Anda di halaman 1dari 12

Stilistika al-Qur’an:
Tela’ah Karakteristik Ayat-ayat Ekologi
Abstract
The Qur’an is not only an authoritative scripture whose implicit verses contain grandeur in the form of not
being limited to space and time, but also structurally, the Qur’an has the accuracy of a linguistic system
that is high between one element and another element. Through the Stylist discourse of the Qur’an, Muslim
scholars show the level of accuracy and accuracy of the structure of the Qur’anic language which is not found
in other texts. The Stylist research of the Qur’an aims to describe the style or style of the Qur’anic language
in narrating ecological verses. By analyzing preferences and deviations it will be found that the Qur’an has a
tendency to use certain languages for certain purposes.

Al-Qur’an bukan hanya kitab suci otoritatif yang secara implisit ayat-ayatnya mengandung
keagungan berupa tak terbatas pada ruang dan waktu, melainkan juga secara struktural, al-
Qur’an memiliki akurasi sistem kebahasaan yang tingi antar satu unsur dengan unsur yang
lain. Melalui diskursus stilistika al-Qur’an, para sarjana muslim memperlihatkan tingkat aku­
rasi dan kecermatan struktur bahasa al-Qur’an yang tidak ditemukan pada teks-teks lain.
Penelitian stilistika al-Qur’an ini bertujuan mendeskripsikan style atau gaya bahasa al-Qur’an
dalam menarasikan ayat-ayat ekologi. Dengan analisis preferensi dan deviasi akan diketemu-
kan bahwa al-Qur’an memiliki kecenderungan dalam menggunakan bahasa tertentu untuk
tujuan tertentu.
Kata Kunci: Stilistika, al-Qur’an, Ekologi, Style, Linguistik.

Oleh:

Achmad Abdul Aziz


Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
hasanalmumtaza@gmail.com

135
Achmad Abdul Aziz # Riset Lepas LoroNG

Pendahuluan tersebut berbeda dengan yang lain. Begitu


Peranan linguistik menjadikan bahasa juga al-Quran. Sebagai sebuah teks yang
sebagai obyek penelitian, kini kian dina- memiliki tingkat akurasi kebahasaan yang
mis dan progresif. Webster (1981) men- tinggi, indah, dan mencirikan kecenderu­
definisikan linguistik dengan studi tentang ngan penggunaan tanda-tanda lingusitik2
ujaran manusia yang meliputi kesatuan, tertentu untuk mencapai efek khusus,
hakekat, struktur, dan perubahan bahasa. maka diperlukan tela’ah stilistika. Hal ini
Wardhaugh (1973) sendiri me­ ngartikan diperlukan guna mengetahui kreativitas
linguistik sebagai pengkajian bahasa se- al-Qur’an dalam mengeksplorasi penggu-
cara ilmiah. Linguistik melihat bahasa bu- naan bahasa.
kan hanya sebagai ujaran manusia, melain- Kajian-kajian tentang ekologi berbasis
kan sebuah sistem kebahasaan yang dapat ayat-ayat dalam al-Qur’an telah banyak
ditelaah dengan kaidah-kaidah ilmiah. dilakukan. Di antaranya yaitu penelitian
Wilayah kajian linguistik dibagi menjadi yang dilakukan oleh Wardani dan Mulya­
dua. Pertama, mikrolinguistik yang meng- ni dengan judul Eko-Teologi al-Qur’an: Se-
kaji bahasa dari aspek sifat, struktur, dan buah Kajian Tafsir al-Qur’an dengan Pendeka-
cara kerja bahasa tersebut. Kedua, makro- tan Tematik. Penelitian ini memaparkan se-
linguistik yang mengaitkan faktor-faktor jauh mana al-Qur’an sesungguhnya turut
di luar bahasa seperti aspek kejiwaan, situ- berbicara tentang lingkungan. Pemeli-
asi, konteks, sosial, dan filsafat. haraan lingkungan yang selama ini diang-
Salah satu bidang studi dalam ilmu gap sebagai upaya menjaga relasi antara
lingustik interdispliner (makrolinguis- manusia dengan alam, ternyata memiliki
tik) yang mengkaji fenomena kebahasaan korelasi dengan konsep teologis. Pengelo-
adalah stilistika . Studi ini digunakan oleh laan alam secara prinsipil erat kaitannya
para linguis sebagai metode dalam menga- dengan ketauhidan seseorang. Di antara
nalisis gaya bahasa yang ada pada struk- ciri ketaatan seseorang terhadap Tuhan
tur teks sastra terlepas dari faktor ekster- adalah ia memanfaatkan alam secara pro-
nal yang melingkupi teks tersebut, yaitu porsional, tidak melakukan pengrusakan,
bagaimana karya tersebut dihasilkan. Se­ dan mensyukuri nikmat-Nya.
hingga obyek kajian stilistika adalah karya Kedua, penelitian yang dilakukan M.
sastra yang sudah ada.1 Menurut Rene Ridwan dengan judul Fiqh Ekologi: Memba-
Wellek, G.W. Turner dan E.L. Epstein, ngun Fiqh Ekologis untuk Pelestarian Kosmos.
stilistika merupakan cabang dari ilmu li­ tulisan ini memaparkan bahwa sumber-
nguistik. Sedangkan Stephen Ulmann ber- daya alam dan keanekaragaman hayati
pendapat bahwa stilistika adalah bidang sangat penting demi keberlangsungan hi­
kajian yang menghubungkan linguistik dup sebuah bangsa. Berangkat dari per-
dengan sastra. soalan lumrahnya anggapan masyarakat
Struktur teks dalam karya sastra ter­
hadap pengrusakan lingku­ ngan, pe-
memiliki esensi tersendiri bagi para linguis nelitian ini berupaya membangun fon-
dan mengilhami mereka untuk melakukan dasi fiqhiyyah dalam pelestarian alam.
telaah lebih mendalam. Di dalam karya Sebagaimana pendapat Yusuf Qordhowi
sastra terdapat style yang mencirikan karya yang menambahkan satu poin dalam ma-
qasid as-Syari’ah yaitu hifdzu al-Bi’ah. Peran
1 Lihat, Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Ter-
apan, (Bandung: Angkasa Raya, 1990), hlm. 2 Tanda-tanda linguistik yaitu berupa bentuk
93. deklaratif dan bentuk imperatif.

136 LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018


Stilistika al-Qur’an: Tela’ah Karakteristik Ayat-ayat Ekologi

manusia menjadi strategis utamanya da- tanaman yang dapat dikonsumsi oleh ma-
lam menjalankan mandat kekhalifahan di nusia dan binatang. Sehingga al-Quran
muka bumi (Q.S. Hud: 61). tidak perlu menyebutkan satu-persatu se­
Dua penelitian tersebut menunjuk- perti tanaman sayur-mayur, buah-buahan,
kan perhatian serius para sarjana mus- dan tanaman hijau lain yang konsumtif.
lim terhadap krisis lingkungan. Mereka Studi stilistika muncul dan berkem-
menjadikan ayat-ayat al-Qur’an sebagai bang pada abad ke-3 hijriyah dalam
sumber pengetahuan dalam membentuk bidang ilmu balaghah. Karya yang menan-
konsep-konsep pemeliharaan lingkungan dai kemunculannya adalah Nazm al-Quran
dengan berbagai pendekatan. Akan teta- oleh al-Jahiz, I’jaz al-Quran oleh Muham-
pi, belum ditemukan adanya pendekatan mad bin Ziyad al-Wasiti, Dala’il I’jaz dan
stilistika dalam mengungkap maksud dan Asrar al-Balaghah oleh ‘Abd al-Qahir al-Jur-
tujuan al-Qur’an ketika menarasikan ayat- jani, al-Nukat fi I’jaz al-Quran oleh ar-Rum-
ayat ekologi. Bertolak dari fakta itu, stilisti- mani, I’jaz al-Quran oleh al-Baqillani, dan
ka memiliki peran krusial untuk menjawab para tokoh lain. Kajian stilistika, sebagai
bagaimana gaya bahasa al-Qur’an dalam bagian dari kajian ilmu lingusitik, dibatasi
menarasikan ayat-ayat ekologi? Serta apa pada teks tertentu dengan memperhatikan
saja ciri-ciri stilistika yang dapat ditemui pre­ferensi kata/struktur bahasa yang ada
dalam ayat-ayat ekologi di al-Qur’an?. di dalam teks sekaligus mengamati hubu­
Tujuan penelitian ini yaitu untuk ngan antar pilihan kata. Dari hal tersebut
mendeskripsikan gaya bahasa yang digu- akan diidentifikasi ciri-ciri stilistika yaitu
nakan al-Qur’an dalam menyampaikan se- sintaksis, leksikal, retoris/deviasi. Stilisti-
buah ungkapan. Dari studi stilistika pula, ka al-Quran dipergunakan untuk menyeli-
dapat dijelaskan preferensi penggunaan diki bahasa yang dipakai dalam al-Quran.
lafal atau struktur bahasa sehingga bisa Obyek stilistika adalah style. Secara
diketahui ciri-ciri stilistikanya. etimologi, style diartikan sebagai gaya
bahasa. Syihabuddin Qalyubi mendefi-
Stilistika al-Quran nisikan style yairu metode penggunaan
Analisis stilistika dalam al-Quran ti- bahasa dari seseorang dalam konteks ter-
dak terlepas dari konsep I’jaz al-Quran.3 tentu untuk tujuan tertentu. Style dalam
I’jaz al-Quran oleh para Linguis disebut al-Quran bersifat inheren, artinya setiap
sebagai kemampuan al-Quran dalam struktur bahasa dalam al-Qur’an me­
menaklukkan keindahan syair-syair arab ngandung style.5 Pada bagian ini, ranah
terdahulu dengan gaya bahasanya yang kajian dilakukan berdasarkan stilistika te­
tidak hanya indah namun juga sistematis rapan (al-uslubiyyah at-tathbiqiyyah) artinya
secara struktur.4 Kecermatan al-Quran da- ranah kajian difokuskan pada teks sastra
lam membuat kalimat inilah yang disebut untuk dicari karakteristiknya.
para linguis modern sebagai kemukjizatan
al-Quran. Kata mar’a dalam surat al-Na- 5 Kata style bermula dari Yunani dan mela-
hirkan dua pemahaman besar yaitu plato­
zi’at ayat 31 telah mencakup semua jenis nik bahwa style adalah kualitas dari suatu
ungkapan. Sehingga dalam suatu ungka-
3 Lihat, Akhmad Muzakki, Stilistika al-Quran: pan, style boleh jadi ada atau tidak. Sedang-
Memahami Karakteristik Bahasa Ayat-ayat Ek- kan paham Aristoteles berpendapat bahwa
satologi, (Malang: UIN-Maliki Press), hlm. style adalah kualitas yang inheren dalam
51. suatu ungkapan. Maka setiap teks pasti
4 Hal ini dibuktikan oleh para sarjana muslim memiliki style hanya saja kualitasnya lah
melalui Theori Sharfah dan Teori Nazm. yang berbeda.

LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018 137


Achmad Abdul Aziz # Riset Lepas LoroNG

Metode Penelitian dah, khusus, dan sesuai konteks pembaca


Penelitian ini termasuk jenis peneli- saja, melainkan memiliki kecermatan an-
tian kualitatif deskriptif. Menurut Nana tar satu unsur bahasa dengan yang lain.
Syaodhi Sukmadinata (2011), peneli- Karena itu, pada bagian ini pembahasan
tian kualitatif deskriptif ditujukan guna difokuskan pada aspek preferensi kata dan
mendeskripsikan dan menggambarkan gaya bahasa al-Quran dalam menarasikan
fenomena-fenomena yang ada yang ber- ayat-ayat tentang interaksi manusia de­
sifat alamiah. Penelitian deskriptif tidak ngan lingkungan (ekologi); terutama apa
melakukan pengubahan pada variabel saja hikmah diciptakannya bumi bagi ma-
yang ada melainkan meggambarkan suatu nusia, dan bagaimana ayat-ayat tersebut
kondisi apa adanya. Adapun pengumpu- menjelaskan sikap manusia pada bumi.
lan data dengan menggunakan metode Berkaitan dengan ayat-ayat yang
sampling yang fokus pada teori penelitian menjelaskan tentang bumi dan sikap ma-
Michel Quinn Patton. Dalam pengambilan nusia pada bumi, maka sesuai metode sam-
sampel ada tiga tipe yaitu: pertama, sampel pling yang digunakan, tidak seluruh ayat
kasus ekstrim; kedua, sampel kasus tipikal; dianalisis, melainkan; 1) ayat-ayat yang
ketiga, sampel yang terdapat keragaman memiliki keserupaan dalam mengungkap-
maksimal untuk mencari keragaman yang kan subtansi makna yang sama, 2) ayat-
unik.6 ayat yang mempunyai kata-kata khas ter-
Dalam ranah stilistika, tiga metode tentu, dan 3) ayat-ayat yang mengandung
sampling ini sangat berperan yaitu untuk aspek penyimpangan gaya bahasa
menelusuri wujuh al-inhiraf yang terdapat Berdasar hal tersebut, ayat-ayat yang
dalam ayat-ayat ekologi, penggunaan ka- memaparkan kata “bumi” dibatasi pada
ta-kata yang khas (ikhtiyar al-lafdzi), dan surat 2 (al-Baqarah): 60, 61, & 205; 6 (al-
menelusuri redaksi-redaksi yang mirip da- An’am): 38; 7 (al-A’raf): 56 & 110; 11 (Hud):
lam pengungkapan substansi makna yang 117; 22 (al-Hajj): 5; 29 (al-Ankabut): 36. Dari
sama. Adapun analisis data digunakan sekian ayat tersebut, kata “bumi” disertai
yaitu dengan metode tematik, menetap- dengan ungkapan yang menjelaskan kata
kan masalah-masalah fokus yang akan tersebut.
dibahas; metode deskriptif, berdasarkan
pada fenomena bahasa yang ditemui; dan Studi Ekologi
metode analisis preferensi & deviasi guna Kehadiran umat Islam dalam meres­
mengungkap pemilihan serta penyimpa­ pon isu kerusakan lingkungan masih ter-
ngan kalimat yang ada di dalam ayat-ayat lambat dibanding dengan dunia Barat.
ekologi.7 Pada tahun 1969, Amerika telah memi-
Diskursus stilistika al-Qur’an dalam liki the National Environmental Policy Ad
pembahasan ini mengacu pada gaya ba- (NEPA), sebuah undang-undang yang
hasa al-Quran sebagai obyek penelitian. mengatur tentang lingkungan. Padahal
Pemilihan kata di dalam al-Quran tidak persoalan kerusakan lingkungan ada-
hanya terpaku pada diksi-diksi yang in- lah persoalan global yang berdampak
langsung pada setiap sendi aktivitas ma-
6 Lihat, Noeng Muhadjir, Metodologi Peneli- nusia. Di sisi lain, manusia juga memiliki
tian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
1992), hlm. 146. andil besar dalam menjaga keseimbangan
7 Lihat, Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al- ekosistem di dunia. Hal ini sebagaimana
Qur’an: Makna di Balik Kisah Ibrahim, (Yog- ditegaskan dalam al-Quran yaitu peran
yakarta: LkiSYogyakarta), hlm. 5

138 LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018


Stilistika al-Qur’an: Tela’ah Karakteristik Ayat-ayat Ekologi

manusia sebagai khalifah. sikap manusia Di Hari Kesiapsiagaan Bencana, 26


terhadap pelestarian lingkungan juga ber- April 2017, Kepala Badan Nasional Pe­
kaitan erat dengan kematangan spiritual. nanggulangan Bencana (BNPB), H.E. Wil-
Al-Gore, mantan Wakil Presiden Ameri- lem Rampangilei memaparkan data bah-
ka, dalam Earth in the Balance: Ecology and wa tren bencana ke depan terus meningkat
the Human Spirit, mengatakan “Lebih dalam berupa bencana hidrometeorologi seba­
saya menggali akar krisis lingkungan yang nyak 92%. Faktor antropogenik (ulah ma-
melanda dunia, lebih mantap pula keyakinan nusia) menjadi faktor dominan pemakan
saya bahwa krisis ini tidak lain adalah manifes- korban jiwa dan berakibat pada disekui-
tasi nyata dari krisis spiritual.” librium ekosistem daripada faktor alam.
Pencemaran air laut akibat limbah Hasil kajian risiko bencana tahun 2015 oleh
pabrik yang kini marak terjadi dipahami BNPB menunjukkan lima jenis bencana
sebagai masalah teknis yang harus disele- besar yaitu: puting beliung sebanyak 244
saikan secara teknis juga. Alhasil para juta jiwa, kekeringan 228 juta jiwa, banjir
pakar berupaya menciptakan teknologi 100 juta jiwa, gempa bumi 86 juta jiwa, dan
terbarukan yang lebih ramah lingkungan. tanah longsor 14 juta jiwa.10 Bahkan pada
Begitu pula pada persoalan kerusakan bulan Januari-Maret 2018, BNPB mencatat
lingkungan lain. Ketika terumbu karang sebanyak 513 bencana terjadi di Indonesia
di laut semakin berkurang, stok ikan yaitu: 182 puting beliung, 157 banjir, 137
menurun, maka solusinya adalah melaku- longsor, 15 kebakaran lahan dan hutan, 10
kan rehabilitasi terhadap terumbu karang tanah longsor disertai banjir, 7 gelombang
lalu mengembangkannya menjadi ka- pasang dan abrasi, 3 gempa bumi, serta 2
wasan konservasi. cara seperti ini tentu ti- erupsi gunung berapi.11 Sejak 2014 long-
dak dapat dilegitimasi sebagai sebuah ke- sor menjadi bencana paling mematikan.
salahan. Arif Satria (2007) dalam bukunya Sekitar 40,9 juta jiwa masyarakat Indone-
berjudul Fondasi, Teori, dan Diskursus Ekolo- sia tinggal di daerah rawan longsor sedang
gi Manusia, mengatakan bahwa “persoalan hingga tinggi.
sumberdaya alam tidak semata persoalan Paparan data di atas jelas menun-
teknis. Ternyata ada masalah-masalah so- jukkan bahwa ulah manusia (antropoge-
sial politik yang berkaitan erat dengan ak- nik) menjadi faktor dominan terjadinya
ses pemanfaatan dan kontrol atas sumber- kerusakan lingkungan di samping akibat
daya alam oleh manusia. perubahan iklim global yang melanda
Konsep diskursus ekologi didasarkan banyak negara. Korban jiwa yang terpapar
pada asumsi bahwa perubahan lingku­ bencanapun bukan lagi dalam skala kecil,
ngan tidaklah bersifat netral, melainkan tapi meluas dan secara utuh mampu me-
bentuk dari politik lingkungan yang meli- makan banyak korban jiwa dalam sekali
batkan banyak aktor berkepentingan, baik bencana.
di skala lokal, regional, maupun global.8
Diskursus ekologi mencermati bagaima- Ecology: The Politics of Environmental Science,
na kerusakan lingkungan tidak terlepas (London: Routledge), 2003.
dari rusaknya perilaku manusia secara so- 10 h t t p : / / w w w . d e p k e s . g o . i d / a r t i c l e /
print/17042500001/bnpb-menginisia-
sial-politis9 si-pencanangan-hari-kesiapsiagaan-ben-
8 https://repository.ipb.ac.id/discover?scop cana.html
e=%2F&query=fondasi%2C+teori%2C­+dan 11 h t t p s : / / n e w s . d e t i k . c o m / b e r i -
+diskursus+ekologi&submit=&rpp=10 ta/3895731/513-bencana-alam-terja-
9 Lihat, Timothy Forsyth, Critical Political di-di-indonesia-sejak-januari-maret-2018.

LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018 139


Achmad Abdul Aziz # Riset Lepas LoroNG

Respon Islam purnakan untukmu nikmat-Nya lahir


dan batin. Dan di antara manusia ada
Surutnya perhatian umat muslim
yang membantah tentang (keesaan)
terhadap isu kerusakan lingkungan, oleh
Allah tanpa ilmu pengetahuan atau pe-
Nurcholish Madjid ditanggapi secara ilmi- tunjuk dan tanpa kitab yang memberi
ah. Ia melakukan redefinisi konsep taskhir12 penerangan. (Q.S. Luqman: 20).
yang selama ini dipahami sebagai “alam
lebih rendah daripada manusia”, sehingga Ibn Jarir al-Thabari dalam kitabnya
secara hierarkis manusia dapat mengeks­ Jami’ al-Bayan dan Ibn Katsir dalam Tafsir
ploitasi alam dengan cara apapun. Konsep Ibn Katsir mengaitkan hal tersebut dengan
taskhir yang ia ajukan, memaknai alam se- penegasan ketauhidan dan pemurniaan
bagai elemen yang sama pentingnya da- ketaatan manusia kepada Allah swt. Se-
lam struktur kosmologi al-Quran. Alam dangkan Robert N. Bellah menyebutnya se-
harus diperlakukan sebagaimana mestin- bagai “devaluasi radikal”, yaitu ketika ma-
ya. Bahkan al-Quran sendiri menegaskan nusia menegaskan kesucian Tuhan, maka
bahwa sikap arif manusia terhadap alam segala sesuatu menjadi tidak bernilai. Atau
berupa menjaga keseimbangan ekosistem dalam ungkapan Fazlur Rahman bahwa
adalah wujud ketaatan pada Penciptanya alam semesta sebagai sebuah tanda akan
sebagai khalifah.13 hilang apabila diletakkan di sisi Allah swt.
Makna taskhir erat kaitannya dengan Sebab tidak ada sesuatu pun yang memili-
tawhid karena penundukan Allah terhadap ki jaminan yang inheren untuk ada di sisi
alam, tempat di mana manusia tinggal, Allah. Itu artinya alam tidak lagi bernilai
adalah agar manusia mengakui kekuasaan apabila disandingkan dengan kekuasaan
Allah secara mutlak. Dalam artian hanya Allah. Berbeda dengan hal itu, Wardani
Allah-lah yang dapat menundukkan alam & Mulyani berupaya meletakkan posisi
dan seisinya demi kebaikan manusia. Hal “alam” dan “ketauhidan pada Tuhan” se-
ini tertera dalam surat Luqman ayat 20: cara proporsional. Mereka menyebutkan
bahwa pemahaman tersebut tidak lantas
‫ات َوَما ِف‬ ِ ‫السماو‬ ِ َّ ‫أََلْ تـََرْوا أ‬ menjadikan “alam” sebagai ciptaan-Nya
َ َ َّ ‫اللَ َس َّخَر لَ ُك ْم َما ف‬ َّ ‫َن‬
menjadi tidak bernilai. Justru alam menja-
ِ َ‫ض وأَسبغ علَي ُكم نِعمه ظ‬
‫اهَرًة َوَب ِطنَةً ۗ َوِم َن‬ ُ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ِ ‫ْال َْر‬ di bernilai karena ia adalah ciptaan-Nya.14
َِّ ‫َّاس من ُي ِاد ُل ِف‬
‫الل بِغَ ِْي ِع ْل ٍم َوَل ُه ًدى َوَل‬ َ ْ َ ِ ‫الن‬
Allah swt. menciptakan alam tidak
dengan sia-sia tanpa maksud dan tujuan,15
.‫اب ُمنِ ٍري‬
ٍ َ‫كِت‬ melainkan agar umat manusia mendaya-
gunakan seluruh potensi akalnya dalam
“Tidakkah kamu perhatikan bah-
wa Allah telah menundukkan untuk 14 Lihat, Wardani & Mulyani, Eko-Teologi
(kepentingan)mu apa yang di langit al-Quran: Sebuah Kajian Tafsir al-Quran den-
gan Pendekatan Tematik. Jurnal Ilmu Ushu-
dan apa yang di bumi dan menyem- luddin, Juli 2013. Vol. 12 No.2 hal. 169
12 Secara leksikal bermakna “menundukkan”. 15 Allah swt. menciptakan alam dalam ketera-
Dalam konteks ayat, Allah menundukkan turan, sistematis, bukan karena ketidaksen-
alam semesta; langit dan bumi, agar dapat gajaan (aksidental). Hal ini dapat dilihat di
dipergunakan oleh manusia serta diambil al-Quran surat Shad ayat 27, yang berbunyi:
manfaatnya. “Kami tidak menciptakan langit dan bumi
13 Lihat Nurcholish Madjid. 1998. “Kalam dan apa yang ada antara keduanya tanpa
Kekhalifahan Manusia dan Reformasi hikmah. Yang demikian itu adalah ang-
Bumi”. Pidato pengukuhan guru besar luar gapan orang-orang kafir. Maka celakalah
biasa dalam falsafah dan kalam, UIN Syarif orang-orang kair itu karena mereka akan
Hidayatullah, Jakarta, h. 21-22; masuk neraka.

140 LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018


Stilistika al-Qur’an: Tela’ah Karakteristik Ayat-ayat Ekologi

menjaga keseimbangan ekosistem. Dalam “Dan mengapa mereka tidak me-


penciptaan alam semesta terdapat tan- mikirkan tentang (kejadian) diri me­
da-tanda yang harus disadari oleh ma- reka? Allah tidak menjadikan langit
dan bumi dan apa yang ada diantara
nusia. Hanya mereka yang berakal yang keduanya melainkan dengan (tujuan)
dapat memahami tanda-tanda tersebut.16. yang benar dan waktu yang ditentu-
Untuk ini Manna Khalil al-Qattan dalam kan. Dan sesungguhnya kebanyakan
bukunya Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, me­ di antara manusia benar-benar ingkar
nguraikan bahwa keagungan al-Qur’an akan pertemuan dengan Tuhannya.”
tidak terletak pada cakupan teori-teori (Q.S. ar-Rum: 8)
ilmiah yang mengitarinya, melainkan Ketiga, peran al-Quran dalam menye-
dorongan kepada manusia agar berpikir maikan kesadaran ilmiah pada diri ma-
dan menggunakan akalnya. Manusia di- nusia dengan cara memahami dan mem-
stimulus untuk senantiasa memperhatikan bandingkan.18
(tadabbur) dan memikirkan (tafakkur) alam
“Mereka bertanya kepadamu tentang
semesta tanpa dibatasi aktivitas dan krea­
khamar dan judi. Katakanlah: “Pada
tifitas akal mereka. Sehingga ilmu penge- keduanya terdapat dosa yang besar
tahuannya dapat berkembang. Aktifitas dan beberapa manfaat bagi manusia,
intelektual mereka inilah yang kemudian tetapi dosa keduanya lebih besar dari
akan mengantarkan mereka pada keima­ manfaatnya”. Dan mereka bertanya
nan, sebagaimana dijabarkan dalam ayat- kepadamu apa yang mereka nafkah-
kan. Katakanlah: “Yang lebih dari
ayat berikut:17 keperluan”. Demikianlah Allah me-
Pertama, terkait dorongan agar manu- nerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
sia memikirkan makhluk-makhluk ciptaan supaya kamu berfikir,” (Q.S. al-Baqa-
rah: 219)
Allah swt.
“190. Sesungguhnya dalam pencipta- “Kalau sekiranya Kami turunkan
an langit dan bumi, dan silih bergan- Al-Quran ini kepada sebuah gunung,
tinya malam dan siang terdapat tan- pasti kamu akan melihatnya tunduk
da-tanda bagi orang-orang yang be- terpecah belah disebabkan ketaku-
rakal. 191. (yaitu) orang-orang yang tannya kepada Allah. Dan perum­
mengingat Allah sambil berdiri atau pamaan-perumpamaan itu Kami
duduk atau dalam keadan berbaring buat untuk manusia supaya mereka
dan mereka memikirkan tentang pen- berfikir” (Q.S. al-Hasyr: 21)
ciptaan langit dan bumi (seraya ber-
kata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Eng­ Ayat-ayat Ekologi
kau menciptakan ini dengan sia-sia, Ayat-ayat yang menyajikan dikursus
Maha Suci Engkau, maka peliharalah ekologi di dalam al-Quran sangat luas.
kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Im- Di antara ayat-ayat tersebut menyatakan
ran: 190-191).
proses penciptaan langit dan bumi; kondi-
Kedua, dorongan agar memikirkan si bumi ketika hari akhir; potensi yang ter-
dirinya sendiri, bumi yang tinggali, dan kandung di dalam bumi; larangan merusak
alam yang mengelilinginya bumi19; anjuran mengadakan perbaikan di
bumi; mendayagunakan kekayaan sumber
16 Di antara sekian makhluk ciptaan Allah,
hanya manusia yang dikaruniai akal. (Q.S 18 Lihat Sholahuddi Ashani dalam Konstruksi
al-Tin: 4) Pemahaman Terhadap I’jaz al-Qur’an. Jurnal
17 Peran manusia ini terfirmankan dalam su- Analytica Islamica, Vol. 4, No. 2, Tahun
rat Ali Imran ayat 190-191. 2015, h. 227-228.
19 Q.S. al-Baqarah 11

LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018 141


Achmad Abdul Aziz # Riset Lepas LoroNG

daya alam di bumi secara proporsional, dan memperingatkan manusia agar tidak
tempat bagi orang-orang zhalim20, dan pe­ melakukan kerusakan di bumi.
negasan secara mutlak bahwa langit dan
bumi adalah milik Allah semata. Sebab ...‫ص َل ِح َها‬ ِ ‫َوَل تـُْف ِس ُدوا ِف ْال َْر‬
ْ ِ‫ض بـَْع َد إ‬
itu, dalam tulisan ini hanya terfokus pada
ayat-ayat berhubungan dengan sifat me­ «Dan janganlah kamu membuat
rusak yang ada di dalam diri manusia, dan kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya..”
ayat-ayat yang menjelaskan kata “bumi”
beserta fungsinya. 3. Kata Nas
1. Kata Ardhu Dalam al-Qur’an, kata nas dipakai 241
Dalam al-Qur’an, kata ardhu diulang kali. Secara etimologis, kata nas bermak-
sebanyak 416 kali dan tidak hanya digu- na “manusia” yang identik dengan ciri
nakan dalam penyebutan “bumi”, namun sosialnya serta tuntutan untuk berpikir.
juga “negeri” tempat di mana manusia Maka di dalam surat an-Nahl ayat 44,
hidup serta berinteraksi. Sebagaimana Allah berfirman:
kisah Nabi Musa a.s. ketika berhadapan
de­ngan para pesihir Fir’aun.
ِ ‫ي لِلن‬
‫َّاس‬ ِ ِ ‫وأَنـزلْنا إِلَي‬
َ َِّ‫ك ال ّذ ْكَر لتـُبـ‬ َ ْ َ َْ َ
ِ ‫يد أَ ْن ُيْ ِرج ُكم ِمن أَر‬ ..‫َما نـُِّزَل إِلَْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم يـَتـََف َّك ُرو َن‬
‫ض ُك ْم ۖ فَ َما َذا َتُْمُرو َن‬ ْ ْ ْ َ ُ ‫يُِر‬
«Dan Kami turunkan kepadamu
“Yang bermaksud hendak menge- Al Quran, agar kamu menerangkan
luarkan kamu dari negerimu”. (Fir’aun pada umat manusia apa yang telah
berkata): “Maka apakah yang kamu diturunkan kepada mereka dan supaya
anjurkan?” (Q.S. al-A’raf: 110) mereka memikirkan,..”
Kata ardhu di dalam al-Qur’an ada 4. Kata Sakhkhara
kalanya disandingkan dengan samawat
Dalam al-Qur’an, kata sakhkhara dipa-
yang menerangkan tentang proses pen-
kai 42 kali; kata benda 8, dan kata kerja 34
ciptaan.
kali. Secara etimologi, kata sakhkhara diarti-
ِ َّ ‫الل الَّ ِذي َخلَ َق‬ ِ kan dengan “menundukkan”. Allah swt.
‫ض‬
َ ‫الس َم َاوات َو ْال َْر‬ َُّ ‫إ َّن َربَّ ُك ُم‬ Membuat segala yang ada di bumi tun-
...‫ِف ِست َِّة أ ََّيٍم‬ duk kepadanya agar dapat dipergunakan
manusia sebagaimana mestinya. Dalam
« Sesungguhnya Tuhan kamu ialah surat an-Nahl ayat 14 disebutkan:
Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa..” (Q.S. al- ‫َّر الْبَ ْحَر لِتَأْ ُكلُوا‬ ِ
َ ‫َوُه َو الَّذي َسخ‬
A’raf: 54)
..‫ِمْنهُ َلْ ًما طَ ِرًّي‬
2. Kata Fasada
Dalam al-Qur’an, kata fasada dipakai «Dan Dialah, Allah yang menun-
sebanyak 50 kali: kata benda 34 kali; dan dukkan lautan (untukmu), agar kamu
dapat memakan daripadanya daging
kata kerja 16 kali. Secara etimologi kata
yang segar (ikan)..”
fasada bermakna “merusakkan, rusak”.
Kata ini digunakan untuk menghalau Dalam bentuk lain, sakhira-yaskha-
20 Q.S. al-Baqarah 36
ru bermakna “mengejek; mencemooh”

142 LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018


Stilistika al-Qur’an: Tela’ah Karakteristik Ayat-ayat Ekologi

se­
perti yang diterangkan dalam surat Sedangkan kata yuhliku berarti zahaqa
al-Hujurat ayat 11: (telah lenyap), zaala (menghilangkan),
maata (meninggal; mati; binasa).
..‫ين َآمنُوا َل يَ ْس َخ ْر قـَْوٌم ِم ْن قـَْوٍم‬ ِ َّ
َ ‫َي أَيـَُّها الذ‬
َ ِ‫ض لِيـُْف ِس َد فِ َيها َويـُْهل‬
‫ك‬ ِ ‫َوإِ َذا تـََوَّ ٰل َس َع ٰى ِف ْال َْر‬
«Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-la- ..‫ب الْ َف َس َادا‬ ُّ ‫اللُ َل ُِي‬
َّ ‫َّس َل ۗ َو‬
ْ ‫ث َوالن‬َ ‫الَْر‬ْ
ki merendahkan (memperolok-olok)
kumpulan yang lain..” «Dan apabila ia berpaling (dari
kamu), ia berjalan di bumi untuk
5. Kata Khalifah mengadakan kerusakan padanya, dan
Dalam al-Quran, kata khalifah dan merusak tanam-tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebi-
derivasinya berjumlah 12 kata. Makna
nasaan.” (Q.S. al-Baqarah: 205)
etimologis khalifah adalah “pengganti”.
Manusia diciptakan ke bumi, dijadikan 2. Kata mushlichun dan muchsiniin
sebagai pengganti pelaksana tugas-tugas
Secara etimologis, derivasi kata mus-
Allah dalam menjaga ekosistem, mem-
lichun yaitu shalacha bermakna jabara
berikan keadilan, dan menggantikan pe­
(membetulkan; memperbaiki), salam
ran umat-umat sebelumnya dalam men-
(kesejahteraan).
guasai bumi. Sebagaimana dijelaskan di
surat Shad ayat 26:
‫صلِ ُحو َن‬
ْ ‫ك الْ ُقَر ٰى بِظُْل ٍم َوأ َْهلُ َها ُم‬
ِ ِ ُّ‫وما َكا َن رب‬
َ ‫ك ليـُْهل‬
َ َ ََ
ِ ‫اك َخلِي َفةً ِف ْال َْر‬
‫ض‬ َ َ‫ود إِ َّن َج َع ْلن‬
ُ ‫َي َد ُاو‬ «Dan Tuhanmu sekali-kali tidak
akan membinasakan negeri-negeri
..‫َّاس ِب ْلَ ِّق‬
ِ ‫ي الن‬َ َْ‫اح ُك ْم بـ‬ ْ َ‫ف‬ secara zalim, sedang penduduknya
orang-orang yang berbuat kebaikan”
«Hai Daud, sesungguhnya Kami
(Q.S. Hud: 117)
menjadikan kamu khalifah (penguasa)
di muka bumi, maka berilah keputusan Sedangkan kata muchsiniin, de­
(perkara) di antara manusia dengan
ngan derivasi kata chasuna (menjadi baik);
adil..”
chassana (menjadikan lebih baik) berarti
zayyana (mempercantik; memperindah).
Preferensi Kata
ِ ِ ‫إِ َّن ر ْح‬..
َ ِ‫يب م َن ال ُْم ْحسن‬
‫ني‬ ِ ‫الل قَ ِر‬
ٌ َّ ‫ت‬
Kata dengan Makna Berdekatan
َََ
1. Kata yufsidu dan yuhliku  “Sesungguhnya rahmat Allah
Secara etimologis, kata yufsidu ber- amat dekat kepada orang-orang yang
makna ikhtalla (menjadi tidak teratur), berbuat baik” (Q.S. al-A’raf: 56)
idhtharaba (dikacaukan), inchalla (meng-
hancurkan). Kata ini kerap disandingkan Polisemi
dengan konteks “merusak bumi”
1. Kata Ardhu

‫ين‬ ِ ِ ِ ‫وَل تـعثـوا ِف ْالَر‬..


َ ‫ض ُم ْفسد‬
Bisa bermakna “bumi” sebagai tempat
ْ َْ َْ َ tanaman ditumbuhkan (Q.S. al-Baqarah:
«Dan janganlah kamu berkeliaran 61), juga “negeri” sebagai tempat manu-
di muka bumi dengan berbuat keru- sia tinggal (Q.S. al-A’raf: 110).
sakan” (Q.S. al-Baqarah: 60)

LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018 143


Achmad Abdul Aziz # Riset Lepas LoroNG

2. Kata Harsu ِ ِ َ ‫وتـرى ْال َْر‬..


Bisa bermakna “ladang” (Q.S. Ali
َ‫ض َهام َد ًة فَإ َذا أَنـَْزلْنَا َعلَيـَْها الْ َماء‬ ََ َ
Imran: 14) atau “tanam-tanaman” (Q.S. ‫يج‬ ِ
ٍ ‫ت م ْن ُك ِّل َزْو ٍج َب‬ ِ ْ َ‫ت َوأَنـْبـَت‬
ْ َ‫ت َو َرب‬
ْ ‫ْاهتـََّز‬
al-Baqarah: 205),
«Dan kamu lihat bumi ini kering,
3. Kata Ta’tsaw kemudian apabila telah Kami turunkan
Bisa bermakna “melakukan kejaha- air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
tan” (Q.S. al-Baqarah: 60) juga bermakna suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang in-
“berkeliaran” (Q.S. al-Ankabut: 36)
dah.” (Q.S. al-Hajj: 5)
al-Mu’arroba
Adanya pengulangan konsonan ta’,
1. Kata Fuumiha bukan bermaksud mengabaikan makna
Imam al-Suyuthi dalam kitabnya kata, melainkan mendukungnya. Ke-
al-Muhadzdzab fiimaa waqa’a fi al-Qur'ani tiga kata tersebut dapat diungkap se-
minal ‘arabi, berpendapat bahwa kata cara berurutan yaitu bermula dari Allah
fuumiha21 dalam surat al-Baqarah: 61 ada- menurunkan hujan, kemudian mengenai
lah serapan dari Bahasa Ibriya. Bahasa bumi dan bumi menjadi subur, lalu ber-
Ibriya merupakan bahasa yang pertama macam tanaman tumbuh serta hidup.24
kali digunakan oleh orang Semit karena 2. Gaya Bahasa Kiasan
dianggap sebagai bahasa pertama bagi
Simile
bahasa-bahasa di dunia.22 Oleh para
pakar Eropa, pada abad ke-18, bangsa Gaya bahasa ini dalam ilmu balaghah
Aramiya, Finiqiya, Ibriya, Yamaniyah, disebut tasybih yaitu perumpamaan; gaya
Babilonia- al-Syuria, dan Arab termasuk bahasa yang menyatakan perbandingan
dalam rumpun bangsa Semit.23 secara eksplisit menggunakan kata seper-
ti, sebagai, bagaikan, laksana, dan yang lain.
Gaya Bahasa Di dalam surat al-An’am ayat 38, Allah
membuat perumpamaan segala hewan
1. Gaya Bahasa Retoris
yang ada di bumi, itu hidup berkelompok
Aliterasi sebagaimana manusia. Mereka memiliki
Gaya bahasa ini dicirikan dengan pe­ populasi, ekosistem, dan hidup berinte­
ngulangan huruf konsonan yang sama. raksi dalam habitatnya.
Dalam surat al-Hajj ayat 5 disebutkan
huruf “ta’ “selama tiga kali: ‫احْي ِه إَِّل‬ ِ ِ ِ
َ َ‫ض َوَل طَائ ٍر يَطريُ بَن‬ ِ ‫َوَما ِم ْن َدابٍَّة ِف ْال َْر‬
‫اب ِم ْن َش ْي ٍء ۚ ُثَّ إِ َ ٰل‬
ِ َ‫أُمم أ َْمثَالُ ُكم ۚ ما فـَّرطْنَا ِف الْ ِكت‬
َ َ ْ ٌَ
21 Secara etimologis berarti “bawang putih”. ِِ
‫َرّب ْم ُْي َش ُرو َن‬
Para Ulama’ Salaf berbeda pendapat soal
ini yaitu penggunaan huruf “fa”. Dalam Qi- “Dan tiadalah binatang-binatang
ra’ah Ibn Mas’ud dibaca menggunakan “tsa”.
yang ada di bumi dan burung-burung
22 Lihat Musda Asmara dalam Asal-usul Bang-
yang terbang dengan kedua sayapnya,
sa Arab: Studi Kritis atas Pemikiran Louis
Awad, Fokus: Jurnal Kajian Keislaman dan melainkan umat (juga) seperti kamu.
Kemasyarakatan, Vol. 1 No. 02. Tahun 2016, Tiadalah Kami alpakan sesuatupun
h. 176
23 Lihat Subhi as-Sholih, Dirasat fi Fiqh al- 24 Lihat Akhmad Muzakki, Stilistika al-Qur’an:
Lughah, (Beirut: Dar al-‘Ilmi li al-Malayin, Memahami Karakteristik Bahasa Ayat-ayat Es-
2009), h. 47 katologi. UIN Maliki Press. 2015, h. 171.

144 LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018


Stilistika al-Qur’an: Tela’ah Karakteristik Ayat-ayat Ekologi

dalam Al-Kitab, kemudian kepada un, yatafakkaruun, yang bermaksud bahwa


Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Q.S. tanggung jawab menjaga keseimbangan
al-An’am: 38) ekosistem agar tidak terjadi disekuilibri-
um, dibebankan kepada manusia kare-
Penutup na ia memiliki akal. Sedangkan fungsi
Peredaran al-Qur’an dalam kon- daripada akal itu sendiri adalah untuk
teks keilmuan modern tidak akan bisa melaksanakan tugas kemanusiaan mereka
dilepaskan, kendati kini muncul banyak sebagai khalifah di muka bumi, dan tugas
karya-karya ilmiah sebagai kiblat ilmu personal (berupa penyadaran diri) yang
pengetahuan dalam mengungkap segala menghantarkan mereka pada derajat kei-
fenomena alam. Pembuktian-pembuktian manan, yaitu mengakui kemutlakan Allah
ilmiah yang dilakukan para ilmuwan ti- atas segala yang di langit dan bumi.
dak seutuhnya merepresentasikan kebe- Adanya diskursus stilistika al-Qur’an
naran yang hakiki, karena sifat dari ilmu sendiri tidak lain untuk mengungkap
pengetahuan itu sendiri dinamis (selalu daya imperatif dan persuasif gaya ba-
berkembang). hasa al-Qur’an sehingga siapapun yang
Universalitas al-Quran, meskipun se- melakukan pembacaan dan pengamatan
cara sentral menjadi isu yang mengundang ter­hadapnya akan tersugesti. Hal ini bu-
banyak pro kontra pemahaman sebagai se- kan karena ayat-ayat dalam al-Qur’an me­
buah kitab suci yang mampu melamapui ngandung doktrin-doktrin keimanan yang
batas ruang dan waktu, tetap menampak- harus diakui secara mutlak, melainkan ke-
kan eksistensinya. Pada abad ke-8 M, Ibn cermatan struktur bahasanya yang mam-
al-Muqaffa’ melacak kandungan universal pu menundukkan sya’ir-sya’ir masyhur
ayat-ayat dalam al-Qur’an yang kemudian di Arab saat itu. Ali ibn ‘Isa ar-Rummani
menghasilkan dua pembagian. Yaitu ayat (w. 384 H) menyatakan bahwa kemuk-
al-usul (ayat-ayat dasar yang menjadi fon- jizatan al-Quran (I’jaz al-Qur’an) sejatinya
dasi) dan ayat al-fusul (ayat-ayat cabang).25 melekat dalam al-Quran itu sendiri, yaitu
(1) statusnya sebagai firman Allah, dan (2)
Begitupun dengan ayat-ayat dalam
struktur serta gaya tutur (stilistik) yang
al-Quran yang menarasikan bagaimana
terdapat dalam al-Qur’an itu sendiri.26
kondisi diciptakannya bumi dan seperti
apa sikap manusia seharusnya, merupa- Karakteristik al-Qur’an dalam
kan ayat yang mencakupdaya univer- menarasikan ayat-ayat ekologi memiliki
salitas pula. Penggunaan kata nas untuk gaya bahasa tersendiri yang mencirikan-
menyebut manusia sebagai pengelola nya berbeda dengan yang lain; semisal
sumberdaya alam, makhluk yang ting- menarasikan ayat-ayat eskatologi atau
gal di bumi, bertujuan kepada semua je- pengkisahan hidup para Nabi. Di antara­
nis manusia baik laki-laki, perempuan, nya yaitu preferensi kata dalam penyebu-
tua, muda, tanpa memandang perbedaan tan manusia misalnya, yang menggunakan
suku, ras, agama, maupun golongan ter- kata nas lalu disertai dengan kata ya’qiluun,
tentu. Al-Qur’an kemudian menegaskan yatafakkarun, yufsidu, dan yuhliku. Empat
kembali dengan penggunaan kata ya’qilu- kata tersebut erat kaitannya dengan sifat

26 Lihat ar-Rummani, an-Nukat fi I’jaz al-


25 Lihat Wardani dalam al-Quran Kultural dan
Qur’an dalam Salas ar-Rasail di I’jaz al-
Kultur Qur’ani: Interaksi antara Universalitas,
Qur’an,ed., Muhammad Khalafallah & M.
Partikularitas, dan Kearifan Lokal. Jurnal al-
Zaglul Salam, (Kairo: 1968).
Tahrir, Vol. 15, No. 1, Mei 2015, h. 118

LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018 145


Achmad Abdul Aziz # Riset Lepas LoroNG

yang ada di dalam diri manusia. Kemudi- Atmazaki, 1990. Ilmu Sastra: Teori dan Tera-
an secara gaya bahasa, model pengungka- pan. Bandung: Angkasa Raya.
pannya melalui gaya retoris; aliterasi, dan Ar-Rummani, an-Nukat fi I’jaz al-Qur’an da-
gaya kiasan; simile. lam Salas ar-Rasail fi I’jaz al-Qur’an, ed.,
Muhammad Khalafallah & M. Zaglul
Di tengah banyaknya ayat yang perlu Salam. Kairo.
dianalisis dan keterbatasan peneliti, perlu
Muhadjir, Noeng, 1992. Metodologi Penelitian
dilakukan pengkajian lebih mendalam te­ Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
rutama pengungkapan gaya bahasa yang
Forsyth, T., 2003. Critical Political Ecology:
sangat beragam. The Politics of Environmental Science.
London: Routledge.
Daftar Pustaka
Wardani & Mulyani, 2013. Eko-Teologi al-
As-Sholih, Subhi, 2009. Dirasat fi Fiqh al- Qur’an: Sebuah Kajian Tafsir al-Qur’an
Lughah. Beirut: Dar al-‘Ilmi li al-Mala- dengan Pendekatan Tematik. Jurnal Ilmu
yin. Ushuluddin. Vol. 12. No. 2.
Syihabuddin, Qalyubi. 2008. Stilistika al- Ashani, Sholahuddin, 2015. Konstruksi Pe-
Qur’an: Makna di Balik Kisah Ibrahim. mahaman Terhadap I’jaz al-Qur’an. Jur-
Yogyakarta: LKiSYogyakarta. nal Analytica Islamica. Vol. 4. No. 2.
Muzakki, Akhmad. 2015. Stilistika al-Qur’an: Asmara, Muda, 2016. Asal-usul Bangsa Arab:
Memahami Karakteristik Bahasa Ayat-ayat Studi Kritis atas Pemikiran Louis Awad.
Eskatologi. Malang: UIN-Maliki Press. Fokus: Jurnal Kajian Keislaman dan
https://repository.ipb.ac.id/jspui/ Kemasyarakatan. Vol. 1. No.2.
bitstream/123456789/76147/1/ Wardani, 2015. Al-Qur’an Kultural dan Kul-
BUK2007d.pdf tur Qur’ani: Interaksi antara Universal-
M.S, Mahsun, 2014. Metode Penelitian Bahasa: itas, Partikularitas, dan Kearifan Lokal.
Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jurnal al-Tahrir. Vol. 15. No. 1.
Depok: Rajawali Press.

146 LoroNG, Volume 7, Nomor 1, November 2018

Anda mungkin juga menyukai