TAFSIR MUQARAN
DOSEN PEMBIMBING
Yenni Rahman ,M.Sy.
DISUSUN OLEH :
Sri Dea Puspita
Yanti Elita
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-ibanah wa al-kasyf
(menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Menurut pengertian terminologi, seperti dinukil
oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk memahami kitab
Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-
maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya. Tafsir al-Qur‟an adalah kunci
untuk membuka gudang simpanan al-Qur’an untuk mendapatkan permata di dalamnya.
Jika demikian, maka tafsir menjadi kebutuhan yang penting karena kandungan al-Qur’an
bukan hanya menyampaikan agama, namun juga pegangan tatanan sosial di masyarakat.
Perkembangan keilmuan yang semakin pesat, memaksa para ahli Al-Qur’an turut
andil pula dalam menjawab tantangan zaman, salah satu tokoh yang turut andil dalam
dunia Islam diantaranya yakni Muhammad Ali As-Shabuni, salah satu tokoh mufassir
yang berasal dari kota Aleppo, Suriah, dengan tafsirannya yang terkenal dengan
nama Tafsir Rawa‟i al-Bayan. Tafsir Rawa‟i al-Bayan merupakan salah satu kitab tafsir
populer di kalangan peminat studi al-Qur’an. Kitab tafsir yang bercorak fikih atau hukum
adalah karya ayat-ayat hukum kontemporer
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Ali Ash-shobuni?
2. Apa metode penafsiran Ali Ash Shabuniy?
3. Apa corak penafsiran tafsir Rawa’i Bayan?
4. Apa saja karya-karya Ali Ash Shabuniy?
5. Apa saja Kelebihan dan Keterbatasan Kitab Rawai’ al-Bayan Tafsir At al-Ahkam
min al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Mengetahui Biografi Ali Ash-shobuni
2. Mengetahui metode penafsiran dari Ali Ash-shobuni
3. Mengetahui corak penafsiran tafsir Rawa’i Bayan
4. Mengetahui karya-karya dari Ali Ash-Shobuni
5. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan dari kitab Rawa’i al-Bayan Tafsr At Al-
Ahkam min Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ali Ash-Shobuni
Nama lengkapnya adalah Muhammad Ali bin Jamil Ash-Shabuni. ia lahir di kota
Aleppo, Suriah, pada tahun 1930 M. Namun beberapa sumber menyebutkan Ash-Shabuni
dilahirkan tahun 1928. Ayahnya, Syekh Jamil merupakan salah satu ulama senior di
Aleppo. Beberapa sumber menyatakan bahwa ayahnya adalah orang pertama yang
membimbingnya baik di pendidikan dasar dan formal, terutama mengenai bahasa Arab,
ilmu waris dan ilmu agama.
Sembari menimba ilmu kepada sang Ayah, Ash-Shabuni juga pernah berguru
kepada sejumlah ulama terkemuka di Aleppo. Mereka diantaranya yang pernah menjadi
guru Ash-Shabuni adalalah Syekh Muhammad Najib Sirajuddin, Sykeh Ahmad Al-
Shama, Shekh Muhamad Sa’id Al-Idlibi, Syekh Muhammad Raghib Al-Tabbakh, dan
Syekh Muhammad Najib Khayatah
Selain itu, untuk menambah pengetahuannya, ia juga kerap mengikuti kajian-
kajian para ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di berbagai masjid.Setelah
menyelesaikan studinya di bangku sekolah dasar, Ash-Shabuni melanjutkan pendidikan
formalnya ke sekolah milik pemerintah, Madrasah Al-Tijariyya. Di sana ia hanya
mengenyam pendidikan selama satu tahun. Selanjutnya ia meneruskan ke sekolah khusus
Syariah, Khasrawiyya yang berada di Aleppo.1
Di Khasrawiyya Ash-Shabuni tidak hanya mempelajari bidang ilmu-ilmu
keislaman seperti tafsir, fikih, hadits, dan lain sebagainya, akan tetapi juga mata pelajaran
umum. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Khasrawiyya dan lulus pada tahun
1949.Ash-Shabuni melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Kairo,Mesir,
hingga mendapat gelar Lc dari fakultas Syari’ah pada tahun 1952. Tidak berhenti di sini,
ia pun melanjutkan ke pasca sarjana dan lulus pada tahun 1954 dengan mendapat gelar
Megister pada konsentrasi peradilan Syariah (Qudha As-Sar’iyyah). Seluruh studiya di
Mesir merupakan beasiswa dari Departemen Wakaf Suriah. Pasca studi di Mesir, Ash-
Shabuni kembali ke kota kelahirannya. Ia mengajar di berbagai sekolah menengah atas
B. Metode Penafsiran
Metode muhammad Ali Ash-Shabuni ketika menafsirkan ayat dalam Rawāiu’l
Bayān tertera pada pengantar tafsir di awal kitabnya. Di sana dia hanya mengumpulkan
ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum, sehingga disusun per materi. Setidaknya terdapat
beberapa langkah yang harus ia lakukan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, yakni:
1. Pengertian Kosa Kata yakni menguraikan kosa kata yang sulit atau penting untuk
dibahas dengan berpegang pada pendapat para mufasir dan ahli-ahli bahasa.
2. Makna Global Makna Ijmali dikemas dalam bahasa sendiri.
3. Sabab an-Nuzul ini dicantumkan jika ayat yang bersangkutan
mempunyai sababunnuzul-nya.
4. Bentuk kaitan dengan ayat sebelumnnya dan sesudahnya
5. Mencari bentuk Qiraat yang mutawattir
6. Memunculkan bentuk I‟rab secara singkat.
7. Melakukan penjelasan hukum aplikatif yang meliputi rahasia dan nilai balaghah serta
kecermatan ilmiah.
8. Syari’at hukum dari tiap ayat yang sedangan ditafsir dengan dilengkapi dalil-dalil dari
para pakar hukum Islam serta tarjih atau pemilahan dalil.
9. Kesimpulan, ash-Shabuni menggunakan kesimpulan ringkas dengan mengemukakan
petunjuk-petunjuk yang diperoleh dari ayat. Ia memuat makna global dan kesimpulan
2 Andy Haryono, Analisis Metode Tafsir Muhammad Ash-Shabuni dalam Kitab rawâiu’ al-
Bayân, Wardah, Vol.18, No.1, 2017
pada setiap pembahasannya, jika makna globalnya diletakan di awal pembicaraan
maka kesimpulannya berada di akhir pembahasan.
10. Menutup setiap pembahasan dengan filosofi disyariatkannya hukum-hukum dari ayat-
ayat yang sedang ditafsirkan.3
3 Laila Badriyah, Kajian Terhadap Tafsir Rawa’i Al-Bayan: Tafsir Ayat Al-Ahkam Min Al- Quran
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Jurnal Pendidikan Dan Pranata Islam
4 Andy Haryono, Op. cit
Quraish Shihab dikategorikan dalam bahasan analitik-tematik dengan metode bi al-
ma’sur. 9
Selain dikenal sebagai pendidik, al-Sabuniy juga diakui sebagai pakar ilmu tafsir
dan ilmu syari’ah, ditambah lagi dengan wawasannya yang menempatkannya sebagai
salah satu tokoh intelektual muslim yang sangat berpengaruh. Pemikirannya banyak
tertuang di dalam karya-karyanya yang beragam. ‘Abd. al-Qadir Muhammad Salih dalam
al-Tafsir wa al-Mufassirun fi ’Asr al-Hadis menyebutnya sebagai akademisi yang ilmiah
dan banyak menelurkan karya-karya bermutu. Di antara karya-karyanya adalah :
E. Kelebihan dan Keterbatasan Kitab Rawai’ al-Bayan Tafsir At al-Ahkam min al-
Qur’an
Telah menjadi fitrah manusia yang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan,
dengan tujuan dan hikmah tersendiri yang Tuhan selipkan di balik hal tersebut. Maka
demikianlah halnya dengan al-Sabuni dengan tafsirnya, Rawai’ al-Bayan Tafsir At al-
Ahkam min alQur’an. Setelah membaca dan memahami metode yang digunakan al-
Sabuni dalam menyusun kitabnya, dapat disimpulkan bahwa tafsir al-Sabuni memiliki
keistimewaan, akan tetapi sebagai karya manusia biasa maka tentunya ia tidak luput dari
keterbatasan, khususnya yang terkait dengan metodologi dan substansi penafsirannya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tafsir At al-Ahkam karya al-Sabuni menggunakan dua sumber penafsiran, yaitu
perpaduan antara bi al-ma’sur dan bi al-ra’yi Akan tetapi, dari kedua model
sumber penafsiran tersebut, model bi al-ma’sur merupakan sumber yang paling
dominan yang digunakan oleh al-Sabuni dalam tafsirnya,
2. Dilihat dari aspek coraknya, maka kitab tafsir ayat al-ahkam ini dapat ditemukan
penggunaan dua corak, yaitu corak fikih atau hukum, dalam hal ini ia
menggunakan corak fikih bermazhab. Mengenai corak fikih dapat dilihat dari judul
tafsir karya al-Sabuni ini yang mengkhususkan tafsirnya pada ayat al-ahkam atau
ayat-ayat hukum
B. Saran
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekhilafan dalam
makalah ini, untuk itu penulis sangat berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan masukan yang membangun untuk mendukung makalah ini. Penulis juga
menyarankan kepada pembaca untuk kembali membaca dan mengoreksi ke buku-buku
yang membahas tentang Rawa’i al-Bayan Fi Tafsir Ayat Al-Ahkam karya Ali Ash-
Shobuni.
DAFTAR PUSTAKA