Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Takhrij Hadis merupakan langkah awal dalam kegiatan
penelitian hadis. Pada masa awal penelitian hadis telah dilakukan
oleh para ulama salaf yang kemudaian hasilnya telah dibukukan
dalam berbagai buku hadis. Mengetahui masalah takhrij adalah
sesuatu yang sangat penting bagi orang yang mempelajari ilmu-ilmu
syar’i, agar mampu melacak suatu hadis sampai pada sumbernya.
Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus
mendapat perhatian serius untuk mengetahui sumber hadis itu
berasal. Di samping itu, dalam ilmu takhrij di temukan banyak
kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan
kualitas sanad hadis.
Orang yang mempelajari ilmu tidak akan dapat membuktikan
dengan suatu hadis atau tidak dapat meriwayatkannya, kecuali
setelah ulama-ulama yang telah meriwayatkan hadis dalam kitabnya
dengan dilengkapi sanadnya. Oleh karena itu, penulis sedikit
memberikan penjelasan mengenai takhrij hadis untuk dapat
mempermudah kita dalam mencari ataupun mengetahui sumber
ataupun kualitas dari suatu Hadis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Takhrij?
2. Bagaimana Sejarah Takhrij Hadis?
3. Apa yang menjadi Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadis?
4. Kitab-kitab apa saja yang dibutuhkan dalam Takhrij Hadis?
5. Bagaimana Metode Takhrij Hadis?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian takhrij
2. Untuk mengetahui sejarah takhrij hadis
3. Untuk mengetahui Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadis
4. Untuk mengetahui Kitab-kitab yang dibutuhkan dalam
Takhrij Hadis
5. Untuk mengetahui Metode Takhrij Hadis

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhrij
Secara etimologi kata takhrij berasal dari akar kata ‫خرج – يخرج‬
‫ خروجا‬- mendapat tambahan tasydid pada ro’ menjadi : - ‫يخرج‬ ّ – ‫خرج‬ّ
‫ خروجا‬yang artinya menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan,
menyebutkan, dan menumbuhkan.1 Maksudnya menampakkan
sesuatu yang tersembunyi, tidak kelihatan dan masih samar.
Penampakan dan pengeluaran disini tidak mesti berbentuk fisik yang
konkret, tetapi mencakup nonfisik yang hanya memerlukan tenaga
dan pikiran seperti makna kata ‫ استخراج‬yang diartikan istnbath yang
berarti mengeluarkan hukum dari teks Alqur’an dan hadis.
Takhrij secara bahasa berarti juga berkumpulnya dua perkara
yang saling berlawanan dalam satu persoalan, namun secara mutlak
diartikan oleh para ahli bahasa dengan arti mengeluarkan (al-
istinbath), melatih (at-tadrib), dan menghadapkan (at-taujih).2
Takhrij menurut istilah adalah sebagai berikut:
1. Pendapat Mahmud At-Thahhan, Takhrij adalah penunjukan
terhadap tempat hadis didalam sumber aslinya yang dijelaskan
sanad dan martabatnya sesuai keperluan.3
2. Pendapat Ahli hadis bahwa Takhrij mempunyai beberapa arti
sebagai berikut:
a. Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan
menyebutkan para periwayatnya dalam sanad yang telah
meyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang
mereka tempuh.
b. Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telah
dikemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab,
atau yang lainnya. Yang susunannya dikemukakan
berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para gurunya, atau
temannya, atau orang lain, dengan menerangkan siapa
periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis
yang dijadikan sumber pengambilan.

1
Al-Marbawi, Kamus Idris Al-Marbawi, h. 167
2
Abu Muhammad Al-Mahdi Ibn Abd Al-Qodir Al-Hadi. Darul
Ikhtisam: Thariqu Takhrij Hadist Rosululloh, h. 6
3
Mahmud Ath-Thahan. Ushul At-Takhrij wa Dirosah As-Sanid,
(Riyadh : Maktabah Rosyad, t.t.), h.12
2
c. Menunjukan asal-usul hadis dan mengemukakan sumber
pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun
oleh para periwayat yang juga sebagai penghimpun bagi
hadis yang mereka riwayatkan.
d. Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau
berbagai sumbernya, yakni kitab-kitab hadis, yang
didalamnya disertakan metode periwayatannya dan
sanadnya masing-masing, serta diterangkan keadaan
periwayatnya dan kualitas hadisnya.
e. Menunjukan atau mengemukakan letak asal hadis pada
sumber yang asli, yakni berbagai kitab yang didalamnya
dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanadnya
masing-masing: kemudian untuk kepentingan penelitian,
dijelaskan kualitas sanad hadis tersebut.4
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Takhrijul
hadis adalah mengemukakan hadis pada orang banyak dengan
menyebutkan para perawinya, mengemukakan asal usul hadis sambil
dijelaskan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadist yang
rangkaian sanadnya berdasarkan riwayat yang telah diterimanya
sendiri atau berdasarkan rangkaian sanad gurunya, dan penelusuran
atau pencarian hadis dalam berbagai kitab sebagai sumber asli dari
hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan
secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.
B. Sejarah Takhrij Hadis
Menurut al-Thahhan, disaat para ulama dan peneliti hadis
terdahulu mempunyai pengetahuan yang baik dan luas serta
hubungan yang kuat dengan sumber hadis, mereka tidak
membutuhkan buku-buku takhrij. Sebab dengan pengetahuan yang
luas serta hubungan yang kuat tersebut mereka dengan mudah bisa
membuktikan keshahihan sebuah hadis, menjelaskan kitab-kitab
yang menjadi sumbernya, bahkan mereka mengetahui metode dan
cara-cara penyusunan kitab-kitab sumber tersebut.5
Keadaan seperti itu berlangsung sampai berabad-abad, hingga
pengetahuan para ulama tentang kitab-kitab hadis dan sumber aslinya
menjadi sempit, maka sulitlah bagi mereka untuk mengetahui

4
Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadit Nabi, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1991), h. 41-42
5
Mahmud al-Thahhan, Ushul al-Takhrij Wa dirasatu al-Asanid,
(Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 1978), h. 113
3
tempat-tempat hadis yang menjadi dasar Ilmu Syar’i, seperti fikih,
tafsir, sejarah, dan sebagainya. Berangkat dari kenyataan inilah
sebagaian ulama bangkit untuk membela hadis dengan cara
mentakhrijkannya dari kitab-kitab selain hadis, menisbatkannya pada
sumber asli, menyebutkan sanad-sanadnya, dan membicarakan
kesahihan dan kedhoifan sebagian atau seluruhnya maka timbullah
kitab-kitab takhrij.6
Namun ketika mereka mulai merasa kesulitan untuk
mengetahui sumber dari suatu hadis, dan setelah berkembangnya
karya-karya ulama’ dibidang fiqih, tafsir, dan sejarah yang memuat
hadis-hadis Nabi SAW dan terkadang tidak menyebutkan
sumbernya, mereka terdorong untuk melakukan takhrij terhadap
karya-karya tersebut. Pada saat itu, munculah kitab takhrij yang
pertama yaitu karya Al Khatib Al Baghdadi.7
Pada perkembangan selanjutnya, cukup banyak bermunculan
kitab yang berupaya mentakhrij kitab-kitab dalam berbagai ilmu
agama.8
Ulama-ulama hadis telah menulis berpuluh-puluh kitab-kitab
tentang Takhrij, yang populer di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kitab Takhrij Ahadisil Muhadzab, karya Abu Ishaq Al-
Syirozi, tulisan Muhammad bin Musa Al-Hazimi.
2. Kitab Takhriju Ahadisil Mukhtashoril Kabir, karya Ibnu
Hajib, tulisan Ahmad bin Abdul Hadi Al-Maqdisi.
3. Kitab Nasbur Royah Li Ahadisil Hidayah , karya Al-
Margigani, tulisan Abdulloh bin Yusuf Az-Zaila’i.
4. Kitab Takhriju Ahadisil Kassyaf li Az-Zamakhsyari,
karya Al-Jahiz, tulisan Hafidz Az-Zailai.
5. Kitab Al-Badrul Munir fi Takhrijil Ahadisti wa Asiril
Waqi‟ati FishSyrkhil Kabiri, karya Rofi‟i, tulisan Umar
bin Ali bin Al-Mulqin.
6. Kitab Al-Mughni An Hamilil Asfar Fil Al-Ashfar Fi
Takhriji Ma Fil Ihya‟ Minal Akhbar, tulisan Abdur-
Rahim bin Al-Husain Al-Iroqi.

6
Mahmud Ath-Thahan, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad
Hadist, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1995), h. 7-8
7
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010),
h. 187
8
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadist,(Jakarata: Gaya Media
Pratama,1996), h. 115
4
7. Kitab-kitab Takhrij At-Turmudzi yang ditandainya dalam
setiap tulisan Al-Hafidz Al-Iroqi juga.
8. Kitab-kitab Talkhisul Kabir Fi Takhrijil Ahadisti Syarkhil
Wajizil Kabir, Kitab Ar-Rofi‟i, tulisan Ahmad bin Ali bin
Hajar Al-Ashqolani.
9. Kitab Ad- Diroyah fi Takhrijil ahadisil Hidayah, tulisan
Al-Hafidz Ibnu Hajar juga.
10. Kitab Tuhfatur-Rawi Fi Takhriji Ahadisil Baidawi,
tulisan Abdur Rouf Al Munawi.9
C. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadis
Kegiatan Takhrij Hadis mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:10
1. Mengetahui sumber keaslian suatu hadis dari buku hadis
apa saja yang didapatkan.
2. Mengetahui ada berapa tempat hadis tersebut dengan sanad
yang berbeda di dalam sebuah buku hadis atau dalam
beberapa buku induk hadis.
3. Mengetahui kualitas hadis makbul (diteirma) atau mardud
(ditolak).
4. Mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis
yang ingin diteliti terdapat dalam buku-buku hadis atau
tidak.11
5. Mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti.
6. Mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.
7. Mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi‟ pada
hadis yang akan diteliti.
Selain memiliki tujuan, takhrij juga memiliki manfaat yang
sangat besar khususnya bagi yang mempelajari hadis dan ilmunya.
Adapun manfaat takhrijul hadis cukup banyak diantaranya adalah
sebagai berikut:12
1. Menghimpun sejumlah sanad hadis, dengan takhrij
seseorang dapat menemukan sebuah hadis yang akan

9
Al-Kinani, Ar-Risalatul Mustatrofah, (Damaskus: Darul Fikr, 1383
H), h.185-190
10
Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, h. 44
11
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadist, (Jakarta: Amzah, 2007), h.
117-118
12
Ahmad Husain, Kajian Hadist Metode Takhrij, (Jakarta Timur: Pustaka
Al Kaustar,1993), h. 107
5
diteliti di sebuah atau beberapa tempat di dalam kitab Al-
Bukhori saja, atau di dalam kitab-kitab lain. Dengan
demikian ia akan menghimpun sejumlah sanad.
2. Mengetahui referensi beberapa buku hadis, dengan takhrij
seseorang dapat mengetahui siapa perawi suatu hadis dan
yang diteliti dan dalam kitab hadis apa saja hadist tersebut
didapatkan.
3. Mengetahui keadaan sanad yang bersambung (muttashil)
dan yang terputus (munqothi) dan mengetahui kadar
kemampuan perawi dalam mengingat hadis serta
kejujuran dalam periwayatan.
4. Mengetahui status suatu hadis. Terkadang ditemukan
sanad suatu hadis dhoif, tetapi melalui sanad lain
hukumnya sahih.
5. Meningkatkan suatu hadis yang dhoif menjadi hasan
lighoirihi karena adanya dukungan sanad lain yang
seimbang atau lebih tinggi 7 kualitasnya, atau
meningkatnya hadis hasan menjadi shohih ligoirihi
dengan ditemukannya sanad lain yang seimbang atau
lebih tinggi kualitasnya.
6. Mengetahui bagaimana para imam hadis menilai suatu
kualitas hadis dan bagaimana kritikan yang disampaikan.
7. Seseorang yang melakukan takhrij dapat menghimpun
beberapa sanad dan matan hadis.
8. Dengan takhrij dapat diketahui banyak sedikitnya
beberapa jalur periwayatan suatu hadis yang sedang
menjadi topik kajian.
9. Dengan takhrij akan diketahui kuat dan tidaknya
periwayatan. Makin banyaknya jalur periwayatan akan
menambah kekutan riwayat, sebaliknya tanpa dukungan
periwayatan lain maka berarti kekuatan periwayatan tidak
bertambah.
10. Dengan takhrij kekaburan suatu periwayatan, dapat
diperjelas dari periwayatan jalur sanad yang lain. Baik
dari segi perawi, sanad maupun matan hadis.
11. Dengan takhrij akan dapat ditentukan status hadis shahih
dzatihi atau shahih lighoirihi lighoirihi, hasan lidzatihi
atau hasan lighoirihi. Demikian juga akan diketahui
istilah hadis mutawatir, masyhur, aziz, dan ghorib.

6
12. Dengan takhrij akan dapat diketahui persamaan dan
perbedaan atau wawasan yang lebih luas tentang berbagai
periwayatan dan beberapa hadis terkait.
13. Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak
mengamalkan setelah mengetahui bahwa hadis tersebut
adalah maqbul (dapat diterima), sebaliknya orang yang
tidak mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadis
tersebut mardud (ditolak).
14. Mengetahui keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-
benar berasal dari Rosulululloh SAW yang harus diikuti
karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran
hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun matan.
D. Kitab-kitab yang dibutuhkan dalam Takhrij Hadis
Dalam melakukan takhtij hadis, kita memerlukan kitab-kitab
yang berkaitan dengan takhrij hadis. Adapun kitab-kitab tersebut
antara lain sebagai berikut:13
1. Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil Bukhari
Kitab ini disusun oleh Abdur Rahman Ambar Al-Misri
At-Tahtawi, kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis-
hadis yang termuat dalam Shahih Bukhari yang disusun
berdasarkan urutan abjad arab. namun hadis yang
dikemukakan secara berulang dalam Shahih Bukhari tidak
dimuat berulang dalam kamus diatas jadi perbedaan lafazh
dalam matan hadis riwayat Bukhari tidak dapat diketahui
melalui kamus tersebut.
2. Mu’jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Gariibu Minha atau
Furis Litartibi Ahaditsi Shahihi Muslim
Kitab tersebut merupakan satu juz yakni juz ke-5 dari
kitab Shahih Muslim yang disunting oleh Muhammad Abdul
Baqi, juz ke-5 ini adalah kamus dari juz ke- 1-4 yang berisi:
a. Daftar urutan judul kitab, nomor hadis, dan juz yang
memuatnya.
b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan.
c. Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun
menurut abjad serta menerangkan nomor hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari.

13
Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia. 2008), Cet.
1, h. 194
7
3. Miftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa Al-
Tauqiah yang digunakan untuk mencari hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim namun hadis yang dimuat dalam
kitab ini hanyalah sabda (qauliyah), hadis ini disusun menurut
abjad dari awal lafazh matan hadis.
4. Al-Bugyatu fi Tartibi Ahaditsi Al-Hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin Al-Sayyid
Muhammad bin Sayyid Al-Qammari, kitab hadis ini memuat
dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab
yang disusun oleh Abu Nuaim Al-Asabuni yang berjudul
Hilyatul Auliyai wathabaqatul Asfiyai.
5. Al-Jami’us Shagir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrahman As-
Suyuthi, kitab hadis ini memuat hadis yang terhimpun dalam
kitab himpunan kutipan hadis yang disusun oleh As-Suyuthi
juga yakni kitab fam’ul fawami’. kitab ini disusun berdasarkan
urutan abjad lafazh matan hadis, dalam kitab ini juga
menerangkan nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan
hadis yang bersangkutan dan nama mukharij-nya (periwayat
hadis yang menghimpun hadis dalam kitabnya).
6. Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fadzil Hadis Nabawi
Kitab ini disusun oleh sebuah tim dari kalangan orientalis,
yang aktif saat proses penyusunan adalah Dr. Arnold John
Wensinck, kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis
berdasarkan petunjuk lafazh matan hadis, kitab ini juga
mampu memberikan informasi kepada pencari matan dan
sanad hadis selama sebagian dari lafazh matan yang dicari
telah diketahui.
E. Metode Takhrij
Didalam melakukan takhrij, menurut Mahmud at-Thohhan ada
lima metode yang dapat dijadikan sebagai pedoman.14
1. Takhrij melalui lafadz pertama dari Matan Hadis.
Metode takhrij hadist dari lafadz pertama, yaitu suatu metode
berdasarkan pada lafadz pertama matan hadis, sesuai dengan urutan

14
Mahmud al-Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij Dan Studi Sanad,
(Semarang: Dina Utama, 1983), h. 83
8
huruf hijaiyah, sehingga metode ini mempermudah pencarian hadis
yang dimaksud.15
Contoh : ‫بني السالم علي خمس‬
Langkah-langkah mencarinya adalah:
a. membuka bab “ba” (‫)ب‬
b. mencari huruf kedua, yaitu huruf “nun” (‫)ن‬
c. selanjutnya mencari huruf “ya” (‫) ي‬dan seterusnya.
Adapun kitab-kitab yang membantu kita dalam menggunakan
metode ini adalah sebagai berikut:
a. Kitab-kitab tentang hadis-hadis yang masyhur di kalangan
masyarakat, yaitu ucapan-ucapan yang banyak beredar dan
selalu diriwayatkan di kalangan masyarakat, yang
disandarkan pada nabi Muhammad SAW.
b. Kitab-kitab tentang hadis yang disusun berdasarkan urutan
huruf hijaiyah.
c. Kitab-kitab miftah (kunci) dan Fahras (kamus) kitab-kitab
hadis tertentu.
2. Takhrij melalui kata-kata dalam matan hadis.
Metode Takhrij hadis menurut kata-kata yang terdapat dalam
hadis, yaitu suatu metode yang berlandaskan pada kata-kata yang
terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata
kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang
dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis
yang dimaksud dapat diperoleh. Penggunaan metode ini akan lebih
mudah manakala menitik beratkan pada pencarian hadis berdasarkan
pada lafadh-lafadhnya yang asing atau jarang digunakan.
Contoh : ‫ان النبي صلي هللا عليه وسلم نهي عن طعام المتبارين‬
Sekalipun kata-kata yang dipergunakan dalam pencariannya
dalam hadis diatas cukup banyak, seperti ‫ نهي‬/ ‫ طعام‬akan tetapi
sangat dianjurkan mencari kata yang sangat jarang adanya.
Kamus yang diperlukan dalam dalam metode takhrij ini salah
satunya yang paling mudah adalah Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras
li Alfadz Al-Hadist An-Nabawi yang disusun oleh A.J Wensinck dan
kawan-kawannya dalam 8 jilid.16

15
Muhammad Ahmad, Ulumul Hadist, (Bandung: Pustaka Setia,
2004), h. 132-135
16
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadist, h. 55
9
3. Takhrij melalui sahabat yang meriwayatkan hadis.
Metode takhrij ini dapat diterapkan selama nama sahabat yang
meriwayatkan terdapat dalam hadis yang hendak di takhrij. Jika
sebaliknya atau tidak mungkin dapat diketahui dengan cara apapun,
maka metode ini tidak dapat diterapkan.
Adapun kitab-kitab pembantu metode ini adalah sebagai
berikut:
a. Kitab-kitab Musnad
Musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan
nama-nama sahabat, atau kitab yang menghimpun hadis-
hadis sahabat.
b. Kitab-kitab Mu’jam.
Mu’jam adalah kitab-kitab hadis yang yang disusun
berdasarkan musna-musnad sahabat, guru-gurunya, Negara
atau lainnya dan umumnya susunan nama- nama sahabat
itu berdasarkan urutan huruf hijaiyah, tetapi ada kitab-kitab
mu’jam yang disusun berdasarkan musnad-musnad
sahabat.
c. Kitab-kitab Atraf
Kitab Atraf adalah bagian kitab-kitab hadis yang
hanya menyebutkan bagian hadis yang dapat menunjukan
keseluruhannya, kemudian menyebutkan sanad-sanadnya,
baik secara menyeluruh atau hanya dihubungkan pada
kitab-kitab tertentu.17
4. Takhrij Hadis berdasarkan Tema.
Penelusuran Hadis yang didasarkan pada tema/topic
(maudhu’i) hendaknya sudah mengetahui topic hadis kemudian
ditelusuri melalui tema pada kitab atau kamus yang disusun
menggunakan metode tersebut.
Salah satu kamus hadis tematiknya adalah Miftah min Kunuz
As-Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi, terjemahan dari aslinya
berbasa inggris A Handbook of Early Muhammadan karya A.J
Wensink. Pencarian matan hadis yang berdasarkan topic masalah
sangat menolong pengkaji hadis yang ingin memahami petunjuk-
petunjuk hadis dalam segala konteksnya.18

17
Mahmud Ath-Thahan, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad
Hadist, h. 26-30
18
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadist, h. 121
10
5. Takhrij berdasarkan status hadits.
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah
dilakukan para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis
berdasarkan statusnya. Karya-karya tersebut sangatlah membantu
sekali dalam proses pencarian hadits, seperti hadis-hadis qudsi, hadis
masyhur, hadis mursal, hadis mutawatir, hadis maudhu’, dan lainnya.
Seorang peneliti hadis, dengan sendirinya telah melakukan takhrij
hadis, karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab
yang berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit sehingga tidak
memerlukan upaya yang rumit. 19
Kitab-kitab yang berkenaan dengan metode ini antara lain:
a. Sekitar hadis-hadis mutawatir, seperti: Kitab al-Azhar al-
Mutanasirat fi al-akhbar al-Mutawatirah, karangan
Suyuti.
b. Sekitar hadis-hadis Qudsi, seperti: al-Ahadits al-
Qudshiyyah, dari lembaga Al-Qur’an dan Hadis, Dewan
Tertinggi Agamaa Islam.
c. Sekitar hadis-hadis Mursal, seperti: al-Murasil, karangan
Abu Daud.
d. Sekitar hadis-hadis Maudhu’, seperti: al-Masnu’a fi
Ma’rifat alHadits al-Maudhu’, karangan al-Qari.20
F. Takhrij Hadis Ekonomi Syariah Tentang Riba
1. Teks Hadis

Artinya: Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah


Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat pemakan riba,
pemberi makan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya.
Beliau bersabda: "Mereka itu sama." (Hadits Riwayat
Muslim).21
2. Takhrij Hadis
Berdasarkan penelusuran hadis dalam al-Kutub al-Tis’ah
yang menjelaskan tentang orang yang memakan riba, pemberi

19
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, h. 194
20
Said Agil Husin Al Munawar, Al-QUR’AN Membangun Tradisi
Kesalehan Hakiki, (Ciputat: PT.Ciputat Press, 2005), Cet IV, h. 151
21
Kitab Bulugul Marom, Bab Riba, hadits no. 850
11
riba, penulisnya dan dua orang saksinya dengan kata kunci ‫اكل‬
‫ الربا‬diperoleh data riwayat sebagai berikut:
a. Kitab Hadis Shohih Muslim No. 2995

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad


bin sobbah dan zuhair bin harb dan ustman bin abu
syaibah mereka berkata; telah menceritakan kepada
kami khusyaim telah mengabarkan kepada kami abu
azzubair dari jabir dia berkata, ” Rasulullah SAW
melaknat pemakan riba, orang yang menyuruh
memakan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya. “ Dia
berkata, Mereka semua sama”.
b. Kitab Hadis Sunan Abu Daud No. 2895

Artinya; Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin


Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah
menceritakan kepada kami Simak, telah menceritakan
kepadaku Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, dari
ayahnya dia berkata; Rasulullah SAW melaknat orang
yang memakan riba, orang yang memberi makan riba,
saksinya dan penulisnya.
c. Kitab Hadis Sunan At Tirmidzi No. 1127

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah


telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari
simak bin harb dari Abdurrahman bin Abdullah bin
mas’ud dari ibnu mas’ud ia berkata; rasulullah SAW
melaknat pemakan riba, yang memberi makan riba,
12
kedua saksi dan penulisnya. Ia mengatakan dalam hal
ini ada hadits serupa dari umar, ali, jabir dan abu
juhaifah. Abu isa berkata; hadits Abdullah adalah
hasan shahih.
d. Kitab Hadis Ibnu Majah No. 2268

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad


bin basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin ja’far berkata, telah menceritakan
kepada kami syu’bah berkata, telah menceritakan
kepada kami simak bin harb ia berkata ; aku
mendengar ’abdurrahman bin Abdullah menceritakan
dari Abdullah bin mas’ud dia berkata, Rasulullah
SAW melaknat pemakan riba, yang
mengambilkannya, yang menyaksikannya dan
penulisnya.
e. Kitab Hadis Sunan Ad Darimi No. 2423

Atinya: Telah mengabarkan kami abu nu’aim telah


menceritakan kepada kami sufyan dari abu qais dari
huzail dari Abdullah , ia berkata rasulullah saw
melaknat pemakan riba dan orang yang member
makan dari hasil riba.
f. Kitab Hadis Musnad Ahmad No. 13744

Artinya: Telah menceritakan kepada kami husyaim


dari azzubair berkata; rasulullah SAW melaknat orang
yang memakan riba, yang memberi makan dengan
harta riba, dua saksinya dan penulisnya.

13
Dari keenam hadits yang ditemukan diatas, meskipun
dari perawi yang berbeda namun isi hadisnya sama yang
intinya Rasulullah SAW telah melaknat orang yang
memakan riba, yang memberi makan dengan harta riba,
pencatat transaksi riba serta dua saksinya.
3. Status Hadis
Jika ditinjau dari kitab hadis yang banyak menerangkan
tentang hadis yang telah dijelaskan diatas maka hadis ini
dikatakan hadis shohih dengan alasan berikut:
a. Hadis tersebut diriwayatkan oleh sahabat-sahabat
Rasulullah SAW
b. Para perawi tersebut merupakan perawi yang hidup
pada masa Rasulullah SAW.
c. Hadis-hadis tersebut diuraikan didalam kitab Imam
Muslim, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Sunan Abu Daud,
Sunan Ad Darimi dan Musnad Ahmad Bin Hambal.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Takhrij hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis sebagai
sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan secara lengkap
matan dan sanadnya. Secara sederhananya, takhrij hadis adalah usaha
mempertemukan matan hadis dengan sanadnya.
Adapun sebab-sebab pentingnya Takhrijul hadis adalah untuk
mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti, untuk
mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.
Tujuan takhrij hadis adalah untuk mengetahui sumber dari
suatu hadis dan untuk mengetahui kualitas dari suatu hadis, apakah
hadis tersebut diterima (shahih atau hasan) atau ditolak (dhaif).
Metode penerapan takhrij hadis adalah: takhrij melalui lafadh
pertama matan hadis, takhrij melalui kata-kata dalam matan hadis,
takhrij melalui perawi hadis pertama, takhrij berdasarkan tema hadis,
dan takhrij berdasarkan status hadis.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis berharap ada masukan dan
kritik agar kedepannya dapat menjadi yang lebih baik lagi.

15

Anda mungkin juga menyukai