Anda di halaman 1dari 13

Pemikiran Kalam Khawarij

Disusun Oleh: Satya Fattah Ibrahim Zahiri Pajri Sidik Fitri Wahyuni Yusuf Dwinata

IAIN RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM 2010 - 2011

LATAR BELAKANG MASALAH

Kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ketegangan antara Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi perang Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Muawaiyah, pasukan Ali terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali yang disebut Syiah dan kelompok lain men olak sikap Ali yang disebut Khawarij. Maka, pada makalah ini akan dibahas persoalan kalam pada kalangan Khawarij dari pengertian, latar belakang kemunculannya, doktrin-doktrinnya dan perkembangannya.

PEMBAHASAN

1.

Pengertian Khawarij

Secara bahasa kata khawarij berarti orang-orang yang telah keluar. Kata ini dipergunakan oleh kalangan Islam untuk menyebut sekelompok orang yang keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib r.a. karena kekecewaan mereka terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dari kelompok Muawiyyah yang dikomandoi oleh Amr ibn Ash dalam Perang Shiffin ( 37H / 657 ). Jadi, nama khawarij bukanlah berasal dari kelompok ini. Mereka sendiri lebih suka menamakan diri dengan Syurah atau para penjual, yaitu orang-orang yang menjual (mengorbankan) jiwa raga mereka demi keridhaan Allah, sesuai dengan firman Allah QS. Al-Baqarah : 207. Selain itu, ada juga istilah lain yang dipredikatkan kepada mereka, seperti Haruriah, yang dinisbatkan pada nama desa di Kufah, yaitu Harura, dan Muhakkimah, karena seringnya kelompok ini mendasarkan diri pada kalimat la hukma illa lillah (tidak ada hukum selain hukum Allah), atau la hakama illa Allah (tidak ada pengantara selain Allah). Secara historis Khawarij adalah Firqah Bathil yang pertama muncul dalam Islam sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Fatawa, Bidah yang pertama muncul dalam Islam adalah bidah Khawarij. Kemudian hadits-hadits yang berkaitan dengan firaq dan sanadnya benar adalah hadits-hadits yang berkaitan dengan Khawarij sedang yang berkaitan dcngan Mutazilah dan Syiah atau yang lainnya hanya terdapat dalam Atsar Sahabat atau hadits lemah, ini menunjukkan begitu besarnya tingkat bahaya Khawarij dan fenomenanya yang sudah ada pada masa Rasulullah saw. Di samping itu Khawarij masih ada sampai sekarang baik secara nama maupun sebutan (laqob), secara nama masih terdapat di daerah Oman dan Afrika Utara sedangkan secara laqob berada di mana-mana. Hal seperti inilah yang membuat pembahasan tcntang
3

firqah Khawarij begitu sangat pentingnya apalagi buku-buku yang membahas masalah ini masih sangat sedikit, apalagi Rasulullah SAW menyuruh kita agar berhati-hati terhadap firqah ini.

2.

Latar Belakang Kemunculannya

Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Ini yang mendasari syahrastani untuk menyebut khawarij terhadap orang yang memberontak iman yang sah. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat islam. Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam Perang Siffin pada tahun 37 H/648 M, dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah. Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada di pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang telah dibaiat mayoritas umat islam, sementara Muawiyah berada di pihak yang salah karena memberontak khalifah yang sah. Lagi pula berdasarkan estimasi khawarij, pihak Ali hamper memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi karena ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyah, kemenangan yang hampir diraih itu menjadi raib. Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai kelompok Muawiyah sehingga ia bermaksud untuk menolak permintaan itu. Namun, karena desakan sebagian dari pengikutnya, terutama ahli qurra seperti Al-Asyats bin Qais, Mas ud bin Fudaki At Tamini, dan Zaid bin Husein Ath-Thai, dengan sangat terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukannya) untuk menghentikan peperangan. Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah bin Abbas sebgai delegasi juru damai (hakam)nya, tetapi orang-orang Khawarij menolaknya. Mereka beralasan bahwa Abdullah bin Abbas berasal dari kelompok Ali sendiri. Kemudian mereka mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-Asyari dengan harapan dpat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah. Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalaifah oleh utusannya, dan

mengangkat Muawiyah menjadi khalifah pengganti Ali sangat mengecewakan orang-orang Khawarij. Mereka membelot dan mengatakan, mengapa kalian berhukum kepada manusia. Tidak ada hukum selain hukum yang ada di sisi Allah. Imam Ali menjawab, itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka artikan dengan keliru. Pada saat itu juga orang-orang khawarij keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura. Itulah sebabnya Khawarij disebut juga dengan nama Hururiah. Kadang-kadang mereka disebut dengan syurah dan AlMariqah. Dengan arahan Abdullah Al-Kiwa, mereka sampai di harura. Di harura, kelompok khawarij ini melanjutkan perlawanan kepada Muawiyah dan juga kepada Ali. Mereka mengangkat seorang pemimpin yang bernama Abdullah bin Shahab ArRasyibi. 3. Doktrin-doktrin Khawarij Di antara doktrin-doktrin pokok Khawarij adalah berikut ini: a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam, b. Khalifh tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah memenuhi syarat, c. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat Islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau melakukan kezaliman, d. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Utsman r.a. dianggap telah menyeleweng, e. Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), ia dianggap telah menyeleweng, f. Muawiyah dn Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asyari juga dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir, g. Pasukan perang Jamal yang melawan Ali juga Kafir, h. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh. Yang sangat anarkis (kacau) lagi, mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah menjadi kafir dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula, i. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar-al harb (Negara musuh), sedang golongan mereka sendiri dianggap berada dalam dar-al-islam (Negara Islam),
5

j. k.

Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng, Adanya waad dan waid (orang yang baik harus masuk surge sedangkan orang yang jahat harus masuk kedalam neraka), l. Amar maruf nahi mungkar, m. Memalingkan ayat-ayat Al-Quran yang tampak mutasahibat (samar), n. Quran adalah makhluk, o. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan. Bila dianalilis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan kaum Khawarij dapat dikategorikan dalam tiga kategori: polotik, teologi dan sosial. Dari poin a sampai poin g dikategorikan sebagai doktrin politik sebab membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala Negara (khilafah). Melihat pengertian politik secara praktis-yakni kemahiran bernegara, atau kemahiran berupaya menyelidiki manusia dalam memperoleh kekuasaan, atau kemahiran latar belakang, motivasi dan hasrat mengapa manusia ingin memperoleh kekuasaan-Khawarij dpat dikatakan sebagai sebuah partai politik. Politik juga merupakan doktrin sentral Khawarij yang timbul sebagai reaksi terhadap keberadaan Muawiyah yang secara teoretis tidak pantas memimpin Negara, karena ia seorang tulaqa. Kebencian ini bertambah dengan kenyataan bahwa keislaman Muawiyah belum lama. Doktrin teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas langsung dari doktrin sentralnya, yakni doktrin politik. Radikalitas itu sangat dipengaruhi oleh sisi budaya mereka yang juga radikal serta asal-usul mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir tandus. Hal itu memyebabkan watak dan pola pikrinya menjadi keras, berani, tidak bergantung pada orang lain dan bebas. Namun mereka fanatik dalam menjalankan agama. Orang-orang yang mempunyai prinsip khawarij ini sering menggunakan cara kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Sejarah mencatat bahwa kekerasan pernah memegang peranan penting. Doktrin-doktrin selanjutnya yakni poin i sampai o, dapat dikategorikan sebagai doktrin teologis social. Doktrin ini memperlihatkan kesalehan asli kelompok Khawarij sehingga sebagian pengamat menganggap doktrin ini lebih mirip dengan doktrin Mutazilah, meskipun kebenarannya adanya doktrin ini dalam wacana kelompok Khawarij patut dikaji lebih mendalam.

Dapat diasumsikan bahwa orang-orang yang keras dalam pelaksanaan ajaran agama, sebagaimana dilakukan kelompok Khawarij, cenderung berwatak tekstualis/skriptualis sehingga menjadi fundamentalias. Kesan skripturalis dan fundamentalis itu tidak Nampak pada doktrin-doktrin khawarij pada poin j sampai o. Namun, bila doktrin teologis-sosial ini benar-benar merupakan doktrin khawarij, dapat diprediksikan bahwa kelompok Khawarij pada dasarnya merupakan orang-orang baik. Hanya saja, keberadaan mereka sebagai kelompok minoritas penganut garis keras, yang aspirasinya dikucilkan dan diabaikan penguasa, ditambah oleh pola pikirnya yang simplitis, telah menjadikan mereka bersikap ekstrim. 4. Perkembangan, tokoh dan subsekte Khawarij Sebagaimana telah dikemukakan, khawarij telah menjadikan imamah-khilafah (politik) sebagai doktrin sentral yang memicu timbulnya doktrin-doktrin teologis lainnya. Radikalitas yang melekat pada watak dan perbuatan kelompok Khawarij menyebabkan mereka sangat rentan pada perpecahan, baik secara internal kaumKhawarij sendiri, maupun secara eksternal dengan sesama kelompok islam lainnya. Para pengamat berbeda pendapat tentang jumlah sekte yang terbentuk akibat perpecahan yang terjadi dalam tubuh Khawarij. Al-bagdadi mengatakan bahwa sekte ini telah terpecah menjadi 18 subsekte. Adapun , Al- Asfarayani, seperti dikutip Bagdadi mengatakan baha sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte. Terlepas dari berapa banyak subsekte pecahan Khawarij, tokoh-tokoh yang disebutkan diatas sepakat bahwa subsekte Khawarij yang besar terdiri dari delapan macam, yaitu: a. Al-Muhakkimat b. Al-Azriqah c. An-Nadjat d. Al-Baihasiyah e. Al-Ajaridah f. As-Saalabiyah g. Al-Abadiyah h. As-Sufriyah Semua subsekte itu membicarakan persoalan hukum bagi orang yang berbuat dosa besar, apakah ia masih dianggap mukmin atau telah menjadi kafir. Tampaknya doktrin teologi ini tetap menadi primadona dalam pemikiran mereka, sedangkan doktrin-doktrin lain hanya pelengkap saja. Sayangnya, pemikiran subsekte ini lebih bersifat praktis daripada teoretis, sehingga criteria mukmin
7

atau kafirnya seseorang menjadi tidak jelas. Hal ini menyebabkan dalam kondisi tertentu seseorang dapat disebut mukmin dan pada waktu yang bersamaan disebut juga kafir. Tindkan kelompok khawarij ini merisauakan hati umat Islam saat itu sebab, dengan cap kafir yang diberikan salah satu subsekte tertentu Khawarij, jiwa seseorang harus melayang, meskipun oleh subsekte lain ia masih dikategorikan mukmin. Bahkan, dikatakan bahwa jiwa seseorang Yahudi atau Majusi masih lebih berharga dibandingkan dengan jiwa seorang mukmin. Kendatipun demikian, ada sekte Khawarij yang agak lunak, yaitu sekte Nadjiyat dan Ibadiyah. Keduanya membedakan antara kafir nikmat dan kafir agama. Kafir nikmat hanya melakukan dosa dan tidak berterima kasih kepada Allah. Orang semacam ini, tidak perlu dikucilkan dari masyarakat. Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut, dikategorikan sebagai aliran Khawarij, selama didalamnya terdapat indikasi doktrin yang identik dengan aliran ini. Berkenaan dengan persoalan ini Harun nasution mengidentifikasikan beberapa indikasi aliran yang dapat dikategorikan sebagai aliran Khawarij sebagai berikut: a. Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka walaupun orang itu adalah penganut agama islam. b. Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan amalkan, sedangkan islam sebagaimana yang dipahami dan diamalkan golongan lain tidak benar. c. Orang-orang islam yang tersebut dan menjadi kafir perlu dibawa kembali ke islam yang sebenarnya, yaitu islam yang seperti mereka pahami dan amalkan. d. Karena pemerintah dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat, maka mereka memilih imam dari golongan mereka sendiri, yakni imam dalam arti pemuka agama dan pemuka pemerintahan. e. Mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan serta membunuh untuk mencapai tujuan mereka.

Adapun beberapa ciri khas dari Sifat-sifat Khawarij yaitu: 1) Mencela dan Menyesatkan Orang-orang Khawarij sangat mudah mencela dan menganggap sesat Muslim lain, bahkan Rasul saw. sendiri dianggap tidak adil dalam pembagian ghanimah. Kalau terhadap Rasul sebagai pemimpin umat berani berkata sekasar itu, apalagi terhadap Muslim yang lainnya, tentu dengan mudahnya mereka menganggap kafir. Mereka mengkafirkan Ali, Muawiyah, dan sahabat yang lain. Fenomena ini sekarang banyak bermunculan. Efek dari mudahnya mereka saling mengkafirkan adalah kelompok mereka mudah pecah disebabkan kesalahan kecil yang mereka perbuat. 2) Buruk Sangka Fenomena sejarah membuktikan bahwa orang-orang Khawarij adalah kaum yang paling mudah berburuk sangka. Mereka berburuk sangka kepada Rasulullah saw. bahwa beliau tidak adil dalam pembagian ghanimah, bahkan menuduh Rasulullah saw. tidak mencari ridha Allah. Mereka tidak cukup sabar menanyakan cara dan tujuan Rasulullah saw. melebihkan pembesar-pembesar dibanding yang lainnya. Padahal itu dilakukan Rasulullah saw. dalam rangka dakwah dan taliful qulub. Mereka juga menuduh Utsman sebagai nepotis dan menuduh Ali tidak mempunyai visi kepemimpinan yang jelas. 3) Berlebih-lebihan dalam ibadah Ini dibuktikan oleh kesaksian Ibnu Abbas. Mereka adalah orang yang sangat sederhana, pakaian mereka sampai terlihat serat-seratnya karena cuma satu dan sering dicuci, muka mereka pucat karena jarang tidur malam, jidat mereka hitam karena lama dalam sujud, tangan dan kaki mereka kapalan. Mereka disebut qurokarena bacaan Al-Qurannya bagus dan lama. Bahkan Rasulullah saw. sendiri membandingkan ibadah orang-orang Khawarij dengan sahabat yang lainnya, termasuk Umar bin Khattab, masih tidak ada apa-apanya, apalagi kalau dibandingkan dengan kita. Ini menunjukkan betapa sangat berlebih-lebihannya ibadah mereka. Karena itu mereka menganggap ibadah kaum yang lain belum ada apa-apanya. 4) Keras terhadap sesama Muslim dan memudahkan yang lainnya Hadits Rasulullah saw. menyebutkan bahwa mereka mudah membunuh orang Islam, tetapi membiarkan penyembah berhala. Ibnu Abdil Bar meriwayatkan,

Ketika Abdullah bin Habbab bin Al-Art berjalan dengan isterinya bertemu dengan orang Khawarij dan mereka meminta kepada Abdullah untuk menyampaikan hadits-hadits yang didengar dari Rasulullah saw., kemudian Abdullah menyampaikan hadits tentang terjadinya fitnah, Yang duduk pada waktu itu lebih baik dari yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari yang berjalan. Mereka bertanya, Apakah Anda mendengar ini dari Rasulullah? Ya, jawab Abdullah. Maka serta-merta mereka langsung memenggal Abdullah. Dan isterinya dibunuh dengan mengeluarkan janin dari perutnya. Di sisi lain tatkala mereka di kebun kurma dan ada satu biji kurma yang jatuh kemudian salah seorang dari mereka memakannya, tetapi setelah yang lain mengingatkan bahwa kurma itu bukan miliknya, langsung saja orang itu memuntahkan kurma yang dimakannya. Dan ketika mereka di Kuffah melihat babi langsung mereka bunuh, tapi setelah diingatkan bahwa babi itu milik orang kafir ahli dzimmah, langsung saja yang membunuh babi tadi mencari orang yang mempunyai babi tersebut, meminta maaf dan membayar tebusan. 5) Sedikit pengalamannya Hal ini digambarkan dalam hadits bahwa orang-orang Khawarij umurnya masih muda-muda yang hanya mempunyai bekal semangat. 6) Sedikit pemahamannya Disebutkan dalam hadits dengan sebutan Sufahaa-ul ahlaam (orang bodoh), berdakwah pada manusia untuk mengamalkan Al-Quran dan kembali padanya, tetapi mereka sendiri tidak mengamalkannya dan tidak memahaminya. Merasa bahwa Al-Quran akan menolongnya di akhirat, padahal sebaliknya akan membahayakannya. 7) Nilai Khawarij Orang-orang Khawarij keluar dari Islam sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw., Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari busurnya. 8) Fenomena Khawarij Mereka akan senantiasa ada sampai hari kiamat. Mereka akan senantiasa keluar sampai yang terakhir keluar bersama Al-Masih Ad-Dajjal

10

9) Kedudukan Khawarij Kedudukan mereka sangat rendah. Di dunia disebut sebagai seburuk-buruk makhluk dan di akhirat disebut sebagai anjing neraka. 10) Sikap terhadap Khawarij Rasulullah saw. menyuruh kita untuk membunuh jika menjumpai mereka.Jika engkau bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka.

11

KESIMPULAN
khawarij adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam Perang Siffin pada tahun 37 H/648 M, dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah. Radikalitas Kaum Khawarij sangat dipengaruhi oleh sisi budaya mereka yang juga radikal serta asal-usul mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir tandus. Hal itu memyebabkan watak dan pola pikrinya menjadi keras, berani, tidak bergantung pada orang lain dan bebas. Harun nasution mengidentifikasikan beberapa indikasi aliran yang dapat dikategorikan sebagai aliran Khawarij sebagai berikut: 1) Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka walaupun orang itu adalah penganut agama islam. 2) Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan amalkan, sedangkan islam sebagaimana yang dipahami dan diamalkan golongan lain tidak benar. 3) Orang-orang islam yang tersebut dan menjadi kafir perlu dibawa kembali ke islam yang sebenarnya, yaitu islam yang seperti mereka pahami dan amalkan. 4) Karena pemerintah dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat, maka mereka memilih imam dari golongan mereka sendiri. 5) Mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan serta membunuh untuk mencapai tujuan mereka.

12

DAFTAR PUSTAKA

http://masmashum.blogspot.com/2010/10/pemikiran-ilmu-kalam-kaumkhawarij.html Anwar, Rosihon & Rozak Abdul. 2006. Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung, Pustaka Setia.

13

Anda mungkin juga menyukai