Anda di halaman 1dari 19

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol.

03, Juli 2014

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


BERBASIS TAUHID ASMA WA SIFAT
Oleh: Ade Wahidin*
Abstract
Asma wa Shifat Tauheed is one of three fundament of Tauheed. Unfortunately, this
condition has not get appreciation and attention seriously for Islamic people. Especially,
Asma wa Shifat from implications perspective is very important for a Moslem life. Asma wa
Shifat can give solution for multi dimension crisis in Indonesian Islamic Education.
There are many ways and methods can do by academicians and practitioners Islamic
education for elimination crisis multi dimension in Islamic education. The ways and methods
are by repair materials of curriculum Islamic education in Indonesian. The fundament
materials of curriculum are Asma wa Shifat Tauheed in Ahlus Sunnah wal Jama’ah
perspective which can give to repair student personality and student character. The
curriculum used by theory and practice as structured and systemic to bear out put Iman,
taqwa and good personality are dream and expectation will be reality.
Keywords: curriculum, asma wa shifat tauheed

A. Pendahuluan istiqrâ’ dan tatabbu’ (penelitian) terhadap


Membahas masalah tauhid, yang teks-teks al-Quran dan Hadits, para ulama
merupakan esensi dari kata Liya’budûni menyimpulkan bahwa semua teks al-Quran
dalam surat al-Dzâriât ayat 561, maka objek dan Hadits maknanya bermuara pada tiga
kajiannya tidak lepas dari macam tauhid macam tauhid tersebut.3
yang tiga yaitu: Rubûbiyah, Ulûhiyah dan Jika dieksplorasi lebih mendalam,
Asmâ dan Sifât.2 Karena setelah dilakukan maka bisa dikatakan bahwa diskursus
tentang tauhid asma wa sifat masih

* Dosen STAI Al-Hidayah Bogor mengesakan Allah dari sisi perbuatan-


1
Jika diobservasi lebih mendalam tentang makna perbuatan hamba-Nya yang direalisasikan sesuai
“Liya’budûni” dalam literatur-literatur tafsir, yang disyariatkan dalam rangka mendekatkan
maka di antara ulama ada yang menyatakan diri kepada Allah Seperti berdoa, berkurban
secara eksplisit bahwa maknanya adalah supaya dan bernadzar. Sedangkan tauhid asma dan sifat
mereka mengesakan-Ku. Seperti interpretasi adalah menetapkan nama-nama dan sifat Allah
yang ditempuh oleh al-Qurtubî ia mengatakan: yang tinggi dan mulia dan mensucikannya
‫ وﻣﺎ ﺧﻠﻘﺖ أﻫﻞ اﻟﺴﻌﺎدة ﻣﻦ اﳉﻦ واﻻﻧﺲ إﻻ ﻟﻴﻮﺣﺪون‬:‫واﳌﻌﲎ‬ dari kekurangan dan aib. Lihat: Shâlih al-
Maknanya adalah dan tidaklah Aku menciptakan Fauzân, ‘Aqîdah al-Tauhīd, Sanaa, Dâr al-
orang-orang yang beruntung dari kalangan jin Shiddîq, hlm. 15-36.
3
dan manusia melainkan supaya mereka Konsepsi trilogi tauhid ini dalam tataran
mengesakan-Ku. klasifikasi, adalah masalah teknis. Karena untuk
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa al- memudahkan umat Islam dalam memahami
Qurtubî adalah ulama tafsir pertama yang konsepsi tauhid yang benar. Dan klasifikasi ini,
menginterpretasikan secara eksplisit kata bukan berarti menegasikan klasifikasi tauhid
“Liya’budûni” sebagai“Liyuwahhidûni” Lihat: yang caturlogi maupun dwilogi. Karena hal ini,
Muhammad ibn Ahmad al-Qurtubî, al-Jâmi’ Li termasuk dalam ranah administratif, di mana
Ahkâm al-Qur’ân, Tahqîq: ‘Abd al-Razzâq al- yang menjadi sentral pedomannya adalah esensi
Mahdî, Dâr al-Kitâb al-‘Arabî, Beirut, Juz: 17, dari klasifikasi tersebut. Dan dalam
hlm. 50. perjalanannya, ada di antara ulama yang
2
Berkaitan dengan makna ketiga macam tauhid membagi tauhid menjadi dua, yaitu tauhîd fî al-
ini, Shâlih al-Fauzân mengatakan bahwa Tauhid ma’rifah wa al-itsbât. Dan tauhîd al-talab wa al-
Rububiyah adalah mengesakan Allah dari sisi qashd. Klasifikasi ini sebagaimana yang digagas
perbuatan-perbuatan-Nya. Seperti meyakini oleh Ibn al-Qayyim. ‘Abd al-Rahmân ibn Hasan
bahwa Dialah satu-satunya Pencipta alam Âlu Syeikh, Fath al-Majîd Syarh Kitâb al-
semesta. Adapun Tauhid Uluhiyah adalah Tauhîd, Beirut: Dâr al-Fikr 1979. hlm. 14.

572 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

terbilang relatif sedikit bila dibandingkan         
dengan diskursus tauhid uluhiyah atau
ibadah.4     
Pada hal dalam bangunan akidah Allahlah yang menciptakan tujuh
Islam, diskursus tentang tauhid asma wa langit dan seperti itu pula bumi.
sifat memiliki posisi yang tidak kalah Perintah Allah berlaku padanya,
strategis dan urgen dengan tauhid uluhiyah agar kalian mengetahui bahwa-
sannya Allah Maha Kuasa atas
atau ibadah. Karena setelah dieksplorasi
segala sesuatu, dan sesungguh-
lebih mendalam dan komprehensif dari nya ilmu Allah benar-benar
ayat-ayat al-Qur`an, telah ditemukan meliputi segala sesuatu.
sebuah konklusi bahwa orientasi penciptaan
manusia tidak hanya supaya mereka Sedangkan dalil macam tauhid yang
beribadah kepada Allah dan mentauhidkan- kedua adalah sebagaimana dalam surat al-
Nya, tetapi juga dalam rangka supaya Dzâriat ayat 56. Kemudian Abduurazzaq
mereka dapat mengenal Allah melalui al-Badr mengatakan bahwa yang pertama
nama-nama dan sifat-sifat-Nya. (dalam surat al-Thalâq ayat 12) maksudnya
Adalah Abdurrazzaq bin Abdul adalah Allah menciptakan agar kalian
Muhsin al-‘Abbad al-Badr yang mengenal Allah. Sedangkan yang kedua
memunculkan konklusi ini ke permukaan. (dalam surat al-Dzâriat ayat 56) Allah
Sebagai representasi aliran teologi menjelaskan bahwa Dia menciptakan agar
Ahlussunnah kontemporer, ia menjelaskan kalian beribadah kepada-Nya.5
masalah ini dengan diawali oleh pandangan Di samping itu, literatur-literatur
dwilogi tauhid yang dianut oleh yang berbicara tentang tauhid asma wa sifat
pendahulunya, Ibn al-Qayyim al-Jauziyah ini, pada dasarnya masih didominasi oleh
. Yaitu tauhid Ma’rifah dan Itsbat dan tinjauan dari sisi kaidah-kaidahnya dan
tauhid Iradah dan Thalab. bantahan-bantahanya. Adapun yang terkait
Adapun dalil macam tauhid yang dengan sisi-sisi implikasinya, maka dapat
pertama adalah firman Allah dalam surat dikatakan masih belum mendapatkan
al-Thalâq ayat 12, yaitu: sentuhan yang cukup signifikan dan berarti
      dari kalangan cendekiawan muslim.6

     


5
Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad al-
Badr, Fikih Asma`ul Husna, terj. Abdurrahman
Thayyib dan Sulhan Jauhari, Jakarta: Darus
Sunnah Press, 2011, hlm. 23.
4 6
Premis ini dapat dibenarkan berdasarkan fakta di Sebagaimana dikatakan oleh ‘Abd al-Rahmân al-
lapangan yang menghadirkan bukti tentang Mahmûd -semoga Allah menjaganya- bahwa
dominasi esensi tauhid uluhiyah dalam kitab- dalam mengkaji ilmu tentang nama-nama Allah
kitab akidah. Sebagai contohnya adalah kitab dan sifat-sifat-Nya, secara global metodologi
karya Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb yang kajian yang ditempuh para ulama dapat
berjudul “Kitâb al-Tauhîd: Alladzî Huwa Haqq diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
Allâh ‘Alâ al-‘Abîd” yang sentral pembahasan- Pertama: kajian yang berkaitan dengan beriman
nya dari awal sampai akhir berbicara tentang kepada nama-nama dan sifat Allah dan
tauhid uluhiyah. Dan hanya empat bab saja dari menetapkannya. Dan berkaitan dengan kaidah-
67 bab yang menyinggung tentang tauhid asma kaidah para ulama salaf dalam masalah tersebut
wa sifat. Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb, Kitâb serta bantahan mereka terhadap orang-orang
al-Tauhîd: Alladzî Huwa Haqq Allâh ‘Alâ al- yang menyelisihi dari kalangan para pengusung
‘Abîd, Riyadh: Dâr Ibn Khuzaimah, 1993. al-Ta’wîl (menginterpretasikannya secara batil),

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 573


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

Signifikansi tauhid asma wa sifat dari Oleh karena itu, penulis berpan-
sisi implikasi-implikasinya sangatlah dangan bahwa tauhid asma wa sifat adalah
fundamental dalam merekonstruksi materi yang tepat untuk dijadikan sebagai
perilaku-perilaku menyimpang dalam kurikulum yang diajarkan tidak hanya pada
berbagai varian dan domainnya; yang lembaga pendidikan Islam tetapi juga
dewasa ini menjangkiti umat Islam. Bahkan lembaga pendidikan umum di Indonesia.
secara mikro, tauhid asma wa sifat juga Dengan harapan ketika tauhid asma wa
bisa menjadi solusi yang representatif bagi sifat ini telah menjadi kurikulum, maka
dunia pendidikan Islam Indonesia, yang akan lahir generasi-generasi yang dapat
saat ini, sedang dilanda krisis keluar dari kubangan krisis multi-
multidimensional yang tidak hanya dimensional yang dewasa ini semakin
melibatkan peserta didik tetapi juga sudah mengkhawatirkan.
merambah kepada para pendidik.
Di antara fenomenanya adalah B. Kurikulum Pendidikan Islam
semakin menyebarnya virus sekularisme, Berbasis Tauhid Asma wa Shifat
pluralisme dan liberalisme di kampus- 1. Kurikulum Pendidikan Islam
kampus Islam, yang sudah barang tentu a. Definisi Kurikulum Pendidikan
dapat mengeliminasi akidah seorang Islam
muslim. Dan bahayanya, virus ini Secara etimologi makna kurikulum
menyebar di kalangan akademisi kampus dapat diidentifikasi melalui kamus bahasa
Islam secara sistematis, terstruktur dan Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa
terorganisir. Ini adalah salah satu potret Indonesia, kurikulum memiliki arti
krisis akidah yang melanda kampus Islam.7 perangkat mata pelajaran yang diajarkan
pada lembaga pendidikan; kurikulum juga
al-Tahrîf (merubahnya), al-Ta’tîl (menegasi-
kannya secara total), al-Tasybîh (menyerupa-
kannya dengan makhluk), al-Takyîf (mem-
visualisasikannya) dan al-Tafwîd (tidak
menetapkan dan tidak menegasikan tetapi Nasution telah berhasil memuktazilahkan IAIN.
menyerahkannnya kepada Allah ). Lihat Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham
Kedua: kajian yang berkaitan dengan pengaruh Sesat Di Indonesia, Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
keimananan yang didapatkan dari nama-nama 2002, hlm. 223.
dan sifat Allah menurut metodologi al-Salaf Virus lainnya yang tidak kalah mematikan bagi
al-Shâlih (generasi terdahulu yang salih) bagi keyakinan seorang muslim adalah virus
kehidupan seorang muslim secara khusus dan relativisme. Yaitu menganggap bahwa
bagi kaum muslimin secara umum. ‘Abd al-Azîz kebenaran itu relatif, sehingga tidak boleh
ibn Nâshir al-Julayyil, Walillâhi al-Asmâ al- merasa benar sendiri dan menghakimi orang lain
Husnâ Fadûhu Bihâ Dirâsah Tarbawiyah li al- sesat atau kafir. Adian Husaini begitu bombastis
Âtsâr al-Îmâniyah Wa al-Sulûkiyah Li Asmâillâh ketika menjabarkan virus relativisme. Ia
al-Husnâ, Riyadh: Dâr al-Taibah, 2008, hlm. 8- mengatakan bahwa virus relativisme kebenaran
9. ini memang sangat ganas dalam melumpuhkan
7
Masuknya paham-paham yang berseberangan sendi-sendi keyakinan seseorang terhadap
dengan Islam pada kampus-kampus Islam sudah agamanya. Virus ini kemudian menanamkan satu
berlangsung lama. Terutama paham muktazilah jenis sikap keberagamaan yang kata kaum liberal
yang kapasitasnya sebagai aliran kalam “toleran”, “moderat”, “inklusif”, dan sejenisnya.
tradisional, eksistensinya sudah ada di IAIN Padahal, ungkapan-ungkapan indah itu
sejak tahun 1977. Bahkan paham ini begitu seringkali dimaksudkan sebagai tipuan untuk
tersosialisasikan dengan sistemik. Sampai pada meruntuhkan dan keyakinan seorang muslim.
tahun 1992, Harun Nasution merasa bangga Adian Husaini, Virus Liberalisme Di Perguruan
telah merasionalkan IAIN. Atau meminjam Tinggi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2010,
istilah Hartono Ahmad Jaiz, yaitu Harun hlm. 10.

574 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

bermakna perangkat mata kuliah mengenai pelajaran agama yang kuat, ada pelajaran
bidang keahlian khusus.8 mengoperasikan komputer.” Kedua,
Masih berkaitan dengan makna kurikulum dalam arti silabus. Kata
kurikulum secara etimologi, Abuddin Nata kurikulum dalam pengertian ini digunakan
menyatakan bahwa secara harfiah tatkala seorang guru yang baru diangkat, ia
kurikulum berasal dari bahasa latin, menghadap kepala sekolah lalu berkata
curriculum yang berarti bahan pengajaran. “Pak -atau Ibu- saya diserahi tugas
Adapula yang mengatakan kata tersebut mengajarkan mata pelajaran anu, tolong
berasal dari bahasa Perancis courier yang saya ingin mengkopi kurikulumnya.” Yang
berarti berlari.9 ia fotokopi adalah silabus mata pelajaran
Sedangkan secara terminologi, para yang diampunya (diasuhkan). Ketiga,
ahli mengungkapkan makna kurikulum kurikulum dalam arti program sekolah.
dengan redaksi yang variatif. Abuddin Nata Inilah pengertian kurikulum yang paling
mengungkapkan hakikat kurikulum adalah luas dan istilah inilah yang dimaksud
rancangan mata pelajaran bagi suatu dengan kurikulum tatkala anda belajar Ilmu
kegiatan jenjang pendidikan tertentu, dan Pendidikan.12
dengan menguasainya seseorang dapat Dari uraian di atas, dapat diambil
dinyatakan lulus dan berhak memperoleh sebuah konklusi bahwa yang dimaksud
ijazah.10 kurikulum mencakup tiga makna yaitu:
Menurut Ahmad Tafsir, esensi mata pelajaran, silabus, dan program.
kurikulum ialah program. Bahkan Adapun pendidikan Islam, maka
kurikulum ialah program. Kata ini memang secara terminologi banyak pakar
terkenal dalam ilmu pendidikan. Program pendidikan Islam baik nasional maupun
apa? Maka jawabannya, kurikulum ialah internasional yang memberikan ide dan
program dalam mencapai tujuan gagasan berkaitan dengan definisi
11
pendidikan. pendidikan Islam. Akan tetapi, di antara
Dalam pemakaiannya sehari-hari kata sekian banyak definisi, yang paling
kurikulum sekurang-kurangnya memiliki menarik bagi penulis adalah definisi yang
tiga pengertian. Pertama, kurikulum dalam disampaikan oleh Khâlid al-Hâzimî.
arti sederet mata pelajaran pada suatu Seorang guru besar pendidikan Islam
jenjang dan jenis sekolah. Kata ini berkebangsaan Saudi Arabia yang mengajar
digunakan tatkala orang memilih sekolah. di Universitas Islam Madinah. Ia
Seorang orang tua murid mengatakan, mengatakan bahwa pendidikan Islam
“Saya menyekolahkan anak saya ke adalah:
sekolah anu, karena kurikulumnya baik, ‫ﺗﻨﺸﺌﺔ اﻹﻧﺴﺎن ﺷﻴﺌﺎ ﻓﺸﻴﺌﺎ ﰲ ﲨﻴﻊ ﺟﻮاﻧﺒﻪ‬
ada pelajaran berbicara bahasa Inggris, ada ‫اﺑﺘﻐﺎء ﺳﻌﺎدة اﻟﺪارﻳﻦ وﻓﻖ اﳌﻨﻬﺞ‬
.‫اﻹﺳﻼﻣﻲ‬
8 Menumbuhkembangkan manusia
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT setahap demi setahap dalam
Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 762. semua aspek kehidupannya untuk
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, mewujudkan kebahagiaan di dunia
Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hlm. 175.
10
Ibid.
11
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami,
12
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, hlm. 99. Ibid., hlm. 102-103.

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 575


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

dan akhirat sesuai dengan 2. Tauhid Asma wa Shifat


metodologi Islam.13 a. Definisi Tauhid
Menurut Kamus Umum Bahasa
Di dalam definisi terminologis al- Indonesia (KUBI), tauhid adalah keesaan
Hâzimî, setidaknya ada empat karakteristik Allah; ilmu tauhid adalah pengetahuan atau
utama yang harus direalisasikan. Jika ajaran mengenai keesaan Allah; dengan
seseorang ingin disebut sedang melakukan hati, dengan bulat hati, kuat-nya, tetap
proses pendidikan Islam, yaitu: (1) teguh kepercayaannya bahwa Allah hanya
Tadarruj artinya dalam melakukan proses satu; Mentauhidkan: 1) menyatukan;
pendidikan harus sedikit demi sedikit dan memusatkan (hati); menyeru segala umat ~
setahap demi setahap yang pada gilirannya ibadat kepada Allah saja; 2) mengakui
membutuhkan waktu yang tidak sedikit; (2) keesaan Tuhan: Allah .14
Syumûliyat al-Jawânib artinya pendidikan Adapun definisi tauhid secara
yang direalisasikan harus mencakup semua semantiknya dalam bahasa Arab dan secara
aspek humanisnya, yaitu akal (kognitif), terminologinya dalam Islam, maka dapat
hati (konatif), ruh (afektif) dan jasmani diuraikan sebagai berikut.
(psikomotorik); (3) Ibtighâ sa’âdat al- Jika ditelusuri kamus-kamus bahasa
dârain yaitu visi misi pendidikan Islam Arab, maka kata tauhid berangkat dari akar
tidak hanya kebahagiaan duniawi tetapi kata (‫)وح د‬. Ibn Manzûr mengatakan bahwa
juga menembus pada kebahagiaan ukhrawi; tauhid adalah beriman kepada Allah
(4) Muwâfaqat al-manhaj al-islâmî yaitu semata dan tidak menyekutukan-Nya.15
pendidikan yang diterapkan sesuai dengan Al-Jurjânî mengatakan bahwa tauhid
metodologi Islam. secara bahasa adalah:
Jadi, pendidikan Islam adalah ‫اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﰲ اﻟﻠﻐﺔ اﳊﻜﻢ ﺑﺄن اﻟﺸﻲء واﺣﺪ‬
menumbuhkembangkan manusia secara
bertahap dalam semua aspek kompetensi-
.‫واﻟﻌﻠﻢ ﺑﺄﻧﻪ واﺣﺪ‬
Menghukumi sesuatu bahwa ia
nya untuk memperoleh kebahagiaan di
adalah satu, dan mengetahui
dunia dan akhirat yang sesuai dengan bahwa sesuatu tersebut adalah
ajaran Islam. satu.16
Dari uraian tentang definisi
kurikulum dan pendidikan Islam di atas, Sedangkan dalam al-Mu’jam al-Wasît
maka dapat dimunculkan konklusi terkait disebutkan bahwa tauhid berasal dari kata
makna kurikulum pendidikan Islam, yaitu Wahhada Allâh Subhânah (mengesakan
mata pelajaran, silabus, dan program yang Allah Ta’ala) yaitu mengakui dan meyakini
disusun dalam rangka menumbuh- bahwa sesungguhnya Allah itu Esa.17
kembangkan manusia secara bertahap
dalam semua aspek kompetensinya untuk
memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat yang sesuai dengan ajaran Islam. 14
W.J.S, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, hlm. 1219.
15
Ibn Manzur, Lisân al-‘Arab, Beirut: Dâr Lisân
al-‘Arab, hlm. 888.
16
‘Alî al-Jurjânî, al-Ta’rîfât, Maktabah Syâmilah,
13
Khâlid al-Hâzimî, Ushûl al-Tarbiyah al- vol. 2011, hlm. 96.
17
Islâmiyah, Madinah: Dâr ‘Alam al-Kitâb, 2000, Ibrâhîm, et. al, al-Mu’jam al-Wasît, Istambul: al-
hlm. 19. Maktabah al-Islâmiyah, juz: 2, hlm. 1016.

576 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

Jadi, secara semantiknya kata tauhid Sedangkan al-Fauzân berpandangan


memiliki arti mengesakan Allah disertai bahwa definisi tauhid secara terminologi
keyakinan, keimanan dan pengakuan. dapat dirumuskan dengan:
Adapun secara istilah, maka para ‫ وإﺧﻼص اﻟﻌﺒﺎدة‬,‫إﻓﺮاد ﷲ ﺑﺎﳋﻠﻖ واﻟﺘﺪﺑﺮ‬
ulama memiliki redaksi yang variatif antara ‫ وإﺛﺒﺎت ﻣﺎﻟﻪ ﻣﻦ‬,‫ وﺗﺮك ﻋﺒﺎدة ﻣﺎ ﺳﻮاﻩ‬,‫ﻟﻪ‬
satu dengan yang lainnya.
Di dalam al-Ta’rîfât, Al-Jurjâni
‫ وﺗﻨﺰﻳﻬﻪ‬,‫ واﻟﺼﻔﺎت اﻟﻌﻠﻴﺎ‬,‫اﻷﲰﺎء اﳊﺴﲎ‬
menegaskan bahwa tauhid ditinjau dari sisi .‫ﻋﻦ اﻟﻨﻘﺺ واﻟﻌﻴﺐ‬
terminologisnya dapat didefinisikan Mengesakan Allah dalam hal
dengan: menciptakan, mengawasi. Dan
memurnikan ibadah hanya
‫وﰲ اﺻﻄﻼح أﻫﻞ اﳊﻘﻴﻘﺔ ﲡﺮﻳﺪ اﻟﺬات‬ kepada-Nya, meninggalkan ibadah
‫اﻹﳍﻴﺔ ﻋﻦ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻳﺘﺼﻮر ﰲ اﻷﻓﻬﺎم‬ kepada selain-Nya. Serta menetap-
‫وﻳﺘﺨﻴﻞ ﰲ اﻷوﻫﺎم واﻷذﻫﺎن وﻫﻮ ﺛﻼﺛﺔ‬ kan nama-nama dan sifat-sifat-
Nya yang agung dan tinggi, dan
‫أﺷﻴﺎء ﻣﻌﺮﻓﺔ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﺑﺎﻟﺮﺑﻮﺑﻴﺔ واﻹﻗﺮار‬ mensucikan-Nya dari ke-kurangan
.‫ﺑﺎﻟﻮﺣﺪاﻧﻴﺔ وﻧﻔﻲ اﻷﻧﺪاد ﻋﻨﻪ ﲨﻠﺔ‬ dan aib.20
Definisi tauhid secara istilah
menurut Ahl al-Haqîqah adalah Menurut definisi yang lain, tauhid
memurnikan dzat Allah dari dapat dideskripisikan dengan mengesakan
segala yang tersirat dalam Allah dalam rububiyah, nama-nama dan
pemahaman, yang tergambar sifat-sifat serta dalam peribadatan kepada-
dalam prasangka dan fikiran. Dan Nya. Dengan kata lain tauhid adalah iman
tauhid itu mencakup tiga macam:
kepada Allah tanpa diiringi oleh
mengetahui Allah dalam 21
rububiyah-Nya, mengakui ke- kesyirikan.
esaan-Nya dan menegasikan Dari uraian definisi terminologis
tuhan-tuhan lain secara total.18 tauhid di atas, maka dapat diambil sebuah
Adapun Ibn ‘Utsaimîn, ia mengata- kesimpulan bahwa yang disebut tauhid
kan bahwa arti tauhid secara terminologi adalah mengesakan Allah dalam
syar’i adalah: perbuatan-perbuatan-Nya dan memurnikan-
‫ ﲟﺎ ﳜﺘﺺ‬-‫ ﺗﻌﺎﱃ‬-‫ إﻓﺮاد ﷲ‬:‫وﰲ اﻟﺸﺮع‬ Nya dalam segala bentuk kegiatan yang
‫ﺑﻪ ﻣﻦ اﻟﺮﺑﻮﺑﻴﺔ واﻷﻟﻮﻫﻴﺔ واﻷﲰﺎء‬ dilakukan oleh hamba-Nya. Baik itu
kegiatan hatinya, fikirannya maupun
.‫واﻟﺼﻔﺎت‬ anggota badannya. Dan pada saat yang
Mengesakan Allah dengan sesuatu
sama, menegasikan sesembahan-
yang khusus bagi-Nya. Baik itu
dalam hal rububiyah, uluhiyah sesembahan selain Allah yang tidak
maupun nama-nama dan sifat- benar.
sifat-Nya.19

18 20
Lihat ‘Alî al-Jurjâni, al-Ta’rîfât, Maktabah Shâlih al-Fauzân, ‘Aqîdah al-Tauhīd, Sanaa, Dâr
Syâmilah, vol. 2011, hlm. 96. al-Shiddîq, hlm. 15.
19 21
Ibn ‘Utsaimîn, Al-Qaul al-Mufîd ‘Alâ al-Kitâb HASMI, Dinul Islam: Ulasan Utama Dasar-
al-Tauhîd, Riyadh: Dâr Ibn al-Jauzî, 1424, hlm. dasar Agama, Bogor: Pustaka MIM, 2012, hlm.
8. 43.

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 577


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

b. Definisi Asma wa Sifat mengesakan Allah dalam nama-nama


24
Istilah asma wa sifat terdiri dari tiga dan sifat-sifat-Nya.
kata bahasa Arab yaitu Asmâ, Wa dan Atau sebagaimana yang dikatakan al-
Shifât. Kata Asmâ adalah bentuk plural dari Hakamî bahwa tauhid asma wa sifat adalah
kata ism yang artinya nama. Sedangkan Wa beriman terhadap apa yang Allah sifatkan
artinya dan. Sedangkan Shifât adalah untuk diri-Nya di dalam al-Qur’an, dan apa
bentuk plural dari shifah yang artinya sifat. yang Rasulullah deskripsikan bagi Allah, di
Walaupun pada akhirnya yang akan antara nama-nama-Nya yang terbaik dan
dibahas hanya definisi Asmâ dan Shifât, sifat-sifat yang tinggi. Dan mengaplikasi-
sedangkan Wa tidak mendapatkan sentuhan kannya sebagaimana yang telah ditetapkan
definisi, dikarenakan dalam gramatikal tanpa intervensi visualisatif.25
Arab ia disebut dengan harf (huruf) yang Dalam definisi yang lain, tauhid
tentunya tidak memiliki definisi signifikan. asma wa sifat adalah mengesakan Allah
Ism sebagai bentuk singular dari (dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya),
Asmâ juga dapat dirumuskan sebagai yaitu keyakinan yang pasti bahwa Allah
sesuatu yang menunjukkan makna bagi mempunyai nama-nama yang mulia dan
dirinya, tanpa diiringi dengan salah satu sifat-sifat yang agung serta sempurna, yang
zaman yang tiga, yaitu masa lalu, sekarang tidak diiringi oleh suatu kekurangan,
dan yang akan datang. kelemahan atau keburukan, sebagaimana
Atau juga dapat diartikan dengan yang dikabarkan oleh Allah sendiri di
ungkapan bahwa ism adalah susunan huruf dalam kitab-Nya dan oleh Rasulullah di
yang menunjukkan atas makna tunggal.22 dalam Hadits-haditsnya.26
Sedangakan Shifât adalah bentuk Jadi, tauhid asma wa sifat adalah
plural dari kata shifah yang artinya mengesakan Allah dalam hal nama-nama
sebagaimana disebutkan dalam al-Mu’jam dan sifat-sifat-Nya. Selanjutnya istilah yang
al-Wasît yaitu kondisi yang menggambar- dipakai dalam tulisan ini adalah tauhid
kan sesuatu berada di atas kondisi tersebut asma wa sifat.
seperti hitam, putih, ilmu dan kebodohan.23
Jadi, arti dari Asmâ, Wa Shifât adalah C. Tauhid Asma wa Sifat Sebagai
nama-nama dan sifat-sifat. Sedangkan Kurikulum Pendidikan Islam
secara istilah syar’i maka Asma wa Sifat Setelah diuraikan secara panjang
pasca digandengkan dengan tauhid adalah lebar terkait makna kurikulum pendidikan
Islam dan tauhid asma wa sifat, maka pada
bagian ini akan disebutkan tentang
konsepsi tauhid asma wa sifat sebagai
kurikulum pendidikan Islam.
22
Lihat: ‘Abd al-Latîf ibn Riyâdh ibn ‘Abd al-Latîf
al-‘Aklûk, Manhaj al-Mu’tazilah Fî Tauhîd al-
24
Asmâ Wa al-Shifât : ‘Ard Wa Naqd, Tesis pada Lihat: Ibn ‘Utsaimîn, Al-Qaul al-Mufîd ‘Alâ al-
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Akidah dan Kitâb al-Tauhîd, Riyadh: Dar Ibn al-Jauzi, 1424,
Aliran-aliran Kontemporer, al-Jâmi’ah al- hlm. 8.
25
Islâmiah, Gaza: 2011, hlm. 25. Tidak Hâfiz al-Hakamî, A’lâm al-Sunnah al-
diterbitkan. Mansyûrah Li’itiqâd al-Tâifah al-Nâjiyah al-
23
Lihat: Ibrâhîm, et. al, al-Mu’jam al-Wasît, Manshûrah, Riyadh, al-Muntadâ: 1997, hlm. 57.
26
Istambul: al-Maktabah al-Islamiyah, juz: 2, hlm. HASMI, Dinul Islam: Ulasan Utama Dasar-
1037. dasar Agama, hlm. 51.

578 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

1. Tauhid Asma wa Sifat Menurut Argumentasi pemilihan Ahlussunnah


Ahlussunnah27 sebagai basis kurikulum pendidikan Islam
Dalam rangka melahirkan seorang setidaknya ada dua. Pertama, normatif.
muslim yang berkualitas, baik dari sisi Kedua, empiris. Maksud dari kata normatif
kognitif, afektif, psikomotorik, dan konatif. adalah bahwa aliran Ahlussunnah
Atau dalam rangka membentuk manusia merupakan satu-satunya metodologi
muslim Indonesia yang beriman, bertakwa, beragama Islam yang mendapatkan
dan berakhlak mulia.28 Maka tauhid asma justifikasi dan sertifikasi kebenaran dari
wa sifat yang dijadikan sebagai acuan Rosululloh termasuk dalam masalah
untuk kurikulum pendidikan Islam adalah tauhid asma wa sifat. Bahkan beliau
tauhid asma wa sifat menurut memerintahkan umatnya untuk berpegang
29
Ahlussunnah. teguh kepada metodologi Ahlussunnah
Waljamaah. Banyak sekali dalil-dalil yang
berkaitan dengan masalah ini, di antaranya
27
Berkaitan dengan siapa Ahlussunnah, HASMI sabda Rosululloh berikut:
ِ ِ ْ ‫ﻓَـﻌﻠَﻴ ُﻜﻢ ﺑِﺴﻨ ِﱠﱴ وﺳﻨ ِﱠﺔ‬
َ ِّ‫اﳋُﻠَ َﻔﺎء اﻟْ َﻤ ْﻬﺪﻳ‬
‫ﲔ‬
dalam bukunya Di Bawah Naungan Islam
َُ ُ ْ َْ
menyatakan bahwa Ahlussunnah adalah mereka
‫ﻳﻦ‬ ِِ
yang mengikuti jejak dan ajaran-ajaran
Rosululloh S.A.W serta para sahabatnya dalam َ ‫اﻟﱠﺮاﺷﺪ‬
memahami Islam dan menerapkannya. DPP Berpegang teguhlah kalian dengan
HASMI, Di Bawah Naungan Islam, Bogor: sunnahku dan sunnah khalifah
Marwah Indo Media, 2013, hlm. 32. yang mendapatkan petunjuk. (HR.
28
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Abu Dawud, Ibnu Majah dan
Al-Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Tirmidzi)
2012, hlm. 10-12
29

‫ﺎﻋ ِﺔ َوإِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ َواﻟ ُﻔ ْﺮﻗَﺔَ ﻓَِﺈ ﱠن‬


Ibn Taimiyah menegaskan bahwa secara global
bahwa setidaknya ada tiga golongan yang tidak
َ ‫َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎﳉَ َﻤ‬
sejalan dalam memahami konsepsi tauhid asma
ِ ‫اﺣ ِﺪ وﻫﻮ ِﻣﻦ‬
ِ ْ ‫اﻻﺛْـﻨَـ‬
‫ﲔ أَﺑْـ َﻌ ُﺪ‬ ِ ‫اﻟﺸﱠﻴﻄَﺎ َن ﻣﻊ‬
wa sifat dengan metodologi para sahabat dan َ َ ُ َ ‫اﻟﻮ‬ َ ََ ْ
yang setia mengikuti mereka. Tiga golongan Ikutilah jamaah dan janganlah
tersebut adalah Ahl al-Takhyîl, Ahl al-Ta’wîl dan
berpecah belah, sesungguhnya
Ahl al-Tajhîl.
Adapun yang dimaksud dengan Ahl al-Takhyîl setan bersama yang sendirian dan
adalah mereka para filsuf dan siapa saja yang dia lebih jauh dari yang berdua.
mengikuti metodologinya dari kalangan ahli (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
kalam, ahli tasawwuf dan ahli fikih.
Adapun Ahl al-Ta’wîl, maka mereka mengatakan
bahwa sesungguhnya teks-teks wahyu yang Sedangkan makna empiris adalah
berkenaan dengan sifat-sifat Allah, tidak bahwa sejarah mencatat tentang
dimaksudkan oleh Rasulullah supaya manusia kegemilangan para penganut aliran
meyakininya dengan batil. Akan tetapi
maksudnya adalah kepada makna-maknanya. Ahlussunnah dalam seluruh aspek agama
Dan sayangnya, makna-makna tersebut tidak dan dunia. Kisah heroik mereka dalam
dijelaskan dan tidak ada petunjuk dari Rasul
untuk masuk ke dalamnya.
berperang di jalan Alloh, kisah antusiasme
Sedangkan kelompok yang terakhir yang mereka dalam menuntut ilmu, kisah
termasuk al-Munharifûn (kelompok-kelompok
yang menyimpang) adalah Ahl al-Tajhîl mereka
adalah mayoritas yang menisbatkan dirinya Sâbiqûn al-Awwalûn (para sahabat yang masuk
kepada sunnah dan pengikutan kepada ulama Islam di awal zaman keislaman), juga tidak
salaf. mengetahui makna-makna yang terkait dengan
Mereka berpandangan bahwa Rasulullah tidak ayat sifat tersebut. Lihat Taqiy al-Dîn Ahmad
mengetahui makna-makna ayat-ayat yang terkait Ibn Taimiyah al-Harrânî, Majmû’at al-Fatâwâ,
dengan sifat Allah yang telah diturunkan juz: 3, hlm. 23-24.
kepadanya. Bahkan malaikat Jibril dan al-

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 579


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

kesederhanaan pola dan gaya hidup mereka semakin tinggi dan benar ilmu
dan lain sebagainya.30 seseorang terhadap Allah dan
Di samping itu, al-Julayyil sifat-sifatnya, maka sifat tawakkal-
nya semakin lebih benar dan
menegaskan bahwa tujuan pembentukan
kuat.32
manusia yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia tidaklah terwujud Jadi, adalah suatu keniscayaan bagi
melainkan dengan konsepsi tauhid asma wa siapa saja yang ingin melahirkan output-
sifat menurut Ahlussunnah, ia menegaskan output yang berkualitas baik dari sisi
hal ini dengan kata-kata: takwa, iman dan akhlaknya, untuk
‫وﻟﺬﻟﻚ ﻻ ﻳﺼﺢ اﻟﺘﻮﻛﻞ وﻻ ﻳﺘﺼﻮر ﻣﻦ‬ menjadikan tauhid asma wa sifat sebagai
:‫ﻓﻴﻠﺴﻮف وﻻ ﻣﻦ اﻟﻘﺪرﻳﺔ اﻟﻨﻔﺎة اﻟﻘﺎﺋﻠﲔ‬ basis bagi kurikulumnya.
‫ﺑﺄﻧﻪ ﻳﻜﻮن ﰲ ﻣﻠﻜﻪ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺸﺎء وﻻ ﻳﺴﺘﻘﻴﻢ‬
‫أﻳﻀﺎ ﻣﻦ اﳉﻬﻤﻴﺔ اﻟﻨﻔﺎة ﻟﺼﻔﺎت اﻟﺮب ﺟﻞ‬ 2. Sketsa Kurikulum Tauhid Asma wa
Sifat
‫ﺟﻼﻟﻪ وﻻ ﻳﺴﺘﻘﻴﻢ اﻟﺘﻮﻛﻞ إﻻ ﻣﻦ أﻫﻞ‬ Kajian tentang tauhid asma wa sifat
‫… ﻓﻜﻞ ﻣﻦ ﻛﺎن ﺑﺎ وﺻﻔﺎﺗﻪ‬..‫اﻹﺛﺒﺎت‬ merupakan kajian yang cukup ramai
‫ ﻛﺎن ﺗﻮﻛﻠﻪ أﺻﺢ وأﻗﻮى وﷲ‬:‫أﻋﻠﻢ وأﻋﺮف‬ dibicarakan oleh para teolog muslim.
.‫ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎﱃ أﻋﻠﻢ‬ Imbasnya, banyak aliran yang lahir dari
Oleh karena itu, tidak akan benar rahim kajian tauhid asma wa sifat. Akan
tawakkal dan tidak mungkin tetapi, yang akan dihadirkan dalam tulisan
terbayangkan ini akan teraktuali- ini hanyalah konsepsi tauhid asma wa sifat
sasi dari seorang filsuf, dari faksi menurut Ahlussunnah, yang telah
al-Qadariyah yang menyatakan mendapatkan legalitas dan sertifikat
apa yang ada di kerajaan Allah kebenaran.
itu tidaklah Dia kehendaki. Begitu
juga ini tidak akan teraktualisasi
dari aliran al-Jahmiyah yang Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn al-
menegasikan sifat-sifat Allah Qayyim:
Dan tidaklah tawakkal ini akan Adapun perbedaan tauhid yang dikonsepkan
teraktualisasi melainkan dari para Nabi dan para al-Mu’attilah. Tauhid para
Nabi konsepnya adalah mengafirmasi sifat-sifat
kalangan orang-orang yang kesempurnaan untuk Allah secara terperinci
menetapkan (nama-nama dan dan hanya beribadah kepada-Nya dan tidak
sifat-sifat Allah)31 ...maka dari itu, menyekutukan-Nya. Sedangkan tauhid yang
dikonsepkan al-Mu’attilah adalah menegasikan
hakikat nama-nama dan sifat-sifat Allah
Bahkan di antara ekstremis mereka telah sampai
pada pernyataan menegasikan nama dan sifat
30
Banyak sekali literatur-literatur sejarah yang Allah dari lisannya, ketika hal ini
mencatat sosok-sosok Ahlussunnah dengan tinta dimungkinkan. Maka konsekuensinya mereka
emas. Di antaranya Imam al-Dzahabî dengan tidak berdzikir dengan nama tersebut, tidak
dua kitabnya yang fenomenal yaitu Târîkh al- menyebutkan ayat atau hadits yang secara tegas
Islâm dan Siyar A’lâm al-Nubalâ. Ibn Hajar al- menyebutkan nama tersebut. Dan ketika tidak
‘Asqalâni dengan kitabnya al-Ishâbah Fî Tamyîz mungkin untuk dinegasikan maka mereka
al-Shahâbah dan lain sebagainya. merubah dan menegasikan hakikatnya. Sehingga
31
Adapun yang dimaksud dengan Ahl al-Itsbât nama-nama Allah tersebut tidak memiliki
adalah Ahlussunnah dari berbagai elemennya makna, atau memiliki makna tetapi termasuk
dan lawannya adalah Ahl al-Nafy wa al-Ta’tîl. bagian al-ghâz dan al-Ahâjî (teka-teki). Lihat
Dinamakan sebagai Ahl al-Itsbât karena ‘Abd al-Azîz ibn Nâshir al-Julayyil, Walillâhi
Ahlussunnah menetapkan apa yang telah al-Asmâ al-Husnâ Fadûhu Bihâ, hlm. 63.
32
ditetapkan oleh Allah dan Rasul-rasul-Nya. Ibid., hlm. 64.

580 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

Secara global, tinjauan pembahasan Oleh karena itu, jika tauhid asma wa
tauhid asma wa sifat dalam pemikiran sifat menurut Ahlussunnah ini dijadikan
Ahlussunnah bermuara pada dua sisi. sebagai kurikulum, maka sketsanya dapat
Pertama, sisi kaidah. Kedua, sisi implikasi- dipetakan sebagai berikut:
implikasi nama-nama Allah atau
Asmaulhusna bagi kehidupan seorang a. Afirmasi Kaidah-kaidah Tauhid
muslim. Berkaitan dengan hal ini, al- Asma wa Sifat
Julayyil menukil pernyataan ‘Abdurrahman Konsepsi Ahlussunnah terkait tauhid
al-Mahmud: asma wa sifat yang akan dijadikan sebagai
Pertama: kajian yang berkaitan kurikulum pendidikan adalah terkait
dengan beriman kepada nama-nama dan dengan kaidah-kaidah dalam memahami
sifat Allah dan menetapkannya. Dan tauhid asma wa sifat. Ibarat rumah, kaidah-
berkaitan dengan kaidah-kaidah para ulama kaidah ini adalah sebagai pintunya. Di
salaf dalam masalah tersebut serta bantahan mana ketika seseorang mampu menguasai
mereka terhadap orang-orang yang kaidah-kaidah ini, maka ia dapat leluasa
menyelisihi dari kalangan para pengusung dan mudah untuk memasuki ruang tauhid
al-Ta’wîl (menginterpretasikannya secara asma wa sifat bahkan dapat mengelaborasi
batil), al-Tahrîf (merubahnya), al-Ta’tîl lebih komprehensif dan holistik dengan
(menegasikannya secara total), al-Tasybîh catatan tidak keluar dari kaidah-kaidah
(menyerupakannya dengan makhluk), al- tersebut. Kaidah-kaidah tauhid asma wa
Takyîf (memvisualisasikannya) dan al- sifat menurut Ahlussunnah dapat
Tafwîd (tidak menetapkan dan tidak diformulasikan secara global dan terperinci.
menegasikan tetapi menyerahkannnya
kepada Allah ). 1) Kaidah Global
Kajian asma dan sifat seperti ini telah Berkaitan dengan kaidah global ini,
banyak didapati dalam kitab-kitab para yang menempati posisi penting dalam
ulama baik klasik maupun kontemporer struktur bangunan metodologi Ahlus-
dalam bentuk dan ukuran yang variatif sunnah, banyak para ulama yang
antara yang ringkas dan yang panjang menjelaskannya baik dari kalangan klasik
lebar.33 maupun kontemporer. Dalam tulisan ini,
Kedua: kajian yang berkaitan dengan akan disebutkan penjelasannya dari ulama
pengaruh keimananan yang didapatkan dari kontemporer yang fundamental dalam
nama-nama dan sifat Allah menurut mewarnai corak pemikiran Ahlussunnah
metodologi al-Salaf al-Shâlih (generasi kekinian yaitu al-Syinqitî. Di mana
terdahulu yang salih) bagi kehidupan penjelasan ini, terdapat dalam salah satu
seorang muslim secara khusus dan bagi karyanya, yaitu Manhaj Dirâsat al-Asmâ
kaum muslimin secara umum.34 wa al-Shifât (Metodologi Studi Nama-nama
dan Sifat-sifat Allah ).
Dalam karyanya tersebut, al-Syinqitî
33
‘Abd al-Azîz ibn Nâshir al-Julayyil, Walillâhi al- menegaskan bahwa terlalu jauh dan
Asmâ al-Husnâ Fadûhu Bihâ Dirâsah
Tarbawiyah li al-Âtsâr al-Îmâniyah Wa al- mendalam dalam mengkaji terhadap ayat-
Sulûkiyah Li Asmâillâh al-Husnâ, Riyadh: Dâr ayat sifat, dan terlalu banyak bertanya-
al-Taibah, 2008, hlm. 8-9. tanya dalam masalah ini merupakan bagian
34
Ibid.

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 581


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

dari perkara baru dalam agama yang keinginan untuk mengetahui hakikat
dibenci oleh para ulama klasik. visualisasi nama dan sifat Allah
Jika dieksplorasi ayat-ayat yang Karena kemustahilan untuk
terkait dengan nama-nama dan sifat-sifat mengetahui hakikat visualisasi
Allah maka al-Qur’an pembahasannya masalah ini sangatlah kuat. Bahkan
mengerucut pada tiga pondasi utama. Dan Allah menyatakannya secara
ketiga pondasi ini semuanya direkam oleh eksplisit dalam surat Tâhâ ayat 110,
al-Qur’an. yang artinya: “Dia (Allah)
a) Al-Tanzîh yaitu mensucikan Allah mengetahui apa saja yang di
secara total dari penyerupaan sifat- hadapan mereka (yang akan terjadi)
sifat-Nya dengan sifat-sifat makhluk- dan di belakang mereka (yang telah
Nya. Pondasi ini diformu-lasikan terjadi), sedang ilmu mereka tidak
berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an, di dapat meliputi ilmu-Nya”.37
antaranya adalah surat al-Syûrâ ayat
11, surat al-Ikhlâsh ayat 4.35 Mengenai hal ini, Ibn al-Qayyim
b) Al-Itsbât yaitu beriman terhadap apa menegaskan bahwa barangsiapa yang
yang Allah sifatkan untuk diri-Nya menetapkan pendengaran dan penglihatan
sendiri, karena Allah lebih tahu untuk Allah maka ia telah menetapkan
tentang sifat yang layak untuk diri- keduanya dengan sebenarnya dan
Nya. Sebagaimana firman-Nya dalam memahami maknanya.
surat al-Baqarah ayat 141, yang Beginilah seharusnya sifat-sifat Allah
artinya: “apakah kalian lebih yang lainnya diberlakukan, walaupun
mengetahui ataukah Allah”. Di tidak ada ruang bagi akal manusia untuk
samping itu, beriman terhadap apa mengetahui gambar dan tata caranya.
yang Nabi Muhammad sifatkan Karena Allah tidak membebani hamba-
untuk Allah Karena tidak ada di hamba-Nya untuk melakukan visualisasi,
antara hamba Allah yang paling bahkan Allah tidak menginginkannya
mengetahui Allah melainkan dan tidak memberikan ruang bagi mereka
utusan-Nya, yaitu Nabi Muhammad untuk masalah ini.38
Di mana beliau mendapatkan Jadi, ada tiga pondasi utama dalam
wahyu dari Allah melalui malaikat kaidah-kaidah global asma wa sifat versi
Jibril sehingga apa yang dikatakan Ahlussunnah. Pertama, al-tanzîh (mensuci-
oleh beliau adalah kebenaran, kan Allah). Kedua, al-itsbât (menetapkan
termasuk ketika beliau berbicara nama-nama dan sifat-sifat Allah). Ketiga,
tentang nama dan sifat Allah Hal Qath’ al-tama’ min idrâk al-kaifiyah yaitu
ini telah direkomen-dasikan sendiri mengisolasi secara total keinginan untuk
oleh Allah dalam al-Qur’an surat mengetahui hakikat visualisasi nama dan
al-Najm ayat 3-4.36 sifat Allah .
c) Qath’ al-tama’ min idrâk al-kaifiyah
yaitu mengisolasi secara total

35 37
Ibid., hlm. 49-50. Ibid., hlm. 51.
36 38
Ibid., hlm. 50-51. Ibid., hlm. 60.

582 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

2) Kaidah Terperinci (7)Penyimpangan terhadap nama-


Berkaitan dengan kaidah tauhid asma nama Allah, macam-macam, dan
wa sifat secara terperinci, maka tak sedikit hukumnya.39
para ulama memberikan gagasannya untuk
b) Berkaitan dengan Sifat-sifat Allah
menulis kaidah-kaidah tauhid asma wa sifat
(1)Sifat-sifat Allah ta’ala seluruhnya
secara terperinci. Di antara ulama
adalah sifat kesempurnaan.
kontemporer yang menulis kaidah-kaidah
(2)Pembahasan sifat lebih luas
ini secara terperinci adalah Ibn al-
daripada pembahasan nama.
‘Utsaimîn. Berikut ini kaidah-kaidah
(3)Sifat-sifat Allah dibagi menjadi
terperinci yang disarikan secara ringkas
dua: positif dan negatif.
dari kitabnya yang populer, yaitu, al-
(4)Sifat-sifat positif adalah sifat-sifat
Qawâ’id al-Mutslâ Fî Shifâtillâh wa Asmâih
yang terpuji dan sempurna.
al-Husnâ: (5)Sifat-sifat positif terbagi menjadi
a) Berkaitan dengan Nama-nama dua: secara dzat-Nya dan secara
Allah perbuatan-Nya.
(1)Nama-nama Allah seluruhnya (6)Wajib dalam menetapkan sifat-
Maha Terbaik. sifat Allah untuk meniadakan
(2)Nama-nama Allah berupa nama penyerupaan dan visualisasi.
dan sifat, sebagai nama ditinjau (7)sifat-sifat Allah Ta’la bersifat
dari segi kandungannya terhadap berhenti pada dalil dan tidak boleh
Dzat, dan sebagai sifat ditinjau bagi akal untuk masuk ke
dari sisi kandungan maknanya. dalamnya.40
(3)Nama-nama Allah jika
c) Berkaitan Dalil Nama dan Sifat
menunjukan sifat yang banyak
Allah Ta’ala
maka mengandung nama, sifat dan
(1)Nama-nama Allah dan sifat-sifat-
hukum, dan jika mengandung sifat
Nya tidaklah ditetapkan kecuali
yang tidak banyak maka
dengan al-Quran dan sunnah.
mengandung nama dan sifat saja.
(2)Kewajiban terhadap teks-teks al-
(4)Kandungan nama-nama Allah
Quran dan hadist yaitu member-
terhadap dzat dan sifat-Nya itu
lakukanya seperti dzohirnya.
meliputi secara keseluruhan,
(3)Secara lahir teks-teks wahyu
kandunganya, dan secara otomatis.
diketahui dalam satu sisi dan tidak
(5)Nama-nama Allah bersifat sesuai
diketahui pada sisi yang lain.
dengan dalil, yang wajib untuk
(4)Lahir teks wahyu adalah makna
berhenti pada apa yang telah
yang terlintas pertama kali dalam
ditetapkan dalam Al Quran dan
akal pikiran.41
Sunnah.
(6)Nama-nama Allah tidak terbatas
pada jumlah tertentu.
39
Lihat Muhammad ibn Shâlih ibn Utsaimîn, al-
Qawâ’id al-Mutslâ Fî Shifâtillâh wa Asmâih al-
Husnâ, Kairo: Maktabah al-Sunnah, 1994, hlm.
9-26.
40
Ibid., hlm. 27-38.
41
Ibid., hlm. 39-45.

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 583


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

b. Eksistensi Implikasi Asma wa Sifat ‫ذاﻟﻚ أ ّن اﻟﻌﻠﻢ ﺑﺄﲰﺎء ﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﳛ ّﻘﻖ اﻟﻌﻠﻢ‬
Pembahasan kedua yang sangat ,‫اﻟﺼﺤﻴﺢ ﺑﻔﺎﻃﺮ اﻟﺴﻤﺎوات واﻷرض‬
penting dalam struktur bangunan tauhid
asma wa sifat adalah pembahasannya yang
‫ وﻫﺬا‬.‫ﻛﻞ ﺷﻲء ورﺑّﻪ وﻣﻠﻴﻜﻪ‬ ّ ‫وﺧﺎﻟﻖ‬
ditinjau dari sisi implikasi-implikasinya ‫ﻳﺴﺘﻠﺰم ﻋﺒﺎدﺗﻪ وﺣﺪﻩ وﺧﺸﻴﺘﻪ وﺗﻌﻈﻴﻤﻪ‬
bagi kehidupan seorang muslim. Ironisnya, ‫ و اﻟﺘﻮّﻛﻞ ﻋﻠﻴﻪ وﺣﺪﻩ‬,‫وإﺟﻼﻟﻪ وﳏﺒﺘﻪ‬
pentingnya pembahasan ini tidak diiringi .‫وﺗﻔﻮﻳﺾ اﻷﻣﻮر إﻟﻴﻪ‬
dengan besarnya perhatian umat Islam Muatan yang terkandung dalam
terhadap implikasi-implikasi asma wa sifat bab ini42 merupakan tujuan utama
bagi kehidupan mereka, baik secara vertikal ditulisnya kitab ini. Dan sudah
maupun horizontal. dijelaskan sebelumnya, bahwa
Adalah al-Julayyil yang memberikan tujuan yang paling agung dan ilmu
yang paling bermanfaat adalah
perhatian khusus terhadap kajian asma wa
ilmu tentang makna-makna dari
sifat dari sisi implikasi-implikasinya. Hal nama-nama dan sifat-sifat Allah
ini dibuktikan dengan salah satu yang mulia yang tidak hanya
karangannya yang monumental, yang terbatas pada teori ansich. Akan
secara sengaja dan spesifik membahas tetapi bagaimana teori tersebut
tentang masalah ini yaitu, Wa Lillâh Al- dapat mewujud dalam peribadatan
Asmâ Al-Husnâ Fad’ûhu Bihâ (Dirâsah kepada Allah dan implikasinya
begitu nampak pada hati seorang
Tarbawiyah li al-Âtsâr al-Îmâniyah Wa al- hamba dan anggota-anggota
Sulûkiyah Li Asmâillâh al-Husnâ), yang badannya.
artinya Kepunyaan Allah Nama-nama yang Karena dengan mengetahui nama-
Terbaik (Studi Pendidikan Keimanan dan nama Allah, maka akan
Karakter Berbasis Kandungan merealisasikan ilmu yang benar
Asmaulhusna). terhadap Sang Pencipta langit dan
bumi, Sang Pencipta segala
Kitab karangan al-Julayyil ini adalah sesuatu, Tuhannya dan Pemilik-
kitab yang sarat dengan faidah dengan nya. Sehingga hal ini, akan
berbagai dimensinya yang penting untuk mengandung konsekuensi untuk
diketahui oleh setiap muslim dalam beribadah hanya kepada-Nya,
masalah asma wa sifat. Akan tetapi, yang takut, mengagungkan, memulia-
menjadi core dalam kitab ini adalah tentang kan, mencintai, bertawakkal dan
menyerahkan seluruh urusan
pemikiran pendidikan al-Julayyil yang 43
hanya kepada-Nya.
berlandaskan Asmaulhusna. Berkaitan
dengan hal ini al-Julayyil menyatakan
Untuk dapat menghadirkan ke alam
dengan kata-kata:
realita segala bentuk peribadatan yang
‫وﻫﺬا اﻟﻔﺼﻞ ﻫﻮ اﳍﺪف اﻷﺳﺎس ﻣﻦ‬ berbasis Asmaulhusna, atau semua
‫ وﻟﻘﺪ ﺳﺒﻖ اﻟﻘﻮل ﺑﺄ ّن‬.‫ﺗﺄﻟﻴﻒ ﻫﺬﻩ اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ‬
‫أﺟﻞ اﳌﻘﺎﺻﺪ وأﻧﻔﻊ اﻟﻌﻠﻮم ﻫﻮ اﻟﻌﻠﻢ ﲟﻌﺎﱐ‬
ّ 42
Yaitu bab yang menyebutkan keterangan nama-
‫ﻋﺰ وﺟﻞ – وﺻﻔﺎﺗﻪ اﻟﻌﻼ ﻻ‬ ّ – ‫ﷲ‬ ‫أﲰﺎء‬ nama Asmaulhusna, dan penjelasan implikasi-
‫ وﻟﻜﻦ ﻟﻠﺘﻌﺒﺪ ﺗﻌﺎﱃ‬,‫ﻟﻠﻌﻠﻢ ﺎ ﻓﺤﺴﺐ‬ implikasinya dan pendidikan keimanan yang
terkandung di dalam Asmaulhusna tersebut.
.‫ﺎ وﻇﻬﻮر آﺛﺎرﻫﺎ ﰲ ﻗﻠﺐ اﻟﻌﺒﺪ وﺟﻮارﺣﻪ‬ Lihat ‘Abd al-Azîz ibn Nâshir al-Julayyil,
Walillâhi al-Asmâ al-Husnâ Fadûhu Bihâ, hlm.
63.
43
Ibid.

584 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

implikasinya bagi kehidupan seorang yang akan dimiliki penganut konsepsi asma
muslim adalah haruslah memahami wa sifat menurut kacamata Ahlussunnah.
konsepsi asma wa sifat ini menurut Karena pada dasarnya, masih banyak
kacamata Ahlussunnah. Karena jika karakter-karakter lainnya yang dapat digali
kontradiksi dengan pemahaman Ahlussunnah, dari kandungan Asmaulhusna yang akan
maka ini akan sulit untuk direalisasikan. muncul dalam pribadi muslim
Berkaitan dengan hal ini, al-Julayyil Ahlussunnah.
menegaskan dengan mengutip statement c. Contoh Asmaulhusna dan
Ibn al-Qayyim dari mahagurunya yaitu Ibn
Implikasi-implikasinya
Taimiyah:
Berbicara tentang implikasi asma wa
‫وﻟﺬﻟﻚ ﻻ ﻳﺼﺢ اﻟﺘﻮﻛﻞ وﻻ ﻳﺘﺼﻮر ﻣﻦ‬ sifat, maka dalam tataran teoritisnya
: ‫ﻓﻴﻠﺴﻮف وﻻ ﻣﻦ اﻟﻘﺪرﻳﺔ اﻟﻨﻔﺎة اﻟﻘﺎﺋﻠﲔ‬ bermuara pada kajian Asmaulhusna.
‫ﺑﺄﻧﻪ ﻳﻜﻮن ﰲ ﻣﻠﻜﻪ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺸﺎء وﻻ ﻳﺴﺘﻘﻴﻢ‬ Asmaulhusna adalah nama-nama Alloh
‫أﻳﻀﺎ ﻣﻦ اﳉﻬﻤﻴﺔ اﻟﻨﻔﺎة ﻟﺼﻔﺎت اﻟﺮب ﺟﻞ‬ yang terbaik. Eksistensi kajian
Asmaulhusna ini dibangun di atas landasan
‫ﺟﻼﻟﻪ وﻻ ﻳﺴﺘﻘﻴﻢ اﻟﺘﻮﻛﻞ إﻻ ﻣﻦ أﻫﻞ‬ dalil yang cukup otoritatif dan
‫… ﻓﻜﻞ ﻣﻦ ﻛﺎن ﺑﺎ وﺻﻔﺎﺗﻪ‬..‫اﻹﺛﺒﺎت‬ argumentatif, yaitu al-Qur’an dan Hadits.
‫ ﻛﺎن ﺗﻮﻛﻠﻪ أﺻﺢ وأﻗﻮى‬: ‫أﻋﻠﻢ وأﻋﺮف‬ Dalam al-Qur`an, Allah menyebut
.‫وﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎﱃ أﻋﻠﻢ‬ kata Asmaulhusna sebanyak empat kali,
Oleh karena itu, tidak akan benar yaitu dalam surat al-A’râf ayat 180, al-Isrâ
tawakkal dan tidak mungkin ayat 110, Thâhâ ayat 8, al-Hasyr ayat 24.
terbayangkan ini akan ter- Dalam surat al-A’râf ayat 180 Allah
aktualisasi dari seorang filusuf, berfirman:
dari faksi al-Qadariyah yang
menyatakan apa yang ada di       
kerajaan Allah itu tidaklah Dia     
kehendaki. Begitu juga ini tidak
akan teraktualisasi dari aliran al-     
Jahmiyah yang menegasikan sifat-
sifat Allah. Dan tidaklah tawakkal Hanya milik Allah Asmaulhusna,
ini akan teraktualisasi melainkan Maka bermohonlah kalian kepada-
dari kalangan orang-orang yang Nya dengan menyebut Asmaul-
menetapkan (nama-nama dan husna itu dan tinggalkanlah
sifat-sifat Allah) ...maka dari itu, orang-orang yang menyimpang
semakin tinggi dan benar ilmu dari kebenaran dalam (menyebut)
seseorang terhadap Allah dan nama-nama-Nya. Nanti mereka
sifat-sifatnya, maka sifat akan mendapat balasan terhadap
tawakkalnya semakin lebih benar apa yang telah mereka kerjakan.
dan kuat.44
Sedangkan Hadits yang berbicara
Pernyataan Ibn Taimiyah di atas yang tentang Asmaulhusna di antaranya adalah
menyebutkan karakter tawakkal adalah sebagai berikut:
hanya sebagai salah satu contoh karakter ِ‫ﻮل ﷲ‬ َ ‫َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة َر ِﺿ َﻲ ﷲُ َﻋْﻨﻪُ أَ ﱠن َر ُﺳ‬
‫ﺎل إِ ﱠن ِ ِ ﺗِ ْﺴ َﻌ ًﺔ‬ َ َ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ‬ َ
44
Ibid., hlm. 64.

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 585


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

ِ ِ ْ ‫وﺗِﺴﻌِﲔ‬
‫ﺎﻫﺎ‬
َ‫ﺼ‬ ْ ‫اﲰًﺎ ﻣﺎﺋَﺔً إِﱠﻻ َواﺣ ًﺪا َﻣ ْﻦ أ‬
َ ‫َﺣ‬ َ ْ َ Zâhir, 12) Al-Bâtin 13) Al-Wârits
.َ‫اﳉَﻨﱠﺔ‬
ْ ‫َد َﺧ َﻞ‬
14) Al-Quddûs 15) Al-Subbûh 16)
Al-Salâm, 17) Al-Mu’min, 18) Al-
Dari Abû Hurairah bahwa Haqq, 19) Al-Mutakabbir 20) Al-
Rasulullah bersabda: sesung- ‘Azîm, 21) Al-Kabîr,22) Al-‘Aliy,
guhnya kepunyaan Allah 99 nama, 23) Al-A’lâ, 24) Al-Muta’âlî 25)
seratus kurang satu. Barang siapa Al-Latîf, 26) Al-Hakîm, 27) Al-
yang menjaganya maka ia akan Wâsi’,28) Al-‘Alîm, 29) Al-‘Âlim,
masuk surga. (HR. Bukhari 30)‘Allâm al-Ghuyûb, 31) Al-
Muslim)45 Malik, 32) Al-Malîk, 33) Al-Mâlik,
34) Al-Hamîd, 35) Al-Majîd, 36)
Dari dalil-dalil ini, kemudian para Al-Khabîr, 37) Al-Qawiy, 38) Al-
ulama memunculkan rincian Asmaulhusna. Matîn, 39) Al-‘Azîz, 40) Al-Qâhir,
Ada yang menyebutkannya sesuai dalam 41) Al-Qahhâr, 42) Al-Qâdir, 43)
Hadits ini, yaitu 99 Asmaulhusna. Ada juga Al-Qadîr, 44) Al-Muqtadir, 45) Al-
Jabbâr, 46) Al-Khâliq, 47) Al-
yang memunculkan lebih dari 99
Khallâq, 48) Al-Bârî,49) Al-
Asmaulhusna. Di antara yang menyebutkan Mushawwir, 50) Al-Muhaimin, 51)
lebih dari 99 Asmaulhusna adalah al- Al-Hâfiz, 52) Al-Hafîz, 53) Al-
Julayyil.46 Waliy, 54) Al-Maulâ. 55) Al-
Berikut ini 109 Asmaulhusna yang Nashîr, 56) Khair Al-Nâshirîn, 57)
disebutkan oleh al-Julayyil dalam kitabnya Al-Wakîl, 58) Al-Kafîl, 59) Al-Kâfî,
60) Al-Shamad, 61) Al-Râziq, 62)
Wa Lillâh Al-Asmâ Al-Husnâ Fad’ûhu Bihâ
Al-Razzâq, 63) Al-Fattâh, 64) Al-
(Dirâsah Tarbawiyah li al-Âtsâr al- Mubîn, 65) Al-Hâdî, 66) Al-
Îmâniyah Wa al-Sulûkiyah Li Asmâillâh al- Hakam, 67) Khair al-Hâkimîn, 68)
Husnâ): Al-Raûf, 69) Al-Wadûd, 70) Al-
1) Allâh, 2) Al-Rabb, 3) Al-Wâhid, Barr, 71) Al-Halîm, 72) Al-Ghafûr,
4) Al-Ahad, 5) Al-Rahmân 6) Al- 73) Al-Ghaffâr, 74) Ghâfir al-
Rahîm, 7) Al-Hayy, 8) Al-Qayyûm, Dzanb, 75) Al’Afuw, 76) Al-
9) Al-Awwal, 10) Al-Akhîr 11) Al- Tawwâb, 77) Al-Karîm, 78) Al-
Akram, 79) Al-Syâkir, 80) Al-
Syakûr, 81) Al-Samî’, 82) Al-
45
Ibid.,hlm. 41. Bashîr, 83) Al-Syahîd, 84) Al-
46
Dapat dikatakan bahwa penyebutan Raqîb, 85) Al-Qarîb, 86) Al-Mujîb,
Asmaulhusna secara detail adalah masuk dalam
87) Al-Muhît, 88) Al-Hasîb, 89)
ranah ijtihadiyah. Sehingga kontradiksi antara
satu ulama dengan ulama yang lainnya dalam Al-Ghaniy, 90) Al-Wahhâb, 91) Al-
masalah ini tidak dapat dihindarkan. Probabilitas Muqît, 92) Al-Qâbid, 93) Al-Bâsit,
kontradiksi ini mengemuka tidak lepas dari 94) Al-Muqaddim, 95) Al-
ketiadaan dalil yang sahih dalam masalah ini. Mu’akhkhir, 96) Al-Rafîq, 97) Al-
Ibn Taimiyah mengatakan:
Mannân, 98) Al-Jawwâd, 99) al-
Bahwa sesungguhnya tidak ada Hadits sahih
yang menjelaskan 99 Asmaulhusna secara Muhsin, 100) Al-Sittîr, 101) Al-
terperinci. Dan yang populer di kalangan umat Dayyân,102) Al-Syâfî, 103) Al-
Islam adalah sebagaimana yang diriwayatkan Tabîb, 104) Al-Sayyid, 105) Al-
oleh al-Tirmidzî dari al-Walîd ibn Muslim dari Witr, 106) Al-Hayiy, 107) Al-
Syu’aib ibn Abî Hamzah. Para ulama Hadits
Tayyib, 108) Al-Mu’tî, dan 109)
menegaskan bahwa tambahan ini adalah hasil
kodifikasi al-Walîd ibn Muslim dari guru- Al-Jamîl.
gurunya dalam bidang Hadits. ‘Abd al-Azîz ibn
Nâshir al-Julayyil, Walillâhi al-Asmâ al-Husnâ Menurut hasil eksplorasi al-Julayyil
Fadûhu Bihâ, hlm. 41.
terhadap 109 Asmaulhusna yang telah

586 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

dikonsepkannya, maka secara global terdiri 4) Merasa Di awasi oleh Allah (al-
dari 13 karakter atau nilai pendidikan yang Murâqabah), Ikhlas (al-Ikhlâsh)
terkandung di dalamnya. Berikut ini uraian dan Malu kepada-Nya (al-Hayâ
singkat yang menyebutkan 13 nilai atau Minh)
karakter dan beberapa Asmaulhusna yang
Di antara nama-nama Allah yang
mengandung karakter-karakter tersebut.
mengandung nilai-nilai pendidikan ini
1) Mencintai Allah (Mahabbatullâh) adalah al-Samî’, al-‘Alîm, al-Raqîb, al-
dan Bahagia dengan-Nya (al-Uns Muhît, al-Bashîr, al-Khabîr, al-Syahîd, al-
Bih) Hafîz, al-Muhaimin, al-Bâtin.50
Di antara nama-nama Allah yang
5) Merasa Khawatir kepada Allah
secara spesifik mengandung nilai-nilai
(al-Khouf Minh) dan Takut kepada
pendidikan ini adalah Allâh, al-Rabb, al-
Siksa-Nya (al-Khasyyah Min
Rahmân al-Rahîm, al-Awwal al-Âkhir, al-
‘Iqâbih)
Quddûs, al-Subbûh, al-Hayy al-Qayyûm.47
Di antara nama-nama Allah yang
2) Sikap Berharap Kepada Allah
mengandung nilai-nilai pendidikan ini
(al-Rajâ Fîllâh), Tenang kepada
adalah al-‘Azîm, al-Qadîr, al-Qâhir, al-
Kasih Sayang-Nya (al-Tuma’ninah
‘Azîz, al-Muhît, al-Kabîr, al-Qawiy, al-
Ilâ Rauhih) dan Berprasangka
Matîn, al-‘Aliy, al-Jabbâr.51
Baik kepada-Nya (Husn al-Zann
Bih) 6) Berperilaku Sabar (al-Shabr),
Di antara Asmaulhusna yang Ridha Terhadap Hukum Allah
mengandung nilai-nilai pendidikan ini (al-Ridhâ Bi Hukmih) dan Tunduk
adalah al-Rahmân, al-Barr, al-Muhsin, al- Kepada Perintah-Nya (al-Istislâm
Latîf, al-Wadûd, al-Ghafûr, al-Raûf, al- Li Amrih)
‘Afuww, al-Tawwâb, al-Fattâh,.48 Di antara nama-nama Allah yang
mengandung nilai-nilai pendidikan ini
3) Berserah Diri kepada Allah (al-
adalah al-Latîf, al-Hakîm, al-‘Alîm, al-
Tawakkul ‘Alâ Allâh) dan Hanya
Khabîr, al-Barr, al-Qayyûm, al-Rabb, al-
Menggantungkan Diri Kepada-Nya
Wakîl, al-Quddûs, dan al-Jamîl.52
(Shidq al-Ta’alluq Bih)
Di antara nama-nama Allah yang 7) Merasa Bersyukur Kepada Allah
mengandung nilai-nilai pendidikan ini (al-Syukr Lillâh) dan Malu
adalah al-Ghaffâr, al-Tawwâb, al-‘Afuw, Kepada-Nya (al-Hayâ Minh)
al-Raûf, al-Rahîm, al-Fattâh, al-Wahhâb, Di antara nama Allah yang
al-Razzâq, al-Mu’tî, al-Muhsin.49 mengandung nilai-nilai pendidikan ini
adalah al-Rabb, al-Hayy, al-Qayyûm, al-
Razzâq, al-Wahhâb, al-Mu’tî, al-Mannân,
al-Jawwâd, al-Barr, al-Rahmân.53

47 50
‘Abd al-Azîz ibn Nâshir al-Julayyil, Walillâhi Ibid., hlm. 803.
51
al-Asmâ al-Husnâ Fadûhu Bihâ, hlm. 793-795. Ibid., hlm. 807-808.
48 52
Ibid., hlm. 798. Ibid., hlm. 810.
49 53
Ibid., hlm. 801. Ibid., hlm. 812-813..

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 587


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

8) Mengagungkan Allah (al-Ijlâl 12) Memiliki Keberanian dalam


Wa al-Ta’zîm) dan Beradab Membela Kebenaran (al-Syajâ’ah
Kepada-Nya (al-Adab Ma’ Allâh) Fî al-Haqq) dan Merendahkan
Di antara nama-nama Allah yang Kebatilan (al-Istihânah Bi al-Bâtil)
mengandung nilai-nilai pendidikan ini Di antara nama-nama Allah yang
adalah al-Hayy, al-Qayyûm, al-Zâhir, al- mengandung nilai-nilai pendidikan ini
Bâtin, al-Rabb, al-Sayyid, al-Qâhir, al- adalah al-Malik, al-Haqq, al-Mubîn, al-
Kabîr, al-Jabbâr, al-‘Aliy.54 Hayy, al-Qâhir, al-Qahhâr, al-Muhît, al-
‘Khabîr, al-Nashîr, al-Waliy.58
9) Berkarakter Dermawan (al-Karam,
al-Jûd, wa al-Sakhâ), Berbuat Baik 13) Senantiasa Merasa Butuh kepada
Kepada Hamba-hamba Allah (al- Allah (al-Iftiqâr Ilâ Allâh),
Ihsân Ilâ ‘Ibâdillâh), Santun dan Banyak Berdoa dan Memuji-Nya
Memaafkan Mereka (al-Hilm wa (Katsrat Du’âih wa Dzikr al-Tsanâ
al-‘Afw ‘Anh) ‘Alaih)
Di antara nama-nama Allah yang Di antara nama-nama Allah yang
mengandung nilai-nilai pendidikan ini mengandung nilai-nilai pendidikan ini
adalah al-Karîm, al-Jawwâd, al-Muhsin, al- adalah Allâh, al-Hayy, al-Qayyûm, al-Barr,
Mannân, al-Wahhâb, al-Mu’tî, al-‘Afuw al-Latîf, al-Ghafûr, al-Malik, al-Quddûs,
dan al-Rahîm.55 al-Ghaniy, dan al-Hamîd.59
10) Berkarakter Rendah Hati (al-
Jika diperhatikan dengan seksama,
Tawâdhu’) dan tidak Sombong
maka walaupun secara garis besar nilai-
terhadap Orang Lain (Tark al-Kibr
nilai pendidikan yang berbasis
wa al-Taâlî ‘Alâ al-Khalq)
Asmaulhusna di atas berjumlah 13 nilai,
Di antara nama-nama Allah yang
tetapi pada setiap masing-masing nilai
mengandung nilai-nilai pendidikan ini
tersebut ternyata disertai dengan nilai-nilai
adalah al-Rabb, al-Sayyid, al-Hayy, al-
pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan
Qayyûm, al-Wâsi’, al-Majîd, al-‘Azîm, al-
bahwa pada dasarnya bilangan nilai-nilai
Kabîr, al-Mutakabbir, al-Ghaniy.56
pendidikan ini tidak terbatas pada angka 13
11) Memiliki Hati yang Selamat, saja. Karena masih banyak nilai-nilai
Bersih dan Tenang (Salâmat al- pendidikan lainnya yang dapat dikaitkan
Qalb wa Zakâtuh wa Tuma’nînatuh) dengan Asmaulhusna tersebut.
Di antara nama-nama Allah yang Jadi, Asmaulhusna yang ditetapkan
mengandung nilai-nilai pendidikan ini secara definitif oleh al-Qur`an dan Hadits
adalah al-‘Alîm, al-Hakîm, al-Khabîr, al- dapat dijadikan sebagai kurikulum bagi
Rahîm, al-Latîf, al-Barr, al-Qayyûm, al- pendidikan Islam. Yaitu dengan mengenal-
Rabb, al-Salâm, al-Malik.57 kan makna-makna Asmaulhusna kepada
para peserta didik, kemudian memunculkan
dan mengelaborasi implikasi-implikasinya
bagi kehidupan mereka. Dengan demikian,
54
Ibid., hlm. 816-817.
55
Ibid., hlm. 820.
56 58
Ibid., hlm. 824-825. Ibid.,, hlm. 832.
57 59
Ibid., hlm. 828-829. Ibid., hlm. 835.

588 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

akan lahir sosok peserta didik yang Amin, Syamsul Munir, 2013, Sejarah
beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Peradaban Islam, Jakarta: Amzah.
Arifin, 2011, Ilmu Pendidikan Islam:
D. Kesimpulan Tinjauan Teoretis dan Praktis
Dari uraian di atas, maka dapat Berdasarkan Pendekatan
diambil benang merahnya sebagai berikut: Interdisipliner, Jakarta: PT Bumi
Pertama: kosepsi tauhid asma wa Aksara.
sifat dalam perspektif Ahlussunnah dapat Asy’arî, Abu al-Hasan ‘Alî ibn Ismâ’il al-,
dijadikan sebagai kurikulum bagi 1977, al-Ibânah ‘An Ushûl al-
pendidikan Islam dengan ketiga maknanya, Diyânah, Tahqîq, Fauqiyah Husain
yaitu sebagai mata pelajaran, silabis, dan Mahmûd, Kairo: Dâr al-Anshâr.
programnya. Bukhâri, Abû ‘Abdillâh Muhammad ibn
Kedua: jika konsepsi tauhid asma wa Ismâîl al-, 2007, Shahih al-Bukhârî,
sifat menurut Ahlussunnah ini dijadikan Tahqîq dan Takhrîj: Ahmad Zahwah
sebagai kurikulum, maka sketsanya dapat dan Ahmad ‘Inâyah, Beirut: Dâr al-
dipetakan dengan; (1) Menjabarkan kaidah- Kitâb al-‘Arabî.
kaidahnya, baik global maupun terperinci Daulay, Haidar Putra, 2004, Pendidikan
(2) Menjelaskan urgensi asma wa sifat dan Islam dalam Sistem Pendidikan
implikasi-implikasinya, dan (3) Nasional, Jakarta: Prenada Media.
Memunculkan dan mengelaborasi Departemen Pendidikan Nasional, 2008,
implikasi-implikasi Asmaulhusna bagi KBBI Pusat Bahasa Edisi keempat,
kehidupan seorang muslim, baik secara PT Gramedia: Jakarta.
vertikal maupun horizontal. DPP HASMI, 2013, Di Bawah Naungan
Islam, Bogor: Marwah Indo Media.
Daftar Pustaka Fauzân, Shâlih bin Fauzān al-, ‘Aqîdah al-
Al-Qur’ân al-Karîm dan terjemahannya. Tauhīd, Sanaa: Dâr al-Shiddîq, tanpa
‘Asqalânî, Ahmad ibn ‘Alî ibn Hajar al-, tahun.
2000, Fath al-Bârî Syarh Shahîh al- Harrânî, Taqiy al-Dîn Ahmad ibn Taimiyah
Bukhârî, Riyadh: Dâr al-Salâm. al-, 1998, Majmû’at al-Fatâwâ,
‘Utsaimîn, Muhammad al-Shâlih al-, 1422, Riyadh: Maktabah al-‘Ubaikân.
Syarh al-‘Aqîdah al-Wâstiyah Li Husaini, Adian, 2010, Virus Liberalisme di
Syaikh al-Islâm Ibn Taimiyah, Perguruan Tinggi Islam, Jakarta:
Riyadh: Dar Ibn al-Jauzî. Gema Insani Press.
Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad Jaiz, Hartono Ahmad, 2002, Aliran dan
al-Badr, 2011, Fikih Asma`ul Husna, Paham Sesat Di Indonesia, Jakarta:
terj. Abdurrahman Thayyib dan Pustaka al-Kautsar.
Sulhan Jauhari, Jakarta: Darus Julayyil, ‘Abd al-Azîz ibn Nâshir al-, 2008,
Sunnah Press. Walillâhi al-Asmâ al-Husnâ Fadûhu
Adian Husaini, et. al., 2013, Filsafat Ilmu: Bihâ: Dirâsah Tarbawiyah Li al-
Perspektif Barat dan Islam, Depok: Âtsâr al-Îmâniyah Wa al-Sulûkiyah
Gema Insani Press. Li Asmâillâh al-Husnâ, Riyadh: Dâr
Âlu Syaikh, ‘Abd al-Rahmân ibn Hasan, Taibah.
1979, Fath al-Majîd Syarh Kitâb al- Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb, 1993,
Tauhîd, Beirut: Dâr al-Fikr. Kitâb al-Tauhîd: Alladzî Huwa Haqq

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 589


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 03, Juli 2014

Allâh ‘Alâ al-‘Abîd, Riyadh: Dâr Ibn


Khuzaimah.
Muslim ibn al-Hajâj al-Nîsabûrî, 2008,
Shahîh Muslim, Tahqiq: Ahmad
Zahwah dan Ahmad ‘Inâyah, Beirut:
Dâr al-Kitâb al-Arabî.
Nata, Abuddin, 2005, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.
____, Abuddin, 2010, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Nizar, Samsul, 2011, Sejarah Pendidikan
Islam: Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rasulullah Sampai
Indonesia, Jakarta: Kencana.
Poerwadarminta, W.J.S., 2007, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.
Qurtubî, Muhammad ibn Ahmad al-, 2001,
al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’ân,
Tahqîq: ‘Abd al-Razzâq al-Mahdî,
Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabî.
Syafri, Ulil Amri, 2012, Pendidikan
Karakter Berbasis Al-Qur’an,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tafsir, Ahmad, 2006, Filsafat Pendidikan
Islami, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
_____, Ahmad, 2012, Ilmu Pendidikan
Islami, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tirmidzî, Abû ‘Îsâ Muhammad ibn ‘Îsâ ibn
Sûrah ibn Mûsâ al-, 1999, Jâmi’ al-
Tarmidzî, Riyadh: Dâr al-Salâm.

590 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam

Anda mungkin juga menyukai