Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 2
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. atas segala limpahan rahmat kepada kami.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW. yang telah memperjuangkan hidupnya dalam membangkitkan umat dari
zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang yaitu Islam, yang kami
dambakan syafa’atnya.
Semoga dapat menjadi catatan amal kebajikan bagi beliau semua dan makalah ini
dapat bermanfaat umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan pedoman umat muslim dengan urutan kedua setelah
kedudukan Al-Qur’an pada urutan pertama. Tak beda jauh memang, baik
itu al-quran ataupun hadits memang sama-sama berasal dari Allah yang
kemudian dimaklumatkan kepada umat manusia melalui nabi-Nya,
Muhammad Saw. perbedaan yang jelas dari keduanya, jika alquran berasal
dari Allah swt baik itu lafadz maupun maknanya. Sedangkan hadits, dalam
kemasan lafadz, berasal dari nabi Muhammad Saw.
Dari pemahaman bahwa hadits dalam islam merupakan pegangan kedua
setelah allquran. Layaknya perlu penjelasan secara intensif, ditinjau dari
betapa sulitnya memahami bagaimana hadits dapat diterima dan dijadikan
pegangan. Tentu saja melewati pelbagai filter melalui kajian-kajian ilmu
hadis yang mana kesemuanya bertujuan sama, dengan tinjauan studi yang
berbeda, berusaha untuk mengukuhkan hadits yang shohih dan
meruntuhkan hadis yang dlo’if.
Olehkarena itu, kami pemakalah ingin mengajak pembaca dalam kajian
sub-bab Ulumul hadits, yang mana dalam kajian studinya lebih terfokus
kepada sisi kehidupan sejarah para perawi hadits, yakni “Ilmu Tarikh Ar-
Ruwwat” yang notabene-nya masih termasuk pada sub-bab Ilmu Rijalul
Hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tarikh Ar-Ruwwat?
2. Apa saja manfaat Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat?
3. Bagaimana urgensi dari Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat dalam mata rantai
sanad?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Tarikh Ar-Ruwwat.
2. Untuk mengetahui manfaat Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat.
3. Untuk mengetahui urgensinya ilmu Tarikh Ar-Ruwwat dalam mata
rantai sanad.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarikh Ar-Ruwwat
Sebelum masuk kepada pembahasan tentang ilmu tarikh ar-ruwat,
alangkah baiknya kita mengetahui sekilas tentang ilmu rijal al-hadits yang
merupakan induk dari ilmu sejarah para perawi. Ilmu rijal al-hadits adalah
ilmu yang membahas hal ikhwal dan sejarah para rawi dari kalangan
sahabat, tabiin, dan atba’ al-tabi’in.
Ilmu ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ranah kajian ilmu
hadits karena kajian ilmu hadits pada dasarnya terletak pada dua hal, yaitu
matan dan sanad. Ilmu rijal al-hadits mengambil tempat yang khusus
mempelajari persoalan-persoalan sekitar sanad maka mengetahui keadaan
rawi yang menjadi sanad merupakan separuh dari pengetahuan
2
Drs. Sohari, 1997, “URGENSI ILMU RIJAL AL-HADITS”, Jurnal AL-QALAM, No. 68/XIII/19997, h.25
Bukhari, selain itu ada juga yang menghimpun kitab-kitab terjamah para
perawi hadits seperti kitab tahdzib at-tahdzibkarya Al-Hafidz Syihabuddin
Abi Fadl Ahmad bin Ali (Ibnu Hajar) Al-Astqalani (773-852 H). para
muhaddits tidak hanya sampai disini, di antara mereka ada yang menulis
berdasar nama-nama mereka,kuniyah (panggilan), laqab (gelar),
maupun nasab keturunan dan lainnya.
3
Fatchur Rahman, “ikhtisar mushthalahul hadits”, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1985, hal.259.
hadits dari guru-guru mereka sebagimana mereka bertanya tentang para
perawi itu sendiri.
Hal ini merupakan sebuah kewajiban bagi para ulama untuk
memperhatikan hal ini semua agar mereka bisa mengetahui validitas hadits
yang disampaikan oleh para perawi, begitu pula agar mereka mengetahui
bersambung dan putusnya sanad serta yang lainnya. Ilmu ini memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam ranah kajian ilmu hadits karena
kajian ilmu hadits pada dasarnya terletak pada dua hal, yaitu matan dan
sanad.4
Mengetahui kampung halaman perawi juga besar faidahnya. Yaitu
untuk membedakan perawi-perawi yang kebetulan sama namanya akan
tetapi berbeda marga dan kampung halamannya. Sebab sebagaimana
diketahui banyak perawi-parawi itu banyak yang namanya bersamaan,
akan tetapi tempat tinggal mereka berbeda. Tampak faidahnya pula dalam
hal ini apabila perawi yang namanya sama itu sebagiannya ada yang
tsiqah, sehingga dapat diterima haditsnya, sedang sebagian yang lain
adalah tidak tsiqah yang menyebabkan harus ditolaknya hadits tersebut.
Ufair bin Ma’dan Al-Kila’iy bercerita: Umar bin Musa pernah
datang kepadaku, lalu kutemui dia di masjid, kemudian ia berkat; Telah
bercerita kepada kami guru kalian yang salih.... ketika ia telah banyak
bercerita, lalu kupotong ceritanya, siapa yang kamu maksud dengan guru
kami yang salih itu? Sebutlah namanya agar kami mengetahuinya.
Jawabnya: yaitu Khalid bin Ma’dan. Tahun berapa kamu bertemu dengan
dia? Tanyaku lebih lanjut. Aku bertemu pada tahun 108 H, jawabnya.
Dimana kamu bertemu? Tanyaku lagi, aku bertemu dengan dia pada waktu
Perang Armenia, jawabnya. Aku membentak: takutlah kepada Allah hai
saudara jangan kau berdusta. Bukanlah Khalid Bih Ma’dan itu wafat pada
tahun 104 H? Sedangkan kamu mengatakan bahwa kamu bertemu dengan
dia empat tahun sesudah dia wafat. Tambahan pula dia tidak pernah
mengikuti perang Armenia sama sekali, dia hanya ikut peperangan rum.5
4
Agus Solahuddin & Agus suyadi, “Ulumul Hadits”, Bandung, Pustaka Setia, cet I, 2009, hal.112
5
Untuk lebih jelasnya lihat Drs. Sohari, “URGENSI ILMU RIJAL AL-HADITS”, op. cit., h.28
C. Urgensi Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat sebagai penentu kemuttasilan sanad
الرمحن مجيعا عن سفيان عن زبيد عن ابراهيم عن مسروق ح و حدثنا علي ابن حممد و ابو بكر ابن
قال: خالد قاال حدثنا وكيع حدثنا االعماش عن عبداهلل ابن مرة عن مسروق عن عبداهلل قال
)ماجه8
9
Mukhlis Mukhtar, 2011, “Penelitian Rijal Al-Hadits Sebagai Kegiatan Ijtihad”, JURNAL HUKUM
DIKTUM, Vol. 9, No.2, Juli 2011, h.189
Sekiranya terdapat kekurangan dalam menyajikan materi, kami sebagai
pemakalah meminta maaf sebesar-besarnya. Dan jika terdapat kebenaran
tidak lain berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala.
DAFTAR PUSTAKA
Syekh Muhammad Ma’sum, 1933, Amtsilah At-Tashrifiyyah, (Kudus : Maktabah
Syaikh Salim bin Sa’d Nabhan)
Drs. Sohari, 1997, “URGENSI ILMU RIJAL AL-HADITS”, Jurnal AL
QALAM, No. 68/XIII/1997
Fatchur Rahman, 1985, “ikhtisar mushthalahul hadits”, Bandung: PT. Al-
Ma’arif.
Agus Solahuddin & Agus suyadi, 2009, “Ulumul Hadits”, Bandung, Pustaka
Setia, cet I
Nuruddin Itr, Manhaj al-naqd fi ‘Ulum al-Hadis, diterjemahkan oleh Mujiyo
dengan judul ‘Ulum al-hadis, 1994, Juz I (Cet. I; Bandung: Remaja
Rosdakarya)
M. Syuhudi Ismail, 1988, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Cet. I; Jakarta: Bulan
Bintang).
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz I (Baerut: Dar al-Fikr)
Mukhlis Mukhtar, 2011, “Penelitian Rijal Al-Hadits Sebagai Kegiatan Ijtihad”,
JURNAL HUKUM DIKTUM, Vol. 9, No.2, Juli 2011