Muhkam berarti (sesuatu) yang di kokohkan, jadi kalam Muhkam adalah perkataan yang seperti itu sifatnya. Mutasyabih secara bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari 2 (dua) hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain, karena adanya kemiripan diantara keduanya secara konkrit maupun abstrak. Jadi, tasyabuh Al-Kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebagainya membetulkan sebagian yang lain. Secara terminology muhkam dan mutasyabih di definisikan oleh para ulama, seperti berikut; - Ibnu Hatim berpendapat bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus di imani dan di amalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus di imani namun tidak harus di amalkan. - Kelompok Ahlusunnah mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat di ketahui secara jelas, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya di ketahui Allah saja. - Menurut mayoritas ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas mengatakan, , lafadz muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah/segi saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan dalam beberapa arah/segi, karena masih sama (semakna). Dengan ini dapat di tarik kesimpulan bahwa ayat-ayat muhkam merupakan ayat yang maknanya sudah jelas, tidak menimbulkan kebingungan atau pertanyaan ketika di sebutkan. Adapun pengertian ayat-ayat mutasyabih ialah ayat yang maknanya belum jelas sehingga harus di takwil terlebih dahulu atau hanya Allah saja yang tau arti dan maknanya. B. Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-ayat Mutasyabih Para ulama berbeda pendapat tentang apakah ayat-ayat Mutasyabih maknanya dapat di ketahui oleh manusia ataukah hanya oleh Allah saja yang mengetahuinya. Sumber perbedaan mereka terdapat dalam pemahaman struktur kalimat pada QS. Al-Imran : 7. Dalam memahami ayat tersebut ada dua pendapat, pertama yang mengatakan bahwa ayat-ayat mutasyabih juga dapat di ketahui maknanya oleh orang-orang yang mendalami ilmunya. Dan yang kedua mengatakan bahwa ayat-ayat mutasyabih hanya di ketahui Allah, sedangkan orang-orang yang mempelajari ilmunya hanya mengimaninya. Ada sedikit ulama yang berpihak pada ungkapan gramatikal yang pertama. Seperti Imam An- Nawawi, didalam Syarah Muslim, ia berkata, “Pendapat inilah yang paling shahih karena tidak mungkin Allah mengkhitabi hamba-hambaNya dengan uraian yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya.”. Kemudian ada Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Ishaq Asy-Syirazi yang mengatakan, “Tidak ada satu ayatpun yang maksudnya hanya diketahui Allah. Para ulama sesungguhnya juga mengetahuinya. Jika tidak, apa bedanya mereka dengan orang awam?”. C. Sebab-sebab Adanya Ayat Mutasyabih Dikatakan dengan tegas, bahwa sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih. Pada garis besarnya sebab adanya ayat–ayat Mutasyabihat dalam Al–Qur’an ialah karena adanya kesamaran maksud syara’ dalam ayat–ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan dengan bermacam–macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan hal – hal yang pengetahuanya hanya dimonopoli oleh Allah SWT saja. Sebab-sebab adanya ayat mutasyabih dalam Al-Qur’an ialah karena; - Kesamaan Lafal - Kesamaan pada makna ayat - Kesamaan pada lafal dan makna ayat