Anda di halaman 1dari 6

Bentuk Matan Hadis dan cakupan petunjuknya

Cara nabi menyampaikan berita yaitu berupa penyampaian dalam bentuk jami’al kalim
(ungkapan yang singkat, namun sangat sarat makna), tamsil (sebuah perumpamaan), ragam
bahasa simbolik (ramzi), bahasa percakapan (dialog), ungkapan analogi (dalam bentuk
qiyash). Perbedaan bentuk matan hadits ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap hadis
nabi saw pun berbeda-beda, Antara lain:1

1. Jawami’ Al-Kalim
Jamawi’ Al-Kalim merupakan bentuk plural dari jami’yang berarti sekumpulan adalah
ungkapan yang singkat, namun sangat padat maknanya
‫بعثت جبوامع الكالم رواه البخارى ومسلم وغريها عن أىب هريرة‬

Artinya: “Saya diutus (oleh Allah) dengan (kemampuan untuk menyatakan) ungkapan-
ungkapan yang singkat, namun padat makna". ( HR al-Bukhari, Muslim dan lain-lain, dari
Abu Hurairah)”.
Adapun contoh matan hadis mengandung jawamil kalim,
‫كل مسكرمخر وكل مسكرحرام رواه البجارى‬

Artinya:“Setiap yang minuman yang memabukkan adalah khamar dan setiap minuman yang
memabukkan adalah haram.” (HR.Bukhori)
dalam memahami hadis berupa ungkapan jawami’ al kalim haruslah melihat bagaimana
kondisi atau latar belakang hadis itu muncul. Dilihat dari segi kebahasaan yang padat dan
singkat namun mengandung arti yang sangat mendalam, hadis jawami’ al kalim ini dapat
dipahami melalui gramatika susunan kalimatnya.
Contoh lain:
‫ قال فردد مرارا قال ال تغضب ال تغضب‬,‫ اوصين‬: ‫عن ايب هريرة رضي هلال عنه ان رجال قال للنيب صلى هلال عليه وسلم‬
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu sesungguhnya seseorang telah bertanya
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau
bersabda: Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali, maka beliau bersabda:
Jangan engkau marah. (HR. Bukhari).
Berdasarkan hadis di atas, nabi saw menyampaikan pesan yang singkat namun berisi makna
yang padat. Marah bukanlah solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah, selain itu,
marah juga membuat manusia lepas control dan mengikuti hawa nafsu, marah dalam
perspektif kesehatan juga sangat merugikan tubuh dan jiwa serta masih banyak lagi aspek
yang dikandung oleh pesan nabi tersebut.2
Contoh hadits yang bentuk matan-nya jawami‘ al-kalim yakni:
‫ب َخدْ َع ًة‬
َ ‫الح ْر‬
َ
1
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan),” Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 17 1, no. 1 (2021): 119–143.
2
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan).”
Perang itu siasat”. (HR. al-Bukhari)
Apa yang dinyatakan hadits di atas berlaku secara universal tanpa peduli waktu dan tempat.
Faktanya semua perang pasti membutuhkan siasat. Bila terdapat sekelompok orang yang
berangkat ke medan temput tanpa siasat sama sekali, artinya mereka sedang berangkat untuk
bunuh diri. Universalitas ini juga berlaku pada hadits yang bentuk matan-nya jawami’ al-
kalim berikut:
… ‫ َو ُكل ُّ ُم ْسك ٍِر َح َرا ٌم‬،‫ُكل ُّ ُم ْسك ٍِر َخ ْم ٌر‬

“Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap yang memabukkan itu haram…”. (HR.
Muslim).3

2. Tamsil
Tamsil merupakan suatu ungkapan Bahasa yang berbentuk “perumpamaan” atau
mempersamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Bahasa Indonesia biasa disebut
dengan “pribahasa”, hanya saja jika bahasa pribahasa selalunya singkat dan populer,
dan membandingkan satu hal dengan satu hal yang lain. Sedangkan bahasa tamsil
dalam hadis, seperti halnya bahasa tamsil (al-matsal) al-Qur’an, tidak hanya
mempersamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain secara ekual, tetapi persamaannya
selalu lebih banyak. Contoh hadis yang mengandung bahasa tamsil:

‫حدثنا خالد بن حيىي قال حدثنا سفيان عن ايب بردة بن عبد هلال بن ايب بردة عن جده عن ايب موسى عن النيب صلى‬
‫هلال عليه وسلم قال ان املؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا وشبك اصابعه‬

Artinya: “sesungguhnya orang yang beriman terhadap orang yang beriman yang lain
ibarat bangunan,bagian yang satu memperkokoh bagian yang lain dan jarijemarinya
berjalinan Artinya: Orang yang beriman terhadap orang yang beriman lainnya ibarat
bangunan bagian yang satu memperkokoh terhadap bagian lainnya.” (HR.Bukhari)

Hadis Nabi tersebut berisi tamsil bagi orang-orang yang beriman yang diumpamakan
seperti bangunan. Tamsil tersebut sangatlah logis dan berlaku tanpa terikat oleh waktu
dan tempat, oleh karena setiap bangunan pastilah antara satu bagian dengan bagian
yang lainnya berfungsi saling memperkokoh. Orang yang beriman begitu pula
seharusnya. Dalam artian orang yang satu memperkuat yang lainnya dan tidak
berusaha untuk saling menjatuhkan. Dari aspek kebahasaan, matan tersebut
mengandung ungkapan gaya bahasa tasybih tamsil jika ditinjau dari wajah syibh-nya.
Tasybih tamsil yakni bila wajah syibh-nya berupa suatu gambaran yang dirangkai dari
keadaan beberapa hal dari Rasulullah saw menyerupakan dua orang mukmin dengan
sebuah bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan. Musyabbah dalam hadis
nabi di atas berupa hubungan antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya
musyabbah bih-nya ialah bangunan yang bagian-bagiannya saling memperkokoh atau

3
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.
memperkuat sedang wajah syibh-nya yaitu gambaran bagian-bagian bangunan yang
memperkuat sebuah bangunan sehingga kokoh.4

Bahasa tamsil  (perumpamaan) bisa dilihat pada hadits berikut:

ً ‫ض ُه َب ْع‬
‫ضا‬ ُ ‫ش ُّد َب ْع‬ ِ ‫ِن َكا ْل ُب ْن َي‬
ُ ‫ان َي‬ ِ ‫ِإنَّ ال ُمْؤ مِنَ لِ ْل ُمْؤ م‬
“Sesungguhnya mukmin satu dengan mukmin lainnya ibarat bangunan; bagian yang
satu memperkokoh bagian lainnya”. (HR. al-Bukhari)5

3. Ramzi (Ungkapan Simbolik)


Ramzi atau dikenal dengan ungkapan atau model bahasa nabi menyampaikan berita dalam
bentuk simbol. Adapun contoh bentuk matan mengandung ramzi sebagai berikut:

‫ا ملؤمن ايكل ىف معى واحد والكافر أيكل ىف سبعة أمعاء )رواه خباري‬
Artinya: “Orang yang beriman itu makan dengan satu usus (perut) sedang orang kafir makan
dengan tuju husus” (HR.Bukhari)

hadis diatas, dapat dimaknai bahwa usus nya orang yang beriman berbeda dengan ususnya
orang kafir. Padahal dalam kenyataan yang sesungguhnya, perbedaan anatomi tubuh pada
manusia tidak dibedakan oleh perbedaan imannya. Dengan demikian, pernyataan hadis itu
merupakan ungkapan simbolik, harus dipahami secara kontekstual. Perbedaan makna usus
dalam matan hadis diatas menunjukkan sebagai sebuah perbedaan sikap atau pandangan
dalam menghadapi nikmat Allah Swt termasuk ketika makan. Orang yang beriman
berpendapat bahwa makanan bukan sebagai tujuan hidupnya. Untuk itu, orang yang
beriman mestinya tidak banyak menutut dalam kelezatan makanan, yang banyak menuntut
kelezatan makanan umumnya orang kafir. Dapat dipahami juga bahwa orang yang beriman
selalu bersyukur dalam menerima nikmat Allah, termasuk tatkala makan, sedangkan orang
kafir mengingkari nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya. 6

contoh hadits yang menggunakan ungkapan simbolik:

ْ‫يب َل ُه مَن‬َ ‫ َفَأ ْس َت ِج‬،‫ مَنْ يَدْ ُعونِي‬:ُ‫ث اللَّ ْي ِل اآل ِخ ُر َيقُول‬
ُ ُ‫سمَاءِ ال ُّد ْن َيا حِينَ َي ْب َقى ُثل‬
َّ ‫ار َك َو َت َعالَى ُكل َّ لَ ْيلَ ٍة ِإلَى ال‬
َ ‫َي ْن ِزل ُ َر ُّب َنا َت َب‬
‫ مَنْ َي ْس َت ْغفِ ُرنِي َفَأ ْغف َِر َله‬،ُ‫َي ْسَألُنِي َفُأ ْعطِ َيه‬
“Tuhan kita (Allah) tabaraka wa ta‘ala setiap malam turun ke langit dunia pada
sepertiga malam yang akhir. (Allah) berfirman: “Barangsiapa yang berdoa kepada-
Ku, niscaya Aku kabulkan doanya tersebut; barangsiapa meminta (sesuatu) kepada-
Ku, niscaya Aku memberinya; barangsiapa meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku
mengampuninya”. (HR. al-Bukhari).

4
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan).”
5
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.

6
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk Matan).
Secara tekstual hadits tersebut terkesan tidak logis karena waktu di belahan bumi satu dengan
di belahan bumi lain itu tak sama. Artinya, bila hadits tersebut dipahami secara tekstual,
konsekuensi pemahaman yang timbul adalah Allah tak pernah kembali naik lagi. Oleh sebab
itu, orang-orang yang memahami hadits tersebut secara tekstual menganggap bahwa matan
hadits di atas memiliki kualitas dha‘if (lemah).

Namun, bila dipahami secara kontekstual, hadits tersebut tidak akan terasa janggal. Maksud
Allah turun ke bumi setiap sepertiga malam akhir itu buka dzat-Nya, melainkan limpahan
rahmat-Nya. Dipilihnya waktu sepertiga malam akhir disebabkan karena pada waktu tersebut
manusia akan mudah memperolah kekhusyukan dalam beribadah dan berdoa, hal tersebut
menyebabkan limpahan rahmat Allah mudah didapat. Kendati demikian, bukan berarti
limpahan rahmat Allah hanya turun di sepertiga malam yang terakhir.7

4. Bahasa Percakapan (Dialog)

contoh hadis dengan model percakapan, seperti berikut ini:

‫ تطعم الطعا م وتقرؤ السالم على من عرفت ومن ملتعرف‬:‫ أي االسالم خري؟ قال‬:‫أن رجال سأل النيب صلعم‬

Artinya: Ada seorang lelakibertanya kepada Nabi: “amalan Islam yang manakah yang
lebih baik? Nabi lalu bersabda: “kamu memberi makan orang yang menghajatkannya,
dan kamu menyebarkan salam kepada orang yang kamu kenal (tahu) dan orang yang
tidak kamu kenal (tidak tahu) (Muttafaq Alaih).”

Makna memberi makan orang yang menghajatkannya dan menyebarkan salam


memang merupakan salah satu ajaran Islam yang sangat universal. Namun, dalam hal
sebagai melaksanakan “amal yang lebih baik”, maka hadis nabi saw tersebut dapat
berkedudukan sebagai temporalatau sementara, sebab ada beberapa matan hadis
lainnya yang memberi petunjuk tentang amal yang lebih baik, namun jawaban nabi
tentang amal yang lebih baik tersebut berbeda-beda. Dalam memberikan jawaban,
nabi berbeda-beda menjawabnya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi penanya atau
“lawan bicara” yang berbeda pula, terbukti dengan adanya jawaban tentang “amalan
yang lebih” pada kondisi penanya dalam hadis lainnya.8

ada juga hadits yang bentuk matan-nya dialog, tetapi konsekuensinya berlaku secara
umum (seluruh umat Islam). Hal ini bisa ditemui dalam hadits berikut:

‫ دَكَ – َوفِي‬X‫ دًا بَ ْع‬X‫هُ َأ َح‬X‫سَأ ُل َع ْن‬


ْ ‫ساَل ِم قَ ْواًل اَل َأ‬ ُ ‫ يَا َر‬: ُ‫ قُ ْلت‬:‫ قَا َل‬،‫س ْفيَانَ ْب ِن َع ْب ِد هللاِ الثَّقَفِ ِّي‬
ْ ‫ قُ ْل لِي فِي اِإْل‬،ِ‫سو َل هللا‬ ُ ْ‫عن‬
ْ ‫ فَا‬،ِ‫ آ َم ْنتُ بِاهلل‬:‫ ” قُ ْل‬:‫سا َمةَ َغ ْي َركَ – قَا َل‬
‫ستَقِ ْم‬ َ ‫ث َأبِي ُأ‬
ِ ‫ح ِدي‬ 
َ

7
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.

8
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan).”
Dari Sufyan ibn ‘Abd Allah al-Tsaqafi, ia berkata: Aku bertanya: Ya Rasulallah!
Katakanlah kepadaku sebuah pernyataan tentang Islam, (sehingga) aku tidak perlu
lagi bertanya kepada orang lain sesudah engkau (mengatakannya)―dalam hadits
riwayat Abu Usamah dinyatakan ‘selain (dari) engkau’―. Beliau menjawab:
Katakan: ‘Aku beriman kepada Allah’, lalu berpegang teguhlah (dengan pernyataan
tersebut)”. (HR. Muslim).9

5. Ungkapan Analogi (Qiyas)

Analogi dapat diartikan sebagai kesamaan, keserupaan, atau perbandingan. Dengan


demikian, analogi disebut juga perbandingan secara kias dengan bentuk yang sudah
ada. Ungkapan analogi tersebut memperlihatkan adanya hubungan ungkapan yang
sangat logis dan dapat diterima oleh akal, salah satu bentuk “nalar logis” yang biasa
dipraktikkan nabi dapat dijumpai dalam hadis berikut: (

‫رأيتم لووضعها فى حرام أكا ن عليه فيها وزر؟ فكذالك اذا وضعها فى الحال ل كا ن له أجر )رواه مسلم‬

Artinya:“Bagaimanakah pendapatmu sekiranya Hasrat seksual seseorang


disalurkannya dijalan yang haram, apakah dia menanggung dosa? Maka demikianlah
bila hal tersebut disalurkan kejalan yang halal (yang diridhai), dia mendapat
pahala.”(HR.Muslim).

Matan hadis diatas, merupakan jawaban yang dikemukakan atas pertanyaan tentang
menyalurkan hasrat seksual (kepada wanita yang halal) adalah sedekah. Pernyataan
nabi dalam hadis diatas diasumsikan sebagai bentuk ungkapan analogi, yang
menyebutkan bahwa penyaluran hasrat seksual secara haram adalah perbuatan dosa,
maka penyaluran hasrat seksual secara halal merupakan perbuatan yang bernilai
pahala. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa secara tekstual hadis tersebut telah
memberi petunjuk. Contoh pada hadis lain:

:‫ال‬X‫ ق‬,‫ا‬XX‫ا لورق‬X‫ ان فيه‬:‫ال‬X‫ا من اوراق ؟ ق‬XX‫ل فيه‬XX‫ ه‬:‫ال‬X‫ر ق‬XX‫ مح‬:‫ فما الواهنا ؟ قال‬:‫ قال‬,‫ هل لك من ابل ؟ نعم‬:‫قال‬
‫اء‬XX‫ف االنتف‬XX‫ه ى‬XX‫رخص ل‬XX‫ قال اي رسول هلال عرق نزعها ؟ قال لعل هذا عرق نزعه ومل ي‬,‫فإين ترى ذلك جاءها‬
‫(منه )رواه ابن ماجه‬

Artinya: Nabi bertanya: “apakah kamu mempunyai unta?”, pria tersebut menjawab:
“ya”. Nabi bertanya lagi: “apa warna untamu itu?”, pria tersebut menjawab: “merah”,
Nabi bertanya lagi: “apakah (mungkin untamu itu) dari (keturunan unta) yang berkulit
abu-abu?”, pria tersebut menjawab: “sesungguhnya (mungkin saja) unta itu berasal
dari (unta yang) berkulit abu-abu”. Nabi bersabda: “sesungguhnya saya menduga
(bahwa unta merah milikmu itu) berasal dari (unta yang berkulit abu-abu tersebut)”,
pria itu menjawab: “Ya Rasul, keturunan (unta merahku itu) berasal dari unta abu-abu

9
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.
tersebut”, lalu nabi mengatakan: “(masalah anakmu yang berkulit hitam tersebut)
semoga berasal juga dari keturunan (nenek moyang) nya dan (nenek moyang anakmu
yang kulit hitam itu) tidaklah menurunkan keturunan yang menghilangkan (tanda-
tanda keturunan) darinya.”

Hadis di atas berbicara tentang adanya pertanyaan seorang laki-laki dari bani Fazarah
mengadu kepada nabi. Dengan menceritakan kasusnya, bahwa istrinya telah
melahirkan seorang anak laki-laki dan kulitnya hitam. Laki-laki tersebut
menyangkalnya (karena kulitnya berbeda sekali dengan kulit saya). Dalam hadis di
atas nabi saw menjawab tidak dalam bahasa terbuka yang mungkin saja dapat
membuat 12 malu atau merendahkan penanya, tetapi nabi saw menjawab dengan
memberikan analogi atau qiyas atau mempersamakan kasusnya dengan sosok lain
inilah sebenarnya salah satu keistimewaan nabi, yakni tidak langsung memberikan
jawaban secara instan, melainkan memberikan kesempatan penanya untuk berfikir
sekaligus memotivasi potensi akal.10

Matan hadits yang berbentuk ungkapan analogi salah satunya terdapat pada hadits di
bawah ini:

‫ض َع َها فِي ا ْل َحاَل ِل َكانَ لَهُ َأ ْج ٌر‬


َ ‫ض َع َها فِي َح َر ٍام َأ َكانَ َعلَ ْي ِه فِي َها ِو ْز ٌر؟ فَ َك َذلِكَ ِإ َذا َو‬
َ ‫َأ َرَأ ْيتُ ْم لَ ْو َو‬

“…Bagaimana pendapat kalian sekiranya hasrat seksual (seseorang) disalurkannya


di jalan haram, apakah (ia) menanggung dosa?. Maka demikianlah, bila hasrat
seksual disalurkan ke jalan yang halal, maka dia mendapat pahala”. (HR. Muslim).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa apabila penyaluran hasrat seksual di jalan haram
adalah sebuah dosa, maka penyaluran hasrat seksual di jalan halal adalah perbuatan
yang akan diberi pahala. Hal ini berlaku secara universal, berlaku bagi seluruh umat
Islam dalam setiap masa .11

10
Ermawati Usman, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk Matan),”
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 17, no. 1 (August 12, 2021): 119–143
11
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai