MAKALAH
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas
Mata Kuliah Madzahib At Tafsir pada semester VII
Dosen : Drs. H. Hamid Shiddiq, M.Pd
Disusun oleh :
Nama
NIM
: Hendera Sasliharja S.
: 15.01.0842
Fakultas Ushuluddin
Program Studi Ilmu Al-Quran Dan Tafsir
Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam Bandung
Bandung 2017 M/ 1438 H
Abstrak
Ilmu Tafsir sangat diperlukan untuk memahami al-Quran, ilmu ini muncul dan lahir
sejak wahyu diturunkan, maka oleh sebab itu Rasulullah SAW disebut sebagai penafsir
pertama, dan diikuti oleh Sahabat, Tabiin sampai pada ulama-ulama kontemporer saat
ini, namun dalam perjalan yang panjang ini pengrusakan-pengrusakan penafsiran terus
terjadi yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam, dengan memalingkan penafsiran
tersebut kepada tafsiran yang sesuai dengan nafsunya dan pesan-pesan sponsor lainnya
untuk memperkuat eksistensi mazhab nya. Fenomena ini sudah terjadi pada saat
peradaban Islam di guncang oleh peristiwa pahit atau popular dengan sebutan al-fitnat
al-kubra seperti terbunuhnya Khalifah Usman, hingga terjadinya peristiwa Arbitrase
atau Tahkim yang berakhit dengan terbaginya ummat Islam kepada beberap sekte atau
firaq, salah satunya adalah al-Khawarij, al-khawarij merupakan sekte yang menyimpang
dari pemahaman Islam yang sudah jelas dan mutlak kebenarannya.
A. Pendahuluan
Berbicara tentang sekte al-Khawarij dan hubungannya dengan penafsiran
al-Quran merupakan bagian dari isu tentang keganjilan yang terjadi di dalam
penafsiran ayat-ayat al-Quran.
Adapun urgensi dari Kajian ini adalah memberikan penjelasan dan tahzir
kepada umat Islam terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari penafsiran yang
dilakukan oleh kelompok khawarij yang hanya berlandaskan kepada teks atau
lafaz ayat semata dan dipengaruhi hawa nafsu dalam menafsirkan ayat-ayat alQuaran
Gharaib yang berisi perkataan dan pendapat yang berhubungan dengan ayat-ayat
al-Quran yang tidak diketahui kebenarannya oleh ahli Tafsir, demikian juga
pernyataan-pernyataannya tidak pantas diikuti dan dipercaya. Setiap orang mesti
berhati-hati dengan setiap penafsiran yang salah dan menyesatkan.
Dalam tulisan singkat ini penulis membatasi kajian kepada hal-hal berikut
ini, mengingat luasnya kajian tentang sekte khawarij :
1. Sejarah munculnya sekte Khawarij dan mazhab-mazhab di dalamnya.
2. Sikap Al-Khawarij terhadap Nabi saw dan para Sahabat
3. Contoh-contoh Penafsiran al-Khawarij
4. Pandangan ulama terhadap golongan al-khawarij berikut dengan
Tafsirannya
Khawarij adalah bentuk jamak dari kharij dan berasal dari akar kata
kharaja yang berarti keluar, Kata keluar bermaksud walk out dari patuh dan
loyal
kepada
pemimpin
atau
Imam
yang
sah,
seorang
khawarij
Khawarij adalah sekelompok kaum yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib, karena mereka tidak setuju dengan upaya Tahkim/ arbitrase, 1 dalam
rangka mencapai perdamaian dalam perang shiffin, keluarnya khawarij dari
barisan Ali ibarat keluarnya anak panah dari busurnya.
1
Arbitrase adalah usaha dalam mewujudkan perdamaian sengketa antara dua orang atau kelompok
yang berikai dan mereka sepakat untuk menunjuk seseorang yang mereka perangi untuk ,menyelesaikan
sengkerta yang terjadi antara mereka, dan keputusan dari kedua pihak harus dipatuhi dan dijalankan, hakim
yang ditunjuk untuk menyelesaikatan sengketa tersebut tidak dari kalangan pemerinta namun kal;angan
swasta (lihat Stria Efendi, M Zein, Arbitrase dalam Syariat Islam, jurnal hokum Islam, No 16 1994, h.53.
Al-Khawarij lahir dari konflik yang terjadi pada masa Ali bin abi Thalib
dengan Muawiyah bin Abi Sofyan, konflik tersebut tidak bias diselesaikan,
peristiwa tersebut berawal dari keinginan Ali sebagai Khalifah yang sah untuk
mereshufle semua gubernur yang diangkat oleh khalifah Usman bin Affan, tetapi
Muawiyyah selaku Gubernur Siria menolak dan tidak mentaati keputusan Ali,
sehingga terjadilah konflik antara keduanya, selanjutnya Muawiyyah menuntut
Ali segera menemukan dan menangkap dan menghukum para pelaku
pembunuhan Usman, maka tidak ada alternative lain bagi Ali bi n Abi thalib
kecuali memerangi Muawiyyah yang dianggapnya sebagai pembangkang.
Sebanyak 50.000 balatentara dipersiapkan Alibin abi thalib berangkat menuju
utara tempat tersebut bernama shifin, dan bertemun dengan pasukan Muawiyyah
yang berjumlah 80.000, peperanganpun meletus, dengan kemenangan dipihah Ali,
melalui juru runding Amr bin Ash Muawiyyah meminta Ali berdamai dan
menghentikan peperangan, kemudian kedua pihak sepakat mengakhiri peperangan
dan selanjutnya melaksanakan perundingan (arbitrase
Dalam pelaksanaannya arbitrase yang dilakukan oleh khalifah Ali bin Abi
Thalib dengan Muawiyyah bin Abi Sofyan di tunjuklah juru bicara masingmasing dari fihak Muawiyyah ditunjuklah Amr ibnu Ash, sementara fihak Ali
menginginkan Abdullah Ibni Abbas, tetapi ditolak oleh pasukannya, sehingga
pilihan suara terbanyak mengarah kepada Abu Musa AL-Asaryi, walaupun
sebenarnya Ali tidak menginginkan Abu Musa al-Asarii
Dari fakta dioatas jelas bagi kita, bahwa dari kedua sosok perunding
tersebut terdapat kepentingan yang bertolak belakang. Amru bin Ash sangat
berkepentingan dalam melanggengkan status quonya, dengan Muawiyyah selain
hubungan keluarga, sementara Abu Musa AL-Asaryi ia tidak memiliki hubungan
darah dengan Ali dan juga tidak ada kepentingan politis, karena ia merupakan
korban dari Ali dalam meresufle gubernur dan digantikan oleh Ammarah ibnu
Syhihab, namun pergantian tersebut ditolak oleh penduduk Kuffah, dan tetap
mempertahankan Abu Musa AL-Asaryi.
Pada saat hasil perundingan yasng telah disetujui itu diumumkan kepada
umat Islam, pada saat Amr bin Ash tampil dalam penyampaian keputusan tersebut
mengeluarkan pernyataan bahwa Muawiyyah ditetapkan sebagai Khalifah,
pernyataan tersebut menimbulkan suasana gaduh dan kerkecewaan dikalangan
umat Islam. iii, dari peristiwa ini jelas bagi kita bahwa Arbitrase bagi Muawiyyah
hanyalah sebuah upaya untuk menghindari kekalahan waktu berperang dan untuk
merebut posisi khalifah, makas keputusan Amr bin Ash tersebut ditolak oleh Ali
karena sudah menyimpang dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW, oleh
karena dia menyatakan dirinya tetap sebagai Khalifah dan Muawiyyah sebagai
pembangkangiv
Keadaan setelah peristiwa tersebut semakin tidak stabil dan menjadikan
umat islam berada dalam ketidak stabilan, sebagian umat menyalahkan Ali
kenapa mau menerima Abitrase bahkan ada juga yang mengkafirkan Ali, namun
ada juga pengikut Ali yang tetap mendukung Ali dan tidak menyalahkannya
sedikitpun, ada juga yang bersikap netral, seja itulah islam tebagi kepada
beberapa sekte.
Artinya :
Dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh
Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir.
Berdasarkan ayat ini, maka mereka menjatuhkan vonis kepada Ali bin Abi
Thalib,
Muawiyyah bin Abi Sufyan, Abu Musa al-Asaryi dan Amr bi Ash
Walaupun secara fisik khawarij hilang dari peta umat islam saat ini,
namun pada hakikatnya secara doctrinal justru dia tetap hidup dan dipakai pada
faham-faham keagamaan yang saat ini berkembang.
Sebagai contoh, kita bisa lihat, bahwa sesungguhnya mayoritas kalangan mazhabmazhab dari sekte al-Khawarij ini setuju bahawa pelaku dosa besar disebut
kafir dan mereka kekal di dalam neraka Jahannam, pendapat ini merupakan
pendapat dan prinsip umum dari al-Khawarij, dan semua mazhab tunduk dibawah
prinsip ini dan tidak akan pernah berubahxi
Artinya :
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi
orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah,
barangsiapa mengingkari kewajiban haji, sesungguhnya Allah maha kaya
dari semesta alam
Ayat ini mereka simpulkan bahwa orang yang meninggalkan kewajiban
haji masuk kepada kategori kafir
Artinya :
Barang siapa Yang tidak menghukum menurut apa yang telah diturunkan
oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.
Menurut al-Khawarij, bahwa setiap pelaku dosa/pekerja maksiat, tapa
mempermasalahkan tinggkat syariknya, maka tetap dia menjadi kafir,
karena mereka telah menyimpang dari wahyu Allah swt. Al-khawarij juga
menghukum para pelaku maksiat tersebut sesuai yang tertulis dalam nash
al-Quran tersebut.
3. Firman Allah swt surat al-Taghabun ayat 2 :
Artinya :
Dia lah Yang menciptakan kamu; maka diantara kamu ada yang kafir dan
ada diantara kamu yang beriman; dan Allah Maha melihat apa Yang
kamu kerjakan
Mereka menyimpulkan dari makna zahir ayat ini, menurut mereka tidak
ada kategorisasi fasiq. Menurut al-khawarij manusia terbagi kepada dua
kategori saja yaitu mkmin dan kafir. Manusia berada pada posisi iman dan
kafir, maka oleh karena tidak kategori lain kecuali mukmin dan kafir,
mereka mengatakan bahwa orang yang tidak beriman, otomatis menjadi
kafir, sementara fasiq tidak berada dalam kategori mukmin, maka tetap
menjadi golongan kafir. xii
4. Firman Allah Swt dalam Surat Ali Imran ayat 106 :
Artinya :
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula
muka yang menjadi hitam muram. adapun orang-orang yang telah hitam
muram mukanya, (kepada mereka dikatakan): "kenapa kamu kafir sesudah
kamu beriman? Karena itu rasakan azab disebabkan kekafiran kamu itu".
Al-Khawarij mengatakan :Orang Fasiq tidak termasuk kepada yang putih
wajahnya, dan sudah pasti termasuk yang hitam wajahnya dan wajib
dihukum kafir
Artinya :
Dan adapun orang-orang yang fasik, maka tempat mereka ialah neraka;
setiap kali mereka hendak keluar dari padanya, mereka dikembalikan
kedalamnya, dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka
Yang dahulu kamu mendustakannya".
Berdasarkan ayat ini al-Khawarij menjadikan seseorang itu termasuk
golongan pendusta. Demikian beberapa ayat-ayat al-Quran,. Dijadikan alKhawarij untuk mengklaim para pelaku dosa besar sebagai kafir
berfunsi sebagai Mubayyin, Naakh, Takssis bagi ayat-ayat yang umum atau
sebagai penambah hukum al-Quran. Banyak sekali Hadis-hadis Rasulullah yang
mereka abaikan dan dustakan, bahkan mereka berusaha memalsukannya, seperti
yang terjadi dalam hadis :
"
Abdurrahman al-Mahdi : al-Zanadiqah dan al-Khawarij telah memalsukan
Hadis ini menjadi :."
...
""
Artinya : Tidak ada wasiat bagi ahli waris
Artinya :
Diwajibkan atas Kamu , apabila seseorang diantara kamu hampir mati, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk ibu bapak dan karib
kerabatnya
secara baik (ini adalah kewajiban), atas orang-orang Yang
bertaqwa.
Menurut mereka ibu dan bapak dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh
dihalangi untuk mendapatkan wasiat, Menurut mereka riwayat/hadis ini salah dan
bertentangan dengan al-Quranxiii
Tafsir Abdurrahman Bin Rustam al-Farisi sudah tidak ditemukan lagi pada
masa sekarang ini, sementara Tafsir Hiwad bin Muhkam al-Hawari masih
dijimpai dan dipopulerkan oleh mazhab Ibadhiyyah di negeri Magribi, saat ini dan
dicetak sebanyak empat jilid, jilid pertama dimulai dari surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat al-Anam, adapun jilid ke-4 diawali dari surat al-Zumar dan
berakhir pada akhir surat al-Quran (Surat al-Nas)
Adapun tafsir Abi Yaqub, Yusuf bin Ibrahim al-Warjalani juga tidak
ditemukan lagi pada saat sekarang, tafsir ini merupakan kitab tafsir yang terbaik
disbanding kitan tafsir yang lainnya dari sudut pembahasan, tahqiq dan irabnya.
Sementara tafsir Dai al-Amal li yaum al Amal, oleh Syaikh Muhammad Yusuf
Itfis, belum selesai penyusunannya karena pengarang berazam untuk menjadikan
Tafsir ini menjadi 30 juz, tetapi karena pengarang disibukkan dengan mengarang
kitab tafsir Himyan al-Zaadi il Dar al-Miad, tafsir Himyam ini masih ditemukan
pada saat sekarang dan berjumlah 13 jilid, dan naskah tafsir ini dapat dijumpai di
Dar al-Kuttub di Mesir, dan yang terakhir adalah kitab tafsir Taisir Tafsir dicetak
sebanyak tujuh jilid dan dapat dijumpai di Dar al-Kuttub di Mesir.
disibukkan
dengan
peperangan
sehingga
dengan
berpoegang
teguh
kepada
iman,
dan
mereka
juga
G. Kesimpulan
Sekte al-Khawarij mempunyai beberapa mazhab dan masing-masing
mazhab memiliki pegangan dan prinsip tersendiri. Namun mereka para Imamimam mazhab sepakat dengan satu prinsip utama mereka yaitu Mengkafirkan
sahabat Nabi saw saidina Ali bin abi Thalib ra, Saidina Usman bin affan ra,
Muawiyyah bin Abu sufyan ra, Amru bi ash ra, dan semua yang terlibat dalam
proses arbitrase atau tahkim, sampai kepada kelompok pelaku dosa yang diluar alKhawarij juga divonis Kafir
Ahmad Syalabi, Tarekh al-Islam wa al-hadharah al-Islamiyyah, Juz 1, Mesir, Maktabah al-Nahdhah alMisriyyah, 1975, h.302
ii
M.Jamaludin Surur, Al-Hidayah al-Siyasah fi al-Daulah al-Arabiyyah al-Islamiyyah, Kairo, Darel Fikri
al-Arabi, 1975, h,69
iii
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, jilid 1, Jakarta, UI Presss, 1985. h.94
iv
vi
Yayasan Dakwah Islamiayah Malaysia, Ensiklopedi Islam Pelajar, Penerbit Era Visi Publications Sdb
Bhd, h. 95
vii
Muhammad Husain al-dzahabi, Al-Ittihad al-Munhariffah fi Tafsir al-Quran al-Karim, Darul Ihya al
Turats al-Arabi, Beirut, tt, h. 165.
viii
Nuruzzaman Shidqi, Syiah dan Khawarij dalam Prespektif Sejarah, Yogyakarta, PLP2M, 1985, h. 76.
ix
Muhammad Husain Al-Zahabi, al-Taafsir wa al-Mufassirun, Maktabah wahbah, Kairo, Juz 2, h.229
xi
xii
Ibid, h.22
xiii
xiv
Ibid, h. 231
Ibid, h. 234