Anda di halaman 1dari 23

Penciptaan Manusia

Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains


Kitab Tafsir 'Ilmi Karya Kemenag RI dan LIPI

Mata Kuliah
Kajian Tafsir di Indonesia
Dosen Pengampu
Dr. Saifuddin, M.Ag

Oleh:
Muhammad Aulia Gazali 170104020136

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
BANJARMASIN
2019
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, paling unik dan
menarik. Tidak ada makhluk Allah yang lebih bagus dari pada manusia. Karena
manusia dibekali Allah dengan seperangkat potensi (fitrah) berupa aql, qalb,dan
naf. Dengan fitrah itulah manusia akan memilih hidupnya. Manusia pun telah
diberi oleh Allah bermacammacam kemampuan yang mungkin antara manusia
satu dengan yang lain berbeda. Kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh
manusia tersebut telah dibawanya sejak lahir, yaitu sejak manusia masih dalam
kandungan Allah telah memberi potensi tersebut.

Keberadaan manusia di muka Bumi ini merupakan sebuah anugrah besar


yang tidak terkira terhadap keberlangsungan alam semesta, baik yang terhubung
secara langsung maupun tidak langsung. Manusia adalah makhluk Tuhan yang
paling sempurna, paling unik dan menarik.1 Segala sesuatu mengenai manusia
selalu menjadi hal yang menarik untuk dibahas oleh kalangan manapun, karena
mengenal keberadaan dan potensi yang ada pada diri manusia sama halnya
mengenal diri mereka sendiri, yaitu mengetahui tentang awal penciptaan manusia
hingga cara hidup dan tujuan keberadaannya di muka Bumi ini.

Didalam diri manusia sendiri tersimpan berbagai rahasia besar yang sangat
menarik untuk diteliti lebih mendalam, baik dari kalangan filosof, dokter,
sosiolog, psikolog, ahli biologi, kimiawan, fisikawan, dan bahkan agamawan juga
ikut andil dalam memberikan pandangannya terhadap manusia, dan salah satu
agama yang sangat memperhatikan keberadaan manusia adalah agama Islam.
Tidak kurang sebanyak 123.000 orang Nabi dan 313 orang Rasul diutus oleh
Allah SWT. berdasar dari riwayat Ahmad untuk mengembalikan manusia kepada
martabatnya yang mulia sebagai makhluk terbaik yang pernah ada.

Proses awal penciptaan makhluk terbaik ini hingga berbentuk seperti yang
kita ketahui sekarang termaktub dengan jelas di dalam kitab suci al-Qur'an yang
menjadi kitab suci umat muslim, seperti pada QS. Al-Mu'minun ayat 12-14 dan

1
Siti Suwaibatul Aslamiyah, Pandangan Islam Tentang Proses Kejadian Manusia dan
Implikasinya Terhadap Pendidikan, hal. 113-114 Jurnal

2|Proses Penciptaan Manusia


QS. Al-Hajj ayat 5 yang menjelaskan tentang proses penciptaan Bani Adam, yang
sangat berkesesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan abad modern
sekarang, terutama yang dijelaskan pada kitab tafsir 'ilmy karya kerja sama antara
Kementrian Agama RI dan LIPI yang akan dipaparkan dengan lebih mendalam
pada makalah ini.

3|Proses Penciptaan Manusia


PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang Penyusunan Kitab


Didalam kata sambutan Kepala Badan dan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI yang disampaikan oleh Abd. Rahman Mas’ud, beliau menyampaikan
berkenaan dengan penulisan kitab tafsir ini, yakni sebagai berikut:
Pandangan ilmiah Islam meyakini bahwa Allah merupakan sumber segala
ilmu. Al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah adalah sumber dan rujukan utama
ilmu pengetahuan di semesta raya. Ajarannya memuat semua inti ilmu
pengetahuan, baik yang menyangkut ilmu umum maupun ilmu agama. Ilmu
pengetahuan (sains) disampaikan melalui berbagai fenomena sosial dan alam
semesta yang terhampar di hadapan kita, mulai dari galaksi, bumi, daratan,
samudra, manusia, hewan, tumbuhan, atom sebagai unsur terkecil, jasad renik
sebagai makh-luk terkecil, hingga gunung, cahaya, dan fenomenafenomena
kejiwaan manusia. Tafsir Ilmi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an merupakan
suatu upaya mengintegrasikan sains dan agama. Ayat-ayat AlQur’an mengandung
berbagai ilmu pengetahuan yang menjadi jawaban atas berbagai problematika
manusia. Agama dan sains menunjuk pada realitas sejati yang sama, yaitu Allah,
sumber dari segala kebenaran.
Kementrian Agama RI sebagai salah satu lembaga keagamaan yang berdiri
dalam pemerintahan dan sangat dipercayai oleh umat muslim Indonesia, terus
berupaya menjadi gerbang utama dalam menjaga dan mengkaji Al-Qur’an. Ayat-
ayat Al-Qur’an mengandung kekayaan khazanah ilmu yang luas, konkret, dan
ilmiah sepanjang masa, sebagai sumber ilmu yang tidak akan habis digali.
Kehadiran buku Tafsir Ilmi pada tahun 2016 ini diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat akan penafsiran ilmu agama serta memotivasi masyarakat
untuk bersungguh-sungguh mencari dan mempelajari ilmu pengetahuan, sebagai
sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Kemudian Muchlis Muhammad Hanafi selaku Kepala Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama RI juga menambahkan perihal penyusunan
kitab ini yakni sebagai salah satu wujud upaya peningkatan kualitas pemahaman,

4|Proses Penciptaan Manusia


penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam (Al-Qur’an) dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
(LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI sejak tahun 2009
telah melaksanakan kegiatan kajian dan penyusunan Tafsir Ilmi atau Tafsir Ayat-
ayat Kauniyah. Sebagai langkah awal, ayat-ayat yang terkait dengan sebuah
persoalan dihimpun untuk selanjutnya dianalisis dalam rangka menemukan
pandangan Al-Qur’an yang utuh menyangkut persoalan tersebut. Fokus Kajian
Tafsir Ilmi pada kajian saintifik terhadap ayat-ayat kauniyah dalam AlQur’an.
Dalam beberapa tahun terakhir telah terwujud kerja sama yang baik antara
Kementerian Agama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam
upaya menjelaskan ayat-ayat kauniyah dalam rangka penyempurnaan buku Al-
Qur’an dan Tafsirnya. Hasil kajian atas ayat-ayat kauniyah ini dimasukkan ke
dalam tafsir tersebut sesuai tempatnya sebagai tambahan penjelasan atas tafsir
yang ada, yang disusun berdasarkan urutan mushaf. Kerja sama dua instansi ini
berlanjut ke arah kajian dan penyusunan Tafsir Ilmi semenjak tahun 2009 silam.
Hingga saat ini sudah ada 16 (enam belas) judul buku yang berhasil disusun dan
diterbitkan.
B. Sekilas Tentang Penyusun Kitab
Tim kajian dan penyusunan tafsir Ilmi terdiri atas para pakar dengan latar
belakang keilmuan yang berbeda dan dapat dibedakan dalam dua kelompok.
Pertama, mereka yang menguasai persoalan kebahasaan dan hal lain yang terkait
penafsiran Al-Qur’an, seperti asbābun-nuzūl, munāsabatul-āyāt, riwayat-riwayat
dalam penafsiran, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Kedua, mereka yang
menguasai persoalan-persoalan saintifik, seperti fisika, biologi, astronomi, farmasi
dan lainnya. Kelompok pertama disebut Tim Syar‘i, dan yang kedua disebut Tim
Kauni. Keduanya bersinergi dalam bentuk Ijtihād jamā‘iy (ijtihad kolektif) untuk
menafsirkan ayat-ayat kauniyah dalam Al-Qur’an. Adapun tim penyusun Buku
Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains adalah
Pengarah:
1. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
2. Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

5|Proses Penciptaan Manusia


3. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Narasumber:
1. Prof. Dr. Umar Anggara Jenie, Apt. M.Sc.
2. Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA
3. Dr. Moedji Raharto
4. Dr. Soemanto Imamkhasani (alm.)
Ketua: Prof. Dr. Hery Harjono
Wakil Ketua: Dr. Muchlis M. Hanafi, MA
Sekretaris: Prof. Dr. Muhammad Hisyam
Anggota:
1. Prof. Dr. Arie Budiman (alm.)
2. Prof. Dr. Syamsul Farid Ruskanda (alm.)
3. Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA
4. Prof. Dr. Salim Umar, MA (alm.)
5. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin
6. Prof. Dr. E. Syibli Syarjaya, LML
7. Dr. Hoemam Rozie Sahil
8. Dr. M. Rahman Djuwansyah
9. Ir. Dudi Hidayat, M.Sc
10. Abdul Aziz Sidqi, M.Ag
Staf Sekretariat:
Dr. Endang Tjempakasari, M.Lib
Muhammad Musadad, S.Th.I.
Zarkasi, MA
Adapun terkait dengan lembaga-lembaga yang ikut berperan andil dalam
penyusunan kitab tafsir ini adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Universitas Gajah
Mada (UGM) Yogyakarta, Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung

6|Proses Penciptaan Manusia


(ITB), dan pihak-pihak lainnya yang juga telah terlibat dalam penyusunan kitab
Tafsir Ilmi ini.2
C. Corak dan Metode Penafsiran (tahlili)
Dalam bahasa Arab corak berasal dari kata alwan yang merupakan bentuk
plural dari kata launun yang berarti warna, dalam lisan al-‘arab, Ibnu Manzur
menyebutkan, “warna setiap sesuatu merupakan pembeda antara sesuatu dengan
sesuatu yang lain”. Jadi menurut Ibnu Manzur, warna adalah sama seperti jenis.3
Pada kitab tafsir penciptaan manusia ini terdapat perbedaan pandangan
terhadap corak penafsiran yang ada pada penyusunan kitab tersebut, sebagian
kalangan mengatakan bahwa kitab tafsir ini lebih condong kepada corak
maudhu’i yaitu corak penafsiran tematik yang hanya mengambil beberapa ayat
yang memiliki tujuan dan tema pembahasan yang sama dengan pembahasan yang
ingin ditafsirkan, dalam hal ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang
penciptaan manusia4. Namun selain pendapat tentang kitab ini bercorak maudhu’i
tersebut, ada juga sebagian kalangan yang berpendapat bahwa kitab tafsir ini
bercorak ‘ilmy atau ilmu pengetahuan karena menyajikan penafsiran ayat-ayat Al-
Qur’an dengan menggunakan konsep ilmu pengetahuan yang telah diketahui
kebenarannya oleh perkembangan ilmu pengetahuan manusia abad modern
sebagai fakta ilmiah.5
Diantara corak maudhu’i dan corak ‘ilmy dalam kitab tafsir penciptaan
manusia karya Kemenag RI dan LIPI ini dapat kita pahami dan simpulkan bahwa
sebenarnya kitab tafsir ini lebih condong kepada corak penafsiran ‘ilmy
sebagaimana yang juga disebutkan pada kitab tafsir tersebut yaitu, ‘Tafsir Ilmi
Penciptaan Manusia’, karena memang penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tersebut
lebih banyak dan khas ditafsirkan dengan corak ‘ilmy dibandingkan dengan
maudhu’i.

2
Kementrian Agama RI dan LIPI, Tafsir ‘ilmy Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-
Qur'an dan Sains, (Jakarta Timur: 2016)
3
Abdul Syakur, Mengenal Corak Tafsir Al-Qur’an, 2015, hal.84 Jurnal
4
Makhfud, Urgensi Tafsir Maudhu’i (Kajian Metodologis), 2017, hal. 14 Jurnal Pemikiran
Keislaman
5
Abdul Syakur, Mengenal Corak Tafsir Al-Qur’an, 2015, hal.91 Jurnal

7|Proses Penciptaan Manusia


Tafsir ‘Ilmi, atau penafsiran Al-Qur’an dengan pendekatan ilmiah,
merupakan salah satu bentuk tafsir yang digunakan untuk memahami ayat-ayat
kauniyah, ayat-ayat kosmologi, baik yang tertulis dalam kitab suci maupun yang
terbentang di alam raya. Penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat sains dalam Al-
Qur’an dimungkinkan karena Al-Qur’an tidak hanya mengandung ilmu agama,
tetapi juga ilmu-ilmu umum, termasuk ilmu alam, cikal bakal sains dan teknologi.
Al-Qur’an yang diturunkan berabad-abad yang lalu tidak hanya menyeru umat
untuk membaca tanda-tanda kebesaran Tuhan, tetapi juga melalui data-data ilmiah
di alam raya ciptaan-Nya. Al-Qur’an tidak hanya ditujukan untuk masyarakat
Arab di masa Nabi Muhammad saja, akan tetapi mencakup seluruh umat manusia
setelahnya, termasuk masyarakat era modern kontemporer dengan segala
peradabannya yang maju dan kian canggih. Karena itu, tafsir corak ini dapat
membantu mengonfirmasi kebenaran Al-Qur’an, sekaligus menjadikannya
landasan moral dan etik bagi peradaban modern. Tafsir perspektif sains
memungkinkan Al-Qur’an selalu hadir di tengah masyarakat pada setiap zaman
dan ruang, șāliĥ likulli zamān wa makān, kapan pun dan di mana pun. Meski
masih terdapat perdebatan apakah ia termasuk jajaran karya tafsir atau bukan,
kehadiran Tafsir ‘Ilmi diyakini dapat memperkaya wawasan keagamaan yang
dibutuhkan masyarakat.6
Sedangkan untuk metode yang digunakan dalam kitab tafsir ini adalah
metode tahlili, yaitu menjelaskan ayat yang ditafsirkan dengan berbagai isinya
secara runtut dan merinci serta menjabarkan berbagai pemahaman yang berkaitan
dengan ayat yang dibahas itu.7 Dalam melakukan penafsiran metode ini, mufassir
menggunakan berbagai aspek yang dapat digunakan untuk membuat ayat tersebut
jelas dan mudah dipahami8, walau membuat penafsiran metode ini terlihat terbagi
dan terpisah dengan ayat-ayat lainnya.9 Metode ini pada umumnya sering
digunakan oleh ulama masa klasik dan pertengahan. Diantara mereka ada yang
6
Mengutip perkataan Lukman Hakim Saifuddin pada kata sambutan Kitab Tafsir ‘ilmy
Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
7
Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia,
2004), 94
8
Azyumardi Azra (ed.), Sejarah dan Ulum al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013), 173
9
Muhammad Baqir as-Sadr, Madrasah Al-Qur’aniyyah, Terj. Hidayaturakhman, (Jakarta:
Risalah Masa, 1992), 18

8|Proses Penciptaan Manusia


menjelaskan ayat secara panjang lebar (ithnab), ada yang secara singkat (ijaz) dan
ada pula yang hanya secukupnya saja (musawah), yang berbeda hanya corak
mereka dalam menafsirkan ayat.10
D. Gambaran Umum Mengenai Kitab
Kitab ini terdiri atas 173 halaman tidak termasuk kata pengantar dan
terdapat empat BAB pembahasan yang masing-masing memiliki pembahasan
khusus secara merinci dan detail tentang penciptaan manusia. Pada BAB 1 kitab
ini membahas tentang manusia dan asal kejadiannya, dari asal muasal kehidupan,
asal muasal manusia, Al-Qur’an dan evolusi manusia, dan catatan terhadap teori-
teori ilmiah yang berkesesuaian dengan pembahasan tersebut seperti teori
abiogenesis, hidroternal, kehidupan berasal dari luar angkasa, dan catatan tentang
teori evolusi makhluk hidup. Pada BAB 2 dijelaskan tentang reproduksi dan
kehidupan manusia, berisi pembahasan tentang konsep Al-Qur’an dan reproduksi
manusia, yang membahas secara detail tentang proses pembuahan hingga mulai
membentuk janin yang utuh, kelahiran dan perikehidupan manusia, yang
membahas tentang kelahiran bayi hingga dewasa dan mulai membentuk kegiatan
kehidupan di lingkungannya. Pada BAB 3 dijelaskan tentang manusia sebagai
khalifah, berisi tentang manusia dan kebebasannya, manusia dan alam raya yang
membahas tentang relasi manusia dan jagat raya, manusia dan sumber daya alam,
dan etika manusia terhadap alam. Pada BAB terakhir berisi tentang penutup dari
kitab tafsir ‘ilmy penciptaan manusia berdasarkan Al-Qur’an dan sains.11
E. Pengertian Manusia
Manusia dalam Bahasa Inggris disebut Man arti dasar dari kata ini tidak
jelas tetapi pada dasarnya dapat di kaitkan dengan Mens (latin) yang berarti “ada
yang berpikir” atau sebagai alternatif kata al-Insân yang dalam Bahasa Inggris
disebut sebagai human. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, manusia diartikan
sebagai “makhluk yang berakal budi”.12 Jika dilihat dari aspek Bahasa Arab, kata
َ َ‫أَن‬
‫( إنس;;ان‬Insân) menurut Ibn Mandzhur diambil dari tiga akar kata, yaitu; ‫س‬

10
Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir & Aplikasi Model Penafsiran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), 70
11
Kitab Tafsir ‘ilmy Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains
12
A. Haris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Departemen Agama, 2009), 43

9|Proses Penciptaan Manusia


(anasa), ‫س‬ َ َّ‫( أَن‬annasa) serta ‫س َي‬ َ َ‫ أَن‬memiliki arti َ‫ستَا َذن‬
ِ َ‫( ن‬nasiya). Kata ‫س‬ َ ‫أَ ْب‬.
ْ ِ‫ إ‬,‫ َعلِ َم‬,‫ص َر‬
Kata ‫ص;;; َر‬َ ‫ أَ ْب‬berarti melihat, bernalar, berpikir. Dengannya manusia dapat
mengambil pelajaran dari apa yang mereka lihat. Kata ‫ َعلِ َم‬berarti mengetahui atau
berilmu. Dengan ilmunya manusia dapat membedakan suatu perkara apakah itu
benar atau salah. Sedangkan kata َ‫س ;تَا َذن‬
ْ ِ‫ إ‬memiliki arti meminta izin. Manusia
merupakan makhluk yang beradab yang kadang meminta izin ketika akan
melakukan sesuatu atau menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Berdasarkan
pembedahan kata ini, al-Insân dapat diartikan sebagai makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk menalar, makhluk yang berilmu serta makhluk yang beradab.
َ َّ‫ أَن‬berarti jinak dan ramah. Manusia merupakan makhluk yang
Kata ‫س‬
ِ َ‫ ن‬berarti lupa dan ketika
bersahabat dan ramah pergaulan. Sedangkan kata ‫س ; َي‬
ditambahkan huruf Ma diawalannya maka ia menjadi berarti 'tempat lupa', jadi
kata manusia yang adalah bentukan dari kata ‘mansiya’ memiliki arti tempat lupa
atau bersifat dasar pelupa karena itu merupakan definisi yang tepat untuk
menggambarkan diri manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat lupa. Hal
tersebut juga dijelaskan didalam Al-Qur’an yang artinya, “Dan sungguh telah
Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan Kami tidak mendapati
kemauan yang kuat padanya”13. Quraish Shihab sendiri mengartikan kata Insân
sebagai seorang yang harmonis, tampak, lemah lembut atau pelupa.
Kata al-Insân dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali dalam 43 surat.
Secara umum kata al-Insân dalam Al-Qur’an diartikan sebagai manusia, namun
istilah manusia dalam Al-Qur’an tidak hanya al-Insân. Terdapat sekitar 4 istilah
lain selain al-Insân dalam Al-Qur’an untuk pengistilahan manusia, yakni al-Ins,
al-Basyar, al-Nâs14, serta Banî Ȃdam. Istilah al-Insân dalam Alquran umumnya
digunakan untuk menggambarkan keistimewaan manusia.15

Terjemahan Al-Qur’an Surah Thaha ayat 115


13

14
Nuratika, Term Manusia, Proses Penciptaan Manusia, Tujuan dan Fungsi Manusia, hal.3-6
Jurnal
Basyar adalah sebutan kepada manusia sebagai makhluk biologis, al-Insan adalah sebutan kepada
manusia atas keistimewaan mereka baik dalam moral maupun spiritual yang tidak dimiliki oleh
makhluk lainnya, dan Al-Nas adalah sebutan kepada manusia sebagai makhluk sosial.
15
HMJ Tafsir Hadits UIN Bandung, Konsep Al-Insan dalam Al-Qur’an, diakses pada 26
Mei 2019 pukul 04:30 WITA, link : https://tahdits.wordpress.com/2015/06/03/konsep-al-insan-
dalam-al-quran

10 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani,
dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang
tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan
konsep jiwa yang bervariasi yang, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya
dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga
seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu
sama lain serta pertolongan.16

Al-Qur’an sebagai obyek pembahasan utama disamping Ilmu dan Manusia


pada kajian ini dan selaku kitab suci yang memberi penerangan kepada umat juga
memberikan penjelasan tentang manusia. Di dalam Islam, Al-Qur’an (naqal) tidak
menggolongkan manusia ke dalam kelompok hewan selama manusia
mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya. Namun bila manusia tidak
mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi
nilainya seperti: pemikiran, kalbu, jiwa, raga, serta panca indera secara baik dan
benar, yakni sesuai dengan yang Dia inginkan berdasar fungsi masing-masing
pemberian itu untuk melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya, maka mereka
tidak akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan, atau bahkan lebih hina
dari pada yang demikian sebagaimana yang difirmankan Allah, “Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat

16
Wikipedia manusia, diakses pada 26 Mei 2019 pukul 04:22 WITA, link :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/manusia

11 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.17

F. Contoh Penafsiran Ayat Penciptaan Manusia


1. Perubahan dan Perkembangan Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, paling unik dan
menarik.Tidak ada makhluk Allah yang lebih bagus dari pada manusia. Karena
manusia dibekali Allah dengan seperangkat potensi (fitrah) berupa aql, qalb,dan
naf. Dengan fitrah itulah manusia akan memilih hidupnya. Manusia pun telah
diberi oleh Allah bermacammacam kemampuan yang mungkin antara manusia
satu dengan yang lain berbeda. Kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh
manusia tersebut telah dibawanya sejak lahir, yaitu sejak manusia masih dalam
kandungan Allah telah memberi potensi tersebut. Sepanjang zaman manusia
mengalami beberapa perubahan, baik dari bentuk fisik, kecerdasan, maupun cara
menjalani kehidupannya, Al-Qur’an tidak luput untuk membahas hal ini
sebagaimana yang tercantum didalam beberapa ayat al-Qur’an berikut;

‫ٓا ِء‬OO‫ا ِمنَ ۡٱل َم‬OOَ‫ا َو َج َع ۡلن‬Oۖ O‫ ا فَفَت َۡق ٰنَهُ َم‬O‫ا َر ۡت ٗق‬OOَ‫ض َكانَت‬
َ ‫ت َوٱأۡل َ ۡر‬
ِ ‫أَ َو لَمۡ يَ َر ٱلَّ ِذينَ َكفَر ُٓو ْا أَ َّن ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
٣٠ َ‫ُك َّل َش ۡي ٍء َح ۚ ٍّي أَفَاَل ي ُۡؤ ِمنُون‬
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman.18

‫ي َعلَ ٰى‬OOO‫ي َعلَ ٰى بَ ۡطنِ ِهۦ َو ِم ۡنهُم َّمن يَمۡ ِش‬OOO‫ َّل دَٓاب َّٖة ِّمن َّم ٖ ۖٓاء فَ ِم ۡنهُم َّمن يَمۡ ِش‬OOO‫ق ُك‬ َ OOOَ‫َوٱهَّلل ُ خَ ل‬
‫ير‬ٞ ‫ ِد‬O َ‫ ۡي ٖء ق‬O ‫لِّ َش‬OO‫ق ٱهَّلل ُ َما يَ َشٓا ۚ ُء إِ َّن ٱهَّلل َ َعلَ ٰى ُك‬
ُ ُ‫ِر ۡجلَ ۡي ِن َو ِم ۡنهُم َّمن يَمۡ ِشي َعلَ ٰ ٓى أَ ۡربَ ۚ ٖع يَ ۡخل‬
٤٥
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari
hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua
kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan

17
Terjemahan Al-Qur’an Surah Al-A’raaf ayat 179
18
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Al-Anbiya Ayat 30

12 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.19
ۡ َ‫ي أَ ۡح َسنَ ُك َّل َش ۡي ٍء خَ لَقَ ۖۥهُ َوبَدَأ‬
ٖ ‫ق ٱإۡل ِ ن ٰ َس ِن ِمن ِط‬
٧ ‫ين‬ َ ‫خَل‬ ٓ ‫ٱلَّ ِذ‬
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah,20

‫و َر ٖة‬O ‫ص‬ ِّ َ‫ فِ ٓي أ‬٧ ‫ك‬


ُ ‫ي‬ َ ‫ ٱلَّ ِذي َخلَقَكَ فَ َس َّو ٰى‬٦ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱإۡل ِ ن ٰ َس ُن َما َغ َّركَ بِ َربِّكَ ۡٱل َك ِر ِيم‬
َ َ‫ك فَ َع َدل‬
٨ َ‫َّما َشٓا َء َر َّكبَك‬
Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,
dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.21

١٤ ‫َوقَ ۡد خَ لَقَ ُكمۡ أَ ۡط َوارًا‬


Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan
kejadian.22
Ayat-ayat tersebut dipahami sebagai ayat yang menjelaskan tentang proses evolusi
manusia.

٢٨ ‫نَّ ۡح ُن خَ لَ ۡق ٰنَهُمۡ َو َشد َۡدنَٓا أَ ۡس َرهُمۡ ۖ َوإِ َذا ِش ۡئنَا بَ َّد ۡلنَٓا أَمۡ ٰثَلَهُمۡ ت َۡب ِدياًل‬
Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka,
apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan
orang-orang yang serupa dengan mereka.23

‫أ َ ُكم‬O ‫نش‬ ۡ ِ‫ك ۡٱل َغنِ ُّي ُذو ٱلر َّۡح َم ۚ ِة إِن يَ َش ۡأ ي ُۡذ ِه ۡب ُكمۡ َويَ ۡست َۡخل‬
َ َ‫ٓا أ‬OO‫ٓا ُء َك َم‬O ‫ف ِم ۢن بَ ۡع ِد ُكم َّما يَ َش‬ َ ُّ‫َو َرب‬
ِ ‫ِّمن ُذ ِّريَّ ِة قَ ۡو ٍم َء‬
١٣٣ َ‫اخَرين‬
Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki
niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang

19
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah An-Nur Ayat 45
20
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah As-Sajdah Ayat 7
21
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Al-Infithar Ayat 6-8
22
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Nuh Ayat 14
23
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Al-Insan Ayat 28

13 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan
kamu dari keturunan orang-orang lain.24
Ayat-ayat tersebut dipahami sebagai ayat yang menjelaskan tentang adanya
pergantian generasi manusia sebagaimana yang diyakini oleh ilmuwan sekarang.
Ilmuwan membagi sejarah hidup manusia tersebut menjadi empat jenis kelompok
yang memiliki sifatnya masing-masing, yakni sebagai berikut:
a. Australophitecus.
Kelompok ini hidup sekitar 3,5 juta tahun lalu, merupakan nenek moyang
tertua yang profil tubuhnya mirip dengan manusia modern. Fosil yang ditemukan
menunjukkan bahwa kelompok ini mempunyai tinggi badan rata-rata 1,5 meter,
suatu ukuran yang lebih pendek daripada rata-rata manusia modern. Kapasitas
kranial, rongga di kepala yang menampung otak sekitar 500 cm3. Otak sebesar itu
diduga sudah mampu memberi mereka kreatifitas untuk membuat peralatan-
peralatan dalam aktivitas sehari-hari. Kemampuan yang demikian ini tidak
dimiliki oleh kera.
b. Pithecanthropines.
Kelompok ini terdiri atas banyak kelompok lain, di antaranya
Pithecantrophus. Kelompok yang mirip manusia modern ini diperkirakan hidup
sekitar 500.000 tahun lalu. Mereka dapat bertahan hidup sekitar 350.000 tahun.
Tinggi badannya lebih berkembang, antara 1,58-1,78 meter. Kapasitas kranialnya
juga lebih besar, sampai dengan 900 cm3. Kemampuan intelektualnya jauh lebih
maju daripada kelompok sebelumnya, begitu juga kemampuan untuk mengadakan
invensi, kreasi, dan menganalisis sebab-akibat.
c. Neanderthals (Paleanthropians).
Ini adalah gelombang ketiga dari kelompok-kelompok makhluk yang mirip
manusia modern. Kelompok ini hidup sekitar 100.000 tahun lalu. Kelompok ini
hidup selama 60.000 tahun; memiliki ukuran tubuh yang tidak terlalu tinggi dan
sudah mampu berjalan tegak. Kapasitas kranialnya mencapai 1.300 cm3, dengan
dahi yang tidak terlalu menonjol. Mereka hidup menetap, utamanya di dalam gua.
Mereka sudah mulai mempunyai kebiasaan menguburkan anggota kelompok yang

24
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Al-An’am Ayat 133

14 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
mati. Indikasi spiritualitas juga sudah mulai tampak, antara lain dengan
menguburkan beberapa barang, seperti tanduk kijang dan beberapa alat bersama
mayat.
d. Homo Sapiens, sang manusia modern.
Temuan memper lihatkan bahwa kelompok ini dimulai 40.000 tahun lalu.
Tinggi tubuhnya mencapai 1,89 meter, dengan kapasitas kranial 1.350 cm 3,
memiliki bentuk kepala lebih lonjong dengan hilangnya tulang yang menonjol di
atas mata. Aktivitas yang bersifat psikis pada kelompok ini lebih menonjol
daripada tiga kelompok yang disebut sebelumnya.
Keempat kelompok diatas muncul secara berurutan, yaitu kelompok lama
digantikan oleh kelompok yang lebih baru dan maju. Ciri utama kemajuan
kelompok yang datang belakangan adalah meningkatnya kapasitas otak yang
disertai meningkatnya kemampuan intelektual. Kelompok yang mirip manusia
modern pada 40.000 tahun lalu, Neanderthals, memiliki kapasitas kranial yang
hampir sama dengan manusia modern, Homo Sapiens, yakni antara 1.300-1.350
cm3. Namun pada kenyataannya, Neanderthals tidak sama dengan Homo Sapiens;
Neanderthals hidup dalam kondisi primitif, sedangkan Homo Sapiens hidup
dalam era yang jauh lebih maju. Bila yang demikian ini benar maka kapasitas
sebesar itu percuma saja bagi kelompok Neanderthals. Mereka tidak perlu
kapasitas otak sebesar itu untuk sekadar hidup primitif.25
Berikut tabel klasifikasi kelompok manusia yang lebih umum:

25
Kementrian Agama RI dan LIPI, Tafsir ‘ilmy Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-
Qur'an dan Sains, (Jakarta Timur: 2016), 30-31

15 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
Sahelanthropus Kenyanthropus
Sahelanthropus Tchadensis Kenyanthropus Platyops

Orrorin Homo
Orrorin Tugenensis Homo Habilis
Homo Rudolfensis
Ardipithecus Homo Ergaster
Ardipithecus Kadabba Homo Georgicus
Ardipithecus Ramidus Homo Erectus
Homo Cepranensis
Australopithecus Homo Antecessor
Australopithecus Anamensis Homo Heidelbergensis
Australopithecus Afarensis Homo Rhodesiensis
Australopithecus Bahrelghazali Homo Neanderthalensis
Australopithecus Africanus Homo Sapiens Idaltu
Australopithecus Garhi Homo Sapiens (Cro-Magnon)
Homo Sapiens Sapiens
Paranthropus Homo Floresiensis26
Paranthropus Aethiopicus
Paranthropus Boisei
Paranthropus Robustus

2. Proses Penciptaan Manusia


Didalam Al-Qur’an terdapat lafadz-lafadz yang merujuk pada penciptaan
manusia, lafadz-lafadz tersebut diantaranya adalah turab, thin, thin lazib, hama’,
shalshal, al-fakhkhar, nuthfah, ‘alaqah, mudghah, idzam, lahm.

ُ ‫ال لَ ۥهُ ُكن فَيَ ُك‬


٥٩ ‫ون‬ ٖ ‫إِ َّن َمثَ َل ِعي َس ٰى ِعن َد ٱهَّلل ِ َك َمثَ ِل َءا َد ۖ َم خَ لَقَهۥُ ِمن تُ َر‬
َ َ‫اب ثُ َّم ق‬

26
Kementrian Agama RI dan LIPI, Tafsir ‘ilmy Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-
Qur'an dan Sains, (Jakarta Timur: 2016), 74-75

16 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman
kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.27
Turab berarti tanah yang kering, kata ini tertuju pada proses penciptaan
Nabi Adam AS. dan Nabi Isa AS.

٢ َ‫ل ُّم َس ًّمى ِعن َد ۖۥهُ ثُ َّم أَنتُمۡ تَمۡ تَرُون‬ٞ ‫ض ٰ ٓى أَ َجاٗل ۖ َوأَ َج‬ ٖ ‫هُ َو ٱلَّ ِذي خَ لَقَ ُكم ِّمن ِط‬
َ َ‫ين ثُ َّم ق‬
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal
(kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia
sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit
itu).28
Thin berarti tanah liat, yakni unsur awal pembentuk jasad Nabi Adam AS.
dan manusia pada umumnya yang diartikan sebagai penghasil makanan bagi
kehidupan mereka.

ٰ ۚ ۡ
١١ ‫ب‬ ٖ ‫ٱست َۡفتِ ِهمۡ أَهُمۡ أَ َش ُّد خَلقًا أَم َّم ۡن خَ لَ ۡقنَٓا إِنَّا خَ لَ ۡقنَهُم ِّمن ِط‬
ِ ۢ ‫ين اَّل ِز‬ ۡ َ‫ف‬
Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih
kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya
Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.29
Thin lazib berarti tanah yang basah, kata ini tertuju pada seluruh
penciptaan makhluk Allah seperti manusia, hewan, Bumi dan lain-lain.

َ ٰ ‫ص ۡل‬
ٖ ُ‫ص ٖل ِّم ۡن َح َم ٖإ َّم ۡسن‬
٢٦ ‫ون‬ َ ‫َولَقَ ۡد خَ لَ ۡقنَا ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ ِمن‬
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.30
Hama’ berarti tanah liat berwarna hitam atau tembikar berongga dari tanah
liat yang telah dibentuk, kata ini tertuju pada salah satu mata rantai penciptaan
Nabi Adam AS. Penciptaan tersebut dimulai dari turab dan jika telah dipenuhi air
maka disebut thin, kemudian thin tersebut menjadi thin lazib, yang lalu dibentuk

27
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Ali Imran ayat 59
28
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Al-An’am ayat 2
29
Terjemahan Al-Qur’an Surah Ash-Shaffat ayat 11
30
Terjemahan Al-Qur’an Surah Al-Hijr ayat 26

17 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
shalshal (tanah berongga) yang apabila ditiup maka akan mengeluarkan bunyi
‘sal..sal’, sehingga orang Arab menamainya dengan shalshal, shalshal itu
kemudian dibentuk menjadi hama’, dan dari hama’ ini akan menjadi al-fakhkhar,
yakni proses penuntasan penciptaan Nabi Adam AS.

ۡ َ ٰ ‫ص ۡل‬
َ ‫ق ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ ِمن‬
ِ ‫ص ٖل َكٱلفَ َّخ‬
١٤ ‫ار‬ َ َ‫َخل‬
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.31
Kata shalshal berarti tanah liat yang berbunyi karena keringnya,
sedangkan al-fakhkhar berarti tembikar atau tanah liat yang sudah dibakar atau
dimasak. Kata al-fakhkhar berarti tersusun dari zat bumi dan unsur panas yang
menjadikan manusia memerlukan makan, minum dan berepreduksi guna
melestarikan keturunannya.

‫ضغ َٗة فَ َخلَ ۡقنَا‬ۡ ‫ ثُ َّم َخلَ ۡقنَا ٱلنُّ ۡطفَةَ َعلَقَ ٗة فَ َخلَ ۡقنَا ۡٱل َعلَقَةَ ُم‬١٣ ‫ين‬ ۡ ٰۡ
ٖ ‫ار َّم ِك‬ ٖ ‫ثُ َّم َج َعلنَهُ نُطفَ ٗة فِي قَ َر‬
َ‫ ُن ۡٱل ٰخَ لِقِين‬OO‫ك ٱهَّلل ُ أَ ۡح َس‬ ۡ ُ‫ض َغةَ ِع ٰظَ ٗما فَ َك َس ۡونَا ۡٱل ِع ٰظَ َم لَ ۡح ٗما ثُ َّم أَن َش ۡأ ٰنَه‬
َ َ‫خَلقًا َءا َخ ۚ َر فَتَب‬
َ ‫ار‬ ۡ ‫ۡٱل ُم‬
١٤
Kata sulalah berarti intisari tanah yang memiliki sifat lembut, sedangkan kata
nuthfah berarti mani, yakni setetes air yang jernih sebagai cikal-bakal dari
kejadian manusia di dunia. Nuthfah ini berasal dari makanan yang dimakan oleh
manusia.
Kata ‘alaqah, mudghah, idzam, dan lahm secara berturut disebutkan pada
ayat 14 surah Al-Mu’minun. ‘alaqah berarti segumpal darah yang sudah
mengeras. Mudghah berarti sepotong daging yang berukuran kecil yang dapat
muat dalam mulut manusia dewasa, merupakan proses lanjutan dari ‘alaqah.
Idzam berarti tulang belulang yang merupakan salah satu unsur penting dari tubuh
manusia yang berguna untuk menyanggah atau menguatkan anggota badan agar
dapat berfungsi dengan baik serta melindungi organ-organ penting dari goncangan
luar. Kata lahm berarti otot dan daging, yang merupakan proses akhir dari
pembentukan tubuh janin dalam rahim ibunya, proses lahm ini dinamakan oleh

31
Terjemahan Al-Qur’an Surah Ar-Rahman ayat 14

18 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
Al-Qur’an sebagai ‘memberi pakaian’ atau proses pembungkusan dari otot dan
daging kepada tulang.32
3. Tujuan Penciptaan Manusia
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan terbaik memegang banyak tugas
dan kewajiban yang mesti ia penuhi kepada Allah yang telah menciptakannya dan
juga kepada makhluk lainnya yang tidak seistimewa dirinya yang memerlukan
bantuan dari kelebihan yang telah Allah anugrahkan kepada mereka. Secara garis
besar dalam penyampaian al-Qur’an, manusia diberikan dua tugas utama sebagai
makhluk Allah di muka Bumi ini, yaitu; beribadah kepada Allah dan menjadi
khalifah di muka Bumi.33 Namun dalam pembahasan kitab ini hanya dijelaskan
tentang tugas manusia sebagai khalifah di muka Bumi.

َ‫أ َ ۡخ َر َج بِِۦه ِمن‬OOَ‫ٓاءٗ ف‬OO‫ َمٓا ِء َم‬O ‫ٱلس‬


َّ َ‫زَ َل ِمن‬OO‫ض فِ ٰ َر ٗشا َوٱل َّس َمٓا َء بِنَٓاءٗ َوأَن‬ َ ‫ٱلَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم ٱأۡل َ ۡر‬
٢٢ َ‫وا هَّلِل ِ أَند َٗادا َوأَنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون‬
ْ ُ‫ت ِر ۡز ٗقا لَّ ُكمۡ ۖ فَاَل ت َۡج َعل‬
ِ ‫ٱلثَّ َم ٰ َر‬
(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan
dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu jangnlah
kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.34
Dalam ayat lain ditegaskan bahwa Tuhan menawarkan tugas kekhalifahan
di bumi kepada langit, bumi, dan gunung. Tugas utama sebagai khalifah tentu
terkait dengan penggalan akhir ayat di atas. Ketika itu, baik langit, bumi, maupun
gunung menolak tawaran itu karena khawatir tidak mampu memikulnya. Namun,
manusia menyatakan sanggup untuk memikul amanah itu.

‫ال فَأَبَ ۡينَ أَن يَ ۡح ِم ۡلنَهَا َوأَ ۡشفَ ۡقنَ ِم ۡنهَا‬


ِ َ‫ض َو ۡٱل ِجب‬ ‫ضنَا ٱأۡل َ َمانَةَ َعلَى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ أۡل‬
ِ ‫ت َوٱ َ ۡر‬ ۡ ‫إِنَّا ع ََر‬
٧٢ ‫وما َجهُواٗل‬ ٗ ُ‫َو َح َملَهَا ٱإۡل ِ ن ٰ َس ۖ ُن إِنَّ ۥهُ َكانَ ظَل‬

32
Proses Penciptaan Manusia Dalam Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim, Hal. 54-57
Jurnal, link PDF : https://www.google.co.id/url?
q=http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB414113440039.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiD5
pn7k7niAhVKRY8KHeP5DzkQFjAEegQIBBAB&usg=AOvVaw1YdNISv4Dp0SCZ9ygZzVDm
33
Inong Satriadi, Tujuan Penciptaan Manusia dan Nilai Edukasinya (Kajian Tafsir Tematis),
hal. 2 Jurnal
34
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Al-Baqarah Ayat 22

19 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.35
Tuhan telah meninggikan derajat manusia di atas ciptaan-Nya yang lain.
Tuhan menganugerahkan akal kepada manusia, suatu kapasitas untuk menangkap
pengetahuan. Manusia mempunyai posisi istimewa dalam menjalankan skenario
Tuhan. Tidak hanya sebagai kawan bumi, manusia juga penjaga Bumi. Pun,
manusia tidak hanya berperan sebagai rekan yang sejajar dengan makhluk lain,
melainkan juga memiliki tanggung jawab atas kelangsungan hidup semua
makhluk.
ٓ
‫ؤُٓاَل ِء‬O َٓ‫ونِي بِأ َ ۡس َمٓا ِء ٰه‬Oُُِٔ‫ضهُمۡ َعلَى ۡٱل َم ٰلَئِ َك ِة فَقَا َل أَ ۢنٔ‍ب‬َ ‫َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱأۡل َ ۡس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬
‫ك أَنتَ ۡٱل َعلِي ُم‬ َ َّ‫ٓا إِن‬Oۖ Oَ‫ا َعلَّمۡ تَن‬OO‫ٓا إِاَّل َم‬OOَ‫ ۡب ٰ َحنَكَ اَل ِع ۡل َم لَن‬O ‫وا ُس‬
ْ ُ‫ال‬OOَ‫ ق‬٣١ َ‫ ِدقِين‬O ‫ص‬ َ ٰ ۡ‫إِن ُكنتُم‬
٣٢ ‫ۡٱل َح ِكي ُم‬
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama
semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” Mereka menjawab, “Mahasuci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.36
Ayat-ayat ini memperlihatkan bahwa penugasan manusia sebagai khalifah
di Bumi didasarkan pada kualitas istimewa yang ada pada diri manusia, yaitu
ilmu pengetahuan. Inilah yang Tuhan anggap begitu istimewa, jauh mengalahkan
aib-aib manusia yang dibuka oleh malaikat di hadapan-Nya. Pemberian akal ini
pun mesti disyukuri oleh manusia, yaitu dengan menggunakannya sesuai yang
diinginkan oleh Allah, bukan untuk membantah-Nya atau merusak akal itu sendiri
seperti dengan mabuk-mabukan.37

35
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Al-Aĥzāb Ayat 72
36
Al-Qur’an dan Terjemahan Surah Al-Baqarah Ayat 31-32
37
Kementrian Agama RI dan LIPI, Tafsir ‘ilmy Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-
Qur'an dan Sains, (Jakarta Timur: 2016), 140-142

20 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk Allah yang sangat istimewa dengan karunia yang
besar dari Allah untuk mereka, seperti kemuliaan melebihi makhluk-Nya yang
lain maupun kecerdasan yang tidak dimiliki oleh makhluk selain mereka. Al-
Qur’an sebagai kitab suci terakhir membawa pengaruh dalam keberlangsungan
kehidupan manusia di muka Bumi ini, dengan segala petunjuk dan mukjizat yang
ada didalamnya, Al-Qur’an selalu menarik perhatian untuk diteliti dan dipelajari
lebih mendalam lagi isi kandungannya, baik oleh sarjana muslim maupun sarjana
non-muslim. Salah satu bukti kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah terletak
pada ayat-ayat Kauniyah yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia
sebagaimana yang dijelaskan pada kitab tafsir ‘ilmy penciptaan manusia berdasar
Al-Qur’an dan sains karya kerja sama antara Kementrian Agama RI dan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini telah berhasil menyajikan ayat-ayat ilmiah
Al-Qur’an yang ditafsirkan berdasar ilmu pengetahuan abad modern manusia.
Kitab tafsir ‘ilmy penciptaan manusia berdasar Al-Qur’an dan sains ini
menyajikan banyak penjelasan yang terkait dengan sub bahasan dan juga terhitung
merinci dalam penyampaiannya sehingga dapat memuaskan hasrat pengetahuan
umat, seperti penjelasan tentang perkembangan manusia pada setiap zamannya,
proses penciptaan manusia, ataupun tugas dan kewajiban yang harus dijalani

21 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
manusia dalam kehidupannya sebagai pedoman dari Al-Qur’an untuk mereka.
Kitab ini juga memiliki banyak manfaat dan kelebihan untuk dibaca, karena
penyajiannya yang sangat berkesesuaian dengan kebutuhan umat muslim abad ini,
yang memerlukan penjelasan ilmiah mengenai kitab suci mereka agar lebih
mudah dipahami, khususnya yang diinginkan oleh generasi millenial. Jadi, selain
mendapat pahala dengan membaca Al-Qur’an, dengan membaca kitab tafsir ini
kita juga dapat menambah wawasan keilmuan kita.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan Terjemahan


Aslamiyah, Siti Suwaibatul. Pandangan Islam Tentang Proses Kejadian Manusia
dan Implikasinya Terhadap Pendidikan, Jurnal
as-Sadr, Muhammad Baqir. Madrasah Al-Qur’aniyyah, Terj. Hidayaturakhman,
Jakarta: Risalah Masa, 1992
Azra, Azyumardi (ed.). Sejarah dan Ulum al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,
2013
Hermawan, A. Haris Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Departemen Agama, 2009
HMJ Tafsir Hadits UIN Bandung, Konsep Al-Insan dalam Al-Qur’an, diakses
pada 26 Mei 2019 pukul 04:30 WITA, link :
https://tahdits.wordpress.com/2015/06/03/konsep-al-insan-dalam-al-quran

Kementrian Agama RI dan LIPI, Tafsir ‘ilmy Penciptaan Manusia Dalam


Perspektif Al-Qur'an dan Sains, Jakarta Timur: 2016
Khaeruman, Badri, Sejarah Perkembangan Tafsir al-Qur’an, Bandung: Pustaka
Setia, 2004
Makhfud, Urgensi Tafsir Maudhu’i (Kajian Metodologis), 2017, Jurnal Pemikiran
Keislaman

22 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a
Nuratika, Term Manusia, Proses Penciptaan Manusia, Tujuan dan Fungsi
Manusia. Jurnal
Proses Penciptaan Manusia Dalam Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim,
Jurnal, link PDF : https://www.google.co.id/url?
q=http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB414113440039.pdf&sa
=U&ved=2ahUKEwiD5pn7k7niAhVKRY8KHeP5DzkQFjAEegQIBBAB&
usg=AOvVaw1YdNISv4Dp0SCZ9ygZzVDm
Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir & Aplikasi Model Penafsiran, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007
Satriadi, Inong. Tujuan Penciptaan Manusia dan Nilai Edukasinya (Kajian Tafsir
Tematis). Jurnal
Syakur, Abdul. Mengenal Corak Tafsir Al-Qur’an, 2015, Jurnal
Wikipedia manusia, diakses pada 26 Mei 2019 pukul 04:22 WITA, link :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/manusia

23 | P r o s e s P e n c i p t a a n M a n u s i a

Anda mungkin juga menyukai