheis
karena tidak percaya pada Tuhan mereka.
e) Penolakan semua agama. Sehubungan dengan ini, pantheisme dalam
berbagai bentuknya menolak Tuhan yang transeden dan
personal,tetapi mengenal dan mengakui sesuatu yang mutlak (hukum
moral,keindahan, dsb).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa atheisme adalahsuatu
aliran pemahaman, pandangan, atau keyakinan tentang penolakanserta
tidak mengakui eksistensi Tuhan dalam kehidupan manusia.

3
4

2. Latar Belakang Atheisme


Awal mula munculnya atheisme ialah pada abad ke 18 yang pada
saat itu sekelompok orang telah di pengaruhi oleh alam, keaktualan diri
sendiri, percaya pada faktual nyata alam panca indra. Sehingga sesuatu
yang di luar diri manusia itu tidaklah ada.
Pengaruh eksistensialisme pada abad ke-19 awal abad-20
telahmem pengaruhi manusia. Dalam filsafat eksistensialisme,
mengajarkan bahwa manusia yang sesungguhnya bereksistensi.
Maksudnya manusia sama sekali bebas, ia dihukum untuk hidup dengan
bebas. Dapat kita pahami bahwa eksistensilisme inilah yang sangat
mempengaruhi untuk tidak percaya kepada Tuhan.
Dari rujukan lain penulis mendapatkan bahwa, latar belakang
munculnya Atheis ini pertama kali di gunakan untuk merujuk pada
”kepercayaan tersendiri” pada akhir abad ke-18 di eropa, utamanya
merujuk kepada ketidak percayaan pada tuhan monoteis. Pada abad ke-20,
globalisasi memperluas definisi istilah ini untuk merujuk pada
“ketidakpercayaan pada semua Tuhan/Dewa” walaaupun masih umum
untuk merujuk atheis sebagai “ketidakpercayaan pada tuhan (monoteis).”
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya Atheis ini yakni;
 Perkembangan teknologi dan sains
 Faham sosial progresif
 Faktor moraliti
Di Mesir pada masa tertentu ada golongan yang anti terhadap
perkembangan agama yang mencoba meruntuhkan pemerintah agama
dengan mengacaukan ekonomi serta melakukan upaya-upaya
menghilangkan kepercayaan agama dalam masyarakat yang pada masa itu
sangat awam terhadap filsafat sehingga masyarakat mempercayai begitu
saja apa yang disampaikan oleh golongan tersebut mengenai paham
atheis.
5

Golongan anti perkembangan agama ini disebut dengan kaum


reaksioner. Kaum ini menggunakan perdebatan secara filosofis yang ama
thalus dan dengan sistem yang dipergunakan sebagian orang dalam
kalangan intelektual pada saat ini. Mereka menyusun sebuah kitab yang
bernama “Perdebatan antara Tubuh dan Ruh”. Dalam buku filosofis
tersebut, mereka mengadakan perdebatan antara Tuhan yang menyatakan
dirinya terlepas daripada kekuasaan Ruh. Melawan Ruh yang
mengakukan ianya yang menguasai tubuh. Dalam tendensinya, Tubuh
menyatakan kemerdekaannya terhadap pengaruh kekuasaan Ruh pada
Tubuh. Menurut hemat mereka dengan perdebatan antara Tubuh dan
Ruhini akan dapat mempengaruhi golongan rakyat yang ragu-ragu.
Namun, Kitab hasil karangan kaum raksioner tersebut dengan
mudah dipatahkan kembali oleh golongan yang memperkembangkan
pikiran beragama. Alasan mereka mematahkan tendensi kitab tersebut
ialah bersifat logis sekali. Kata mereka kepada si Tubuh: “Apabila engkau
memang tidak percaya ada alam lain daripada hayat ini, dan bahwa yang
dikatakan hidup hanyalah dalam dunia ini, apakah sebabnya engkau
demikian merasa berat dan takut untuk meninggalkan dunia ini?
Ketakutan dan keberatan langkah engkau meninggalkan dunia ini
tentuada sebabnya. Mungkin engkau sendiri tidak tahu karena tidak
hendak memikirkannya, tetapi keadaan tabiatmu sendiri menyatakan
pengetahuannya ada lebih baik daripada pengetahuanmu sendiri.
3. Jenis jenis Atheisme
Menurut Bagus (2002) jenis-jenis atheisme diklasifikasikan
menjadi:
a. Atheisme Naif
Dalam filsafat Yunani kuno (misalnya dalam karya Thales,
Anaximenes, Herakleitos, Demokritos, Epikuros, Xenophanes, dan
Lucretius) terdapat unsur-unsur ratheis. Mereka berupaya menjelaskan
fenomen-fenomen dengan sebab-sebab alamiah, walaupun atheisme
mereka masih bersifat naif, spekulatif, dan tidak konsisten.
6

b. Atheis Klasik
Atheis klasik adalah penyangkalan Tuhan berdasarkan pengalaman-
pengalaman pahit yang dilalui oleh manusia dalam hidupnya. Di dalam
kelompok ini di yakini bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
manusia menjadi atheis, yakni
 Faktor yang meyakini bahwa bumi dan alam semesta ini tidak
memperhatikan kesempurnaan yang diharapkan oleh sang pencipta.
 Faktor yang meyakini bahwa Tuhan itu tidak adil.
c. Atheisme Praktis dan Teoritis
Dalam atheis praktis atau pragmatis, yang juga dikenal sebagai
apetaisme, individu hidup tanpa Tuhan dan menjelaskan fenomena
alam tanpa menggunakan alasan paranormal. Menurut pandangan ini,
keberadaan Tuhan tidaklah disangkal, namun dapaat dianggap sebagai
tidak penting dan tidak berguna, tuhan tidaklah memberikan kita
tujuan hidup, ataupun mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita. Salah
satu bentuk atheisme praktis dengan implikasinya dalam komunitas
ilmiah adalah naturalisme metodologis, yaitu pengambilan asumsi
naturalisme filosofis dalam metode ilmiah yang tidak di ucapkan
dengan atau pun tanpa secara penuh menerima atau menerimanya.
Seorang individu penganut atheisme praktis mempunyai
keyakinanakan adanya Tuhan, tetapi menolak Tuhan dengan cara
hidupnya. Dalam hidupnya ia bertingkah laku seolah-olah Tuhan tidak
ada. Atheis praktis ini dapat berupa;
 Ketiadaaan motivasi religius, yakni kepercayaan pada
tuhantidak memotivasi tindakan moral, religi, ataupun
bentuk-bentuk lainnya.
 Mengesampingkan masalah tuhan daan religi secara
aktifdan dan penelusuran intelek dan tindakaan praktis
 Pengabaian, yakni ketiadaan ketertarikan apapun pada
permasalahan tuhan dan agama.
 Ketidaktahuan akan konsep tuhan dan dewa
7

Sedangkan Atheis teoritis secara eksplisit memberikan argumen


menentang keberadaan Tuhan, dan secara aktif merespon kepada argumen
teistik mengenai keberadaan Tuhan, seperti misalnya argumen dari
rancangan dan taruhan dari pascal terhadap berbagai alasan-alasan teoritis
untuk menolak keberadaan Tuhan, utamanya secara ontologis, aksiologis,
dan epistemologis. Selain itu terdapat pula alasan psikologis dan
sosiologis. Individu pemeluk atheisme teoritis memutuskan bahwa Tuhan
tidak ada. Atheisme teoritis terdiri dari dua macam:

 Atheis Teoritis Negatif , penganut paham ini mengakui bahwa tidak


mengetahui tuhan, maksudnya ia kacau dalam masalah tentang
ketuhanan. Meragukan keberadaan tuhan karena argumen
mengenai ketuhanan itu mustahil.
 Atheis Teoritis Positif, paham ini meyakini bahwa secara subjektif
tuhan itu tidak ada.
d. Atheisme Materialistis dan Positivistis
Bentuk atheisme secara gamblang dapat ditemukan dalam
materialisme dan positivisme. Aliran-aliran ini menolak keberadaan
dari yang rohani dan transenden. Sedangkan menurut Costello dan
Linden (1956) atheisme teridentifikasi dalam lima golongan yaitu:
1) Perilaku Atheis, mereka yang menyangkal perintah Tuhan dan
mungkin saja mengatakan Tuhan dibibirnya, tetapi untuk
menjalankan secara intens dan percaya pada Tuhan merupakan
hal yang tidak penting baginya.
2) Individu yang mengumumkan bahwa Tuhan itu ada tetapi
mendeskripsikan Tuhan sebagai sesuatu yang mustahil.
3) Penganut agnostik juga dikategorikan sebagai atheis yang
mengklaim bahwa Tuhan itu tidak dapat diketahui. Golstein
(dalam Linden dan Costello) menggambarkan doktrin ini
sebagai “ketidaktahuan membual.” Beberapa agnostik
mengumumkan bahwa Tuhan tidak sepenuhnya dapat diketahui
8

tetapi mereka sendiri tidak dapat menjelaskan dengan pasti


bahwa Tuhan ada.
4) Jenis yang keempat yaitu suatu bentuk atheisme dimana kita
mendefinisikannya dalam suatu uraian negatif yang singkat.
5) Jenis kelima merupakan individu-individu yang perlu
dipertimbangkan lebih sebagai atheis positif, sebab mereka
yang menyatakan ketidaktahuan atau keraguannya mengenai
keberadaan Tuhan. Dalam suatu kontradiksi yang lain mereka
dengan sangat jelas menyatakan bahwa Tuhan tidak ada.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Individu Menjadi Atheis
Dalam bukunya Amazing Apostacy, Altemeyer dan Hunsberger
(1997) mengemukakan beberapa kesimpulan tentang hal-hal yang
menyebabkan individu menjadi atheis :
1) Cara-cara pengkondisian seperti misalnya sikap kritis anak-anak
yang sengaja dibungkam terhadap pertanyaan kritis atas
kebenaran agama mereka sendiri.
2) Penekanan bahwa pendidikan keagamaan mengenai pencegahan
dosa dan berbuat baik harus diperkenalkan secara luas,
menyeluruh dan mutlak membawa konsekuensi tersendiri. Jika
ajaran tersebut sukses,maka akan melahirkan individu dengan
kepercayaan yang kuat dan integritas yang kuat demikian juga
sebaliknya.
3) Ajaran agama tradisional yang kurang kuat membentengi diri
dalam menghadapi kebenaran yang lain yang lebih sering
menggunakan logika.
4) Ajaran agama justru digugat oleh sesuatu yang sebenarnya
sangat penting dalam agama tersebut yaitu bukan kegagalan dari
proses sosialisasi, melainkan justru kesuksesan proses
sosialisasi. Ada kecurigaan terhadap adanya hal yang dilebih-
lebihkan hingga indivi dubanyak tertarik pada agama tersebut.
Kecurigaan ini mengarah pada proses penyelidikan selanjutnya.
9

Pada titik ini, agama-agama besarlah (Islam, Kristen, dan


Yahudi) yang mendapatkan serangan paling gencar mengenai
pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan.
5) Pendidikan keagamaan menimbulkan kepercayaan yang kuat
dan integritas yang kuat, nilai keagamaan seorang anak tidak
lekas mengorbankan agama keluarga bila mereka gagal dalam
pengujian akan imannya.
6) Terdapat suatu dorongan yang membangkitkan semangat kaum
muda untuk menemukan kekurangan agama mereka dan
membuat mereka lebih percaya terhadap keputusan mereka.
7) Ditolak oleh komunitas sosial keagamaan merupakan satu sebab
seseorang menjadi atheis.
8) Tidak adanya bimbingan dan dukungan moral agama yang kuat
yang diberikan oleh orang tua atau orang lain dan organisasi
keagamaan ataupun lingkugan sosial bagi seorang individu
ketika menghadapi masa-masa krisisnya dalam kehidupan
seorang individu.
9) Kehidupan orang tua individu yang tidak religius atau memiliki
pengetahuan yang sedikit tentang agama.
10) Tekanan untuk harus menjadi individu yang sangat religius.
B. Agnostik
A. Pengertian Agnostik
Secara etimologi Agnostisisme berasal dari kata Yunani gnostein
(artinya "tahu;mengetahui") dan a artinya "tidak". Arti harfiahnya
"seseorang yang tidak mengetahui".
Menurut filsuf william L. Rowe, dalam arti populer seorang
"agnostik" adalah seseorang yang tidak percaya atau mendustakan
keberadaan dewa atau dewa, sedangkan teis dan ateis masing-masing
adalah orang percaya dan tidak percaya akan tuhan, tetapi bahwa dalam
agnostisisme arti sempit adalah pandangan bahwa akal manusia tidak
10

mampu secara rasional membenarkan keyakinan tentang apa


yangdilakukan Allah atau !uga apakah Allah itu ada atau tidak.
Thomas Henry Huxley mengatakan : Agnostisisme, pada
kenyataannya, tidak kredo, tapi metode, esensi yang terletak pada aplikasi
ketat satu prinsip, Positif prinsip dapat dinyatakan : dalam hal kecerdasan,
ikuti alasan Anda sejauh akan membawa Anda, tanpa memperhatikan
pertimbangan lain. Dan Negatif dalam hal intelek tidak berpura-pura
bahwa kesimpulan yang tertentu yang tidak menunjukkan atau
dibuktikan.jadi dalam makna populer, seorang agnostik adalah orang yang
percaya maupun tidak percaya akan Allah, sedangkan seorang ateis tidak
percaya akan Allah. namun, dalam makna sempit, agnotisisme adalah
pandangan bahwa akal manusia tidak mampu memberikan alasan rasional
yang memadai untuk memutuskan kepercayaan apakah Allah ada atau
kepercayaan apakah Allah tidak ada.
B. Jenis – jenis Agnostisisme
Agnostisisme dapat dibagi menjadi beberapa kategori, beberapa di
antaranya dapat diperdebatkan. Variasinya termasuk :
a) Agnostik Ateisme
Pandangan mereka yang tidak percaya pada keberadaan
dewa/Tuhan apapun, tetapitidak mengklaim tahu apakah dewa
itu ada atau tidak ada.
b) Agnostik teisme
Pandangan mereka yang tidak mengaku tahu konsep keberadaan
dewa/Tuhan apapun,tapi masih percaya pada keberadaan
tersebut.
c) Apatis atau agnostisisme Pragmatis
Pandangan bahwa tidak ada bukti baik ada atau tidaknya
dewa/Tuhan apapun, tapi karena setiap dewa yang mungkin saja
ada itu dapat bersikap tidak peduli kepad aalam semesta atau
kesejahteraan penghuninya, pertanyaan ini lebih bersifat
akademik.
11

d) Agnostisisme kuat (juga disebut "keras", "tertutup", "ketat",


atau"agnostisisme permanen")
Pandangan bahwa pertanyaan tentang ada atau tidak adanya
dewa/Tuhan, dan sifatrealitas tidak dapat diketahui dengan
alasan ketidakmampuan alamiah kita untuk memverifikasi
pengalaman dengan apapun selain pengalaman subyektif lain.
Seorang penganut agnostik kuat akan mengatakan, "Saya tidak
bisa tahu apakah dewa itu ada atau tidak, begitu juga kamu."
e) Agnostisisme lemah (juga disebut "lunak", "terbuka",
"empiris", atau"agnostisisme duniawi")
Pandangan bahwa ada atau tidaknya setiap dewa saat ini tidak
diketahui, tetapi belum tentu untuk kemudian hari, sehingga
orang akan menahan penilaian sampai muncul bukti yang
menurutnya bisa menjadi alasan untuk percaya. Seorang
penganut agnostik lemah akan berkata, "Saya tidak tahu apakah
ada dewa ada atau tidak, tapi mungkinsuatu hari, jika ada bukti,
kita dapat menemukan sesuatu.".
C. Konsekuensi atheisme dan agnostik dalam perspektif islam
(Iqbal, 2011) Menjelaskan bahwa Pertama; penyangkalan terhadap agama
apapun yang berkembang. Atau penerimaan terhadap semua agama sekaligus
karena semuanya mungkin benar. Yang manapun seorang agnostik tidak
mungkin dapat menerima doktrin agama, sehingga pada akhirnya ia hanya
akan kembali kepada posisinya yang tidak beragama.
Kedua; tak ada tujuan hidup, kecuali untuk dirinya sendiri. Atau
mengabdikan diri untuk kemanusiaan namun tanpa memiliki parameter yang
baku akan benar dan salah kecuali syahwatnya sendiri. Bahkan benar dan
salah akan selalu menjadi sesuatu yang relatif, dan tidak ada yang absolut
dalam hidup ini. Kebenaran adalah yang semata-mata nampak di depan mata.
Ketiga; tidak memiliki standar nilai atau moralitas, kecuali syahwatnya
sendiri atau konsensus yang diterima oleh masyarakat. Karena kebenaran
adalah suatu hal yang relatif, maka standar nilai atau moralitas pun akan
12

menjadi relatif. Perselingkuhan akan dapat dibenarkan dengan alasan yang


tepat, ini hanya salah satu contoh.
Dari ketiga poin diatas, terlihat jelas kemiripan antara konsekuensi
agnostisisme dengan konsekuensi atheisme terhadap seseorang. Hanya saja
ada perbedaan ideologis yang menjadi latar belakang keduanya, sebagaimana
sudah dijelaskan sebelumnya. Lalu bagaimana Islam menjawab keraguan dari
seorang agnostik?
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah:23)
Sederhana saja. Kalau Al Qur’an bukan bukti nyata keberadaan Tuhan
yang dapat diterima dengan akal sehat, silahkan menjawab tantangan ini.
Kalau tidak bisa memenangkan tantangan ini, jelas berarti klaim Al Qur’an
adalah benar dan ternyata keberadaan Tuhan dapat diterima dengan akal sehat
dalam kapasitasnya. Perlihatkanlah klaim dari Al Qur’an yang menunjukkan
supremasinya diatas akal manusia, sebagaimana difirmankan oleh Allah
Ta’ala :
“Tidaklah mungkin Al Qur’an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al
Qur’an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan
hukumhukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya,
(diturunkan) dari Tuhan semesta alam.” (QS. Yunus:37)
Al Qur’an, sebuah bukti nyata yang terang benderang dan menunjukkan
kesalahan pola pikir mereka yang didasari oleh asumsi-asumsi manusia tanpa
kebenaran sama sekali. Namun jika setelah itu, mereka masih berbantah-
bantahan maka selesaikanlah dengan firman Allah Ta’ala :
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang
menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa
dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang
tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang lalim itu tidak
menghendaki kecuali kekafiran.” (QS. Al-Isra’:99)
13

Lalu lakukanlah sebagaimana Allah swt perintahkan dalam firman-Nya :


“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf,
serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf:199).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepercayaan setiap individu dalam meyakini suatu aliran
kepercayaan maupun agama merupakan hak preogratif masing-masing.
Toleransi akan keberagaman budaya dan agama di indonesia diharapkan
agar selalu terjaga dan tidak menimbulkan dampak yang negatif.
Atheisme merupakan sebuah pandangan, pemahaman, atau
keyakinan yang menolak bahkan tidak mengakui adanya Tuhan di dunia
manusia. Dalam hal ini pun atheisme terbagi menjadi empat, yaitu;
Atheisme Naif, Atheis Klasik, Atheisme Praktis dan Teoritis, serta
Atheisme Materialistis dan Positivistis.
Menjadi seorang atheis pun memiliki sebab-sebab tertentu
mengapa ia menjadi atheis. Sebab-sebab tertentu bisa dari pengalaman-
pengalaman ia dalam menjalani agamanya.
Agnostisisme adalah pandangan bahwa keberadaan Allah tidak
mungkin diketahui atau dibuktikan. Kata "agnostik" pada dasarnya berarti
"tanpa pengetahuan". Agnostisisme adalah bentuk atheisme yang secara
intelektual lebih jujur. Atheisme mengklaim bahwa tidak ada Allah - suatu
posisi yang tidak dapat dibuktikan. Agnostisisme berargumentasi bahwa
keberadaan Allah tidak dapatdibuktikan atau disangkali - adalah tidak
mungkin untuk mengetahui apakah Allah itu ada.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi dari makalah ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

 Arifin Abbas, Zainal. Perkembangan Pikiran Terhadap Agama


(Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1984)
 O’Collins, Gerrald. dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi,
(Yogyakarta:Kanisius, 1996)
 Altemeyer, B. & Hunsberger, B. 1997. Amazing Conversion Why Some
Turnto Faith and Others Abandon Religion. New York. Prometheus
Books.
 Iqbal, S (2011) Memahami agnostikisme retrieved december 23, 2018.
From https://tajarrud.wordpress.com/2011/04/05/memahami-agnostikisme/
 http://media.isnet.org/kmi/islam/gapai/TuhanIlmuwan.html
 http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-atheisme.html
 https://religidanbudaya.filsafat.ugm.ac.id/2017/06/teologi-tuhan-mati-
tinjauan-tentang-eksistensi-tuhan-dan-otonomi-manusia-dalam-perspektif-
atheisme/ https://id.wikipedia.org/wiki/Agnostisisme.
 http://ateisindonesia.wikidot.com/agnostisisme.
 http://www.gotIuestions.org/Indonesia/agnostisisme.html.
 http://www.kompasiana.com/rooysalamonyEF&&/agnostisisme-sebagai-
transformator-keberagaman.html.
 https:/notanote.wordpress.com/2009/09/24/mengenal-agnostisisme/

Anda mungkin juga menyukai