Dosen Pengampu:
Abdul Hamid, M.Pd.I
1. Umi Haniah
2. Nurul Qomariah
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan
hidayahnya.Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri
teladan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang
membawa kebenaran bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yakni ibu/bapak Abdul Hamid, M.Pd.I.yang telah membimbing serta
mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah
yang berjudul {Sanad Matan dan Rawi Hadist }
dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah in
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu
baik secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan
teman-teman sekalian.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Masalah.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
2
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Matan, Sanad dan Rawi Hadist?
2. Apakah Perbedaan Matan, Sanad dan Rawi Hadist?
3. Contoh dari Matan, Sanad dan Rawi Hadist?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Matan, Sanad dan Rawi Hadist
2. Untuk mengetahui Perbedaan Matan, Sanad dan Rawi Hadist
3. Untuk mengetahui Contoh dari Matan, Sanad dan Rawi Hadist
3
BAB II
PEMBAHASAN
Matan adalah istilah khusus untuk menyebut redaksi hadits itu sendiri
sanad Ingat atau lafadz selain Hadits terdiri dari dua bagian, matan dan
sanad. Artinya, jika hadits qauliyah maka perkataan Nabi itulah matannya.
Jika hadits berupa keterangan tentang apa yang dilakukan Rasul, maka
keterangan tersebutlah matannya.
Ibunda Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah tentang jihad yang paling
utama bagi wanita, beliau berkata “Jihad terbaik adalah haji mabrur.” (HR. al-
Bukhari)
Secara etimologis berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya, punggung
jalan (muka jalan), tanah keras yang tinggi. Matan kitab adalah yang bersifat
komentardan bukan tambahan-tambahan penjelasan. Bentuk jamaknya adalah
(“ )متونmutun” dan (”)متانmitan”.
matan secara terminologis adalah redaksi hadits yang menjadi unsur
pendukung pengertiannya.
Penamaan seperti itu barangkali didasarkan pada alasan bahwa bagian itulah
yang tampak dan yang menjadi sasaran utama hadits. Jadi penamaan itu
diambil dari pengertian etimologisnya. Adapun yang disebut matan dalam
ilmu hadist adalah,
Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW.
Yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.
Dengan kata lain, matan adalah redaksi dari hadist. Inilah contoh yang
dinamakan matan hadist : Terkait dengan matan atau redaksi, yang perlu
dicermati dalam memahami hadist adalah :
1. Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi
Muhammad.
4
2. Matan hadist itu sendiri dalam hubungannya dengan hadist lain yang lebih
kuat dengan hadist lain yang lebih kuat sanad-nya ( apakah ada yang
melemahkan atau yang menguatkan ) dan selanjutnya dengan ayat dalam
Al-quran (apakah ada yang bertolak belakang)
Rawi berarti orang yang meriwayatkan hadis. Ada pula yang mengartikan
bahwa rawi adalah orang yang memindahkan hadis dari seorang guru
kepada orang lain atau membukukannya ke dalam suatu kitab hadis.
Istilah rawi yang pertama sama dengan sanad, yaitu oarng yan menerima
hadis dan menyampaikan kepada orang lain tanpa membukukannya. Pada
pengertian kedua, rawi lebih cepat disebut mudawwin (orang
yang mengumpulkan dan membukukan hadis).
Syarat-Syarat Rawi sebagai berikut :
Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Rosul, antara lain ;
5
1. Abu Huroiroh (Abdur Rahman bin Shohr Ad Dausi Al Yamani r.a.),
beliau lahir pada tahun 19 H, dan wafat pada tahun 59 H. hadis yang
diriwayatkannya sejumlah 5374 hadis.
2. Abdulloh bin Umar bin Khottob, beliau lahir pada tahun 10 SH, dan wafat
pada tahun 73 H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2630 hadis.
3. Anas bin Malik, beliau lahir pada tahun 10 SH, dan wafat pada tahun 93
H. hadis yang diriwayatkannya sejumlah 2286 hadis.
Hadits menurut bahasa artinya “baru”, lawan kata “lawas”. Adapun secara
khusus, hadits menurut istilah adalah segala bentuk perkataan, perbuatan,
sikap, sifat fisik dan akhlak yang berasal dari Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Definisi di atas juga berlaku
untuk sinonim kata “as-Sunnah”. Dalam ilmu aqidah, al-Hadits sering
menggunakan istilah as-sunnah atau sunnatu Rasulillah.
Derajat Hadits
Sanad hadits juga bisa merubah derajat hadits. Hadits ahad misalnya, bisa
naik menjadi mutawatir jika ternyata ditemukan bahwa jalur sanad
haditsnya banyak. Hadits dhaif yang memiliki cacat ‘moral’ pada salah
satu rawi dalam sanadnya, bisa naik derajat jadi hasan jika ada sanad lain
yang lebih terpercaya. Di antara moral penyebab rawi hadits menjadikan
cacat antaranya adalah pernah menghina orang/ tidak tepat janji/ mantan
pelaku kriminal/ tidak akurat hafalannya. Imam al-Bukhari dan Muslim
terkenal mengumpulkan hadits shahih. Keduanya mengumpulkan hadits
dengan metode yang sangat ketat. Hanya hadits dengan sanad yang jelas
dan rawi yang bisa dipercaya, yang dapat ditulis ke dalam kitab mereka.
Jadi, andai didapati bahwa salah seorang dalam sanad itu berbohong, maka
semua hadits yang melewati orang tersebut dibuang dan tak masuk dalam
kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim
Hadits Qudsi
Kita telah membaca bahwa di antara hadits adalah perkataan berasal nabi
Muhammad. Namun, di luar itu ada juga hadits yang berasal dari Allah
yakni hadits qudsi. Hadits qudsi adalah firman Allah yang diriwayatkan
oleh Rasul-Nya, di luar dari al-Quran. Kata “qudsi” sendiri berarti “suci”
sebagai pengagungan terhadap perkataan Allah demi membedakan dari
hadits Rasulullah lain.
Secara etimologis berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya,
punggung jalan (muka jalan), tanah keras yang tinggi. Matan kitab adalah
yang bersifat komentardan bukan tambahan-tambahan penjelasan. Bentuk
jamaknya adalah (“ )متونmutun” dan (”)متانmitan”.
6
Muhammad bin Ubaid al-Gubary menyampaikan kepada kami dari Abu
Awanah, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah; Rasulullah
ﷺbersabda,“Siapa saja yang sengaja berdusta akan diriku, hendaklah ia
menempati bangkunya di neraka.” (Muslim)
7
ndahkan hadis. Begitu juga perawi, pada tiap-tiap thabaqah-nya
merupakan sanad bagi thabaqah selanjutnya.Akan tetapi yang
membedakan antara kedua istilah di atas, jika dilihat lebih lanjutadalah
dalam 2 hal, yaitu dalam hal pembukuan hadis, orang yang menerima
hadis-hadis,kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin, disebut
dengan rawi. Dengan demikian maka perawi dapat disebut mudawwin
(orang yang membukukan dan menghimpun hadis),sedangkan orang-orang
lain tanpa membukukannya yang demikian disebut sanad hadis.
Sanad hadist : Telah menceritakan kepada kami Muhammad Bin Rafi’ Abdu
Bin Humaid, berkata Abdu: Telah mengkabarkan kepada kami, sedangkan
ibnu Rafi’ berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazak telah
mengkhabarkan kepada kami Ma’mar dari az-Zuhri dari Urwah dari ‘Aisyah
R.A Berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Matan hadist : “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang
menyala-nyala dan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan (ciri-
cirinya) untuk kalian”
8
Contoh Sanad :
Contoh Matan :
: قَ َال، َح َّدثَنَا َأبُو َر ْو ٍح احلََر ِم ُّي بْ ُن عُ َم َار َة:ال ُّ َح َّدثَنَا َعْب ُد اللَّ ِه بْ ُن حُمَ َّم ٍد امل ْسنَ ِد
َ َ ق،ي
ُ
ول َّ ، َع ِن ابْ ِن عُ َمَر،ِّث
َ َأن َر ُس ُ ت َأيِب حُيَد ِ َ َ ق، عن واقِ ِد ب ِن حُم َّم ٍد،ُح َّد َثنَا ُشعبة
ُ مَس ْع:ال َ ْ َ ْ َ َْ َ
ت َأ ْن ُأقَاتِل النَّاس َحىَّت يَ ْش َه ُدوا َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإاَّل ِ ِ
ُ ُأم ْر :صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال
ِ
َ اللَّه
َ َ
ِ ِ ِ ُ َأن حُم َّم ًدا رس
َ فَِإ َذا َف َعلُوا َذل،الز َكا َة
ك َّ َويُْؤ تُوا،الصالََة ُ َويُق،ول اللَّه
َّ يموا ُ َ َ َّ َو،ُاللَّه
َو ِح َسابُ ُه ْم َعلَى اللَّ ِه،ص ُموا ِميِّن ِد َماءَ ُه ْم َو َْأم َواهَلُ ْم ِإاَّل حِب َ ِّق اِإل ْسالَِم
َ َع
9
Contoh Rawi :
1. Periwayat hadits dari tingkatan sahabat : Abu Hurairah, Aisyah, Anas bin
Malik dll.
2. Periwayat hadits dari tingkatan tabiin : Umayyah bin Abdullah bin Khalid,
Sa’id bin Al-Musayyab, dll.
3. Periwayat hadits dari tingkatan mudawwin : Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam An-Nasa’iy, Imam Ahmad, dll
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Unsur-unsur pokok hadits ialah sanad, matan, dan rawi. Sanad hadits
merupakan rangkaian para periwayat yang menyampaikan kita kepada matan
hadits. Sedangkan matan hadits ialah perkataan yang disebut pada akhir sanad,
yakni sabda Nabi SAW yang disebut sesudah habis disebutkan
sanadnya. Antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat
dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap tabaqahnya juga disebut rawi.
Akan tetapi yang membedakan antara rawi dan sanad adalah terletak pada
pembukuan atau pentadwinan hadits. Orang yang menerima hadits dan
kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab hadits disebut dengan perawi.
Dengan demikian maka perawi dapat disebut mudawwin (Orang yang
membukukan dan menghimpun hadits).
Syarat-syarat perawi hadits adalah seseorang yang adil, dabit, muslim,
balig, berakal, dan tidak pernah melakukan perbuatan dosa besar serta tidak
sering melakukan dosa kecil. Imam-imam perawi hadits antara lain ialah
Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam At-Tarmidzi, Imam
An-Nasa’i, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ahmad.
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan ini
meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal para pembaca dapat
mengimplementasikan tulisan ini. Selain itu, makalah ini masih banyak
memiliki kesalahan dari segi penulisan, sumber materi, dan lainnya, karena
penulis juga merupakan manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dimana
terdapat dalam hadits “al insanu minal khotto’ wan nisyan”, dan juga butuh
11
saran serta kritik agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik
dari pada masa sebelumnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nasehatquran.com/2019/08/pengertian-sanad-matan-dan-rawi.html
13