Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TAFSIR AL-KASYAF
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Naskah Tafsir&Hadis

Dosen Pengampu :
Kusmana M.A. Ph.D.
Dr. Faizah Ali Syibromalisi M.A.

Kelompok 4
Yusuf Ramadhani 11190340000123
Agus Susilo 11190340000163

FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan Inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang Tafsir Al-Kasyaf inj. Selanjutnya tak lupa, Selawat serta Salam kami hantarkan
kepada Rasulullah SAW, karena berkat Rasulullahlah kami dapat mengenal agama yang benar
dan selamat, yaitu agama Islam.
Dalam penyusunan makalah ini, seluruh tenaga telah kami kerahkan dengan maksimal
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan rapi. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya, Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala kritik dan saran.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan pembelajaran bagi kita semua.

Cikarang, 17 September 2021

Pemakalah

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................4
B. TUJUAN MASALAH........................................................................................4
C. RUMUSAN MASALAH....................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
BIOGRAFI AZ-ZAMAKHSYARI.........................................................................6
METODE DAN CORAK PENAFSIRAN AL KASYAF.......................................7

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.. Selain
sebagai mukjizat dan h}ujjah bagi kerasulannya, Al-Qur’an juga berfungsi sebagai
petunjuk yang jelas dan pedoman yang kekal bagi kebahagiaan hidup manusia, baik di
dunia maupun di akhirat. Ditinjau dari kandungan dan muatannya, Al-Quran mengandung
berbagai macam pembahasan, mulai dari akidah, ibadah, sosial, hukum, kisah-kisah umat
terdahulu dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ayat-ayat kauniyyah.
Al-Qur’an juga merupakan sumber nilai dan norma yang pertama dan utama yang
memberikan petunjuk global apa yang harus dilakukan oleh seorang hamba di dunia ini,
baik yang berkaitan dengan dirinya, dengan sesamanya dan dengan Sang Pencipta alam
semesta. Karena begitu pentingnya Al-Qur’an bagi kehidupan manusia, seseorang tidak
akan maju dan sebuah bangsa tidak akan bangkit, kecuali dengan menggali dan meneliti
petunjuk dari ajaran-ajaran Al-Qur’an tersebut.1 Untuk mencari rahasia dari ajaran Tuhan
yang termaktub dalam Al-Qur’an itu, maka harus dengan cara mempelajari tafsirnya 1 .
Menelusuri sejarah tafsir Al-Qur’an, maka Rasulullah saw. adalah seorang mufassir
pertama yang menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an. Allah berfirman:
ِ َّ ‫ت َو ال ُّز ب ُ ِر ۗ َو أ َ ن ْ َز ل ْ ن َ ا إ ِ ل َ ي ْ َك الذ ِ كْ َر ل ِ ت ُب َ ي ِ َن ل ِل ن‬
‫اس َم ا ن ُ ِز لَ إ ِ ل َ ي ْ ِه مْ َو ل َ ع َ ل َّ هُ مْ ي َ ت َ ف َ ك َّ ُر و َن‬ ِ ‫ب ِ ا لْ ب َ ي ِ ن َ ا‬
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu
Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan supaya mereka memikirkan,
Maka wajar saja kita jumpai di dalam kitab-kitab hadis terdapat bab tersendiri yang
membahas tentang tafsir beberapa ayat Al-Qur’an. 3 Pemahaman Nabi terhadap Al-Qur’an
tidak hanya secara global, beliau memahaminya secara detail dan mendalam. Berbeda
dengan para sahabat yang hanya memahami AlQur’an secara global dan mengetahui hukum
secara zahir. Maka ketika sahabat ingin mengetahui makna yang tersirat dan tafsir yang
lebih mendalam, mereka harus meneliti dan mencari tahu dengan usaha yang keras serta
bertanya kepada Rasulullah saw. Karena jika dengan hanya mengandalkan kemampuan
bahasa arab, pemahaman terhadap Al-Qur’an hanya sebatas makna zahir. Oleh karena itu,
Rasulullah seoranglah yang menjadi rujukan tafsir ketika masa turunnya Al-Qur’an.

1Ridlwan Nasir, Memahami Al-Qur’an, Perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin, (Surabaya: CV Indra Media,
2003), 1.

4
Berdasarkan ulasan di atas, maka makalah ini akan membahas tentang Tafsir Al-
Kasyaf dan akan dijelaskan beberapa pokok pembahasannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan biografi Az-Zamakhsyari!
2. Apa metode dan corak penafsiran tafsir Al-Kasyaf?

C. TUJUAN MASALAH
1. Dapat menjelaskan tentang biografi Az-Zamakhsyari.
2. Dapat menjelaskan tentang metode dan corak penafsiran Al-Kasyaf

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. BIOGRAFI AZ-ZAMAKHSYARI
Sebagaimana tertulis dalam tafsir al-Kasysyaf, nama lengkap al-Zamakhsyari ialah
Abd al-Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn ‘Umar al-Zamakhsyari. Tetapi ada juga yang
menulis Muhammad ibn ‘Umar ibn Muhammad al-Khawarizmi al-Zamakhsyari. Beliau
lahir di Zamakhsyar, sebuah kota kecil di Khawarizmi pada hari rabu 27 Rajab 467 H. Atau
18 Maret 1075 M. Beliau berasal dari keluarga miskin, tetapi alim dan ta’at beragama. 2
Ia mulai belajar di negeri sendiri, kemudian melanjutkan ke Bukhara, dan belajar sastra
kepada syaikh Mansur Abi Mudar. Kemudian pergi ke Mekah dan menetap cukup lama
sehingga memperoleh julukan Jarullah (Tetangga Allah). Dan di sana pula ia menulis
tafsirannya, al-Kasysyaf ‘an Haqa’iqi Gawamidit Tanzil wa Uyanil Aqawil fi Wujuhit
Ta’wil.3
Al-Zamakhari dikenal sebagai yang berambisi memperoleh kedudukan di
pemerintahan. Setelah merasa tidak berhasil dan kecewa melihat orang-orang yang dari
segi ilmu dan akhlaq lebih rendah dari dirinya diberi jabatan-jabatan yang tinggi oleh
penguasa, sementara ia sendiri tidak mendapatkannya walaupun telah dipromosikan oleh
guru yang sangat dihormatinya, Abu Mudar. Setidaknya ada dua kemungkinan mengapa
al-Zamakhsyari selalu gagal dalam mewujudkan keinginannya duduk di pemerintahan.
Kemungkinan pertama: kerena ia bukan saja dari ahli bahasa dan sastra Arab saja, tetapi
juga seorang tokoh Mu’tazilah yang sangat demonstratif dalam menyebar-luaskan
fahamnya, dan ini membawa dampak kurang disenangi oleh beberapa kalangan yang tidak
berafiliasi pada Mu’tazilah. Kedua: Mungkin juga karena kurang didukung kondisi
jasmaninya, beliau memiliki cacat fisik, yaitu kehilangan satu kakinya.
Al-Zamakhsyari membujang seumur hidup. Sebagian besar waktunya diabadikan
untuk ilmu dan menyebarluaskan faham yang dianutnya, seperti sering dilakukan kalangan
Mu’tazilah pendahuluannya. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila penulis
biografinya mencatat kurang lebih 50 buah karya tulisannya yang mencaku berbagai

2 Yusuf Muhammad. Studi Kitab Tafsir Menyuarakan teks yang bisu. Teras, Yogyakarta, 2004, hal 43-
44
3 Manna’ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu al-Quran. Hal 530.

6
bidang. Sebagian karya al-Zamakhsyari ada yang masih dalam bentuk manuskrip. Beliau
wafat di jurnaniyah pada malam ‘Arafah tahun 538 H.4
Al Zamakhsyari adalah orang-orang alim teristimewa dalam masalah nahwu,
bahasa, sastra dan tafsir. Ra’yinya dalam bahasa Arab diakui oleh ahli-ahli bahasa.
Zamakhsyari menganut kepercayaan muktazilah, bermadzhab hanafi. Dialah yang
mengarang kitab al-Kasysyaf menyokong akidah dan madzhabnya. Di dalam tafsirnya itu
jelas terlihat bahwa Zamkhsyari itu berhasil melunturkan kepintarannya, kecerdikannya
dan kemahirannya itu sendiri karena padanya ada tanda-tanda yang dapat dilihat dari jauh
bahwa dia telah menghimpunkan ayat-ayat untuk membantu muktazilah dan menolak
lawan-lawannya.5
Tapi dari pihak bahasa dia telah menyingkapkan tabir keindahan al-Qur’an dan
balaghahnya yang menarik bila ditinjau dari sudut ilmu balaghah, ilmu al-Bayan, sastra,
nahwu dan tasrif. Kitabnya ini menjadi tempat pengambilan oleh orang dalam bahasa. Di
dalam pendahuluan kitabnya itu dia menyebutkan bahwa ada orang yang menadi
penghalang bagi tafsirnya karena orang ini tidak menyelami dengan mendalam. Dia adalah
orang yang unggul dalam dua macam ilmu khusus al-Qur’an. Yaitu ilmu ma’ani dan ilmu
bayan. Dia tidak tergesa-gesa dalam mengemukakan kedua ilmu ini. 6

2. Metode dan Corak Penafsiran


Tafsir al-Kasysyaf disusun dengan tartib mushafi yaitu berdasarkan urutan surat
dan ayat dalam Mushaf Usmani. Kemudian ditulis dengan lebih dahulu menuluskan ayat
al-Qur’an yang akan ditafsirkan kemudian memulai dengan penafsirannya dengan
mengemukakan pemikiran rasional yang didukung dengan dalil-dalil dari riwayat hadis
maupun al-Qur’an. Meskipun ia tidak terikat oleh riwayat dalam penafsirannya.
Metode yang digunakan oleh al-Zamakhsyari dalam penafsirannya adalah
metode tahlili yaitu meneliti makna kata-kata dan kalimat-kalimat dengan cermat. Ia juga
menyingkap aspek munasabah yaitu hubungan ayat dengan ayat lainnya tau surat dengan
surat lainnya. Sebagian besar penafsirannya berorientasi pada rasio (ra’yu) maka tafsir al-

4 Yusuf Muhammad. Studi Kitab Tafsir Menyuarakan teks yang bisu. Teras, Yogyakarta, 2004, hal 45-
46
5 Mana’ul Qathan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2,terj. Halimuddin (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,

1995)hlm. 209-210
6 Mana’ul Qathan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2,terj. Halimuddin (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,

1995)hlm. 209-210

7
Kasysyaf dapat dikategorikan pada tafsir bi al-ra’yu meskipun pada beberapa
penafsirannya menggunakan dalil naql (nas al-Qur’an dan Hadis).
Contoh kecil Penafsiran dalam Tafsir al-Kasysyaf7
Contoh bentuk penafsiran bi al-ra’yi dengan metode tahlili dalam tafsir Al-
Kasyaf dapat dilihat pada penafsiran QS. Al-Baqarah ayat 115
ٌ ‫س عٌ ع َ ل ِي م‬ َّ ُ ‫ب ۚ ف َ أ َي ْ ن َ َم ا ت ُ َو ل ُّ وا ف َ ث َ م َّ َو ْج ه‬
َّ ‫َّللا ِ ۚ إ ِ َّن‬
ِ ‫َّللا َ َو ا‬ ُ ‫ق َو ا ل ْ َم غ ْ ِر‬
ُ ‫ّلِل ِ ا ل ْ َم شْ ِر‬
َّ ِ ‫َو‬
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap
di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui.
ُ ‫ق َو ا ل ْ مَ غ ْ ِر‬
‫ب‬ ُ ‫ّلِل ِ ا ل ْ مَ شْ ِر‬
َّ ِ ‫ َو‬menurut al-Zamakhsyari maksudnya adalah Timur dan
Barat dan seluruh penjuru bumi, semuanya kepunyaan Allah. Dia yang memiliki dan
menguasai seluruh alam. ‫ ف َ أ َي ْ ن َ َم ا ت ُ َو ل ُّ وا‬maksudnya ke arah manapun manusia
menghadap Allah hendaknya menghadap qiblat sesuai dengan firman Allah dalam QS.
Al-Baqarah ayat 144 yang berbunyi.
ِ ‫ك شَطْ َر ال ْ مَ س‬
ِ‫ْج د‬ َ َ‫ك ق ِ ب ْ ل َ ة ً ت َ رْ ضَ ا ه َا ۚ ف َ َو ل ِ َو ْج ه‬
َ َّ ‫ك ف ِي ال سَّ مَ ا ِء ۖ ف َ ل َ ن ُ َو ل ِ ي َ ن‬
َ ِ‫ب َو ْج ه‬َ ُّ ‫ق َ د ْ ن ََر ٰى ت َ ق َ ل‬
‫ق‬ُّ ‫ح‬ َ ‫ث مَ ا ك ُ ن ْ ت ُمْ ف َ َو ل ُّ وا ُو جُ و ه َ ك ُ مْ شَطْ َر ه ُ ۗ َو إ ِ َّن ا ل َّ ذِ ي َن أ ُوت ُوا ال ْ ِك ت َا‬
َ ْ ‫ب ل َ ي َ ع ْ ل َ مُ و َن أ َ ن َّ ه ُ ال‬ ُ ْ ‫ال ْ حَ َر ا ِم ۚ َو حَ ي‬
‫ِم ْن َر ب ِ ِه ْم ۗ َو َم ا ّللاَّ ُ ب ِ غ َا ف ِ ٍل ع َ مَّ ا ي َ ع ْ َم ل ُ و َن‬
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.
Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan
Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Latar belakang turunnya ayat ini menurut Ibnu Umar berkenaan dengan shalat
musafir di atas kendaraan, ia menghadap ke arah mana kendaraannya menghadap.
Tetapi mennurut ’Ata ayat ini turun ketika tidak diketahui arah qiblat shalat oleh suatu
kaum, lalu mereka shalat ke arah berbeda-beda. Setelah pagi hari ternyata mereka slah
menghadap kiblat kemudian mereka menyampaikan peristiwa tersebut kepada Nabi
(lalu turunlah ayat ini). Kemudian ada yang berpendapat bahwa kebolehan berdoa
menghadap arah mana saja, bukan dalam shalat.

7Muhammad Yusuf, dkk, Studi Kitab Tafsir: Munyuarakan Teks yang Bisu (Yogyakarta: Penerbit
Teras, 2004)hlm. 53

8
Dari contoh penafsiran di atas tampak bahwa al-Zamakhsyari memulai
penafsirannya dengan mengemukakan pemikirannya secara rasional lalu dikuatkan
dengan ayat lain yang berkaitan dan setelah itu mengemukakan riwayat atau pendapat
ulama. Jadi al-Zamakhsyari di samping menggunakan akalnya juga menggunakan
riwayat naql sebagai penguat atas penafsirannya.

Anda mungkin juga menyukai