Abstrak
Penafsiran ayat-ayat hukum dalam kitab tafsir Ahkam Alquran karya Al Jassas memliki
karakteristik yang menarik untuk diteliti, karena penggunaan metode, bentuk dan corak
dalam penafsirannya tidak seperti penafsiran pada umumnya. Hal ini padaakhirnya
mengantarkan penafsiran yang dilakukan oleh Al Jassas yang notabene adalah imam
madzhab Hanafi jauh dari konsep ontologisnya tentang penafsiran Alquran itu sendiri.
Karena tujuan yang ingin dicapai melalui penafsiran yaitu menyelaraskan kepentingan
madzhabnya dalam memaknai ayat-ayat Alquran dari berbagai aspeknya sehingga bisa
menuntun terhadap pengenalan atas keesaan Tuhan tidak tercapai, mengingat
sistematika penafsiran Al Jassas cendrung mengedepankan pendapat madzhabnya saja,
membuat pembahasannya hanya monoton dan larut seputar problematika fiqh antar
madzhab.
Pendahuluan
Sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia, Alquran memiliki karakteristik
yang sangat fleksibel untuk ditafsirkan, dalam artian Alquran bisa dipahami dari
berbagai sudut pandang dan pendekatan, ini dapat dilihat dalam realitas sejarah
1
2
penafsiran Alquran yang beranekaragam sebagi respon umat Islam dalam upaya
memaknai dan memahaminya. Pemahaman terhadap Alquran secara sistematis tidak
pernah berhenti ataupun terputus, terus dan selalu berkembang secara dinamis
mengikuti pergeseran zaman dan putaran sejarah. Inilah yang menyebabkan
munculnya beragam pendekatan yang digunakan untuk memaknai dan memahami
Alquran, yang pada akhirnya muncul dan berkembang madzhab dan corak dalam
penafsiran Alquran.
Selain karyanya yang dianggap penting oleh madzhab hanafi dalam bidang
tafsir -Ahkam Alquran- , beliau juga menulis beberapa karya berupa buku dan kitab,
diantaranya; Ushul Al Jassas, Syarah Mukhtashar Al-Karkhi, Syarah Mukhtashar Al-
Tahawi, Syarah Jami’ Al-Shagir Wa Al-Jami’ Al-Kabir karya imam Muhammad bin
al-Hasan al-Syaibani, Syarah Asma’ Al-Husna, dan Ushul Fiqh. Dari hasil
karyakaryanya tersebut, beliau tergolong sebagai seorang ulama yang alim sehingga
menjadi salah satu sandaran pembelaan terhadap madzhab hanafi. Tidak sedikit ulama
lain yang mengembalikan permasalahan permasalahannya yang terkait dengan
4
madzhab hanafi kepadanya sesuai dengan bukti dan dalil yang ada. Pada akhirnya, Al
Jassas wafat pada tanggal 7 dzulhijjah, tahun 370 H di Baghdad. 1
Terkait tafsir hukum atau tafsir al-ahkam merupakan tafsir yang digagas oleh
ahli hukum (fuqaha’) yang berorientasi pada seputar persoalan-persoalan hukum Islam
(fiqh). Corak tafsir ini sudah ada sejak masa sahabat dan terus berlanjut hingga
sekarang. Namun perlu digarisbawahi, bahwa pada periode pertengahan sebagaimana
telah dijelaskan tafsir ini mulai menuangkan perbedaan penafsiran terhadap ayat
hukum, sehingga muncullah berbagai madzhab fikih. Di antara para imam madzhab
seperti Imam Syafi’i, Imam Hanbali, Imam Hanafi, Imam Maliki dan imam-imam
lainnya berusaha mencari jawaban permasalahan-permasalahan yang muncul dengan
menggali ayat-ayat yang berbicara tentang hukum sesuai dengan ijtihadnya. Meskipun
banyak terjadi perbedaan pendapat di antara imam madzhab, lantas tidak membuat
mereka mengklaim dirinya yang paling benar. Imam Syafi‟i adalah contoh imam
madzhab yang juga mengakui pendapat imam lainnya, sebagaimana ungkapannya
“Apabila ada hadis yang sahih, itu adalah pendapatku”, dan perkataannya kepada Imam
Hanbali “Apabila ada suatu hadis yang sahih menurutmu, beritahukanlah kepadaku”,
dan komentarnya terhadap Imam Hanafi “Semua orang dalam bidang fikih merupakan
familinya Abu Hanifah”.2
1
Muhammad Husain Al-Zahabi, Al-Tafsir Wa Al-Mufassirun (Mesir: Maktabah Wahbah, tt), hlm. 323
2
Tim Forum Karya Ilmiah RADEN, Alquran Kita: Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir Kalamullah, ed. Abu
Hafsin (Lirboyo: Lirboyo Press, 2013), hlm. 245.
5
bahkan menyerang madzhab lain yang tidak sesuai dengan madzhab mereka. Hal ini
seperti yang dilakukan oleh al-Jashshash (w. 370 H). Sejak awal, al-Jashshash telah
dikenal sebagai pengikut Imam Hanafi yang mengantarkannya kepada sebuah
pemikiran berbasis nalar sehingga berpengaruh pula dalam penafsirannya terhadap
Alquran. Dalam hal ini al-Dzahabi juga mengungkapkan dalam kitabnya Al-Tafsir wa
al-Mufassirun bahwa al-Jashshash dalam menafsirkan Alquran cenderung bermadzhab
Imam Hanafi. 3
3
Moh. Sabiq dan Dyah Ayu Fitriani, “Kajian Kritis atas Ahkam Alquran karya Al-Jashshash (W. 370
H)”, https://iatbajigur.files.wordpress.com/2017/04/ahkam-alquran-abi-bakr-ahmad-bin-ali-al-razi-al-
jashshash-w-370-h.pdf, Ahad, 14 Maret 2021, 22.07 WIB, 5.
4
Ibid., 6.
5
Muqthi Ali, Fanatisme Mazhab Dalam Tafsir Hukum: Studi Tafsir Ahkam Al-Qur’an Al-Jassas
(Tangerang: Gaung Persada Press, 2019), 98.
6
Metode Tahlili yang digunakan oleh Al Jassas oleh para pakar bahasa dianggap
bisa memberikan kelebihan pemahaman karena bisa menyajikan makna-makna
kosakata dalam Alquran yang bisa dijadikan dasar dalam pengambilan dalil hukum.
Namun kritik juga disampaikan bahwa secara bahasa, mufassir yang menggunakan
metode ini tidak jarang dianggap berlebihan atau berkurang dalam memberikan
6
Muqthi Ali, Fanatisme Mazhab Dalam…, 98.
7
Ibid., 100.
7
penjelasan terhadap suatu kosakata yang ada dalam Alquran30. Perhatian yang
diberikan para ulama yang mengkritik penggunaan metode ini jelas dapat terlihat dalam
tafsir Al Jassas bahkan pada pembukaan tafsirnya pada saat Al Jassas membahas lafadz
basmallah.
Dalam menulis tafsirnya, Al Jassas terlihat sangat peduli terhadap kekuatan dan
validitas dalil untuk mendukung penjelasan ayat-ayat yang ia tafsirkan. Penggunaan
dalil yang digunakan tidak hanya terbatas pada penjelasan ayat dengan ayat, tetapi juga
merujuk pada penjelasan Rasulullah Sallallahu „alaihi Wasallam, keterangan yang
didapat dari para sahabat Rasulullah Sallallahu „alaihi Wasallam atau bahkan sampai
pada pendapat para tabi‟in. Penggunaan metode bi al-Ma‟tsûr tidak terbatas pada ayat-
ayat hukum saja namun juga pada penafsiran ayat yag bersifat umum. Contoh
penggunaan tafsîr bi al-ma‟tsûr pada tafsir Ahkâm Alquran adalah ketika Al Jassas
menafsirkan Q.S. al-Baqârah [2]:234 yang berkaitan dengan iddah perempuan yang
ditinggal mati oleh suaminya.
8
Alquran, 2:234.
9
Tafsirweb, Quran Surat Al-Baqarah Ayat 234, https://tafsirweb.com/926-quran-surat-al-baqarah-
ayat-234.html, Senin, 15 Maret 2021, 17.05 WIB.
8
Al Jassas sejak awal dikenal sebagai ulama yang lahir dalam atmosfer aliran
madrasah ahlu al ra’yi di pusat kotanya yaitu Baghdad. Ia juga dikenal sebagai ulama
besar mazhab hanafiah. Oleh karenanya metode penafsiran bi al ra’yi bukanlah sesuatu
yang asing bagi Al Jassas. Di dalam penulisan tafsirnya, Al Jassas memang mengklaim
bahwa ia menggunakan akal dan pikirannya untuk menganalisa dan berijtihad seputar
penafsiran Alquran untuk mengetahui makna-makna dan hukum-hukumnya.
Sebagaimana Al Jassas telah mengklaim menggunakan akal pikirannya untuk
menafsirkan ayat-ayat Alquran dan apa yang terkandung di dalamnya yang belum
dijelaskan atau belum disepakati oleh para ulama, maka Al Jassas dalam banyak
kesempatan di dalam tafsirnya seringkali menggunakan ungkapan-ungkapan yang
menunjukkan bahwa ia berupaya keras untuk menemukan hukum yang terkandung
10
Muqthi Ali, Fanatisme Mazhab Dalam…, 106.
9
Sebagai sebuah hasil karya tidak terlepas dari pengaruh sang penulisnya. Al
Jassas dikenal sebagai salah satu ulama yang mengkhidmatkan dirinya pada pelestarian
mazhab Hanafi. Oleh karena itulah karya-karyanya pun cenderung memberikan
pembelaan terhadap konsep-konsep yang telah digariskan oleh Imam Abu Hanifah
selaku pendiri mazhab Hanafi. Hal inilah yang mempengaruhi penulisan tafsir Al
11
Muqthi Ali, Fanatisme Mazhab Dalam…, 109.
12
Ibid., 110.
10
Jassas, karena jika ditelisik lebih dalam maka akan terlihat adanya pengaruh yang
sangat kental bahkan cenderung memunculkan fanatisme terhadap mazhab Hanafi
sehingga dalam berbagai aspek sangat teguh pegangannya serta pembelaannya kepada
Mazhab Hanafi. Berikut adalah bentukbentuk keterpengaruhan Al Jassas terhadap
mazhab Hanafi yang memunculkan fanatisme mazhab. 13
13
Muqthi Ali, Fanatisme Mazhab Dalam…, 139-140.
14
Ibid., 141.
11
Tafsir karya Al Jassas diakui sebagai tafsir yang cukup kredibel di kalangan
mazhab hanafi maupun di kalangan pengkaji tafsir dan fikih pada umumnya.
Pengakuan tersebut memang pantas diberikan kepada Al Jassas karena hasil karyanya
ini memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi perkembangan pembahasan
perbandingan mazhab dan tafsir dengan corak fikih dan hukum.
Terlepas dari kualitas yang dimiliki oleh tafsir tersebut jika dilihat dari isinya
yang menggambarkan corak fikih yang komprehensif, Ahkâm Alquran tidak bisa
melepaskan diri dari identitasnya sebagai sebuah tafsir yang condong kepada mazhab
Hanafiah. Keberpihakan pada mazhab ini dapat banyak dilihat pada isi tafsirnya
sebagaimana telah penulis uraikan dan contohkan sebelumnya. 16
Para ulama pun mengomentari fanatisme yang kentara pada tafsir ini. Di antara
ulama yang berkomentar adanya fanatisme dalam penulisan tafsir Ahkâm Alquran ini
adalah Muhammad Hussein al-Dzahabi dalam bukunya yang menjadi pedoman banyak
penuntut ilmu di bidang ulûm Alquran yaitu kitab Tafsĭr wa al-Mufassirûn. al-Dzahabi
memberikan beberapa contoh-contoh penafsiran yang cenderung beraroma fanatisme.
Contoh-contoh penafsiran yang cenderung beraroma fanatisme adalah penafsiran Q.S..
15
Muqthi Ali, Fanatisme Mazhab Dalam…, 150.
16
Ibid., 153.
12
Al Baqarah [2]:186. Pada ayat ini Al Jassas berusaha dengan keras menjadikan ayat ini
sebagai dalil bahwa orang-orang yang telah memulai puasa sunnah, wajib untuk
menyempurnakan puasanya hingga berbuka. Ayat lain yang dicontohkan oleh al-
Dzahabi adalah Q.S.. Al Baqarah [2]:232. Pada ayat ini Al Jassas berusaha berdalil
dengan ayat ini dari beberapa aspek bahwa pernikahan wanita yang juga bisa dilakukan
tanpa wali dan tanpa izin dari walinya. Ayat lain yang menjadi contoh adalah Q.S.. Al-
Nisa [4]: 2 dan 6 yang ia jadikan dalil bagi mazhab Hanafi sebagai kewajiban
memberikan harta anak yatim apabila telah sampai umur 25 tahun.
17
Muqthi Ali, Fanatisme Mazhab Dalam…, 154.
13
membalas apa yang dilakukan oleh Al Jassas terhadap Imam Syafi’i melalui tafsirnya
sendiri yang juga bercorak hukum.18
1. Al Jassas dikenal sebagai pengikut mahzhab Imam Hanafi yang taat, dan
kefanatikannya itu menjadikannya memaksakan penafsiran yang bernuansa
fiqh dalam tafsirnya. Karena ia lebih menonjolkan madzhab Hanafi dan tidak
berimbang dengan madzhab yang lain, sehingga ia selalu menyanggah argumen
lain yang bertentangan dengan Madzhabnya. 20
2. Penafsiran yang terpengaruh akidah Muktazillah yaitu pada penafsiran terkait
teologi.
3. Sistematika penulisan tafsir yang memasukkan berbagai pendapat ulama Fiqh
sehingga seolah-olah seperti kitab fiqh dari pada kitab tafsir.
18
Muqthi Ali, Fanatisme Mazhab Dalam…, 155.
19
Muhammad Ali Ayazi, Al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum (Teheran:Wazarat al-Tsaqafah
al-Irsyad al-Islamy, 1313), 111-112.
20
Pendapat dari Manna’ al-Qaththan, Dalam Manna’ al-Qaththan Mabahist fi Ulum Al-Qur’an,
(Surabaya: Al-Hidayah, 1973), 378.
14
Penutup
Al Jassa menggunakan metode tafsir tahlili dalam melakukan analisis ayat-ayat
Alquran dengan memaparkan kandungan ayat-ayat Alquran sesuai dengan pandangan,
kecendrungan, keahlian dan keinginan mufassirnya yang dihidangkan secara runtut
sesuai dengan penurunan ayat-ayat dalam mushaf. Al Jassas banyak memulai
penafsirannya dengan terlebih dahulu membahas pengertian umum dari kosakata ayat,
perbedaan-perbedaan pendapat tentang pemahaman suatu ayat yang dihidangkan
dengan menyajikan berbagai macam pendapat ulama mazhab lalu ia mengambil
kesimpulan dengan mengambil hukum apa yang dapat diambil dari pemahaman
terhadap ayat tersebut.
Daftar Pustaka
Ali, Muqthi. 2019. Fanatisme Mazhab Dalam Tafsir Hukum: Studi Tafsir Ahkam Al-
Qur’an Al-Jassas. Tangerang: Gaung Persada Press
Alquran
Fitriani, Dyah Ayu dan Moh. Sabiq. Kajian Kritis atas Ahkam Alquran Karya Al-
Jashshash (W. 370 h). https://iatbajigur.files.wordpress.com/2017/04/ahkam-
alquran-abi-bakr-ahmad-bin-ali-al-razi-al-jashshash-w-370-h.pdf
RADEN, Tim Forum Karya Ilmiah. 2013. Alquran Kita: Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir
Kalamullah, ed. Abu Hafsin. Lirboyo: Lirboyo Press