DALAM TAFSIR
Makalah Revisi
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
“Ilmu Qira’at”
Oleh:
NIM: F05214067
Dosen Pengampu:
PASCASARJANA
1
SURABAYA
2015
A. Pendahuluan
2
Sebagaimana telah sedikit disinggung di atas bahwa, dari
macam-macam qira’ah, bisa menjadikan lahirnya keberagaman
hukum islam. Perbedaan qira’at al-quran yang berkaitan dengan
substansi lafaz atau kalimat, adakalanya mempengaruhi makna
dari lafaz atau kalimat tersebut, dan adakalanya tidak.
Demikianlah perbedaan qira’at al-Quran dan pengaruhnya.1
1
Hasanuddin, AF, Perbedaan Qira’ah dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum Dalam al-
Qur'an, (Jakarta : Raja Grafindo, 1995), h.201
2
Abu al-Hasan Ahmad ibn Fâris ibn Zakariya, Mu’jam Maqâyis al-Lughah, h.523, A.W.
Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, h.704
3
Ibnu Mandzửr, Lisân al-‘Arab, (Beirut: Dâr al-Fikr, tth), Juz III,h. 2219
4
Ahmad al-Bily, Ikhtilâf Bain al-Qirâ’ât,, h.110
5
Manna>’ Khali>l al Qatta>n, Studi Ilmu-Ilmu al Qur’a>n , Dialihbahasakan
oleh Drs. Muzakkir As, ( Jakarta: Halim Jaya, 2002), 253
3
Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa qira>’ah
shadhdhah adalah bacaan yang menyimpang dari ketentuan-
ketentuan bacaan yang telah ditetapkan oleh para ulama, ada
yang menambahkan yakni qira’ah yang tidak sesuai dengan
kaidah bahasa Arab atau tidak sesuai dengan tulisan mushaf
uthmani. Dilihat dari kriteria bacaan yang berkembang
nampaknya qira>’ah sab’ah dan qira>’ah ‘ashrah yang menjadi
tolok ukur keabsahan bacaan sehingga qira’ah yang datang
setelahnya (qira>’ah sab’ah ‘ashrah) yakni ditambah empat
macam qira’ah yang kemudian dinilai sebagai qira’ah shaddah
sedangkan qira’ah tujuh dan ‘ashrah dimasukkan dalam kategori
mutawa>tir
Dan dalam pembagiannya qira’at shadhdhah dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Qira’ah yang sesuai mushaf ‘uthmani dan tata bahasa
arab, tetapi tidak memiliki sanad yang s}ahih seperti
qira’at Ibn Samaifi’ pada firman Allah QS. Yu>nus/10:
926
2. Qira’at yang memiliki sanad yang s}ahih dan sesuai
dengan tata bahawa arab, tetapi tidak sesuai dengan
rasm Uthmani, misalnya qira’at ‘Umar Ibn Khattab dan
Ibn Mas’ud serta Ibn Abba>s pada firman Allah QS. Al-
Jumu’ah / 61: 97 demikian pula pada firman Allah QS.
Al-Nisa’/4: 14, Sa’ad Abi Waqqas} membaca ( وله أخ أو أخت
)من أم, atau qira’at yang disisipkan sebagai penafsiran
oleh para s}ahabat (qira’at mudraj).8
6
Teks ayatnya: فاليوم ننجيك ببدنك لتكون لمن خلفك أيةpada kata nunajji>ka dibaca dengan
Ha’ = nunahhi>ka dan pada kata khalfaka dibaca dengan fathah = khalafaka.
Lihat Ibnu hâlawaih, Mukhtashar fi Syawâdz Alqur`ân min Kitâb al-Badî’, h.58
7
Pada ayat فاسعوا إلى ذكر هللاdibaca فامضوا إلى ذكر هللاlihat Abu Hayyan, al-Bahr al-
Muhith, juz 10, h. 174
8
Teks Ayatnya: وله أخ او أجت. Lihat Abu Hayyân, al-Bahr al-Muhîth, Juz III,h. 12
4
3. Qira’at yang sesuai dengan rasm ‘Uthmani dan tata
bahasa arab akan tetapi tidak memiliki sanad.9
Dari klasifikasi tersebut diketahui bahwa suatu qira’at
dianggap shadhdhah apabila tidak diriwayatkan secara
mutawatir, meskipun mempunyai sanad s}ahih dan sesuai
dengan tata bahasa arab. Misalnya pada QS. Al-Ma>idah/5 : 89,
‘Ubay Ibn Ka’ab, Abdullah Ibn Mas’ud dan Ibn Abbas membaca فمن
لم يجد فصيام ثالثة أيامdengan menambah kata متتابعين.10 mungkin dari ini
akan banyak didapatkan bacaan s}ahabat yang tergolong
shadhdhah karena tidak sesuai rasm Mushaf ‘Uthmani, sekalipun
dari segi bahasa benar dan banyak dijadikan rujukan oleh para
mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an.
Terdapat banyak mufassir yang menggunakan qira>’ah
shaddhah untuk menafsirkan kandungan al-Qur’an. Hal demikian
juga pernah dilakukan oleh para s}ahabat ketika alqura’an masih
dalam proses turun, dengan menyisipkan kata atau kalimat
dalam rangka menjelaskan makna suatu kata atau kalimat dalam
sebuah ayat tertentu. Di antara para sahabat yang banyak
meriwayatkan qira’at shadhdhah antara lain Abdullah Ibn
Mas’ud, Ubay Ibn Ka’ab, Abdulullah Ibn “Abbas, Sa’ad Ibn Abi
Waqqas, dan Abdullah Ibn Zubair. Para s}ahabat tersebut adalah
s}ahabat-s}ahabat pilihan yang dipercaya untuk mengajarkan
alqur’an, sebagaimana dalam sebuah hadits dalam s}ahih
Muslim:
9
Abd al-Hakim ibn Muhammad al-Hâdiy, al-Qirâ’ât Alqur’âniyyah Târikhuhậ
Tsubửtuhâ,Hujjiyyatuhâ wa Ahkậmuha, (Riyâdh: Dâr al-Gharb al-Islâmiy,t.th), h, 202-203
10
Lihat Muslim ibn Hajjâj al-Naisaburi, Shahîh Muslim, Kitab Fadhâil al-Shahâbah, Bab min
Fadhâil Abdullah ibn Mas’ûd, Nomor hadis: 4506. CD. Al-Maktabah al-Shamilah, edisi ke-2
5
اس َت ْق ِرئُوا الْ ُق ْرآ َن ِم ْن ُ ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َي ُق
ْ " :ول
ِ َ ت رس
َ ول اللَّه ِ ِ ُ اَل أ ََز
ُ َ ُ ال أُحبُّهُ َب ْع َد َما َس م ْع
ِ ومع،ب ِ ٍ ِ ِ ِ ٍ
" اذ بْ ِن َجبَ ٍل َ ُ َ ٍ َوأُبَ ِّي بْ ِن َك ْع،َ َو َسال ٍم َم ْولَى أَبِي ُح َذ ْي َفة، م ْن َع ْبد اللَّه بْ ِن َم ْسعُود:أ َْرَب َعة
6
Qira’at shaddhah tidaknya hanya dijumpai di kalangan sahabat,
namun juga di kalangan tabiin. Misalnya empat qira’at dari qira’at
‘ashrah, yaitu:
1. Ibnu Muhaishin (w. 123/740) nama lengkapnya Muhammad
Ibn Abdurrahman al-Maliki, memiliki dua orang perawi, al-
Yazidi dan Ibn Syanabu>dh.
2. Al-Yazidi (w.202/817), nama lengkapnya Yahya Ibn Muba>rak,
dua perawinya adalah Sulaiman Ibn al-Hakim dan Ahmad Ibn
Farah.
3. Hasan al-Bashri (w.110/728) dua perawinya adalah Shuja’ Abi
Nashr al-Bulkhi dan al-Du>ri.
4. Al-A’masy (w.148/765), nama aslinya Sulaiman Ibn Mahran,
dua perawinya adalah Hasan Ibn Sa’id al_mathwa’I dan Abu
al-Faraj al-Sanbudhi.
membaca surah al-Nisâ’, ketika sampai ayat: “Bagaimanakah (keadaan orangorang kafir
nanti ),jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan
engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka”.Nabipun bersabda:”Cukup sampai disini saja”
kemudian ia (Abdullah) menengok Nabi ternyata beliau mencucurkan air mata ”.
7
berarti : Aku memuji Zat yang memiliki hari
kemudian ( رحMM ام دينMMوم الMMك ي
َ M)مال. Kedua dengan arti :
Wahai Pemilik hari kemudian ( ك يوم الدين يا
ِ مال ) Panggilan
terhadap Allah ini sebagai persiapan menghadapi
ayat berikutnya yaitu : (اك نعبدMMّ) اي. Dengan demikian
maka arti lengkapnya adalah : Wahai Pemilik hari
kemudian, kepada-Mu lah aku mengabdi dan
seterusnya.15
b. Bacaan ( )لقد ج اءكم رس ول من أن ُفس كم Yunus : 128 dibaca (من
15
Lihat Al Banna. Al Ithaf, h. 122
16
Ibid. 246
17
Ibnu Mas’ud adalah salah satu dari sahabat yang paling baik bacaan al-Qur’annya sehingga dia
digolongkan oleh Nabi sebagai salah satu diantara ahlu al-Qur’an. Lihat hadits dalam Muslim ibn
Hajjâj al-Naisaburi, Shahîh Muslim, Kitab Fadhâil al-Shahâbah, Bab min Fadhâil Abdullah ibn
Mas’ûd,
8
kemutlakan Iafadz ( ) ثالثت ايّامOleh sebab itu Imam
Abu Hanifah,Tsauri, salah satu dari qaul Imam Syafi'i
yang juga dipilih oleh Imam Muzani, bahwa berpuasa
tiga hari sebagai denda atau kifarat, haruslah
berturut turut tanpa jeda. Sedangkan Imam Malik
dan Imam Syafi'i pada qaul yang lain, tidak melihat
keharusan berpuasa berturut turut, sebab "Qayyid"
bertutut-turut adalah satu keadaan yang jika ada
hukum wajib haruslah berdasarkan Nasnya, dikiaskan
kepada suatu yang sudah ada Nashnya, padahal
keduanya tidak pernah ada, maka berturut-turut
dalam berpuasa tidaklah wajib. Qira’atnya Ibnu
Mas'ud bukanlah Qur'an, sehingga tidak bisa
dijadikan pijakan dalam hukum syara'.
Sementara Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa
wajibnya berturut-turut dalam berpuasa sebagai
kifarat (denda) melanggar sumpah, dikiaskan
kepada Kifarat Dzihar ()كفارة ظهار yaitu berpuasa dua
bulan lamanya secara berturut turut, sebagaimana
Sabda Allah :( فمن لم يجد فصيام شهرين متتابعين ) Al Mujadilah :
418
Sedangkan mengenai qira'atnya Ibnu Mas'ud,
walaupun ia merupakan qira'at Syazdzah, tapi
minimal ia diriwayatkan oleh salah seorang sahabat
yang dipandang Tsiqah dan dapat dipercaya. maka
minimal ia bisa dimasukkan dalam hadis Ahad, yang
bisa dijadikan hujjah.19
18
Al Qur’an dan terjemahnya (Madinah: Mujamma’ al-Ma>lik Fahad li Tiba>’at
al-Mus}h}}af, 1418 H),
19
Al-Qurt}ubi>, al-Ja>mi li Ah}ka>m al-Qur’a>n, (Beirut: Da>r al Kutub al
‘Alamiyah, tt), Vol: 6, 283
9
b. Bacaan ( طىMMالت الوسMMلوات والصM ) حافظوا على الص Al Baqarah :
28320 dalam satu bacaan (qira'at) yang
diriwayatkan oleh ditambahkan kata (الة العصرMMMM) وص
Bacaan ini menunjukkan bahwa yang dimaksud
dengan طىMMالت الوسMM الص adalah Shalat Asar. inilah qaul
yang dipilih oleh jumhur, disamping adanya bacaan
tersebut Jumhur juga mendapatkan riwayat dari
hadis yang mendukung pendapat mereka.
D. Kesimpulan
20
Al Qur’an dan terjemahnya…...surat al-Baqarah 283
10
Namun secara kebahasaan qira>’ah shadh ini tidak
menyimpang dari makna sesungguhnya hanya saja pengalihan
bahasa serta derivasinya yang tidak sesuai dengan standar
mushaf uthmani yang menjadi acuan atau pedoman sebuah
bacaan.
DAFTAR PUSTAKA
11
Qurt}ubi (Al)>. Tt. al-Ja>mi li Ah}ka>m al-Qur’a>n. Beirut: Da>r
al Kutub al ‘Alamiyah.
Qatta>n (Al), Manna>’ Khali>l. 2002. Studi Ilmu-Ilmu al Qur’a>n.
Dialihbahasakan oleh Drs. Muzakkir As. Jakarta: Halim
Jaya.
12