Anda di halaman 1dari 15

AKHLAK DAN TASAWUF

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


“ Disekitar Pengertian Akhlak “
DOSEN PENGAMPU :Hj IDA FIRDAUS,M.Pd.I

Disusun Oleh :

Elvin Rensi Wijaya : 2031080224

FAKULTAS USHULUDDIN & STUDI AGAMA

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Akhlak Tasawuf :
DISEKITAR PENGERTIAN AKHLAK kaitannya dengan perkembangan Akhlak
pada kepribadian individu makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi.

Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Bandar Lampung, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................

1.2 Rumus Masalah.................................................................................................

1.3 Tujuan................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Difinisi Akhlak..................................................................................................

2.2Pokok-Pokok Persoalan Akhlak.........................................................................

2.3 Hubungan Akhlak Dengan Ilmu-Ilmu Yang Lain.............................................

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kita mengetahui bahwa dalam era globalisasi ini banyak pemuda yang sudah
kehilangan akhlakulkarimahnya sehingga perlu pemahaman dan pembelajaran
untuk mengkaji akhlak dan tasawuf.

Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan duniawi, sehingga tercermin ahlak
yang mulia dan dekat dengan Allah Swt. Inilah hakikat tasawuf itu sendiri.

Tasawuf  bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari


Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran.
Bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju
kontek komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara manusia perlu mengasingkan dirinya. Keberadaannya yang
dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu dengan Tuhan) demikian
menjadi inti persoalan “sufisme” baik pada agama Islam maupun diluarnya.

1.2 Rumus masalah

1. Apa pengertian akhlak?


2. Bagaimana pokok persoalan akhlak?
3. Bagaimana hubungan akhlak dengan ilmu lainnya?
4. Apa saja manfaat mempelajari akhlak?

1.3 Tujuan

Tujuann di buat makalah ini ialah agar mahasiswa dapat mempelajari sejarah
tentang "Disekitar Pengertian Akhlak " secara ringkas dan mudah di pahami,dan
sekaligus mempelajari tentang sejarah

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Difinisi Akhlak

Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang
manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya
suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau
kelakuan. Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu
Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan
baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus
dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan
baik, atau hanya sewaktu-waktu saja.

Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh
motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran
apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai
keterpaksaan untuk berbuat.

Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari


akhlak.Dalam Encyclopedia Brittanica akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang
mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai
baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan
dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat
moral.

Pengertian Akhlak Menurut Para Ahli Dalam ISLAM


 Menurut Ibnu Maskawaih :

Menurutnya akhlak ialah “hal li nnafsi daa’iyatun lahaa ila af’aaliha min ghoiri
fikrin walaa ruwiyatin” yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.

 Menurut Abu Hamid Al Ghazali :

Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan
dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.

 Menurut Ahmad bin Mushthafa :

Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis


keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara tiga
kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau nafsu.

 Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani :

Akhlak merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam
diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
ringan tanpa berpikir dan direnungkan.

2.2 POKOK PERSOALAN AKHLAK


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia
sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan
perilakunya, baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk
individual dan social.

Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia


atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan adanya kecendrungan
menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah
nilai material. Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan
nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan
mengendalikan akhlak manusia.

Manusia pasti kehilangan kendali dan salah arah bila nilai-nilai spiritual
di tinggalkan, sehingga mudah terjerumus ke berbagai penyelewengan dan
kerusakan akhlak, misalnya melakukan perampasan hak-hak orang lain,
penyelewengan seksual dan pembunuhan.

Nilai-nila spiritual yang dimaksudkan dalam islam adalah ajaran agama


yang berwujud perintah, larangan dan anjuran. Yang kesemuanya berfungsi untuk
membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta
anggota masyarakat.

Mengejar nilai-nilai materi saja, tidak bias dijadikan sarana untuk


mencapai kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana yang
hebat, karena orientasi hidup manusia semakin tidak mempedulikan kepentingan
orang lain, asalkan materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainya, akhirnya
timbul persaingan yang tidak seha. Sementara manusia tidak memerlukan lagi
agama untuk mengendalikan segala perbuatannya, karena dianggapnya tidak dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan hidupnya.

Persaingan hidup yang tidak sehat, menimbulkan sikap tamak (rakus),


yang sebenarnya merupakan salah satu wujud ketegangan jiwa (stress), sehingga
Imam Al-Ghazali menyebutnya sebagai istilah (sebagai gejala penyakit jiwa), yang
penanggulangannya tidak lain, kecuali menanamkan pada diri kita sikap
kesederhanaan dan perasaan kecukupan, dan besar kemungkinan orang yang
terlalu mengejar nilai materi, membuat dirinya kikir, yang penanggulangannya
tidak lain, kecuali sikap pemurah.

Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam,


yaitu:

1. Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang


mengendalikan nafsunya.
2. Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bias
meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya.
3. Keburukan akhlak yang dilakukan seseorang, karena pengertian baik
baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik
4. Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarkat pada umumnya,
sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya,kecuali
hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi.

Menurut Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan ketiga
masih bisa dididik dengan baik, sedangkan tingkatan keempat, sama sekali tidak
bias dipulihkan kembali. Karena itu, agama islam membolehkannya untuk
memberikan hukuman mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat
umum. Sebab kalau dibiarkan hidup, besar kemungkinannya akan melakukan lagi
hal-hal yang mengorbankan orang banyak.

Banyak sekali petunjuk dalam agama yang dapat dijadikan sarana untuk
memperbaiki akhlak manusia, antara lain anjuran untuk selalu bertobat, bersabar,
bersyukur, bertawakal, mencintai orang lain, mengasihani serta menolongnya.
Anjuran-anjuran itu sering didapatkan dalam ayat-ayat akhlak, sebagai nasihat bagi
orang-orang yang sering melakukan perbuatan buruk. Ini terbukti bahwa akhlak
buruk dapat dididik menjadi baik, kecuali tingkatan akhlak buruk yang keempat
tadi.Secara normative, pendidikan akhlak sudah ada dalam Al-Quran dan Hadis,
tinggal kita merumuskannya secara operasional, sehingga dapat diterapkan pada
peserta didik, baik yang menyangkut perkembangan anak manusia maupun tempat
dilaksanakannya pendidikan itu.

Mengenai pendidikan akhlak yang diterapkan di masa kanak-kanak, yang dikenal


dengan pendidikan anak dibawah umur 0-5 tahun atau infancy, tentu saja berbeda
dengan pendidikan anak umur 6-12 tahun atau late childrod, dan umur 13-18 tahun
2.3 Hubungan Akhlak Dengan Ilmu-Ilmu Yang Lain

 Pengetian Ilmu Akhlak

Ilmu akhlak, adalah segala macam ilmu yang ada kaitannya dengan akhlak”.
Dalam pengertian seperti itu, maka daya jangkauannya menjadi luas sekali,
termasuklah kedalamnya antara lain ilmu jiwa ( psychology ), ilmu logika ( ilmu
manthiq ), ilmu sosiologi, ilmu aestetika ( terminologo ), maka ada pula beberapa
devinisi.

Menurut Al-Mas’udi dalam bukunya “Taisirul khallaq fieilmiah” dirumuskan,


bahwa ilmu akhlak:” qaidah-qaiadah yang dipergunakan untuk mengetahui
kebaikan hati dan panca indra “[1]. Sedang Al-Bustamy merumuskan sebagai:”
ilmu mengenai keutamaan dan cara memperolehnya serta mencelupkannya
kedalam pribadi, kenistaan dan acara-cara menghindarinya.[2]

Ahmad Amin mendefinisikan ilmu Akhlaq sebagai berikut:”ilmu Akhlaq ialah:


ilmu yang menjelaskan apa yang sepatutnya diperbuat sebagian orang kepada
lainnya dalam pergaulan, menjelaskan tujuan yang sepatutnya dituju manusia
menunjukan jalan apa yang selayaknya diperbuat”.

Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu Tauhid dapai dilhat dari analis berikut ini
diantaranya :

1. Dilihat dari segi obyek pembahasannya yaitu menguraikan masalah Tuhan


baik dari segi zat,sifat dan perbuatannya, dengan demikian Ilmu Tauhid akan
mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan keihlasan itu merupakan
salah satu akhlak mulia.

2. Dilihat dari fungsinya, ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang


bertauhid tidak hanya cukup menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-
dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru
dan menyontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman itu. Dengan
demikian beriman kepada rukun iman yang enam itu akan memberi pengaruh
terhadap pembentukan akhlak mulia.
Jadi jelas bahwa ilmu tauhid sangat erat kaitannya dengan pembinaan akhlak yang
mulia. Dengan demikian dalam rangka pengembangan Ilmu akhlak, bahan-
bahannya dapat digali dari ajaran tauhid dan keimanan tersebut.

 Hubungan ilmu Akhlak dengan logika ( ilmu manthiq )

Ilmu manthiq ( logic ) aadalah pengetahuan yang menggariskan qaidah-qaidah dan


umdang-undang berpikir, sehingga terpelihara manusia dalam berfikir. Jelasnya
ilmu manthiq itu untuk membersikan jiwa dan memperhalusnya supaya dapat
berfikir secara baik, mendidik pikiran dan menjaganya agar terhindar dari
kekeliruan dalam membuat suatu hukum yang didasarkan kepada pikiran.

Kalau dipandang ilmu manthiq sebagai alat penimbang mengotrol dan neneriksa
sesuatu yang berasal dari pikiran, maka dia kuat sekali ikatannya dengan ilmu
akhlak dari dua segi:

1. Ilmu manthik dan ilmu akhlak, masing-masing bertugas sebagai


penimbang sesuatu. Kalau ilmu akhlak merumuskan aturan-aturan di
mana manusia harus berprilaku sesuai dengan aturan itu, maka ilmu
manthiq merumuskan aturan-aturan dimana manusia harus berpikir
sesuai dengan aturan yang telah dirumuskan itu.

2. Ilmu manthiq dan ilmu akhlak keduanya membahas dan meneliti manusia
dari segi yang bersifat kejiwaan, dengan catatan, ilmu akhlak menyorot
manusia dari segi tingkah lakunya sedang ilmu manthiq menyorot dari
segi hasil pikirannya.

Oleh karena itu ilmu manthiq sebagai kunci untuk mengerti filsafat, dalam
pengertian, orang yang tidak memahami ilmu manthiq tidak akan bisa memahami
filsafat. Ilmu akhlak disebut juga dengan filsafat akhlak, maka orang tidak akan
mengerti filsafat akhlak bila tidak mengerti manthiq. Dari uraian diatas dapat
disimpulakan bahwa terarah dan baik atau tidak sesuai prilaku sangat tergantung
dan dipengaruhi kepada baik tidaknya dalam berfikir.
 Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu aestetika ( ilmu jamal )

Ilmu Aestetika, adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang manusia dari
aspek kelazatan-kelazatan yang ditimbulkan oleh sesuatu pemandangan yang indah
dalam diri manusia.

Kebanyakan ahli ilmu mengatakan, sangat erat hubungan antara ilmu akhlak
dengan ilmu aestetika, tak obahnya laksana hubungan antara paman dengan
keponakannya di mana diatasnya bertemu pada satu nasab atau keturunan. Hanya
saja kalau ilmu akhlak yang menjadi sasarannya dari segi segi perilaku ( suluk )
maka ilmu aetetika sasarannya dari segi kelezatan yang obyeknya tetap sama taitu
diri manusia.

Allah menyuruh manusia memperhatikan pergantian malam dengan siang dan


sesuatu yang diciptakan Allah, baik yang dilangit dan dibumi. Hal ini merupakan
sebab yang paling kuat pengaruh kedalam jiwa yang membawa manusia mudah
ber-iman kepada Allah. Dengan mengamati( taammul ) alam semesta yang begitu
indah dan kuat serta sedemikian rupa teraturnya menjadi tanda bagi orang yang
taqwa.

 Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf

Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol,


karena bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti
shalat, puasa, haji, zikir, dann lain sebagianya, yang semuanya itu dilakukan dalam
rangka mendekatkatkan diri kepada Allah, ibadah yang dilakukan dalam rangka
bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak. Dalam hubungan ini
Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa ibadah dalam islam erat sekali
hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-qur’an dikaitkan dengan
takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-
Nya, yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Inilah yang
dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf nahimunkar, mengajakan orang pada
kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang
bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution lebih lanjut
mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa
kepada paembinaan akhlak mulia dalam diri mereka.
 Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu jiwa ( ilmu-nafs )

Ilmu jiwa suatu ilmu yang menyelidiki bekas-bekas jiwa seseorang seperti:
pengetahuan, perasaan dan kemauannya, dan dalil bekas dan akibatnya mengambil
faidah dari padanya.

Dengan lain perkataan, ilmu jiwa sasarannya meneliti peranan yang dimainkan
dalam perilaku manusia. Karenanya dia meneliti tentang suara hati ( dhamir ),
Kemauan ( iradah ), daya ingatan, hafalan, dan pengertian, sangkaan yang ringan, (
waham ) dan kecenderungan-kecenderungan( awathif ) manusia. Itu semua
menjadi lapangan kerja jiwa, yang menggerakan manusia untuk berkata dan
berbuat. Oleh karena itu ilmu jiwa merupakan muqaddimah yang pokok sebelum
mengadakan kajian ilmu akhlak. Dikatakan oleh Prof. ahmad Luthfi”, tanpa
dibantu oleh jiwa, orang tidak akan dapat menjabarkan dengan baik tugas ilmu
akhlaq”.

 Hubungan antara akhlak dengan aqidah dan Iman

Sesungguhnya antara akhlak dengan aqidah dan iman terdapat hubungan yang
sangat kuat sekali ,karena akhlak yang baik itu sebagai bukti dari keimanan dan
akhlak yang buruk sebagai nukti atas lemahnya iman. Semakin sempurna akhlak
seseorang muslim berarti semakin kuat imannya. Akhlak yang baik adalah bagian
dari amal shaleh yang menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam
timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh nabi SAW dan akhlak yang baik adalah
satu penyebab masuk jannahnya seseorang

 Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu sosiologi ( ilmu ijtima’)

Secara etimologi Sosiologi berasal dari kata “Socius” yang berarti kawan dan
“logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan
tentang berkawan atau didalam arti luas, adalah ilmu pengetahuan yang berobyek
hidup bermasyarakat”. Memang banyak pengertian ( ta’rif ) tentang sosiologi
tentang, antara lain yang dikemukakan oleh P.J. bouman, Samuel Smith dan Ch. A.
Ell wood, tekanannya kepada “masyarakat “, bukan kepada “hidup
bermasyarakat”. Kita lebih tepat memakai pengertian yang memuat “hidup
bermasyarakat”, karena masyarakat tidak mempunyai arti yang tepat. Ada
masyarakat dalam arti luas, ialah kebulatan daripada semua perhubungan didalam
hidup bermasyarakat. Sedangkan dalam arti sempit, ialah suatu kelompok manusia
yang menjadi tempat hidup bermasyarakat, tidak dalam aspeknya, tetapi dalam
berbagai-bagai aspek yang bentuknya tidak tertentu. Masyarakat dalam arti sempit
ini tidak mempunyai arti yang tertentu, misalnya: masyarakat mahasiswa,
masyarakat pedagang, masyarakat tani dan lain-lain.

Dikatakan Ahmad Amin, bahwa pertalian antara Ilmu Sosiologi dengan Ilmu
Akhlak erat sekali. Kalau Ilmu Akhlak yang dikaji tentang prilaku (suluk) ,artinya
perbuatan dan tindakan manusia yang ditimbulkan oleh kehendak ,dimana tidak
bisa terlepas kepada kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian Ilmu
sosiologi.

4 Hal yang demikian itu dikarenakan manusia tidak mungkin melepaskan diri
sebagai makhluk bermasyarakat. Dimanapun seseorang itu hidup , ia tidak bisa
memisahkan dirinya lingkungan masyarakat dimana dia berada walaupun kadar
pengaruh itu relative sifatnya.
BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut
etimologi berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara
terminologi ulama sepakat mengatakan bahwa akhlak adalah yang berhubungan
dengan perilaku manusia.

Ilmu akhlak ilmu yang membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian


menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau
perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi
pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan
nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut.

Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini,
tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik
sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk individual dan social.

3.2 SARAN

Saya menyadari bahwa,dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karna itu saya sebagai penyusun berharap ada kritik dan saran dari teman-
teman terutama dosen Studi Akhlak Dan Tasawuf, jika ada kesalahan dalam
penulisan Saya mohon maaf. Saya berharap teman-teman memahami tentang
makalah yang Saya buat tentang Di sekitar Pengertian Akhlak.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-akhlak/

https://syulhadi.wordpress.com/my-document/islami/akhlak-tasawuf/hubungan-
ilmu-akhlak-dengan-ilmu-ilmu-lain/

https://www.merdeka.com/jateng/macam-macam-akhlak-dalam-islam-beserta-
pengertian-contoh-dan-manfaatnya-kln.html

https://arova.blog.institutpendidikan.ac.id/2018/06/24/akhlak-dan-tasawuf/

http://gudang-materipembelajaran.blogspot.com/2017/02/pokok-persoalan-
akhlak.html

Anda mungkin juga menyukai