Anda di halaman 1dari 8

KITAB SYARAH HADIS

SYARH MISHBAH AL ZUJAJAH ‘ALA SUNAN IBN MAJAH

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah : Studi Syarah Hadis

Di susun oleh :

1. Ulya Nihayah (2030410006)


2. Fida Darojati (2030410019)

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
IAIN KUDUS
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berziarah ke masa lalu dengan cara melakukan tinjauan kritis (tradisi) merupakan proses yang
sangat mengasyikan, mengingat pada zaman tersebut banyak sekali peninggalan-peninggalan
yang dapat kita jadikan sebagai pelajaran, pijakan untuk menuju masadepan yang lebih baik. Ada
banyak hal warisan yang kita peroleh dari mereka yang ikut andil sebagai aktor penting zaman itu.
Diantara warisan-warisan tersebut adalah berbagai kitab-kitab hadits yang telah dikarang oleh
para ulama pada saat itu. Dengan adanya warisan berharga tersebut apa yang kita lakukan: apakah
kita diamkan, kita buang ataukah kita hargai bahkan kita jadikan pegangan dalam hidup kita?

Tingkah yang lebih baik tentunya adalah kita hargai untuk dijadikan pegangan petunjuk
dalam hidup kita.  Mengingat hadits yang terkodifikasi menjadi kitab hadits mempunyai peran
yang sangat penting jika di dalam ayat-ayat al-Qur’an tidak ditemukan suatu ketetapan, maka
hadits berfungsi sebagai pijakan dasar hukum dalam dalil-dalil keagamaan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi Imam Suyuthi ?


2. Bagaimana sistematika penulisan syarah MisbahusZujajah ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Suyuthi

Beliau memiliki nama lengkap yaitu Abdul Rahman bin al-Kamal bin Abu Bakar bin
Muhammad bin Sabiq al-Suyuthi.1 Ada juga yang menambahkan Al-Hafizh
Abdurrahman ibnu Al-Kamal Abi Bakr bin Muhammad bin Sabiq ad-Din ibn Al-Fakhr
Utsman bin Nazhir ad-Din al-Hamam al-Khudairi al-Sayuthi. Dalam kitab Mu’jam al-
Malifin ditambahkan dengan Athaluni al-Mishri Asy-Syafi’i, dan diberi gelar Jalaluddin.
Serta dipanggil dengan nama Abdul Fadhal. Sebutan al-Suyuthi diambil dari nama daerah
tempat kelahirannya Suyuth yaitu Sebuah daerah pendalaman di Mesir.

Beliau juga diberi gelar Ibnu al-Kutub karena dilahirkan diantar buku-buku milik
Ayahnya dan karena ketika beliau lahir, ia diletakkan ibunya diatas buku. Beliau hidup
pada masa dinasti Mamluk pada abad ke - 15 M dan berasal dari keluarga keturunan
Persia yang pada awalnya berukim di Baghdad kemudian pindah ke Asyuth. Keluarga ini
merupakan orang terhormat pada masanya dan ditempatkan pada posisi-posisi penting
dalam pemeritahan.

Beliau dilahirkan di sebuah daerah yang terletak di Mesir yaitu Suyuth pada awal
bulan Rajab tahun 849 H, dan hidup menjadi seorang piatu setelah ibunya wafat sesaat
setelah beliau lahir, dan setelah usianya baru beranjak lima tahun Ayahnya pun pergi
menyusul ibunya. Ia hidup di lingkungan yang penuh dengan keilmuwan serta ketaqwaan.

Imam Suyuthi telah menghabiskan waktunya untuk mengajar, memberikan fatwa, dan
mengarang. Akan tetapi, menjelang usia tuanya ia meninggalkan tugas mengajar dan
berfatwa, dan lebih memilik ber-Uzlah dari keramaian dunia untuk beribadah dan
mengarang saja. Imam Suyuthi meninggal pada usia 61 tahun 10 bulan 18 hari, yaitu pada
malam jum’at tanggal 19 juamdil Ula tahun 911 H. Di Khusy Qusun di luar pintu Qarafah
Kairo, Mesir, jasad mulainya disemayamkan. Letaknya berdekatan dengan makam imam
Syafi’i dan Imam Waqi’ (Guru imam Syafi’i). Makamnya selalu tertutup, tidak bisa
masuk ke dalam kecuali dengan menghubungi juru kunci. Akan tetapi, menurut Al-Idrusi,
“Imam as-Suyuthi meninggal pada waktu ashar tanggal Jumadil Ula tahun 911 H/1505
M. Beliau di shalatkan di Masjid Jami’ al-Fariqi di ruangan bawah. Kemudian beliau di
makamkan di sebelah timur pintu al Qarafah, sebelum meninggal dia mengalami sakit
selama 3 hari”.

Karir pendidikan Imam Suyuthi dimulai dari perhatian Ayahnya terhadap


pendidikannya, karena kehadiran suyuthi disambut baik oleh Ayahnya bahkan ia memberi
perhatian penuh terhadap Suyuthi, mendidiknya menghafal al Qur’an, bahkan
menemaninya belakjar hadis kepada Ibnu Hajar al-Asqalani. Maka Suyuthi kecilnya
tumbuh dengan baik karena mendapat perhatian yang utuh dari orang tua dan para
gurunya. Ia mampu menyelesaikan studinya di MAsjid al-Syaikhuni setelah kematian
Ayahnya. Berkat kercerdasannya, ia mampu menghafal al-Qur’an sebelum genap berusia
8 tahun. Setelah menghafal al-Qur’an melanjutkan petualangan intelektualnya dengan
mendalami fiqh mazhab Syafi’i kepada ‘Alamuddin al-Bulqaini dan diteruskan dengan
Putra al-Bulqaini. Ia mendalami Ilmu-ilmu keagamaan dan bahasa Arab dengan Syekh
Syarafuddin al-Minawi dan Muhyiddin al-Kafiyaji (w. 889 H), Selanjutnya mendalami
kitab Shahih Muslim, as-Syifa’ fi Ta’rif Huquq al-Musthafa, dan sebagainya bersama
Syekh Syamsuddin Muhammad Musa. Kemudian mempelajari hadis dan Bahasa Arab
sekitar empat tahun bersama taquyuddin al-syumani al-Hanafi (w.872 H).

B. Pensyarahan Kitab Misbahus Zujajah

Kitab Sunan Ibnu Majah nampaknya kurang mendapatkan perhatian dibandingkan


dengan kitab-kitab hadits lainnya seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi
Dawud. Hal tersebut terlihat dari minimnya kitab syarah tentang Sunan Ibnu majah.
Diantara kitab Syarah Sunan Ibnu Majah adalah :

1. Kitab Syarah yang ditulis oleh Syaikh al-Sindi al-Madani (wafat tahun 1138 H )
yakni Syarah Sunan Ibnu Majah. Kitab syarah ini tidak ditulis dengan lengkap, hanya
ditulis secara ringkas dan terbatas pada permasalahan yang penting-penting saja.
Kitab syarah ini ditulis di bagian pinggir dari kitab Sunan Ibnu Majah.
2. Kitab Syarah yang ditulis oleh al-Hafiz Jalaluddin al-Suyuti’ (wafat tahun 911 H)
dengan nama Misbaahuz Zujajah Ala Sunan Ibnu Majah. Akan tetapi kitab syarah ini
juga sama dengan ketab yang ditulis oleh Syaikh al-Sindi al-Madani hanya
menguraikan dengan singkat dan terfokus pada permasalahan yang penting saja.
3. Kitab Syarah yang ditulis oleh al-Muglata’i (w. 762 H) yakni al-I’Iam bi Sunanihi
alaih al-Salam.
4. Kitab yang ditulis oleh al-Kamaluddin ibn Musa al-Darimi (w. 808 H) yakni Syarah
Sunan Ibnu Majah.
5. Kitab yang ditulis oleh Ibrahim ibn Muhammad al-Halabi yakni Syarah Sunan Ibnu
Majah.
Pengarang kitab Misbah Az-Zujajah ini menguraikan setiap hadis yang terkandung di
dalamnya. Telah menerangkan di dalam kitabnya setiap hadis yang ditambah dan tidak
terdapat dari kalangan kitab para Imam hadis yang lima. Setiap hadis itu dikupas satu
persatu untuk menentukan kesahihannya atau hanya setakat bertaraf hasan atau dikira
sebagai hadis dhaif dan seterusnya dikira sebagai hadis palsu yang perlu ditinggalkan.

Metode yang digunakan dalam penulisan syarah Misbah Az-Zujajah adalah Metode
Ijmali, dimana metode ini merupakan metode yang digunakan dengan menjelaskan hadis
secara ringkas tapi dapat merepresentasikan makna literal hadits, dengan bahasa yang
mudah dipahami. Gaya bahasa yang digunakan juga tidak berbeda jauh dengan bahasa
hadits, sehingga pembacanya kadang kala tidak dapat memilahkan mana yang hadits dan
mana yang syarahnya.

Contoh :

[‫ قَا َل َرسُو ُل ]متفق عليه‬:‫ عن أبي هريرة قَا َل‬.‫ح‬ َ ‫ش ع َْن َأبِي‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫ حدثنا شريك عن اَأل ْع َم‬:‫حدثنا أبو بَ ْك ِر بْنُ َأبِي َش ْيبَةَ قَا َل‬
]٢٦٧٩ :‫][ت‬۱۳۳۷:‫ ] [م‬۷۲۸۸:‫ َما َأ َمرْ تُ ُك ْم به فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَ ْيتُ ُك ْم َع ْنهُ فَانتَهُوا خ‬: ِ‫هللا‬

‫ (شريك) ابن عبدهللا النخعي الكوفي القاضي بواسط ثم الكوفة أبو عبدهللا صدوق يخطئ كثيراً تغير‬:‫ قوله‬:‫قال السيوطي‬
‫حفظه منذ ولي القضاء بالكوفة وكان عادالً فاضالً عابداً شديداً على أهل البدع من الثامنة مات سنة سبع أو ثمان وسبعين‬.

‫ (األعمش) سليمان بن مهران األسدي الكاهلي أبو محمد الكوفي األعمش ثقة حافظ عارف بالقراءة ورع لكن يدلى‬:‫قوله‬
‫الخامسة مات سنة سبع وأربعين أو ثمان وكان مولده أول إحدى وستين‬.

: ‫ عبد الرحمن بن صخر وقيل‬:‫ (أبو هريرة) الدوسي الصحابي الجليل حافظ الصحابة اختلف في اسمه واسم أبيه قيل‬:‫قوله‬
‫وقيل سكين بن ذرمة وقيل ابن هانی وقيل مزمل وقيل ابن‬: ‫ عبدهللا بن عائذ وقيل ابن عامر وقيل ابن عمرو‬:‫ابن غنم وقيل‬
‫وقيل غنم وقيل‬: ‫وقيل يزيد بن عشرقة وقيل عبد نهم وقيل عبد شمس‬: ‫صخر وقيل عامر بن عبد شمس وقيل ابن عمير‬
‫ سعيد بن الحارث هذا الذي وقفنا عليه من االختالف في ذلك‬:‫ ابن عامر وقيل‬:‫وقيل‬: ‫ عمرو بن غنم‬:‫عبيد ابن غنم وقيل‬
‫ويقطع بأن عبد شمس وعبد نهم غير بعد أن سلم واختلف في أيها أرجح فذهب األكثرون إلى األول وذهب جمع من‬
‫ تسع وخمسين وهو ابن ثمان وسبعين سنة‬:‫وقيل‬: ‫ ثمان‬:‫النسابين إلى عمرو ابن عامر مات سنة سبع وقيل‬

«‫»تقريب‬
‫قوله‪( :‬ما أمرتكم‪ ...‬إلخ) أي بأمر من أمور الدين حيث قال في حديث التابير أنتم أعلم بأمور دنياكم «فخر»‪ .‬قوله‪( :‬ما‬
‫أمرتكم بـه ‪ ...‬إلخ)‪ .‬قال ابن عساكر في األطراف هذا مختصر من الحديث الذي يليه وما فيه شرطية في الموضعين‬
‫مصباح الزجاجة للسيوطي‬
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Walaupun Sunan Ibn Majjah di tulis pada masa sesudah gerakan awal pembukuan
hadis, Kitab Sunan Ibn Majjah menghimpun berbagai macam hadis baik
yang sahih maupun yang tidak sahih. Oleh karena itu, dikalangan ulama menempatkan
posisi kitab tersebut dalam kutub al-sittah di tingkatan terakhir sebelum Sahih Bukhari,
Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan An Nasa’i, dan Sunan al-Tirmizi.
Pengarang kitab Misbah Az-Zujajah ini menguraikan setiap hadis yang terkandung di
dalamnya. Telah menerangkan di dalam kitabnya setiap hadis yang ditambah dan tidak
terdapat dari kalangan kitab para Imam hadis yang lima. Setiap hadis itu dikupas satu
persatu untuk menentukan kesahihannya atau hanya setakat bertaraf hasan atau dikira
sebagai hadis dhaif dan seterusnya dikira sebagai hadis palsu yang perlu ditinggalkan.
DAFTAR PUSTAKA

‫( شروح سنن ابن ماجة‬archive.org)

Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta. STUDI KITAB
HADIS. (Yogyakarta: TERAS. Cet 2. 2009)

Masudul Hasan, History of Islam Vol. I (India: Adam Publishers & Distributes, 1992). H. 252-
286. sebagaimana yang dikutip oleh M. Alfatih Suryadilaga,  Studi Kitab Hadits, Teras,
Yogyakarta, 2003, hlm. 160.

Anda mungkin juga menyukai