Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pengampu :

Bpk. Fajrul Munawwir, M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Calvyn Dwi Krisdatama NIM (126301202062)


2. Tsuqofa Hida Baihaqi NIM (126301201003)
3. Khamim Jazuli Amad NIM (126301201028)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR 2A

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Puji syukur kepada Allah SWT. atas segala limpahan rahmat kepada kami.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW. yang telah memperjuangkan hidupnya dalam membangkitkan umat dari
zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang yaitu Islam, yang kami
dambakan syafa’atnya.

Alhamdulillah tugas makalah Ulumul Hadits dengan judul “Ilmu Tarikh


Ar-Ruwwat”. dapat kami selesaikan. Dengan demikian tak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku rektor IAIN Tulungagung.


2. Bapak Fajrul Munawwir M,Ag. selaku Dosen pengampu mata kuliah
Ulumul Hadits.
3. Segenap Bapak dan Ibu dosen IAIN Tulungagung yang telah mengajarkan
ilmu pengetahuan kepada kami.
4. Kedua orang tua yang senantiasa memberi do’a dan semangat kepada
kami.
5. Segenap pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Semoga dapat menjadi catatan amal kebajikan bagi beliau semua dan makalah ini
dapat bermanfaat umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi kami.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Tulungagung, 21 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarikh Ar-Ruwwat.............................................................


B. Manfaat Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat……………………………………
C. Urgensi dari Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat dalam mata rantai Sanad.........

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan pedoman umat muslim dengan urutan kedua setelah
kedudukan Al-Qur’an pada urutan pertama. Tak beda jauh memang, baik
itu al-quran ataupun hadits memang sama-sama berasal dari Allah yang
kemudian dimaklumatkan kepada umat manusia melalui nabi-Nya,
Muhammad Saw. perbedaan yang jelas dari keduanya, jika alquran berasal
dari Allah swt baik itu lafadz maupun maknanya. Sedangkan hadits, dalam
kemasan lafadz, berasal dari nabi Muhammad Saw.
Dari pemahaman bahwa hadits dalam islam merupakan pegangan kedua
setelah allquran. Layaknya perlu penjelasan secara intensif, ditinjau dari
betapa sulitnya memahami bagaimana hadits dapat diterima dan dijadikan
pegangan. Tentu saja melewati pelbagai filter melalui kajian-kajian ilmu
hadis yang mana kesemuanya bertujuan sama, dengan tinjauan studi yang
berbeda, berusaha untuk mengukuhkan hadits yang shohih dan
meruntuhkan hadis yang dlo’if.
Olehkarena itu, kami pemakalah ingin mengajak pembaca dalam kajian
sub-bab Ulumul hadits, yang mana dalam kajian studinya lebih terfokus
kepada sisi kehidupan sejarah para perawi hadits, yakni “Ilmu Tarikh Ar-
Ruwwat” yang notabene-nya masih termasuk pada sub-bab Ilmu Rijalul
Hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tarikh Ar-Ruwwat?
2. Apa saja manfaat Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat?
3. Bagaimana urgensi dari Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat dalam mata rantai
sanad?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Tarikh Ar-Ruwwat.
2. Untuk mengetahui manfaat Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat.
3. Untuk mengetahui urgensinya ilmu Tarikh Ar-Ruwwat dalam mata
rantai sanad.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarikh Ar-Ruwwat
Sebelum masuk kepada pembahasan tentang ilmu tarikh ar-ruwat,
alangkah baiknya kita mengetahui sekilas tentang ilmu rijal al-hadits yang
merupakan induk dari ilmu sejarah para perawi. Ilmu rijal al-hadits adalah
ilmu yang membahas hal ikhwal dan sejarah para rawi dari kalangan
sahabat, tabiin, dan atba’ al-tabi’in.

Ilmu ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ranah kajian ilmu
hadits karena kajian ilmu hadits pada dasarnya terletak pada dua hal, yaitu
matan dan sanad. Ilmu rijal al-hadits mengambil tempat yang khusus
mempelajari persoalan-persoalan sekitar sanad maka mengetahui keadaan
rawi yang menjadi sanad merupakan separuh dari pengetahuan

Ilmu rijal al-hadits terbagi dua yakni ilmu tarikh ar-ruwat dan ilmu al-jarh


wa at-ta’dil, namun sebagian ulama ada yang memandang ilmu al-jarah
wa at-ta’dil sebagai ilmu yang terpenting dalam ilmu hadits, maka ilmu
ini dijadikan ilmu yang berdiri sendiri.

Ilmu tarikh ar-ruwat secara bahasa merupakan gabungan dari dua kata.


Yakni dari kata ‫ تاريخ‬yang merupakan mashdar dari fiil َ‫َٔارَّخ‬yang berarti
ٌ ‫ َري‬1 seimbang dengan
Sejarah, dan ‫ ّروّاة‬Q‫ ال‬yang merupakan jamak dari kata ‫َّان‬
kata ‫ راوي‬yang berarti perawi/periwayat hadits. Sedangkan Ilmu Tarikh
Ar-Ruwat secara istilah merupakan sebuah disiplin ilmu hadits yang
mengetahui para perawi hadits dari segi yang berhubungan dengan
periwayatan mereka terhadap hadits. Hal ini bisa diperoleh dengan
menjelaskan keadaan mereka, tanggal kelahiran, wafat, syuyukh (guru-
guru mereka), kapan mereka menerima hadits, siapa yang merawikan,
negri dan tempat mereka, rijalul hadits yang ada di masa itu, sejarah
kedatangannya ke negri yang berbeda-beda, apakah ia menerima hadits
dari gurunya sebelum ikhtilath gurunya atau setelahnya dan lainya dari
hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hadits.
1
Syekh Muhammad Ma’sum, 1933, Amtsilah At-Tashrifiyyah, (Kudus : Maktabah Syaikh Salim bin
Sa’d Nabhan), hlm.6
Menurut Muhammad 'Ujaj Al-Khatib, Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat adalah :
‫برواة احلديث من النّاحية الّيت تتعلّق بروايتهم للحديث فهو يتناول بالبيان‬
ّ ‫يعرف‬
ّ ‫هو العلم الذي‬
،‫ ومن روي عنه‬،‫ ووفاته وشيوخه وتاريخ مساعهم منهم‬،‫الراوي‬
ّ ‫ وبذكر تاريخ والدة‬،‫الر ّواة‬
ّ ‫احوال‬
‫ ومساعه من بعض‬،‫ وتاريخ قدومه اىل البلدة املختلفة‬،‫الراوي‬
ّ ‫و بالدهم ومواطينهم ورحالت‬
‫الشيوخ قبل االختالط ام بعده وغري ذلك ممّا له صلةبٔامور احلديث‬.

Artinya : "Ilmu Tarikh Ar-Ruwat adalah Ilmu yang membahas tentang


para rawi hadits dari segi yang berhubungan dengan periwayatan mereka
terhadap hadits. Menerangkan semua hal ihwal para rawi dengan
menyebutkan tahun kelahiran dan wafatnya, menyebutkan guru-gurunya,
tahun kapan ia mendengarkan hadits dari guru-gurunya, siapa saja yang
meriwayatkan hadits dari mereka, menyebutkan asal negara dan tempat
tinggalnya, juga menerangkan perjalanan rawi dan kedatangannya ke
berbagai daerah yang berbeda-beda, menyebutkan cara mendengar rawi
dari guru-gurunya baik sebelum guru-gurunya lemah atau sesudahnya, dan
segala hal yang berurusan dengan urusan hadits." (M. Ujaj Al-Khatib,
1989, 253).2
Ilmu sejarah para rawi merupakan senjata ampuh untuk melawan
kebohongan para pendusta dalam hadits, sebagaimana yang dikatakan oleh
Sufyan ast-Tsauri: “Manakala para perawi menggunakan kebohongan
dalam meriwayatkan hadits, maka kami akan menggunakan ilmu sejarah
untuk menghadapi mereka.”
Para ulama berbeda metode dalam penulisan kitab-kitab sejarah para
perawi. Sebagian mereka ada yang menulis berdasarkan thabaqat
seperti at-Thabaqat al-Kubro  karya Syekh Muhammad bin Sa’ad (168-
230 H.) sebuah kitab thabaqat tertua dari yang lainnya, selain itu ada
pula Tabaqath ar-Ruwat karya Khalifah bin Khayyat al-‘Ushfuri (240 H)
dan lainnya.Ada yang mengarang berdasarkan tahun, ada pula yang
berdasarkan abjad hal ini bertujuan untuk mempermudah pencarian
seperti At-Tarikh Al-Kabier karya Imam Muhammad bin Isma’il Al-

2
Drs. Sohari, 1997, “URGENSI ILMU RIJAL AL-HADITS”, Jurnal AL-QALAM, No. 68/XIII/19997, h.25
Bukhari, selain itu ada juga yang menghimpun kitab-kitab terjamah para
perawi hadits seperti kitab tahdzib at-tahdzibkarya Al-Hafidz Syihabuddin
Abi Fadl Ahmad bin Ali (Ibnu Hajar) Al-Astqalani (773-852 H). para
muhaddits tidak hanya sampai disini, di antara mereka ada yang menulis
berdasar nama-nama mereka,kuniyah (panggilan), laqab (gelar),
maupun nasab keturunan dan lainnya.

B. Manfaat Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat


Ilmu ini berkembang bersama dengan berkembangnya ilmu
riwayah. Perhatian para ulama dalam membahas ilmu ini didorong oleh
suatu maksud untuk mengetahui dengan sebenarnya hal ikhwal para
perawi hadits. Atas motif tersebut mereka menanyakan kepada para perawi
yang bersangkutan mengenai umur dan tanggal kapan mereka dilahirkan,
dimana domisili mereka dan kapan mereka menerima hadits dari guru
mereka, disamping para ulama tersebut meneliti tentang identitas para
perawi itu. 
Mengetahui tanggal lahir dan wafatnya para perawi adalah sangat
penting untuk menolak pengakuan seorang perawi yang mengaku pernah
bertemu dengan seorang guru yang pernah memberikan hadits kepadanya,
padahal setelah diketahui tanggal lahir dan wafat gurunya, mungkin sekali
mereka tidak saling bertemu, disebabkan kematian gurunya mendahului
dari pada kelahirannya.
Jika demikian halnya, maka hadits yang mereka riwayatkan itu
sanadnya tidak bersambung. Dengan kata lain faidah mempelajari ilmu
Tarikh Al Ruwah itu adalah mengetahui muttasil atau munqatinya sanad
hadits dan untuk mengetahui marfu’ atau mursalnya pemberian hadits.3
Ilmu sejarah para rawi ini berkembang seiring dengan
perkembangan periwayatan hadits dalam Islam, para ulama sangat
memperhatikan sekali dengan disiplin ilmu ini agar memungkinkan
mereka untuk mengetahui para perawi sanad, mereka menanyakan para
rawi tentang umur dan tempat tinggal mereka, kapan mereka menerima

3
 Fatchur Rahman, “ikhtisar mushthalahul hadits”,  Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1985, hal.259.
hadits dari guru-guru mereka sebagimana mereka bertanya tentang para
perawi itu sendiri.
Hal ini merupakan sebuah kewajiban bagi para ulama untuk
memperhatikan hal ini semua agar mereka bisa mengetahui validitas hadits
yang disampaikan oleh para perawi, begitu pula agar mereka mengetahui
bersambung dan putusnya sanad serta yang lainnya. Ilmu ini memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam ranah kajian ilmu hadits karena
kajian ilmu hadits pada dasarnya terletak pada dua hal, yaitu matan dan
sanad.4
Mengetahui kampung halaman perawi juga besar faidahnya. Yaitu
untuk membedakan perawi-perawi yang kebetulan sama namanya akan
tetapi berbeda marga dan kampung halamannya. Sebab sebagaimana
diketahui banyak perawi-parawi itu banyak yang namanya bersamaan,
akan tetapi tempat tinggal mereka berbeda. Tampak faidahnya pula dalam
hal ini apabila perawi yang namanya sama itu sebagiannya ada yang
tsiqah, sehingga dapat diterima haditsnya, sedang sebagian yang lain
adalah tidak tsiqah yang menyebabkan harus ditolaknya hadits tersebut.
Ufair bin Ma’dan Al-Kila’iy bercerita: Umar bin Musa pernah
datang kepadaku, lalu kutemui dia di masjid, kemudian ia berkat; Telah
bercerita kepada kami guru kalian yang salih.... ketika ia telah banyak
bercerita, lalu kupotong ceritanya, siapa yang kamu maksud dengan guru
kami yang salih itu? Sebutlah namanya agar kami mengetahuinya.
Jawabnya: yaitu Khalid bin Ma’dan. Tahun berapa kamu bertemu dengan
dia? Tanyaku lebih lanjut. Aku bertemu pada tahun 108 H, jawabnya.
Dimana kamu bertemu? Tanyaku lagi, aku bertemu dengan dia pada waktu
Perang Armenia, jawabnya. Aku membentak: takutlah kepada Allah hai
saudara jangan kau berdusta. Bukanlah Khalid Bih Ma’dan itu wafat pada
tahun 104 H? Sedangkan kamu mengatakan bahwa kamu bertemu dengan
dia empat tahun sesudah dia wafat. Tambahan pula dia tidak pernah
mengikuti perang Armenia sama sekali, dia hanya ikut peperangan rum.5

4
Agus Solahuddin & Agus suyadi, “Ulumul Hadits”, Bandung, Pustaka Setia, cet I, 2009, hal.112
5
Untuk lebih jelasnya lihat Drs. Sohari, “URGENSI ILMU RIJAL AL-HADITS”, op. cit., h.28
C. Urgensi Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat sebagai penentu kemuttasilan sanad

Sejalan dengan pengertiannya, Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat ini


menelisik kehidupan para rawi yang kemudian olehnya mata rantai sanad
menjadi muttasil (tersambung) sampai pada nabi Muhammad saw. banyak
sekali kriteria dan persyaratan yang menyaring keseluruhan rawi supaya
hadits yang di isnad kan kepada mereka dapat diterima sebagai pegangan.
Seperti halnya dalam hal tsiqqah nya perawi yang meriwayatkan hadits.
Tsiqqah yang dimaksudkan disini merupakan gabungan kriteria dari sifat
dlabith dan adil.6 Dan secara spesifik, keduanya memiliki kriteria
tersendiri dalam menyaring intelektualitas para perawi.7
Mata rantai sanad sudah pasti melibatkan banyak perawi. Dan
untuk menentukan sebuah hadits itu muttasil atau munqothi’, marfu’ atau
mauquf jelas-jelas perlu meninjau setiap perawi di setiap thabaqatnya,
apakah sudah memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai perawi atau
belum. Disinilah peran Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat berperan sebagai rekam
sejarah kehidupan perawi hadits.
Untuk lebih jelasnya, kami berusaha mengemukakan contoh yang
relevan dengan menilik urgensinya ilmu tarikh ar-ruwwat ini dari referensi
jurnal yang kami peroleh :
‫بشار حدثنا حيىي ابن سعيد وعبد‬
ّ ‫حدثنا علي ابن حممد حدثنا وكيع ح و حدثنا حممد ابن‬

‫الرمحن مجيعا عن سفيان عن زبيد عن ابراهيم عن مسروق ح و حدثنا علي ابن حممد و ابو بكر ابن‬

‫ قال‬: ‫خالد قاال حدثنا وكيع حدثنا االعماش عن عبداهلل ابن مرة عن مسروق عن عبداهلل قال‬

‫شق اجليوب و ضرب احلدود ودعا بدعوى اجلاهلية (اخرجه ابن‬


ّ ‫ ليس منّا من‬.‫م‬.‫رسول اهلل ص‬

)‫ماجه‬8

Dari rangkaian sanad perawi di atas, imam ibnu majah


menyandarkan kepada tiga orang sekaligus, yakni kepada ‘ali bin
muhammad, muhammad bin basyar, dan abu bakar bin khollad. Mereka
6
Lihat Nuruddin Itr, Manhaj al-naqd fi ‘Ulum al-Hadis, diterjemahkan oleh Mujiyo dengan judul
‘Ulum al-hadis, Juz I (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h.67
7
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1988), h.67-71
8
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz I (Baerut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 504-505
semua merupakan perawi yang telah memenuhi standart kapasitas berikut
sanad ke atas hingga abdullah yang merupakan sahabat nabi saw.
Kutipan sanad perawi hadits diatas jika dibentuk dalam tabel sesuai
urutannya, maka akan tergambar sebagai berikut :9

No. Nama Rawi Urutan Periwayat Urutan Sanad


1. Abdullah 1 6
2. Masruq 2 5
3. Abdullah bin Murrah 3 4
4. Al-‘Amasy 4 3
5. Waqi’ 5 2
6. Ali bin Muhammad 6 1
7. Ibn Majah Mukharrij Mukharrij

Untuk membuktikan keshahihan sanad, kurang jika hanya


mengandalkan ilmu tarikh ar-ruwwat saja, karena di sisi lain terdapat ilmu
jarh wa ta’dil yang masih beriringan dengan ilmu tarikh ar-ruwwat ini.
Kedua ilmu ini masuk pada pembahasan Ilmu Rijalul Hadits. Oleh
karenanya, kedua ilmu ini sama pentingnya demi mengetahui dapat
diterimanya sebuah hadits dilihat dari sanad sebuah hadits.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu tarikh ar-ruwwat merupakan ilmu yang membicarakan seputar
sejarah kehidupan para perawi dengan memperhatikan berbagai aspek
yang meliputi periwayatan sebuah hadits. Singkatnya, sejarah merupakan
senjata jitu untuk membuktikan kebenaran di masa yang sudah terlewat,
sama halnya dengan hadits nabi yang sudah terlewat jauh masanya.
Oleh karena itu, ilmu tarikh ar-ruwwat ini disusun oleh ulama terdahulu
karena memandang betapa pentingnya sejarah para perawi itu dibahas
untuk menentukan tersambungnya matan sampai kepada nabi muhammad
saw., tanpa adanya kecacatan di salah satu perawi bahkan di beberapa
perawi.

9
Mukhlis Mukhtar, 2011, “Penelitian Rijal Al-Hadits Sebagai Kegiatan Ijtihad”, JURNAL HUKUM
DIKTUM, Vol. 9, No.2, Juli 2011, h.189
Sekiranya terdapat kekurangan dalam menyajikan materi, kami sebagai
pemakalah meminta maaf sebesar-besarnya. Dan jika terdapat kebenaran
tidak lain berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala.

DAFTAR PUSTAKA
Syekh Muhammad Ma’sum, 1933, Amtsilah At-Tashrifiyyah, (Kudus : Maktabah
Syaikh Salim bin Sa’d Nabhan)
Drs. Sohari, 1997, “URGENSI ILMU RIJAL AL-HADITS”, Jurnal AL
QALAM, No. 68/XIII/1997
Fatchur Rahman, 1985, “ikhtisar mushthalahul hadits”, Bandung: PT. Al-
Ma’arif.
Agus Solahuddin & Agus suyadi, 2009, “Ulumul Hadits”, Bandung, Pustaka
Setia, cet I
Nuruddin Itr, Manhaj al-naqd fi ‘Ulum al-Hadis, diterjemahkan oleh Mujiyo
dengan judul ‘Ulum al-hadis, 1994, Juz I (Cet. I; Bandung: Remaja
Rosdakarya)
M. Syuhudi Ismail, 1988, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Cet. I; Jakarta: Bulan
Bintang).
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz I (Baerut: Dar al-Fikr)
Mukhlis Mukhtar, 2011, “Penelitian Rijal Al-Hadits Sebagai Kegiatan Ijtihad”,
JURNAL HUKUM DIKTUM, Vol. 9, No.2, Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai