Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadist dan sunnah merupakan sumber hukum yang ke dua setelah Al-Qur’an dalam
hal ini ada pembahasan yang berkaitan dengan hadist sebagai sumber ke dua setelah
Al-Qur’an yang telah kita ketahui bahwa banyak sekali macam-macam hadist mulai
dari pembahasan-pembahasan pembagian hadist yang diterima yaitu as-shahih, al-
hasan dan lain-lain dan hadist yang ditolak agar kita mengetahui hadist yang shahih
dan yang tidak dan mengetahui sanad-sanadnya, terutama salah satunya hadist tentang
Al-Mu’dhal untuk mengetahui hadist-hadist yang lemah dan yang kuat

B. Rumusan Masalah
 Definisi hadist Al-Mudhal
 Contoh hadist Al-Mudhal
 Hukum Hadist Al-Mudhal
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul
Hadist yang diampu oleh “Tajul Muluk,S.Ud,M.Hum” dan sebagai penambah wawasan
tentang apa itu hadist Al-Mudhal
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Hadist Al-Mudhal
 Secara etimologi: Al-Mudhal adalah ism maful dari a’dhala yang berarti melemahkan
 Secara terminologi
 Al-Mudhal adalah hadist yang gugur pada sanadnya dua rawi atau lebih secara
berturut-turut

Contoh hadist Mudhal


Hadist yang diriwayatkan oleh Al-Hakim didalam kitab Ma’rifah Ulumul Hadist
dengan sanadnya kepada Al-Qa’nabi dari Malik telah sampai kepadanya. Bahwa Abu
Hurairah mengatakan, “Rasulullah SAW bersabda:

‫ وال ىكلف من العمل اال ما ىطىق‬.‫للمملوك طعا مه و كسوته با لمعروف‬


“ seorang hamba sahaya berhak untuk mendapatkan makanan dan pakaian secara
layak, janganlah dia dibebani dengan pekerjaan di luar kemampuannya. “Al-Hakim
ini mu’dhal dari Malik, dia juga me-mudhal-kan seperti ini di dalam Al-Muwatta’.

Hadist ini dikatakan mu’dhal karena gugur di dalamnya dua rawi secara berturut-
turut, yaitu antara Malik Abu Hurairah. Kita mengetahui bahwa hadist tersebut gugur
di dalamnya dua rawi secara berturut-turut dari riwayat selain Al-Muwatta’, yaitu dari
Malik dari Muhammad bin Ajlan dari Bapaknya dari Abu Hurairah.
Hukum Hadist Mu’dhal
Hadist mu;dhal termasuk hadist yang dhaif, keadaanya adalah yang paling buruk
dibandingkan mursal dan munqadhi. Disebabkan banyaknya rawi yang terhapus.
Hukum ini disepakati oleh para ulama hadist. Hadist Mudhal adalah hadist yang
tengah-tengah sanadnya ada dua orang perawi atau lebih yang dihapus secara berturu-
turut.
Kesamaan Gambaran Hadist Mu’dhal dan Mualaq
Dari sebagian segi ada kesamaan dan perbedaan antara hadist mu’dhal dan mu’allaq.
Yaitu:
1. Kesamaan hadist mu’dhal dan mu’alaq tergabung dalam satu gambaran, yaitu
ketika terhapus pada awal sanad hadist dua rawi secara berturut-turut, maka
hadist tersebut mu’dhal dan mu’allaq dalam satu waktu.
2. Hadist mu’dhal berpisah gambarannya dengan mua’llaq dalam dua keadaan:
a. Jika terhapus pada pertengahan sanad hadist dua rawi secara berturut-
turut, maka dinamakan mu’dhal dan bukan mua’llaq
b. Jika terhapus pada sanad hadist satu rawi maka dinamakan mu’allaq dan
bukan mu’dhal
Kitab yang banyak mengandung hadist mu’dhal, As-suyuti mengatakan.
“kitab-kitab yang banyak mengandung hadist mu’dhal, munqathi, dan
mursal adalah: Kitab as-sunan karya sa’ad bin mansur, dan kitab
karanagan ibnu duanya
BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali macam-macam hadits dhaif
(lemah) baik ditinjau dari segi sanad ataupun yang lainnya. Tetapi meskipun demikian hadits
yang shahih dan hasan lebih banyak dari pada yang dha’if yang dapat kita amalkan dalam
kehidupan kita sehari hari. Dari pemaparan diatas tentang hadits dha’if yang disebabkan
karena terpurusnya sanad.
   Mu’dhal    : digugurkan dua orang perawi atau lebih secara berturut-turut.
  Munqathi’ : digugurkan seorang perawi sesudah thabaqat sahabat atau dua orang lebih tidak

berurutan.
 Mudallas   : pengguguran sanad dimana saja antara dua perawi yang hidup semasa dan

bertemu, ia mendengar beberapa hadits. Namun pada sebuah hadits tersebut sebenarnya ia
tidak langsung mendengarnya, tetapi ia mendengar dari oaring lain, kemudia ia
meriwayatkannya dengan kata yang tidak jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Ath-Thahhan, Mahmud, 2016, Dasar-Dasar Ilmu Hadist. Jakarta: Ummul Qura


Al-‘Utsaimin, Syaikh Muhammad Bin Shalih, 2008, Musthalah Al Hadist. Yogyakarta:
Media Hidayah

Anda mungkin juga menyukai