Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TAFSIR MUQARAN

( Rawa’i Al-Bayan Fi Tafsir Ayat Al-Ahkam karya Ali Ash- Shobuni )

DOSEN PEMBIMBING
Yenni Rahman ,M.Sy.

DISUSUN OLEH :
Sri Dea Puspita
Yanti Elita

PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL QUR’AN PAYAKUMBUH
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-ibanah wa al-kasyf
(menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Menurut pengertian terminologi, seperti dinukil
oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk memahami kitab
Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-
maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya. Tafsir al-Qur‟an adalah kunci
untuk membuka gudang simpanan al-Qur’an untuk mendapatkan permata di dalamnya.
Jika demikian, maka tafsir menjadi kebutuhan yang penting karena kandungan al-Qur’an
bukan hanya menyampaikan agama, namun juga pegangan tatanan sosial di masyarakat.
Perkembangan keilmuan yang semakin pesat, memaksa para ahli Al-Qur’an turut
andil pula dalam menjawab tantangan zaman, salah satu tokoh yang turut andil dalam
dunia Islam diantaranya yakni Muhammad Ali As-Shabuni, salah satu tokoh mufassir
yang berasal dari kota Aleppo, Suriah, dengan tafsirannya yang terkenal dengan
nama Tafsir Rawa‟i al-Bayan. Tafsir Rawa‟i al-Bayan merupakan salah satu kitab tafsir
populer di kalangan peminat studi al-Qur’an. Kitab tafsir yang bercorak fikih atau hukum
adalah karya ayat-ayat hukum kontemporer

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Ali Ash-shobuni?
2. Apa metode penafsiran Ali Ash Shabuniy?
3. Apa corak penafsiran tafsir Rawa’i Bayan?
4. Apa saja karya-karya Ali Ash Shabuniy?
5. Apa saja Kelebihan dan Keterbatasan Kitab Rawai’ al-Bayan Tafsir At al-Ahkam
min al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Mengetahui Biografi Ali Ash-shobuni
2. Mengetahui metode penafsiran dari Ali Ash-shobuni
3. Mengetahui corak penafsiran tafsir Rawa’i Bayan
4. Mengetahui karya-karya dari Ali Ash-Shobuni
5. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan dari kitab Rawa’i al-Bayan Tafsr At Al-
Ahkam min Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ali Ash-Shobuni
Nama lengkapnya adalah Muhammad Ali bin Jamil Ash-Shabuni. ia lahir di kota
Aleppo, Suriah, pada tahun 1930 M. Namun beberapa sumber menyebutkan Ash-Shabuni
dilahirkan tahun 1928. Ayahnya, Syekh Jamil merupakan salah satu ulama senior di
Aleppo. Beberapa sumber menyatakan bahwa ayahnya adalah orang pertama yang
membimbingnya baik di pendidikan dasar dan formal, terutama mengenai bahasa Arab,
ilmu waris dan ilmu agama.
Sembari menimba ilmu kepada sang Ayah, Ash-Shabuni juga pernah berguru
kepada sejumlah ulama terkemuka di Aleppo. Mereka diantaranya yang pernah menjadi
guru Ash-Shabuni adalalah Syekh Muhammad Najib Sirajuddin, Sykeh Ahmad Al-
Shama, Shekh Muhamad Sa’id Al-Idlibi, Syekh Muhammad Raghib Al-Tabbakh, dan
Syekh Muhammad Najib Khayatah
Selain itu, untuk menambah pengetahuannya, ia juga kerap mengikuti kajian-
kajian para ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di berbagai masjid.Setelah
menyelesaikan studinya di bangku sekolah dasar, Ash-Shabuni melanjutkan pendidikan
formalnya ke sekolah milik pemerintah, Madrasah Al-Tijariyya. Di sana ia hanya
mengenyam pendidikan selama satu tahun. Selanjutnya ia meneruskan ke sekolah khusus
Syariah, Khasrawiyya yang berada di Aleppo.1
Di Khasrawiyya Ash-Shabuni tidak hanya mempelajari bidang ilmu-ilmu
keislaman seperti tafsir, fikih, hadits, dan lain sebagainya, akan tetapi juga mata pelajaran
umum. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Khasrawiyya dan lulus pada tahun
1949.Ash-Shabuni melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Kairo,Mesir,
hingga mendapat gelar Lc dari fakultas Syari’ah pada tahun 1952. Tidak berhenti di sini,
ia pun melanjutkan ke pasca sarjana dan lulus pada tahun 1954 dengan mendapat gelar
Megister pada konsentrasi peradilan Syariah (Qudha As-Sar’iyyah). Seluruh studiya di
Mesir merupakan beasiswa dari Departemen Wakaf Suriah. Pasca studi di Mesir, Ash-
Shabuni kembali ke kota kelahirannya. Ia mengajar di berbagai sekolah menengah atas

1 Hanim Shafiera, Penafsiran Ali Ash-Shabuni Terhadap Ayat-Ayat Tasybih Dalam Surat Al-


Baqarah, Skripsi, Fakultasushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau
(SMA) yang ada di Aleppo. Pekerjaannya sebagai guru SMA ini ia lakoni selama delapan
tahun. Dari tahun 1955 hingga tahun 1962.Setelah itu, ia pun mendapatkan tawaran
mengajar di dua universitas ternama, yakni di fakultas Syari’ah, Universitas Ummu’l
Qura’ dan Fakultas Ilmu Pendidikan Islam, Universitas King Abdul Aziz. hingga kini ia
tercatat sebagai Guru Besar Ilmu Tafsir pada Fakultas Ilmu Pendidikan Islam Universitas
King Abdul Aziz.
Karena kiprahnya di dunia pendidikan Islam, di tahun 2007, panitia
penyelengggara Dubai International Qur’an Award menetapkan Ash-Shabuni sebagai
Personaliti of The Muslim World. Pilihan tersebut jatuh padanya seteah beberapara orang
kandidit diseleksi oleh Pangeran Muhammad ibn Rashid Al-Maktum, Wakil Kepala
Pemerintahan Dubai. Penghargaan serupa juga pernah diberikan kepada Yusuf Al-
Qaradawi dan sejumlah ulama dunia lainnya.2

B. Metode Penafsiran
Metode muhammad Ali Ash-Shabuni ketika menafsirkan ayat dalam Rawāiu’l
Bayān tertera pada pengantar tafsir di awal kitabnya. Di sana dia hanya mengumpulkan
ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum, sehingga disusun per materi. Setidaknya terdapat
beberapa langkah yang harus ia lakukan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, yakni:
1. Pengertian Kosa Kata yakni menguraikan kosa kata yang sulit atau penting untuk
dibahas dengan berpegang pada pendapat para mufasir dan ahli-ahli bahasa.
2. Makna Global Makna Ijmali dikemas dalam bahasa sendiri.
3. Sabab an-Nuzul ini dicantumkan jika ayat yang bersangkutan
mempunyai sababunnuzul-nya.
4. Bentuk kaitan dengan ayat sebelumnnya dan sesudahnya
5. Mencari bentuk Qiraat yang mutawattir
6. Memunculkan bentuk I‟rab secara singkat.
7. Melakukan penjelasan hukum aplikatif yang meliputi rahasia dan nilai balaghah serta
kecermatan ilmiah.
8. Syari’at hukum dari tiap ayat yang sedangan ditafsir dengan dilengkapi dalil-dalil dari
para pakar hukum Islam serta tarjih atau pemilahan dalil.
9. Kesimpulan, ash-Shabuni menggunakan kesimpulan ringkas dengan mengemukakan
petunjuk-petunjuk yang diperoleh dari ayat. Ia memuat makna global dan kesimpulan

2 Andy Haryono, Analisis Metode Tafsir Muhammad Ash-Shabuni dalam Kitab rawâiu’ al-
Bayân, Wardah, Vol.18, No.1, 2017
pada setiap pembahasannya, jika makna globalnya diletakan di awal pembicaraan
maka kesimpulannya berada di akhir pembahasan.
10. Menutup setiap pembahasan dengan filosofi disyariatkannya hukum-hukum dari ayat-
ayat yang sedang ditafsirkan.3

C. Corak Penafsiranal-Tafsir rawa’I Bayan


Rawāi’ul Bayān fi tafsiri ayati’l Ahkam mina’l Quran atau terjemahan harfiahnya
adalah “Keterangan yang indah dalam tafsir ayat-ayat hukum dari Al-Quran” adalah
nama salah satu tafsir karya Ali Shabuni yang sangat menarik,Dikatakan menarik karena
ini adalah karya pilihan yang telah ia lalui selama 10 tahun pengalamannya dalam
penelaahan ilmiah. Hal ini sebagaimana ungkapannya di pengantar tafsir tersebut, “...aku
hidup cukup lama dengan kondisi yang mulia itu hingga 10 tahun, aku pun sudah
menorehkan karya-karya berbentuk buku, dimana yang terakhir adalah kitab yang kuberi
judul...”.
Kitab tafsir Rawāi’ul Bayān ini masuk ke dalam katagori tafsiru’l ahkam atau
dalam istilah lain Tafsir Ahkam yang menurut sementara pakar bermakna tafsir Al-Quran
yang berorientasi atau fokus pada pembahasan ayat-ayat hukum. Pembatasan ayat-ayat
hukum yang terdapat di dalam Al-Quran inilah yang menjadi cirikhas dari
tafsir Ahkam. Kitab Tafsir tersebut terdiri dari dua jilid besar, dan disusun berdasarkan
tema-tema hukum di setiap pertemuan.
Tafsir Ash-Shabuni ini dapat dikatagorikan sebagai tafsir muqarin atau tafsir
perbandingan, karena di dalam tafsirnya ia mengngkapkan pendapat dari para mufasir
sebagai sumber perbandingan, kemudian ia menguatkan pendapat yang paling sahih di
antara pendapat-pendapat yang telah ia bandingkan.4

D. Karya-Karya Ali Ash-Shabuniy


Al-Sabuniy merupakan mufassir yang produktif dalam aktivitas penafsiran
alQur'an, ia menjelaskan makna ayat dengan detail kandungannya serta keindahan dalam
tampilan uraiannya. M. Quraish Shihab dalam hal ini mencatat bahwa karya terbaru al-
Sabuniyadalah Qabasūn min Nūr al-Qur'ān al-Karim. Tafsir 16 jilid ini menurut M.

3 Laila Badriyah, Kajian Terhadap Tafsir Rawa’i Al-Bayan: Tafsir Ayat Al-Ahkam Min Al- Quran
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Jurnal Pendidikan Dan Pranata Islam
4 Andy Haryono, Op. cit
Quraish Shihab dikategorikan dalam bahasan analitik-tematik dengan metode bi al-
ma’sur. 9

Selain dikenal sebagai pendidik, al-Sabuniy juga diakui sebagai pakar ilmu tafsir
dan ilmu syari’ah, ditambah lagi dengan wawasannya yang menempatkannya sebagai
salah satu tokoh intelektual muslim yang sangat berpengaruh. Pemikirannya banyak
tertuang di dalam karya-karyanya yang beragam. ‘Abd. al-Qadir Muhammad Salih dalam
al-Tafsir wa al-Mufassirun fi ’Asr al-Hadis menyebutnya sebagai akademisi yang ilmiah
dan banyak menelurkan karya-karya bermutu. Di antara karya-karyanya adalah :

1. Al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an


2. Al-Tafsir al-Wadih al-Muyassar
3. Al-Qur’an al-Karim wa bi Hamisyihi Durrah al-Tafasir
4. Mukhtasar Tafsir Ibn Kasir
5. Al-Mawaris fi al-Syari’ah al-Islamiyyah fi Dau’ al-Kitab wa al-Sunnah
6. Al-Syubuhat wa al-Batil Haula Ta’addud Zaujat al-Rasul
7. Al-Nubuwwah wa al-Anbiya’
8. Al-Fiqh al-Syar’i al-Muyassar fi Dau’ al-Kitab wa al-Sunnah Fiqh alMu’amalah
9. Al-Fiqh al-Syar’i al-Muyassar fi Dau’ al-Kitab wa al-Sunnah Fiqh al- ‘Ibadah
10. Hadiyyah al-Afrah li al-‘Arusyain al-Zawaj al-Islami al-Mubakkar : Sa’adah wa
Hasanah
11. Mauqif al-Syari’ah al-Gurrah min Nikah al-Mut’ah
12. Min Kunuz al-Sunnah Dirasah Adabiyyah wa Lugawiyyah min al-Hadis al-Syarif
13. Al-Sunnah al-Nabawiyyah Qismun min al-Wahy al-Ilahi al-Munazzal
14. Mawsu’ah al-Fiqh al-Islami al-Muyassar
15. Mawqif al-Syari’ah al-Gurra’ min Nikah al-Mut’ah
16. Harakah al-Ard wa Dauranuha Haqiqah ‘Ilmiyyah Asbataha al-Qur’an
17. Risalah fi Hukm al-Taswir
18. Ma’an al-Qur’an al-Karim li Abi Ja’far al-Nuhas
19. Al-Muktatafat min ‘Uyun al-Syi’ir
20. Mukhtasar Tafsir al-Tabari
21. Tanwir al-Azhan min Tafsir Ruh al-Bayan
22. Al-Syarh al-Muyassar li Sahih al-Bukhari
23. Al-Ibda’ al-Bayan
24. Al-Mahd wa Asyrat al-Sa’ah
25. Aqidah Ahl al-Sunnah fi Mizan al-Syar’i
26. Risalah al-Salah
27. Syarh Riyad al-Salihin
28. Safhat Musyriqah min Hayat al-Rasul wa Sahabatih al-Kiram.
29. I’jaz al-Bayan fi Maqasid Suwar al-Qur’an
30. Al-Zauj al-Islami al-Mubakkir
31. Jarimah al-Riba’ Akht}ar al-Jaraim al-Diniyyah wa al-Ijtima’iyyah
32. Al-Muntaqa al-Mukhtar min Kitab al-Azkar
33. Qabasun min Nur al-Qur’an
34. Fath al-Rahman bi Kasyf ma Yaltabis fi al-Qur’an
35. Safwah al-Tafasir
36. Rawai’ al-Bayan Tafsir At al-Ahkam min al-Qur’an

E. Kelebihan dan Keterbatasan Kitab Rawai’ al-Bayan Tafsir At al-Ahkam min al-
Qur’an

Telah menjadi fitrah manusia yang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan,
dengan tujuan dan hikmah tersendiri yang Tuhan selipkan di balik hal tersebut. Maka
demikianlah halnya dengan al-Sabuni dengan tafsirnya, Rawai’ al-Bayan Tafsir At al-
Ahkam min alQur’an. Setelah membaca dan memahami metode yang digunakan al-
Sabuni dalam menyusun kitabnya, dapat disimpulkan bahwa tafsir al-Sabuni memiliki
keistimewaan, akan tetapi sebagai karya manusia biasa maka tentunya ia tidak luput dari
keterbatasan, khususnya yang terkait dengan metodologi dan substansi penafsirannya.

1. Kelebihan Rawai’ al-Bayan Tafsir At al-Ahkam min al-Qur’an.


a. Sistematika penulisannya yang komprehensif dengan menggunakan bahasa
yang sederhana sehingga mudah dipahami.
b. Ayat-ayat yang ditafsirkan sesuai temanya memiliki beberapa aspek
pembahasan sekaligus, di antaranya aspek bahasa, di mana al-Sabuni berusaha
menjelaskan makna kosa kata, dan segi-segi yang penting .
c. Tafsir ini merupakan perpaduan antara bi al-ma’sur dan bi al-ra’yi sehingga al-
Sabuni selalu mengembalikan sumber penafsirannya kepada al-Qur’an, hadis
dan pendapat-pendapat sahabat. Jikapun ada persoalan yang berkaitan dengan
logika, maka hal tersebut juga dikaitkan dengan alQur’an ataupun hadis.
d. Penafsiran-penafsirannya jauh dari hal-hal yang dapat merusak kemurnian
sebuah penafsiran, seperti riwayat-riwayat israliliyyat.
e. Sikap tafsir yang tidak fanatik serta berusaha tampil moderat terhadap
pendapat-pendapat ulama hukum fuqaha, hal ini dapat dilihat dari sikap al-
Sabuni yang mengangkat pendapat-pendapat imam mazhab dalam menjelaskan
masalah yang terkait dengan ayat yang dibahas dan tidak menutupi atau
menyembunyikan pendapat lain sekalipun al-Sabuni tidak sepaham dengan
pendapat mazhab tersebut serta apa yang ditampilkan merupakan pendapat
yang bisa dipertanggungjawabkan dengan dalil-dalil yang bersumber dari al-
Qur’an dan hadis.
f. Tafsir ini menggunakan metode tematik, sehingga memudahkan untuk mencari
ayat yang berkaitan dengan tema tertentu, praktis dan dinamis, membuat
pemahaman menjadi utuh serta menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi
khususnya dalam persoalan hukum Islam.
2. Keterbatasan/kelemahan Rawai’ al-Bayan Tafsir At al-Ahkam min al-
Qur’an.
Adapun keterbatasan-keterbatasan yang didapatkan dari kitab Rawai’ alBayan
Tafsir At al-Ahkam min al-Qur’an., di antaranya:
a. Secara umum dari perkataan al-Sabuni, dapat tergambar bahwa belum ada
perubahan mendasar dan representatif, karena belum terlihat jelas titik-titik
perbedaan yang signifikan dan fundamental dengan pendapat mayoritas dari
kalangan ulama
b. Tidak menyebutkan rawi dan sanad riwayat secara keseluruhan, padahal
penyebutan sanad cukup penting karena jalan untuk mengetahui kualitas
sebuah riwayat adalah dengan melihat perawinya, dan menghilangkan sanad
menjadi salah satu penyebab kelemahan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Tafsir At al-Ahkam karya al-Sabuni menggunakan dua sumber penafsiran, yaitu
perpaduan antara bi al-ma’sur dan bi al-ra’yi Akan tetapi, dari kedua model
sumber penafsiran tersebut, model bi al-ma’sur merupakan sumber yang paling
dominan yang digunakan oleh al-Sabuni dalam tafsirnya,
2. Dilihat dari aspek coraknya, maka kitab tafsir ayat al-ahkam ini dapat ditemukan
penggunaan dua corak, yaitu corak fikih atau hukum, dalam hal ini ia
menggunakan corak fikih bermazhab. Mengenai corak fikih dapat dilihat dari judul
tafsir karya al-Sabuni ini yang mengkhususkan tafsirnya pada ayat al-ahkam atau
ayat-ayat hukum

B. Saran

Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekhilafan dalam
makalah ini, untuk itu penulis sangat berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan masukan yang membangun untuk mendukung makalah ini. Penulis juga
menyarankan kepada pembaca untuk kembali membaca dan mengoreksi ke buku-buku
yang membahas tentang Rawa’i al-Bayan Fi Tafsir Ayat Al-Ahkam karya Ali Ash-
Shobuni.
DAFTAR PUSTAKA

Hanim Shafiera, Penafsiran Ali Ash-Shabuni Terhadap Ayat-Ayat Tasybih Dalam Surat Al-Baqarah,


Skripsi, Fakultasushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Andy Haryono, Analisis Metode Tafsir Muhammad Ash-Shabuni dalam Kitab rawâiu’ al-
Bayân, Wardah,
Laila Badriyah, Kajian Terhadap Tafsir Rawa’i Al-Bayan: Tafsir Ayat Al-Ahkam Min Al- Quran
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Jurnal Pendidikan Dan Pranata Islam
Andy Haryono, Op. cit

Anda mungkin juga menyukai