Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah wahyu Allah dengan kebenaran mutlak yang menjadi
sumber ajaran Islam. Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam yang memberi
petunjuk kepada jalan yang benar. Ia berfungsi untuk memberikan kesejahteraan
dan kebahagiaan bagi umat manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok.1
Jika demikian itu halnya, maka pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
melalui penafsiran-penafsiran, memiliki peranan sangat besar bagi maju-
mundurnya umat, menjamin istilah kunci untuk membuka gudang simpani yang
tertimbun dalam Al-Qur’an.2
Salah satu eksponen sarjana tafsir kontemporer turut andil dalam
menyemarakkan studi al-Qur’an di masa kini adalah Muhammad ‘Ali Ash-Shabuni
(1930). Nama besarnya bisa dikatakan sangat mendunia. Ia merupakan seorang
ulama dan ahli tafsir yang terkenal dengan keluasan dan kedalaman ilmu serta sifat
wara’nya. Dengan dua karya tafsir utamanya, Safwat al-Tafasir3 dan Tafsir Ayat
al-Ahkam,4 ia dikenal luas sebagai salah satu mufassir yang representatif di abad
ini.
Maka dalam makalah ini penulis akan mencoba memaparkan beberapa hal
yang terkait dengan kitab Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an atau
yang biasa disebut Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni.
B. Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini ada beberapa poin penting yang akan penulis jabarkan.
Berangkat dari profil kitab Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an
karangan Ali Ash-Shabuni, kemudian penulis juga memaparkan biografi
Muhammad Ali Ash-Shabuni serta karya-karya yang pernah ditulis semasa
hidupnya, dan terakhir penulis akan mencoba untuk menganalisa metode yang

1
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1995), hal. 172
2
Ibid, hal. 83
3
Muhammad ‘Ali Ash-Shabuni, Safwat al-Tafasir, (Beirut: Dar al-Fikr, 2001).
4
Muhammad ‘Ali al-Sabuni, Rawai’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam (Damaskus: Maktabah
al-Ghazali, 1980).

1
digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur`an dalam kitab Rawai`ul Bayan
Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an.
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan tulisan ini ada beberapa tujuan yang hendak penulis capai,
di antaranya :
1. Untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca mengenai kitab
tafsir Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an karangan
Muhammad Ali Ash-Shabuni.
2. Untuk memenuhi Tugas Akhir Semester dalam Mata Kuliah Studi Al-
Qur`an dan Pembaharuan Hukum Program Studi Hukum Islam Pasca
Sarjana IAIN Bukttinggi tahun 2017/2018.

2
PEMBAHASAN

A. Kitab Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an


Kitab ini dinamai dengan Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-
Qur`an, kitab ini ditulis oleh Muhammad Ali Ash-Shabuni. Kitab ini diterbitkan
oleh Maktabah Al-Ghazali di Damaskus pada tahun 1980. Kitab Rawai`ul Bayan
Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an berjumlah dua jilid.
Kitab tafsir Rawai’ul Bayan ini masuk ke dalam katagori tafsiru’l ahkam
atau dalam istilah lain Tafsir Ahkam yang menurut sementara pakar bermakna tafsir
Al-Quran yang berorientasi atau fokus pada pembahasan ayat-ayat hukum.
Pembatasan ayat-ayat hukum yang terdapat di dalam Al-Quran inilah yang menjadi
ciri khas dari tafsir Ahkam. Kitab Tafsir tersebut terdiri dari dua jilid besar, dan
disusun berdasarkan tema-tema hukum di setiap pertemuan. Dituliskan pertemuan
di sini tampaknya memang kitab itu dipersiapkan untuk materi-materi perkuliahan
di fakultas Syariah dan Dirasat Islamiyah di Mekah. Jilid pertama dimulai dari surat
Al-Fatihah hingga pertemuan ke empat puluh tentang pendekatan diri kepada Allah
dengan berkurban. Sedangkan jilid ke dua terdiri dari 30 pertemuan, diawali dengan
Surat An-Nur dan diakhiri dengan pembahasan mengenai pembacaan Al-Quran,
yakni tafsir Q.S. Al-Muzammil. Dikarenakan tafsir ini dihimpun khusus untuk
mengkaji ayat-ayat hukum secara ilmiah, maka tidak semua ayat dalam surat
ditafsirkan oleh Ash-Shabuni, namun demikian ia tetap menafsirkan ayat sesuat
dengan urutan surat dalam mushaf Al-Quran.
Sebagaimana tafsir-tafsir masa kini, metode penulisan Ash-Shabuni dalam
Rawai’ul Bayan hampir tidak jauh berbeda. Hanya saja penafsir menegaskan bahwa
banyak hal yang baru di tafsirnya itu, sehingga dia merumuskan 10 langkah dalam
menafsirkan Al-Quran :5
1. Mengurai lafal (al-tahlil al-lafzi) tertentu yang diperkuat dengan berbagai
pendapat mufassir dan pakar-pakar bahasa Arab.

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Rawai’ul Bayan Tafsiru Ayati’l Ahkam Juz I, (Damaskus:
5

Maktabah Al-Ghazali,1980), hal. 11

3
2. Menerangkan pengertian secara umum (al-ma’na al-ijmali) dari ayat-ayat
hukum yang akan dibahas.
3. Menyebutkan sebab nuzul ayat jika ayat-ayat yang bersangkutan memang
memiliki sebab nuzul.
4. Memaparkan segi-segi hubungan (irtibat/munasabah) antara ayat.
5. Membahas perihal penafsiran dari segi al-qiraat al-mutawatirah.
6. Membahas secara ringkas ayat yang tengah dibahas dari segi i’rab.
7. Mengupas kedalaman tafsir yang meliputi rahasia-rahasia keindahan bahasa
(balagah) al-Qur’an dan kedalaman daya ilmiah yang terkandung di
dalamnya.
8. Pengungkapan kandungan hukum-hukum syar’i dan pendapat fuqaha’
(ulama fikih) berikut dalil-dalilnya untuk kemudian melakukan tarjih guna
mengambil dalil yang lebih kuat.
9. Mengambil intisari (kesimpulan) yang ditunjukkan oleh ayat-ayat yang
dibahas.
10. Penutup pembahasan yang dilakukan dengan mengetengahkan hikmah
pensyari’atan masalah yang terkandung dalam ayat-ayat hukum yang
disebutkan.6
Sepuluh sistematika tersebut merupakan kerangka kerja (framework) yang
digunakan Ash-Shabuni dalam kitabnya Tafsir Ayat al-Ahkam secara rinci
danmenyeluruh, sepuluh langkah itu digunakan sebagai sub judul dalam
menerangkan ayat-ayat hukum yang ada.
B. Biografi Muhammad Ali Ash-Shabuni
Nama lengkapnya adalah Muhammad ‘Ali ibn ‘Ali ibn Jamil al-Sabuni.
Lahir di Kota Halb (Aleppo), Syiria, pada tahun 1930 M, ia dibesarkan di tengah-
tengah keluarga terpelajar. Ayahnya, Syaikh Jamil merupakan salah seorang ulama
senior di Aleppo. Al-Sabuni memperoleh pendidikan dasar dan formal mengenai
Bahasa Arab, Ilmu Waris (faraid), dan ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan

6
Ibid, hal. 8

4
langsung sang ayah. Sejak usia kanak-kanak, ia sudah memperlihatkan bakat dan
kecerdasan dalam menyerap berbagai ilmu agama.7
Selain berguru dengan ayahnya sendiri, Ali ash-Shabuni juga berguru pada
ulama terkemuka di Aleppo, Syeikh Muhammad Najib Sirajuddun, Syeikh Ahmad
al-Syama, Syeikh Muhammad Sai’id al-Idlibi, Syeikh Muhammad Raghib al-
Tabbakh dan Syeikh Muhammad Najib Khayatah. Untuk menambah
pengetahuannya, Ali ash-Shabuni juga kerap mengikuti kajian-kajian para ulama
lainnya yang biasa diselenggarakan di berbagai masjid. Setelah menamatkan
pendidikan dasar, Ali ash-Shabuni melanjutkan pendidikan formalnya di sekolah
milik pemerintah, madrasah al-Tijariyyah.8
Di sini beliau hanya mengenyam pendidikan selama satu tahun. Kemudian
beliau meneruskan pendidikan di sekolah khusus Syari’ah, Khasrawiyyah yang
berada di Aleppo. Saat bersekolah di Khasrawiyyah, beliau tidak hanya
mempelajari bidang ilmu-ilmu Islam, tetapi juga mata pelajaran umum. Pada tahun
1949, beliau berhasil menyelesaikan pendidikan di Khasrawiyyah. Kemudian
beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas al-Azhar Mesir hingga selesai
Strata Satu dari Fakultas Syari’ah pada tahun 1952. Dua tahun berikutnya, di
universitas yang sama, beliau memperoleh gelar magister pada Konsentrasi
Peradilan Syari’ah (Qudha asy-Syariyyah).9
Selepas dari Mesir, Ash-Shabuni kembali ke kota kelahirannya, ia mengajar
di berbagai sekolah menegah atas yang ada di Aleppo. Pekerjaan sebagai guru
Sekolah Menengah Atas ini ia jalani selama delapan tahun, dari tahun 1995 hingga
1962.
Setelah mengajar di beberapa sekolah di Allepo, ia mendapatkan tawaran
untuk mengajar di Fakultas Syariah, Universitas Ummul Qura dan Fakultas Ilmu
Pendidikan Islam di Universitas King Abdul Aziz di Kota Mekkah. Ash-Shabuni
menyetujui permintaan tersebut dan menghabiskan waktu dengan kesibukannya
mengajar di dua perguruan tinggi tersebut selama 28 tahun. Selama menjadi dosen

7
Isam Ahmad ‘Irsan Syahadah, “al-Sabuni wa Manhajuhu fi al-Tafsir min Khilali Kitabihi
Safwat al-Tafasir”, Tesis Magister, (Neblus: Universitas Najah al-Wataniyyah, 2013), hal. 8
8
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op. Cit., hal. 12
9
Ibid.

5
di Ummul Qura, ia pernah menjabat sebagai ketua Fakultas Syariah. Ia juga
dipercaya untuk memimpin Pusat Kajian Akademik dan Pelestarian Warisan
Islam.10
Di samping mengajar di kedua universitas itu, Ash-Shabuni juga kerap
memberikan kuliah terbuka bagi masyarakat umum yang bertempat di Masjidil
Haram. Kuliah umum serupa mengenai tafsir juga digelar di salah satu masjid di
Kota Jeddah. Kegiatan ini berlangsung selama sekitar delapan tahun. Setiap materi
yang disampaikannya dalam kuliah umum ini, oleh Ash-Shabuni, direkam-nya
dalam kaset. Bahkan, tidak sedikit dari hasil rekaman tersebut yang kemudian
ditayangkan dalam program khusus di televisi. Proses rekaman yang berisi kuliah-
kuliah umum Ash-Shabuni ini berhasil diselesaikan pada tahun 1998. Selain itu, ia
juga aktif dalam organisasi Liga Muslim Dunia. Saat di Liga Muslim Dunia, ia
menjabat sebagai penasihat pada Dewan Riset Kajian Ilmiah mengenai al-Qur’an
dan Sunnah. Ia bergabung dalam organisasi ini selama beberapa tahun.11
Berkat kiprahnya dalam dunia pendidikan Islam, pada tahun 2007, panitia
penyelenggara Dubai International Qur'an Award (DIQA) menetapkan Ash-
Shabuni sebagai Personality of the Muslim World. Ia dipilih dari beberapa orang
kandidat yang diseleksi langsung oleh Pangeran Muhammad Ibn Rasyid Maktum,
Wakil Kepala Pemerintahan Dubai. Penghargaan serupa juga pernah diberikan
kepada sejumlah ulama dunia lainnya, seperti Syeikh Yusuf Qaradawi.12
C. Karya-karya Muhammad Ali Ash-Shabuni
Ali Ash-Shabuni merupakan salah satu ulama yang produktif dalam
menghasilkan tulisan-tulisan. Ada beberapa karya yang dihasilkan oleh Ali Ash-
Shabuni selama masa hidupnya, di antaranya :
1. Al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an
2. Al-Tafsir al-Wadih al-Muyassar
3. Al-Qur’an al-Karim wa bi Hamisyihi Durrah al-Tafasir

10
Abd. Malik Munir, Safwat At-Tafasir Karya Ali Ash-Shabuni dan Contoh Tafsorannya
tentang Ayat-Ayat Sifat, Analisis Volume XVI Nomor Nomor 2 tahun 2016, hal. 148-149
11
Ibid, hal, 149
12
Muhammad Antonio, Hujjatul Islam Muhammad Ali Ash-Shabuni, diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah /12/07/17/m7bbixhujjatul-islam-syekh-ali-
ashshabuni-

6
4. Mukhtasar Tafsir Ibn Kasir
5. Al-Mawaris fi al-Syari’ah al-Islamiyyah fi Dau’ al-Kitab wa al-Sunnah
6. Al-Syubuhat wa al-Batil Haula Ta’addud Zaujat al-Rasul
7. Al-Nubuwwah wa al-Anbiya’
8. Al-Fiqh al-Syar’i al-Muyassar fi Dau’ al-Kitab wa al-Sunnah Fiqh al-
Mu’amalah
9. Al-Fiqh al-Syar’i al-Muyassar fi Dau’ al-Kitab wa al-Sunnah Fiqh al-
‘Ibadah
10. Hadiyyah al-Afrah li al-‘Arusyain al-Zawaj al-Islami al-Mubakkar :
Sa’adah wa Hasanah
11. Mauqif al-Syari’ah al-Gurrah min Nikah al-Mut’ah
12. Min Kunuz al-Sunnah Dirasah Adabiyyah wa Lugawiyyah min al-Hadis al-
Syarif
13. Al-Sunnah al-Nabawiyyah Qismun min al-Wahy al-Ilahi al-Munazzal
14. Mawsu’ah al-Fiqh al-Islami al-Muyassar
15. Mawqif al-Syari’ah al-Gurra’ min Nikah al-Mut’ah
16. Harakah al-Ard wa Dauranuha Haqiqah ‘Ilmiyyah Asbataha al-Qur’an
17. Risalah fi Hukm al-Taswir
18. Ma’an al-Qur’an al-Karim li Abi Ja’far al-Nuhas
19. Al-Muktatafat min ‘Uyun al-Syi’ir
20. Mukhtasar Tafsir al-Tabari
21. Tanwir al-Azhan min Tafsir Ruh al-Bayan
22. Al-Syarh al-Muyassar li Sahih al-Bukhari
23. Al-Ibda’ al-Bayan
24. Al-Mahd wa Asyrat al-Sa’ah
25. Aqidah Ahl al-Sunnah fi Mizan al-Syar’i
26. Risalah al-Salah
27. Syarh Riyad al-Salihin
28. Safhat Musyriqah min Hayat al-Rasul wa Sahabatih al-Kiram.
29. I’jaz al-Bayan fi Maqasid Suwar al-Qur’an
30. Al-Zauj al-Islami al-Mubakkir

7
31. Jarimah al-Riba’ Akhtar al-Jaraim al-Diniyyah wa al-Ijtima’iyyah
32. Al-Muntaqa al-Mukhtar min Kitab al-Azkar
33. Qabasun min Nur al-Qur’an
34. Fath al-Rahman bi Kasyf ma Yaltabis fi al-Qur’an
35. Safwah al-Tafasir
36. Rawai’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an.13
D. Analisis Tafsir Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an
Setelah melihat serta menelaah mengenai susunan serta metode yang
digunakan Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam menyusun kitab Rawai`ul Bayan
Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an ini. Penulis menyimpulkan bahwa metode yang
digunakan oleh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam menulis kitab ini adalah
metode maudhu`i (komparatif).
Yang dimaksud dengan metode maudhu`i ini adalah suatu metode, yang
mana mufassirnya berupaya menghimpun ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai surah,
yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan sebelumnya.
Kemudian, mufassirnya membahas dan menganalisis kandungan ayat-ayat tersebut
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.14
Meskipun demikian kitab Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-
Qur`an ini belum bisa dikatakan sebagai kitab tafsir yang menggunakan metode
maudhu`i secara murni. Dikarenakan jika dilihat dari tertib ayat-ayatnya, tafsir ini
masih meruntutkan ayat-ayat dan surat-suratnya sesuai dengan mushaf. Meskipun
tidak semua ayat-ayat dan surat-surat yang terdapat dalam mushaf dipakai, namun
hanya dengan memilih materi ayat yang khusus bicara masalah topik
pembahasannya. Sehingga kitab Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an
jika dilihat dari tertib ayat dan suratnya masih terkesan menggunakan metode
tahlili. yang mana suatu metode tafsir yang mufassirnya berusaha menjelaskan

13
Abd. al-Qadir Muhammad al-Salih, al-Tafsir wa al-Mufassirun fi ‘Asr al-Hadis, (Cet.I;
Beirut : Dar al-Ma’rifah, 1424 H/2003 M), hal.183 dan 361
14
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hal.
65

8
kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan
runtutan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana tercantum di dalam mushaf.15

15
Said Agil Munawwar, I'jaz al-Qur'an dan Metodologi Tafsir, (Semarang: Dina Utama,
1994), hal. 36

9
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Muhammad Ali Ash-Shabuni
merupakan salah satu pemikir Islam yang produktif serta memiliki kecerdasan
intelektual yang tinggi. Ash-Shabuni berasal dari Syiria. Ayahnya merupakan sosok
yang terpelajar, sehingga dia juga belajar kepada ayahnya. Ash-Shabuni tidak
hanya menggeluti dunia pendidikan, tetapi juga ikut andil serta aktif dalam
organisasi internasional serta mendedikasikan dirinya untuk memberi materi
ceramah untuk masyarakat luas.
Semasa hidupnya Ash-Shabuni banyak menghasilkan tulisan-tulisan ilmiah.
Karena selain mengajar dan aktif dalam beberapa organisasi dia juga menyibukkan
diri dengan menulis serta melakukan penelitian. Ash-Shabuni juga menulis satu
kitab tafsir di samping kitab tafsir yang lainnya. Kitab tersebut dinamai dengan
Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an Tafsir Ayat Ahkam Min Al-
Qur`an. .
Kitab Rawai`ul Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an jika dilihat dari
segi pembahasannya merupakan kitab dengan metode maudhu`i. akan tetapi kitab
ini tidak bisa disebut sebagai kitab yang menggunakan metode maudhu`i secara
murni. Hal ini dikarenakan jika dilihat dari susunan ayat serta surat yang terdapat
dalam kitab tersebut, masih berdasarkan dengan mushaf. Dan hal ini merupakan
salah satu ciri metode tahlili. Sehingga hal ini terkesan bahwa dalam kitab Rawai`ul
Bayan Tafsir Ayat Ahkam Min Al-Qur`an juga ada unsur metode tahlilinya.
B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan baik kekurangan secara materi ataupun referensi. Untuk itu penulis
memohon kepada pembaca untuk memberikan masukan yang membangun
sehingga makalah ini dapat disempurnakan dikemudian hari.

10

Anda mungkin juga menyukai