Abstrak
Artikel ini membahas sejarah dan perkembangan ilmu
Tafsir di Asia Tenggara tepatnya di İndonesia, Malaysia,
Singapore, Brunai Darussalam, dan Thailand, kemudian
difokuskan pada kajian riwayat hidup sang penulis, motode yang
digunakan, karakteristik, dan latar belakang penulisannya. Dan
sebagai data pelengkap penulis menyusun tabel riwayat karya
tafsir di masing-masing negara yang diurutkan berdasarkan tahun
penulisannya. Adapun tujuan dari kajian ini adalah menemukan
karakter tafsir yang ramai ditulis dan diajarkan di Asia Tenggara
sebagai pola ideal dalam mengajarkan al-Qur‟an di masyarakat.
Abstrak
Tulisan ini memaparkan tentang sejarah dan
perkembangan tafsir di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia,
Brunei Darusalam, Singapura dan Thailand, bertujuan untuk
memberikan wacana baru kepada dunia akademis, bahwa Islam
mempunyai khazanah lain di Asia Jauh yang dikenal dengan
nama negara yang majemuk karena Islam masuk ke
negara-negara tersebut tanpa peperangan. Dan untuk
memberikan informasi terkait kitab-kitab tersebut, pengaruh
penulis dan metode tafsirnya secara umum.
1
Haji Abdul Karim (HAMKA).Sejarah umat Islam. Mizan, Jogjakarta
1999, p. 78.
2
Zainal Abidin Ahmad.Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan
Umatnya sampai sekarang; Bulan Bintang,Bandung, 1979, hal. 56.
3
Azyumardi Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII-XVIII. Bandung: Mizan, 2004, hal. 67.
4
L.Anthony H.Johns,Tafsir al-Qur’an di Dunia Indonesia-Melayu:
Sebuah Penelitian awal. Penerbit Melayu, 2008, hal. 37.
5
L.Anthony H.Johns,Tafsir al-Qur’an di Dunia Indonesia-Melayu:
Sebuah Penelitian awal. P. 49.
6
L.Anthony H.Johns., hal. 55.
7
Nashruddin Bidan.Perkembangan Tafsir al-Qur’an di Indonesia. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2003, p. 78.
8
Zuraida binti Usman,Praktek dan Keterampilan Membaca Al-Qur'an
di Kalangan Mahasiswa Institut Bahasa Melayu, Kuala Lumpur: Universitas
Malaya, 2006.p.23
176 |Waratsah,Volume 01, Nomor 02, Desember 2016
|Amirulloh Sain Asari
9
Maulana Amin,Pengajian AlQuran di Nusantara: Suatu Imbas
Sejarah, makalah seminar di Universitas Malaya, 2008, hal.27-28.10Mustafa
Abdullah,Harta Karun Tafsir di Malaysia,Pub Universitas Akademi Studi
Malaya. 2010, hal. 37.
11
Muhammad b. H. Abdurrahman,Peradaban Melayu Islam, Kasus
Brunei Darussalam,Pusat Dakwah Islam Pub. 2011, hal. 34.
12
Muhammad b. H. Abdurrahman.,P. 45.
13
Ooi Keat Gin,Brunei-Sejarah dan Islam, Masyarakat, dan Isu
Kontemporer,Pub Rotledge. 2010, hal.167.
14
Azumardi Azra,Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Abad XVII & XWII, Bandung: Mizan, 2004, hal.189.
180 |Waratsah,Volume 01, Nomor 02, Desember 2016
|Amirulloh Sain Asari
15
Abdullah Alwi Hassan,Islam di Singapura: Sebuah Pengantar,Kuala
Lumpur: Sarjana Enterprise, 1981, p. 65.
16
Sistem pesantren berasal dari Semenanjung Arabia yang juga
dikenal dengan nama “Dayah” dan “Bolai” di Brunei dan Thailand dengan
menggunakan kitab tafsir klasik sepertiJalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir
Baydawi.
17
Abdullah Alwi Hassan,Islam di Singapura: Sebuah Pengantar,P. 65.
18
Abdul Manan Syafii,Khazanah Tafsir di nusantara,Kuala lumpur:
KONTEKSTUALITA vol. 25, No. 01, 2009, p. 42.
19
M.Lazim Lawee,Perkembangan Kajian Al-Qur'an dan Hadits di
Thailand,Kulalalumpur: pub Universitas Melayu. 2008, hal.23.20M.Lazim
Lawee,Perkembangan Kajian Al-Qur'an dan Hadits di Thailand,Kulalalumpur:
pub Universitas Malaya. 2008, hal.23.
G.Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan tafsir di Asia Tenggara berbeda-beda di setiap
negara, hal ini berbeda-beda karena faktor demografi,
pemerintahan, ekonomi dan politik. Indonesia dan Malaysia
merupakan dua negara paling produktif dalam penelitian dan
pengembangan tafsir, yang diwujudkan dengan menjalin sejumlah
penelitian, beasiswa, dan kerjasama dengan negara-negara Timur
Tengah dan Eropa.
Dua negara terendah dalam mengkaji dan memproduksi
tafsir adalah Brunei Darussalam dan Singapura, disebabkan
karena jumlah penduduk Brunei sedikit, dan kurangnya sumber
daya manusia. Sementara Singapura menyebabkan banyaknya
minoritas Muslim dan pemerintah sekuler yang tidak mendukung
pengembangan pendidikan tinggi, studi tafsir hanya dilakukan
secara independen dalam kesadaran masyarakat.
Namun kajian tafsir di Asia Jauh sangatlah penting karena banyak
yang memperkirakan bahwa kejayaan Islam akan lahir dari Asia
Jauh, mengingat negara-negara Timur Tengah terjebak dalam
peperangan yang tiada henti, sedangkan Islam di Asia Tenggara
sedang dalam masa kejayaannya.
Referensi