Anda di halaman 1dari 17

Tafsir Rahmat karya H.

Oemar Bakry
Tafsir Kontemporer Berbahasa Indonesia Sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Dosen Pengampu: Dr. H. Mafri Amir, M. Ag

Disusun Oleh:
Budi Siswanto (11150340000024)

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERISTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

NOVEMBER/2021

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 1


KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan
rahmat serta karunia Nya kepada kita, sehingga kami sebagai penulis mampu menyelesaikan
Makalah Literatur Tafsir Indonesia yang berjudul “Tafsir Rahmat Karya Oemar Bakry”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan ke Ruh Junjungan Alam Nabi Muhammad
SAW.
Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mafri Amir, M.
Ag, selaku dosen pengampu mata kuliah Literatur Tafsir Indonesia, dan juga para teman-
teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran baik tertulis ataupun lisan, khususnya kepada
Dosen pengampu mata kuliah Literatur Tafsir Indonesia, agar kami bisa mengembangkan
ilmu pengetahuan, khususnya dalam Literatur Tafsir Indonesia.

Ciputat, 19 November 2021

Penyusun

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 2


BAB I
PENDAHULUAN

Al-Quran adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang
pertama dan utama yang harus diimani dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena itu, sudah menjadi  keharusan
bagi setiap muslim untuk mempelajari isi dan pesan-pesan al-Quran secara mendalam.
Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia memiliki karakteristik yang
terbuka untuk dibaca, dikaji, dipahami dan bahkan dikritisi. Ia merupakan kitab suci yang
akan selalu relevan bagi kehidupan manusia sepanjang masa.1 Untuk mengungkapkan dan
menjelaskan maksud yang terkandung dalam al-Qur’an, tidaklah cukup bila seseorang hanya
mampu membaca, akan tetapi yang diperlukan adalah kemampuan memahami dan
mengungkapkan isi serta mengetahui prinsip-prinsip yang dikandungnya.2
Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan tafsir itu sejak al-Qur’an sendiri diturunkan,
sebab ketika al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah Saw, sejak itu pula beliau melakukan
tafsir dalam pengertian yang sederhana, yakni memahami dan menjelaskan kepada para
sahabat, beliau adalah The First Interpreter (AwwalulMufassir) orang yang pertama
menguraikan al-Qur’an dan menjelaskan kepada ummatnya.3
Selanjutnya setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, penafsiran al-Qur’an dilakukan
oleh para sahabat, kalau pada masa Rasulullah Saw para sahabat menanyakan persoalan-
persoalan yang tidak jelas kepada beliau, maka setelah wafatnya, para sahabat terpaksa
melakukan ijtihad, khusunya mereka yang mempunyai kemampuan seperti ‘Ali bin abi
Thalib, Ibnu ‘Abbas, Ubay bin Ka’ab dan Ibnu Mas’ud. 4 Kemudian para sahabat memiliki
murid-murid dari kalagan tabi’in, khususnya di kota-kota tempat mereka tinggal. Sehingga
lahirlah tokoh-tokoh tafsir baru dari kalangan tabi’in di kota-kota tersebut, seperti Said bin
Jubair, Mujahid bin Jabr di Mekkah yang ketika itu berguru kepada ibnu ‘Abbas,
Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin Aslam di Madinah yang ketika itu berguru kepada Ubay bin
Ka’ab dan Al Hasan al-Bashry, Amir al-Sya’bi di Irak yang ketika itu berguru kepada
Abdullah bin Mas’ud.5

1
Taufik Adnan Amal dan Syamsu Rizal Panggabean Tafsir Kontekstual Al-Qur’an, (Bandung : Mizan,
1990), h. 15.
2
Sri Adekayanti, skripsi Metodologi Penafsiran Oemar Bakry : Studi Kitab Tafsir Rahmat, UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta : 2007.
3
Abdul Mustaqim, Aliran – Aliran Tafsir, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005 ), h. 29.
4
Hasbi Ash-Shieddieqy, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2013), cet. v, h.
182.
5
Hasbi Ash-Shieddieqy, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2013), cet. v, h.
185.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 3


Gabungan dari tiga sumber di atas, yaitu penafsiran Rasulullah Saw, penafsiran
sahabat-sahabat, serta penafsiran tabi’in dikelompokkan menjadi satu kelompok yang
dinamai Tafsir bi al-Ma’tsur, dan masa ini dijadikan periode pertama dari perkembangan
tafsir.6
Tidak hanya sampai disini, pertumbuhan dan perkembangan tafsir pun masih terus
berkelanjutan sebagai bentuk usaha untuk menggali isi dan kandungan al-Qur’an sebagai
kitab suci dan pedoman hidup manusia. Kegiatan penafsiran al-Qur’an tidak hanya dilakukan
oleh ulama Arab dengan bahasa arab, tetapi penafsiran dan penerjemahan al-Qur’an sangat
banyak dilakukan dalam berbagai bahasa dan dengan berbagai metode penafsiran, termasuk
oleh orang-orang Indonesia seperti yang dilakukan oleh para ulama Indonesia, yakni dengan
menafsirkan makna yang terkandung dalam al-Qur’an dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Diantara tafsir-tafsir Indonesia terdapat Tafsir Rahmat, karya H. Oemar Bakry,
seorang mufassir yang disebut Federspiel sebagai salah seorang yang telah melakukan upaya
memahami al-Qur’an dalam bahasa Indonesia.7
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Oleh karena
itu perkembangan Islam di Indonsia dalam upaya mempelajari al-Quran merupakan hal yang
signifikan. Dalam perkembangannya, banyak intelektual muslim yang mencurahkan
perhatiannya terhadap upaya mempelajari al-Quran untuk bisa disajikan dalam bentuk yang
mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia yang secara umum masih rendah
pengetahuannya tentang bahasa arab.
H. Oemar Bakry sebagai intelektual muslim Indonesia yang boleh dikata produktif
dalam berkarya, beliau menulis kitab Tafsir Rahmat.  Tafsir Rahmat merupakan tafsir al-
Quran pertama dalam bahasa Indonesia yang secara lebih lengkap terbit dalam satu jilid
(tahun 1981). Tafsir ini terbit pada abad modern (zaman ilmu pengetahuan dan teknologi) dan
dalam suasana pemerintahan (perpolitikan, kesejahteraan dll.) Indonesia yang belum
kondusif. Suasana seperti inilah yang membuat tafsir ini menarik untuk diketahui lebih jauh,
bagaimana H. Oemar Bakry memberi interpretasi terhadap al-Quran pada saat itu.

6
M. Quraish Shihab, artikel Sejarah perkembangan Tafsir, diakses dari
http://quran.al-shia.org/id/tafsir/tarikh-e-tafsir/sejarah-Tafsir02.htm, pada 10 Desember 2017, pukul 12.29
7
Howard M Federspiel, Kajian Al Qur’an di Indonesia (Dari Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab),
(Bandung : Mizan, 1996), hal. 154.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 4


BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup H. Oemar Bakry
H. Oemar Bakrie dilahirkan pada tanggal 26 Juni 1916 M / 24 Sya’ban 1334 H di
desa Kacang yang terletak di pinggir timur danau Singkarak, Sematera Barat. Setelah
tamat sekolah dasar dan sekolah sambungan di Singkarak, ia meneruskan pendidikannya
di sekolah Thawalib di Padang Panjang pimpinan Syekh Karim Amrullah, selain itu ia
juga mengaji di Madrasah Diniyah Putra pimpinan Zainuddun Labay El-Yunusy. Tamat
sekolah Thawalib pada tahun 1932 M sedangkan tamat Madrasah Diniyah pada tahun
1931 M.8
Jenjang pendidikannya kemudian H. Oemar Bakrie lanjutkan di Kulliyat al-
Mu’allimin al-Islamiyah kota Padang. Studi tersebut ia tamatkan dengan meraih angka
terbaik pada tahun 1936 M. Pada tahun 1954 M, H. Oemar Bakrie masuk Fakultas Sastra,
Universitas Indonesia, namun tidak smpai tamat.9
Beliau menjadi guru pada sekolah Thawalib yang ada di kota Padang pada tahun
1933-1936 M, selama setahun (1937 M) ia menjadi direktur sekolah guru
Muhammadiyah di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Kemudian ia kembali ke Padang
Panjang dan mengajar di Thawalib dari 1938 sampai masuknya tentara Jepang ke
Indonesia (1942 M). Selain melaksanakan tugas mengajar sebagai guru, ia juga menjadi
direktur The Public Typewriting School sejak tanggal 21 Januari 1938 M yang kemudian
lembaga ini berganti nama menjadi Taman Kemajuan.10
Kegiatan dakwah beliau dilaksanakan di Sumatera Barat, Jakarta dan Bandung.
Selain itu, karena pengabdian dan keluasan pengetahuannya H. Oemar Bakry juga pernah
di undang memberikan ceramah di Universitas Al Azhar Cairo pada 22 Desember 1983,
kemudian di IAIN Sunan Ampel Surabaya pada 11 Februari 1984, di IAIN Imam Bonjol
Padang pada 26 Maret 1984, dan di Universitas Bung Hatta Padang pada 28 Maret 1984
M.
Organisasi yang pernah beliau ikuti antara lain Permi (Persatuan Muslim
Indonesia), beliau juga pernah menjadi anggota Masyumi, bahkan sampai menempati
posisi anggota pimpinan Masyumi Sumatera Tengah. Sedangkan, dalam organisasi

8
Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta : Mutiara, 1984) cet. iii, hal. 1325.
9
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet. i, hal. 206.
10
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 229.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 5


kemasyarakatan ia pernah menjadi ketua yayasan Al Falah, pengurus yayasan Pemelihara
Kesucian al-Qur’anul Karim dan ketua yayasan Thawalib Jakarta.11
Dalam bidang bisnis, beliau juga seorang direktur pengusaha yang bergerak dalam
bidang penerbitan dan percetakan. Pada 1 November 1951 beliau mendirikan penerbit dan
percetakan Mutiara di Bukittinggi dan pada 13 Januari 1966 mendirikan percetakan
Angkasa di Bandung, kemudian pada tahun 1972 beliau mendirikan penerbitan dan
percetakan Offset Mutiara di Jakarta. Karena peranannya dalam penerbitan dan
percetakan, beliau pernah menjadi ketua IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Jakarta
beberapa periode.
Bisnis yang dirintisnya dibidang penerbitan inilah kemudian yang telah melebarkan
sayapnya untuk go internasioanal dan menjalin hubungan kerjasama dengan penerbit-
penerbit luar negeri seperti di Asia, Eropa dan Amerika, sehingga tak jarang ia
menghadiri forum – forum, baik tingkat nasional maupun internasional. Misalnya pada
tahun 1976, ia menghadiri Kongres IPA (Internasional Publisher Association) yang
diselenggarakan di Kyoto, Jepang dan tahun 1980 di Kopenhagen.12
Nama Oemar Bakry mulai banyak menjadi sorotan ketika ia terlibat polemik
hangat dengan H.B. Jassin di sejumlah media massa. Ketika itu H.B. Jassin yang dalam
khazanah intelektual Indonesia lebih dikenal sebagai kritikus sastra handal (bahkan ada
yang memberinya gelar “paus sastra Indonesia”), menerbitkan karya terjemahan al-
Qur’annya yang ditulis secara puitis dengan judul Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia yang
mendapat sambutan luar biasa di pasaran.13
Karya H.B. Jassin ini banyak menuai kontroversi dikalangan intelektual Islam di
Tanah Air, diantaranya mendapat kritikan tajam dari H. Oemar Bakry, ia menilai karya
H.B Jassin ini terdapat banyak kesalahan-kesalahan fatal didalamnya sehingga tidak layak
dirilis ke pasaran karena akan menimbulkan keresahan dan kegelisahan dalam masyarakat
luas.
Kesalahan-kesalahan tersebut tidak lepas dari kurang memadainya penguasaan
H.B. Jassin akan bahasa Arab dan Ilmu Agama Islam, padahal menurut H. Oemar Bakry
penguasaan seseorang terhadap bahasa Arab, Ilmu Agama dan Bahasa Indonesia
merupakan syarat utama yang harus dimiliki untuk dapat menterjemahkan al-Qur’an.

11
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 230.
12
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet. i, hal. 208.
13
Oemar Bakry, Polemik H. Oemar Bakry dengan H.B. Jassin tentang al-Qur’anul Karim Bacaan
Mulia, (Jakarta : Mutiara, 1979) hal. 44.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 6


Selain itu, ada yang mengatakan bahwa terjemahan “Bacaan Mulia” karya H.B. Jassin itu
disusun berdasarkan terjemahan lain dalam bahasa Inggris. Menurut H. Oemar Bakry,
suatu terjemahan tidak ada yang betul-betul tepat sama dengan teks Arabnya, apalagi jika
al-Qur’an diterjemahkan dari suatu terjemahan yang lain maka kesalahan-kesalahan itu
akan lebih banyak lagi. Sementara itu,menurut H. Oemar Bakry kelebihan H.B. Jassin
hanya terletak pada penguasaan bahasa Indonesianya yang memang pantas diakui.14
H. Oemar Bakry meninggal dunia pada tanggal 21 April 1988 M / 4 Ramadhan
1408 H, di Jakarta dalam usia 72 tahun.15
Karya – Karyanya16 :
a. Uraian 50 Hadits
b. Memantapkan rukun iman dan Islam
c. Al Qur’an Mukjizat yang terbesar
d. Apakah ada nasekh dan mansukh dalam Al Qur’an?
e. Keharusan memahami isi Al Qur’an
f. Pelajaran sembahyang
g. Dengan taqwa mencapai bahagia
h. Kebangkitan umat Islam di abad ke-XV H
i. Polemik H. Oemar Bakry dengan H.B. Jassin tentang Al-Quran Bacaan Mulia
j. Kamus Indonesia Arab Inggris
k. Kamus Arab Indonesia Inggris
l. Kamus Arab Indonesia
m. Kamus Indonesia Arab
n. Tafsir Madrasi (B. Arab)
o. Al Ahadissahihah (B. Arab)
p. Makarimul Akhlak (B. Arab)
q. Bung Hatta selamat jalan, cita-citamu kami teruskan
r. Bunga rampai sumpah pemuda.
s. Akhlak Muslim
t. Islam Menentang Sekularisme
u. Menyingkap Tabir Arti “Ulama

14
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet. i, hal. 209.
15
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 230.
16
Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta : Mutiara, 1984) cet. iii, hal. 1324.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 7


B. Sejarah Penulisan Tafsir Rahmat
Nabi Muhammad Saw diutus Allah Swt membawa al-Qur’an Karim untuk seluruh
umat manusia. Firman Allah Swt :

َ‫ك ِإاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬


َ ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا‬
Artinya : “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu (hai Muhammad), melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya [21] : 107)
Dari ayat ini kita ketahui bahwa Nabi Muhamad tidak hanya diutus untuk bangsa
Arab saja akan tetapi untuk seluruh umat manusia, sehingga bahasa Arab menjadi bahasa
dunia, bahasa persatuan dan kesatuan umat islam. Oleh karena itulah begitu pentingnya
kita memahami bahasa Arab, karena semua sumber-sumber keagamaan berbahasa Arab
begitu juga al -Qur’an, untuk memahami isinya maka kita harus mengerti bahasa Arab.
Indonesia adalah negara yang jaraknya cukup jauh dari bangsa Arab, Indonesia pun
memiliki bahasa tersendiri yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasionalnya, sehingga
bahasa Arab belum begitu melekat dikalangan bangsa Indonesia.
Dari uraian diatas kita ketahui motivasi terbesar yang membuat H. Oemar Bakry
menulis karya tafsirnya yaitu karena kurangnya pemahaman bahasa Arab dikalangan
bangsa Indonesia sehingga terjemahan dan tafsiran dalam bahasa Indonesia masih sangat
diperlukan. Kita bersyukur atas segala usaha dan jerih payah ulama-ulama di Indonesia
yang sudah berhasil menterjemahkan dan mentafsirkan al-Qur’an ke dalam bahasa
Indonesia, dengan terjemahan dan tafsir itu masyarakat Indonesia dapat memahami isi al-
Qur’an. Namun, menurutnya terjemahan dan tafsir yang telah ada dalam bahasa Indonesia
itu masih kurang dapat dipahami oleh masyarakat karena struktur kalimatnya yang belum
sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang baik, sedangkan sekarang sudah dianjurkan
untuk memakai bahasa Indonesia dengan ejaan yang baik dan benar.17
Menurut H. Oemar Bakry ada tiga syarat yang mesti ada pada seorang
penterjemah, yaitu18 :
a. Menguasai bahasa buku yang akan diterjemahkannya
b. Menguasai bahasa yang akan ditulisnya
c. Isi buku yang akan diterjemahkannya itu memang dibidangnya.

17
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 233.
18
Oemar Bakry, Polemik H. Oemar Bakry dengan H.B. Jassin tentang al-Qur’anul Karim Bacaan
Mulia, (Jakarta : Mutiara, 1979) hal. 36.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 8


H. Oemar Bakry menamakan tafsirnya dengan nama Tafsir Rahmat, dinamakan
demikian karena sesuai dengan tujuan diturunkannya al-Qur’an sebagai rahmat bagi alam
semesta. Allah menurunkan al-Qur’an agar dipahami dan diamalkan isinya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah Swt :
ْ ‫ِإنَّا َأ ْن‬
َ‫زَلنَاهُ قُرْ آنًا َع َربِيًّا لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬
Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Quran dengan berbahasa Arab,
agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf [12] : 2)
Karya tafsir ini ditulis dari tahun 1981 sampai 12 Mei 1983 M / 29 Rajab 1341 H.
Tafsir ini sudah mengalami tiga kali cetakan, jika dihitung diperkirakan sekitar 100.000
eksemplar yang tersebar di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Singapura.
Tafsir Rahmat ini juga berdasarkan periodesasi literatur tafsir al-Qur’an di
Indonesia, merupakan salah satu literatur tafsir yang berkonsentrasi pada keseluruhan al-
Qur’an 30 juz pada periode kedua.19
C. Kelebihan Tafsir Rahmat
Howard M. Federspiel mengatakan bahwa Tafsir Rahmat mempunyai
keistimewaan sebagai berikut20 :
1. Karyanya menggunakan bahasa Indonesia modern dan lebih memperhatikan
perkembangan zaman daripada tafsir-tafsir sebelumnya.
2. Menekankan bahasanya pada kesesuaian al-Qur’an dengan perkembangan teknologi.
Tujuan H. Oemar Bakry menulis Tafsir Rahmat adalah memberikan kemudahan
bagi mereka yang kurang pemahamannya terhadap bahasa Arab untuk bisa memahami al-
Qur’an sehingga dapat mengamalkan isinya, menterjemahkan dan menafsirkan al-Qur’an
sesuai dengan EYD (ejaan yang disempurnakan), membuktikan bahwa al-Qur’an tidak
bertentangan dengan sains dan teknologi.21
Keistimewaan lainnya adalah upaya penulis tafsir untuk lebih menyempurnakan
tafsirnya dengan bahasa Indonesia, selain itu kitab tafsir ini juga terdapat daftar indeks
tema-tema penting yang dilengkapi dengan rujukan ke teks yang sesuai agar
memudahkan masyarakat terutama para mubaligh yang ingin menyampaikan tabligh
dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an.

19
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, (Yogyakarta : LKis, 2013) cet. i, hal.62.
20
Howard M Federspiel, Kajian Al Qur’an di Indonesia (Dari Mahmud Yunus hingga Quraish
Shihab), (Bandung : Mizan, 1996), hal. 156.
21
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet. i, hal. 212.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 9


D. Kondisi Fisik Kitab
Kitab Tafsir Rahmat terdiri dari satu jilid yang disusun sampai 1333 halaman,
dengan cover berwarna biru, pada permulaan halaman kitab terdapat foto pengarang serta
biografi pengarang. Susunan kitab ini dari kiri ke kanan, dengan rincian pada bagian
kanan halaman terdapat susunan ayat dan disebelah kiri halaman terdapat tafsir dan
terjemahnya.
Tafsir ini sengaja dibuat simpel dan hanya di cetak dalam 1 jiilid agar
memudahkan pembaca memahami isi al-Qur’an dari awal sampai akhir hanya dengan
satu jilid saja.
E. Sumber Rujukan
H. Oemar Bakry ini dalam menulis kitab tafsirnya beliau menggunakan kitab-kitab
berikut sebagai sumber rujukannya, diantaranya22 :
1. Tafsir Al Manar yang ditulis oleh Syekh Muhammad Rasyid Ridha
2. Tafsir Al Maraghi yang ditulis oleh Ahmad Musthofa Al Maraghi
3. Attafsirul Farid Fil Quranil Majid yang ditulis oeh Muhammad Abduh Mu’in Al
Jamal
4. Tafsir Ibnu Katsir
5. Fi Zhilalil Qur’an yang ditulis oleh Said Qutub
6. Tafsir Al Qur’an yang ditulis oleh Prof. H. Mahmud Yunus
7. Al Qur’an dan Terjemahannya yang ditulis oleh Dewan Penterjemah Departeman
Agama.
F. Metode Penulisan Tafsir
 Metode Penafsiran
Secara umum terdapat empat macam metode dalam penafsiran al-Qur’an,23 yaitu
dengan metode tahlily/analisis,24 ijmaly/global,25 muqaran/perbandingan,26 maudhu’i/tematik.
Adapun kitab Tafsir Rahmat ini secara metodologi penulisan tafsir, tergolong
berdasarkan metode ijmali,27 yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan secara singkat dan
22
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) cet. i, hal. 218.
23
Endang Soetari Adiwikarta, Pengantar Ilmu Tafsir Al-Qur’an, (Bandung : Yayasan Amal Bakti,
2013) cet. I, hal. 160.
24
Metode tahlily adalah menafsirkan ayat-ayat secara luas dari berbagai segi dengan cara
menganalisisnya mulai dari surat al-Fatihah dianjutkan dengan surat-surat berikutnya sesuai urutan-urutan
mushaf sehingga berakhir ketika menafsirkan ayat terakhir surat an-Nas.
25
Metode ijmali adalah menafsirkan ayat dengan analisis atau uraian pendek dan simpel.
26
Metode muqaran adalah upaya menafsirkan ayat-ayat tertentu kemudian memperbandingkannya
dengan pendapat para mufassir yang lain.
27
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 240.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 10


global, tanpa uraian panjang dan lebar, dengan uraian ini mufassir menjelaskan arti
dan maksud ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa
menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki, ayat demi ayat, surat demi surat,
sesuai dengan tertib mushafi. Mufassir mengemukakan penjelasan-penjelasan tersebut
dalam kerangka uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang dapat dipahami oleh
orang berilmu, orang awam, maupun orang yang pertengahan diantara keduanya. 28
Didalam tafsirnya juga terdapat indeks tema-tema al-Qur’an yang dilengkapi dengan
rujukan ke teks-teks yang sesuai. Tafsir ini oleh penulis sengaja dibuat simpel dan
ringkas supaya hanya bisa dicetak dalam satu jilid, meskipun agak tebal dari ukuran
yang lazim. Alasan penulisnya adalah untuk memudahkan pembaca memahami isi al-
Qur’an dari awal sampai akhir dalam satu jilid saja.
 Sumber Penafsiran
Seorang mufassir dalam menulis kitab tafsirnya, biasanya berdasarkan
pemahamannya dengan tiga cara29 yaitu bi al-Ma’tsur,30 bi al-Ra’yi atau bi al-Isyary31.
Adapun apabila kita cermati dalam kitab Tafsir Rahmat ini maka kita akan jarang
sekali menemukan adanya ayat-ayat lain, hadits-hadits nabi, atau qawl sahabat yang
dijadikan sebagai argumentasi dalam menafsirkan ayat yang sedang dibahas, akan
tetapi beliau lebih cenderung menggunakan kemampuan nalarnya yang dimiliki
dengan tidak terlepas dari kaidah-kaidah bahasa Arab yang dikuasainya, sehingga kita
dapan menyimpulkan bahwa sumber penafsiran yang digunakan oleh H. Oemar Bakry
dalam kitab tafsirya yaitu cenderung dengan bil ra’yi,32 yaitu penafsiran yang
dilakukan berdasarkan ijtihad mufassir setelah mengenali lebih dahulu bahasa Arab
dari segi argumentasinya yang dibangun dengan menggunakan sya’ir-sya’ir jahili
serta mempertimbangkan sebab al-nuzul dan lain-lain yang dibutuhkan oleh
mufassir.33
 Corak Tafsir

28
Ali Hasan al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994) cet. ii,
hal. 73.
29
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang : Lentera Hati, 2013) cet. I, hal. 349.
30
Bi al-Ma’tsur adalah menafsirkan al Qur’an dengan atsar atau riwayat, seperti al Qur’an, hadits
Rasul dan pendapat para sahabat yang menjadi penjelasan bagi maksud-maksud al-Qur’an.
31
Bi al-Isyary adalah menafsirkan al-Qur’an berdasarkan kesan yang diperoleh dari teks (biasanya
mufassir dari ahli tasawuf)
32
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 234.
33
Hasani Ahmad Said, Jurnal Mengenal Tafsir Nusantara : Melacak Mata Rantai Tafsir dari
Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura hingga Brunei Darussalam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 11


Setiap karya tafsir memiliki nuansa atau sifat khusus yang mewarnai sebuah
penafsiran dan merupakan salah satu bentuk ekspresi intelektual seorang mufassir
ketika ia menjelaskan maksud-maksud ayat al-Qur’an.34
Adapun corak yang paling menonjol pada Tafsir Rahmat ini adalah corak
lughawi,35 yaitu tafsir yang menjelaskan makna-makna al-Qur’an menggunakan
kaidah-kaidah kebahasaan. H. Oemar Bakry dalam menulis karya tafsirnya
mengutamakan aspek bahasa yang disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Corak lughawi disini bukanlah dengan membahas tata bahasa Arab
ditinjau dari perspektif qawa’id, balaghah, sastra Arab atau yang lainnya, akan tetapi
hanya kepada kepentingan pembaca Indonesia agar lebih mudah dipahami.
Pertimbangan kebahasaan menjadi motivasi sejak awal akan menulis tafsir ini,
untuk lebih memperbaiki terjemahan dan tafsir al-Qur’an yang sudah ada selama ini
agar bisa dimengerti masyarakat dan sesuai pula dengan tuntutan modern serta
kemajuan bahsa Indonesia yang mengutamakan ejaan.
Corak kebahasaan ini dapat dilihat pada contoh penafsiran ayat-ayat berikut :
1. Ayat ‫ار‬uu‫ الجنة تجرى من تحتها االنه‬yang selama ini diterjemahkan dengan surga
yang mengalir dibawahnya sungai, menurut H. Oemar Bakry sulit untuk
dipahami, menurutnya terjemahan yang tepat adalah surga yang sungainya tetap
mengalir.
2. Perkataan‫ سموات‬yang selama ini diterjemahkan dengan langit, digantinya dengan
ruang angkasa.
3. Suatu ayat yang selama ini diterjemahkan dalam struktur kalimat majemuk,
sekarang dijadikan beberapa kalimat pendek agar mudah memahaminya. Misalnya
terjemahan surat al-Baqarah [02] : 141, Demikianlah (keadaan) umat sebelum
kamu ( tentang awal perbuatannya). Baginya (pahala atau dosa) dari usahanya
dan bagi kamu (pahala atau dosa) dari usahamu. Dan kamu tidak diminta
mempertanggung jawabkan terhadap amal perbuatan yang mereka lakukan.
4. Bila dalam tatanan bahasa Arab kata kerja (fi’il) terletak di depan kemudian baru
pokok kalimat (fa’il), tetapi dalam bahasa Indonesia adalah sebaliknya, kata
pokok harus terletak didepan baru disusul dengan kata kerja. Tafsir Rahmat ini
senantiasa menyusun kalimat seperti dalam bahasa Indonesia.

34
http://makalahqwahyu.blogspot.co.id/2016/07/makalah-ulumul-tafsir-corak-tafsir.html, diakses pada
19 November 2017, pukul 14.23
35
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 236.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 12


 Manhaj al-Tafsir
Aspek manhaj dalam tafsir dapat dipahami sebagai teknis menuliskan
terjemah dan tafsirnya. Biasanya dikelompokkan kepada maqtha’/qism,
majmu’at/fashl, dan lathifah. Teknis maqtha’ dicirikan kepada menuliskan ayat-ayat
yang dipotong pada pertengahannya, kemudian diterjemahkan dan ditafsirkan. Teknis
majmu’at adalah dengan mengelmpokkan beberapa ayat secara berurutan terlebih
dahulu kemudian diterjemahkan dab ditafsirkan. Sedangkan teknis lathifah lebih
dicirikan kepada pengambilan intisari ayat atau beberapaayat saja secara berurutan.36
Adapun Tafsir Rahmat lebih didominasi oleh teknik majmu’at, teks ayat
diletakkan pada halaman sebelah kanan satu halaman penuh, sementara terjemahan
dan tafsirnya ditulis pada halaman sebelah kiri secara penuh pula. Dalam
menafsirkan, H. Oemar Bakry kadang-kadang hanya mengulas satu ayat, karena ada
beberapa hal penting yang perlu dikomentari atau dijelaskannya. Pada kali yang lain
ia menafsirkan ayat secara berurutan dan mencoba membikan kesimpulan yang kaang
memberikan perincian dengan mencantumkan angka-angka. Sedangkan pada
terjemahan tertentu, H. Oemar Bakry memberikan penjelasan yang diletakkan
diantara dua tanda kurung biasa, hal ini dimaksudkannya untuk lebih memudahkan
orang menangkap isi dan maksud ketika membaca terjemahan.37
 Mazhab Tafsir
Dilihat dari segi mazhab atau aliran yang terkandung dalam tafsir, maka
dikenal ada aliran falsafi, shufi, kalami dan fiqhi. Aliran kalam biasanya dilihat dari
segi ideologi apakah ia menganut teologi Mu’tazilah, Asy’ariyah atau Syi’ah.38
Tafsir Rahmat lebih mengesankan aliran Asy’ariyah , indikatornya terlihat
ketika ia menafsirkan ayat-ayat yang berbunyi ‫ ان الفضل بيداهللا يئتيه من يشاء‬H. Oemar
Bakry menterjemahkan Sesungguhnya kurnia itu ditangan Allah, Allah
memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. H. Oemar Bakry
menerjemahkan dua kata ‫ يداهللا‬pada QS. Ali ‘Imran [03] : 73 dan QS. Al Maidah
[05] : 64 dengan “tangan Allah”., tetapi dalam QS. Al Fath [48] : 10
diterjemahkannya dengan “hidayah Allah”, pada QS. Al Hadid [57] : 29
diterjemahkan dengan “ketentuan Allah” .39

36
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 241.
37
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 241.
38
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 241.
39
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013) cet. ii, hal. 242.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 13


Namun meskipun H. Oemar Bakry tetap menerjemahkan ayat itu dengan
tangan, tetapi ia memberikan peringatan pembaca agar jangan terjerumus kepada
paham yang salah, tampak ia khawatir jikalau pembaca memahaminya secara harfiyah
karena mirip dengan paham Mu’tazilah .
G. Contoh Penafsiran
1. Al Faatihah (Pembukaan)
Surat Al Faatihah termasuk golongan surat-surat Makiyyah, jumlah ayatnya 7. Surat
Al Faatihah disebut dengan beberapa nama40 :
a) Ummul Kitab atau Ummul Quran (sendi kitab atau sendi al-Qur’an). Disebutkan
demikian karena isi surat al Faatihah mencakup dengan ringkas isi yang
terkandung dalam al-Qur’an.
b) Sab-‘uil Matsani (tujuh yang diulangi). Disebut demikian karena ia tersusun dari
tujuh ayat yang selalu diulangi membacanya dalam shalat.
c) Asas (pokok), disebut demikian karena ia asas surat-surat al-Qur’an.
d) Al Faatihah (pembukaan), disebut demikian karena ia pembukaan dan surat
pertama dari al-Qur’an.
Dalam surat al-Fatihah telah tersimpul secara ringkas isi yang terkandung dalam al-
Qur’an. Surat-surat yang berikutnya menguraikan kesimpulan itu. Pokok-pokok yang
terutama dari al-Qur’an yang tersimpul dalam surat al-Faatihah ialah41 :
1. Tauhid, kepercayaan bahwa Allah Swt ada dan Maha Tunggal, tidak ada sekutu-
Nya. Ayat ke-1, ke-2 dan ke-3 mengandung pengertian demikian.
2. Kepercayaan adanya alam akhirat tempat menerima balasan amalan baik dengan
surga dan kerja jahat dengan neraka. Ayat ke-4 mengandung pengertian demikian.
3. Ibadah-ibadah yang harus dilakukan seorang muslim : shalat, puasa, zakat, haji
dan lain-lain. Ayat ke-5 mengandung pengertian demikian.
4. Akhlak karimah. Budi pekerti yang baik yang diterangkan dengan berbagai ayat
dalam al-Qur’an. Ayat ke-6 mengandung pengertian demikian.
5. Sejarah dan kisah-kisah banyak sekali dalam al-Qur’an. Sejarah dan kisah itu
untuk menjadi pelajaran bagaimana buruk dan sengsaranya orang atau umat yang
durhaka dan bagaimana baik dan bahagianya orang atau umat yang shaleh.

40
Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta : Mutiara, 1984) cet. iii, hal. 3.
41
Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta : Mutiara, 1984) cet. iii, hal. 3.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 14


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 15


Tafsir Rahmat merupakan karya kitab tafsir yang ditulis oleh H. Oemar Bakry, isinya
yang ringkas dan mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia. Kitab Tafsir Rahmat ini
menggunakan metodologi ijmali dalam penulisan tafsirnya, sumber penafsiran yang
digunakan oleh H. Oemar Bakry dalam kitab tafsirya yaitu cenderung dengan bil ra’yi, corak
yang paling menonjol pada Tafsir Rahmat ini adalah corak lughawi, dengan teknis majmu’at
dan teologi beraliran Asy’ariyah.
Sebagai tafsir berbahasa indonesia, maka Tafsir Rahmat merupakan sebuah karya
tafsir yang patut untuk diberi penghargaan. Selain dari kitab yang ringkas ( 1 jilid / tafsir
ijmali), sisi kebahasaan Tafsir Rahmat adalah sangat mudah dipahami serta isinya sering
dikaitkan dengan problema yang terjadi pada masa penulisannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Taufik Amal, Tafsir Kontekstual Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1990.

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 16


Ade, Sri kayanti, skripsi Metodologi Penafsiran Oemar Bakry : Studi Kitab Tafsir Rahmat,
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta : 2007.
Mustaqim, Abdul, Aliran – Aliran Tafsir, Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005.
Ash-Shieddieqy, Hasbi, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2013.
Quraish, M. Shihab, artikel Sejarah perkembangan Tafsir, diakses dari http://quran.al-
shia.org/id/tafsir/tarikh-e-tafsir/sejarah-Tafsir02.htm, pada 10 Desember 2017, pukul
12.29
Bakry, Oemar, Tafsir Rahmat, Jakarta : Mutiara, 1984, cet. iii.
Amir, Mafri, Literatur Tafsir Indonesia, Tangerang : Mazhab Ciputat, 2013, cet. ii.
Amir, Mafri, Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, Tangerang : Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, cet. i.
Bakry, Oemar, Polemik H. Oemar Bakry dengan H.B. Jassin tentang al-Qur’anul Karim
Bacaan Mulia, Jakarta : Mutiara, 1979.
Gusmian, Islah, Khazanah Tafsir Indonesia, Yogyakarta : LKis, 2013, cet. i.
Federspiel, Howard, Kajian Al Qur’an di Indonesia (Dari Mahmud Yunus hingga Quraish
Shihab), Bandung : Mizan, 1996.
Soetari, Endang, Adiwikarta, Pengantar Ilmu Tafsir Al-Qur’an, Bandung : Yayasan Amal
Bakti, 2013, cet. i.
Hasan, Ali, al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994
cet. ii.
Quraish, M. Shihab, Kaidah Tafsir, Tangerang : Lentera Hati, 2013, cet. i.
Ahmad, Hasani, Said, Jurnal Mengenal Tafsir Nusantara : Melacak Mata Rantai Tafsir dari
Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura hingga Brunei Darussalam, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2017.
http://makalahqwahyu.blogspot.co.id/2016/07/makalah-ulumul-tafsir-corak-tafsir.html,
diakses pada 19 November 2017, pukul 14.23 .

Tafsir Rahmat karya H. Oemar Bakry | 17

Anda mungkin juga menyukai