Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama yang universal, mengajarkan kepada umat manusia mengenai
berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu di antara ajaran Islam
tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan, karena
menurut ajaran Islam pendidikan adalah merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak
harus dipatuhi, demi unik mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat. Pendidikan
menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia yang
harus dilaksanakan secara bertanggung jawab Kemudian pertanggungjawaban itu baru bisa
dimannut kalau ada aturan dan pedoman pelaksanaan, oleh karenanya Islam tentunya
memberikan garis-garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan
konsep konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia
untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktek
kependidikan.1
Ajaran Islam mengandung berbagai arti, yaitu pertama, menurut dan menyerahkan.
Orang yang memeluk Islam adalah orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan menurut
segala ajaran yang telah ditentukan-Nya. Kedua, sejahtera, tidak tercela, tidak cacat, selamat,
tenteram, dan bahagia. Ketiga, mengaku, menyerahkan, menyelamatkan. Keempat, damai dan
sejahtera. Artinya bahwa Islam adalah agama yang membawa kepada kedamaian dan
perdamaian. Membawa kesejahteraan dunia akhirat. Orang yang memeluk Islam adalah orang
yang menganut ajaran perdamaian dan mencerminkan jiwa perdamaian dalam segala tingkah
laku dan perbuatan. Dewasa ini manusia menghadapi berbagai benar-benar membutuhkan
pemecahan segera. Situasi dan macam persoalan yang membutuhkan pemecahan segera.
Situasi yang penuh dengan problematika di dunia modern justru disebabkan oleh
perkembangan pemikiran manusia sendiri. Dalam keadaan demikian, sudah mendesak untuk
memiliki ilmu pengetahuan yang mampu berbagai membebaskan manusia dari problema
tersebut. Ilmu pengetahuan yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang dikaji dari nilai
nilai agama. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang konsep Islam terhadap arus
globalisasi, modernisasi, Islam ekslusif dan inklusif, puritanisasi, radikalisme agama,
Islamisasi sains, dan pluralisme agama-agama.

1
Zuhairi ,dkk. Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-II hlm.

1
B. Rumusan Masalah

1. Islam dan Globalisasi


2. Modernisme dan Puritanisme Islam
3. Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme Islam
4. Islam Eksklusif dan Inklusif
5. Islamisasi Sains
6. Pluralisme Agama-Agama

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas kuliah metode studi islam


2. Untuk menambah pengetahuan tentang Gagasan Universal

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi penulis sendiri selain untuk meningkatkan pemahaman penulis


sekaligus juga sebagai salah satu syarat penilaian pada mata kuliah psikologi
kepribadian.
2. Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap tipologi temperamen atau
kepribadian manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Islam dan Globalisasi

Dari segi bahasa (etimologi) Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk kedalam kedamaian. Juga berarti memelihara
dalam keadaan sentosa, menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat2. Sedangkan kata
globalisasi berasal dari kata ‘global’. Globalisasi (globalization) merupakan proses-proses
menuju kea rah global. Arti globalitu sendiri adalah menyeluruh atau menyatu, dari berbagai
unsur menjadi satu. Di maksudkan dengan ungkapan ‘Islam, globalisasi, dan peradaban
dunia’ adalah ingin menjelaskan persinggungan, pertentangan , atau juga persamaan di antara
masing-masing muatan konsep di atas. Untuk itu perlu terlebih dulu dijelaskan masing-
masing istilah tersebut.Islam merupakan Agama yang memiliki karakter sebagai berikut:
- Agama yang menjanjikan keselamatan dunia-akhirat (Man aslama salima- Barang siapa
yang menyerahlan diri (kepada Allah) maka ia akan selamat atau Barang siapa yang
beragama Islam akan selamat).
- Penyerahan diri seorang muslim tertuju kepada Allah Swt secara mutlak. Allah
dikonsepsikan sebagai Tuhan yang Mutlak dan tak terbatas sehingga tidak dapat diungkapkan
dengan kata-kata (walam yakun lahu kufuan Ahad)
- Penyelamatan yang dijanjikan Oleh Islam sedemikian sempurna, komrehensif, global,
dan amat mendetail.
- Islam sebagai agama yang sempurna:
- Islam Menjelaskan segala sesuatu yang kesemuanya untuk keselamatan manusia
- Tak ada sesuatu pun yang dibiarkan tidak diperhatikan ke dalam Islam
- Tebaran penyelamatan Islam mencakup seluruh alam semesta, lebih dari sekedar
globalisme
Meskipun lebih dari global, dalam waktu yang sama, Islam juga merupakan agama eksklusif
ketika harus berhadapan dengan segala bentuk sekularisme, dan kebatilan, dari system
ketauhidan yang murni. Karena itu Islam menyeru kepada siapa yang memilihnya sebagai
agama, ia harus masuk ke dalamnya secara total:
Dalam hal-hal yang bersifat duniawi, sejauh tidak melanggar prinsip-prinsip Islam di
atas, umat Islam diberi kebebasan seluas-luasnya untuk bisa beradabtasi, berdialog, dan hidup
berdampingan dengan isme-isme non Islam. Demikian sabda Rasul, “Antum a’lamu biamri
dunyaakum” atau “antum a,lamu biumuuri dunyakum” (Kamu lebih mengetahui urusan
duniamu). globalisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Internasionalisasi (dari kedaerahan menuju kearah wilayah yang lebih luas)
2) Liberalisasi (faham menuju kearah serba bebas dan melepaskan norma-norma yang
telah mapan, antara lain norma-norma agama – Islam).
2
http://yandadinata.blogspot.com/2013/01/islam-dan-gagasan-universal.html?m=1

3
3) Universalisasi (dunia telah menyatu, tak ada lagi yang menyekat antara wilayah satu
dengan yang lain sebagai berkah kemajuan iptek, terutama teknologi telekomunikasi)
4) Westernisasi (arah peradaban dari dunia Timur menuju kea rah cultural dunia Barat
yang bercirikan sekulariseme, individualisme, kapitalisme, liberalisme, dan hedonisme).
5) Suprateritorialisme ( ruang-ruang sosialitas tak lagi dapat dipetakan jarak dan batas-
batas wilayah. Dengan demikian dunia adalah satu wilayah).
Secara singkat, globalisasi dapat dikatakan ‘terjadinya keterbukaan wilayah/Negara
sehingga memungkinkan terjadi interaksi antar wilayah/Negara tersebut seperti interaksi
dalam bidang: sosial, ekonomi, politik,budaya, seni, dan bidang-bidang lain.
2. Modernisme dan Puritanisme Islam

Modernisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti gerakan yang bertujuan
menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikan dengan aliran-aliran modern dalam
filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan. 3 Sedangkan puritanisme, berarti paham dan tingkah
laku yang didasarkan atas ajaran kaum puritan. Puritan memiliki arti orang yang hidup saleh
dan yang menganggap kemewahan dan kesenangansebagai dosa.
3. Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme Islam

Fundamentalisme berarti faham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara


radikali. Sedangkan, fundamentalis berarti penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot
dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang
tersurat di dalam kitab suci. Untuk merumuskan ciri-ciri atau karakteristik Fundamentalisme
Radikalisme, dapat dihubungkan dengan corak pemahaman dan interpretasi kelompok ini
terhadap doktrin yang cenderung bersifat rigid dan literalis. Kecenderungan penafsiran ini
dalam pandangan Yusril Ihza Mahendra dapat dikaitkan dengan: (1) corak pengaturan
doktrin; (2) kedudukan tradisi awal Islam; (3) ijma'; (4) kemajemukan masyarakat. Bagi
kaum fundamentalis, doktrin sebagaimana terdapat dalam al-Quran dan Sunnah adalah
doktrin yang bersifat universal dan telah mencakup segala aspek kehidupan. Ketaatan mutlak
kepada Tuhan, dan keyakinan bahwa Tuhan mewahyukan kehendak-kehendak-Nya secara
universal kepada manusia adalah termasuk doktrin penting yang dipedomani oleh kaum
fundamentalis.Kelompok ini lebih menekankan pada ketaatan dan kesediaan untuk
menundukkan diri kepada kehendak kehendak Tuhan, dan bukan perbincangan intelektual.
Karenanya bagi mereka lebih penting adalah iman dan bukan diskusi. Dalam pandangan
mereka, iman justru akan membuat orang mengerti, dan bukan mengerti yang membuat orang
menjadi beriman. Rasionalitas menurut kaum fundamentalis pada umumnya cenderung hanya
menjadi alat untuk melegetimasi kehendak hawa nafsu dalam "mempermudah-mudahkan
agama. Dalam melihat kedudukan tradisi awal yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan
para sahabatnya, kaum fundamentalis memiliki kecenderungan romantisisme dan cenderung
melakukan idealisasi terhadap zaman tersebut. Kelompok ini secara rigid ingin menegakkan
kembali struktur pemerintah khilafah seperti pada masa sahabat. Struktur demikian dianggap
sebagai sesuatu yang berlaku untuk semua zaman. Dalam pandangan mereka struktur
demikian adalah ijma' para sahabat yang tidak dapat dimansukhkan (dihapuskan) oleh

3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.2, Jakarta. Balai Pustaka, 1998,
hlm. 662

4
generasi-generasi kaum Muslim di masa kemudian. Terkait dengan pandangannya terhadap
kemajemukan (pluralisme) masyarakat, kaum fundamentalis pada umumnya cenderung
bersikap negative dan pesimis. Tokoh-tokoh fundamentalis seperti al-Maududi dan
membedakan dunia jenis masyarakat di dunia ini, yakni susunan masyarakat Islami (al-
nizham al-Islamiy) dan susunan masyarakat Jahiliyah (nizham al-Jahiliy) Susunan
masyarakat Islam dipandang sebagai masyarakat yang benar-benar melaksanakan doktrin
Islam secara kaffah (total) dan karena itu ia bersifat ilahiyyah bersorak demikian semuanya
tergolong memodifikasi konsep Martin E. Marty, prinsip dasar fundamentalisme Islam
dipilah Azyumardi Azra ke dalam empat ragam: Oposisionalisme. Setiap pemikiran dan arus
perubahan yang mengancam kemapanan ajaran agama harus senantiasa dilawan. Acuan untuk
menilai tingkat ancaman itu adalah kitab suci, al-Quran dan Sunnah. Sayyid Qutb dengan
tegas hanya (ketuhanan). Masyarakat yang tidak Jahili dan karenanya bersifat thagut
(berhala). Sementara itu, dengan Penolakan terhadap hermeneutika. Pada titik ini, teks suci
serta-merta menjadi ruang yang fundamentalis kedap kritik. menolak sikap kritis terhadap
teks suci dan interpretasinya. Teks harus dipahami secara literal-tekstual, nalar tidak
dibenarkan melakukan semacam "kompromi" dan menginterpretasikan ayat ayat tersebut.
Penolakan terhadap pluralisme dan relativisme. Bagi kaum fundamentalis, pemahaman yang
keliru terhadap teks kitab suci. Pemahaman ini terutama muncul tidak hanya dari intervensi
nalar terhadap teks ,tetapi juga karena perkembangan masyarakat yang lepas dari kendali
agama. Pengingkaran terhadap perkembangan historis dan sosiologis umat manusia. Kaum
fundamentalis memandang bahwa perkembangan historis dan semakin jauh dari doktrin
literal kitab suci. Karena itulah, kaum fundamentalis bersifat a-historis dan a-sosiologis; dan
tanpa peduli masyarakat ideal yang dipandang sebagai implementasi kitab suci secara
sempurna. Dalam hubungannya dengan ideologi Islam radikal' John L. Esposito ideologi
mengidentifikasi beberapa landasan ideologi yang dijumpai dalam gerakan Islam radikal.
Landasan ideologi yang dimaksud adalah pertama, mereka berpendapat bahwa Islam adalah
sebuah pandangan hidup yang komprehensif dan bersifat total, sehingga Islam tidak
dipisahkan dari politik, hukum, dan masyarakat. Kedua, mereka seringkali menganggap
bahwa ideologi masyarakat Barat yang sekular dan cenderung materislistis harus ditolak.
Ketiga, mereka cenderung mengajak pengikutnya untuk kembali kepada Islam sebagai
sebuah usaha untuk perubahan sosial. Keempat, karena ideologi masyarakat Barat harus
ditolak, maka secara otomatis peraturan peraturan sosial yang lahir dari tradisi Barat, juga
harus ditolak. Kelima, mereka tidak menolak modernisasi sejauh tidak bertentangan dengan
standar ortodoksi keagamaan yang telah mereka anggap mapan, dan tidak merusak sesuatu
yang mereka anggap sebagai kebenaran yang sudah final. Keenam, mereka berkeyakinan,
bahwa upaya-upaya islamisasi pada masyarakat Muslim tidak akan berhasil tanpa
menekankan aspek pengorganisasian ataupun pembentukan sebuah kelompok yang kuat.
Uraian di atas menunjukan bahwa Islam fundamental-radikal' memiliki karakteristik:
Pertama, kelompok yang mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan fanatik yang mereka
perjuangkan untuk menanamkan tatanan nilai dan sistem yang mendasarkan interpretasinya
pada rasionalitas, relativitas dan pluralitas: Ketiga, penolakannya terhadap ideologi
peradaban masyarakat Barat; Keempat, secara sosio-kultural dan sosio-religius, kelompok
fundamental-radikal mempunyai ikatan kelompok yang kuat dan menampilkan ciri-ciri
penampilan diri dan ritual yang khas.

4. Islam Eksklusif dan Inklusif

5
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksklusif berarti "terpisah dari yang lain".
Sedangkan inklusif berarti "termasuk, terhitung". Sedangkan Islam eklusif dan inklusif
hafidhuddin, M.Sc. Islam merupakan agama yang sangat inklusif, dan bukan merupakan
inksklusifitas yang bermaksud perbedaan agama yang di pahami oleh kelompok liberal.
Inksklusifitas islam yang dimaksud adalah agama yang universal dan dapat diterima oleh
semua orang yang berakal sehat tanpa memperdulikan latar belakang, suku bangsa, setatus
sosial dan atribut keduniawian lainya. menurut Dr.K.H. Didin ajaran yang bersifat eksklusif.
Tapi inklusifitas yang bermaksud perbedaan agama yang dipahami oleh kelompok liberal.
Inklusifitas islam yang dimaksud adalah agama yang universal dan dapat diterima oleh semua
orang yang berakal sehat tanpa memperdulikan latar belakang suku bangsa status sosial dan
atribut keduniawian lainnya.
Ciri-ciri Islam Ekslusif dan Inklusif
Islam ekslusif dan inklusif adalah untuk menetapkan persepsi muslim terhadap masalah
hubungan islam dan kristen di indonesia. Saya mengajukan "muslim komprehensif" dan
"muslim reduksionis" Fatimah mecontohkan eksklusif dan inklusif di judul buku "Muslim-
Chritian relation in the new order indonesia: the exclusivist and inclusivist muslim".Sebagai
contoh, ia menyebut organisasi eksklusif di indonesia adalah dewan dakwah Islamiyah di
indonesia, (DDII), komite indonesia untuk solidaritas duniah islam, orang-orang yang
membela islam di cap eksklusif4. Diantara ciri-ciri kaum eksklusif, menurut fatimah yaitu:
1. Mereka yang menerapkan model penafsiran literal terhadap al-qur'an dan sunah dan
lalu karena mengunakan pendekatan literal, maka ijtihad bukanlah hal yang sentral
kerangka berfikir mereka masa
2. Merekah berpendapat bahwa keselamatan yang bisa dicapai melalui agama islam.bagi
merekah, islam adalah agama final yang datang untuk mengoreksi agama-agama lain.
Karena itu merekah menggugat otentisitas kitab suci agama lain.
Sedangkan yang dimaksud kaum inklusif, memiliki ciri:
1. Karena merekah memahami agama islam sebagai agama yang berkembang, maka
merekah menerapkan metode kontekstual dalam memahami al-qur'an dan sunah, yang
memerlukan teks-teks asas dalam islam dan ijtihad berperan sentral dalam pemikiran
merekah.
2. Kaum inklusif memandang, islam adalah agama terbalik bagi merekah:namun merekah
berpendapat bahwa keselamatan di luar agama islam adalah hal yang mungkin. Jika kita
cermati sejumlah tulisan Nurcholish madjid dan budy munawar rahmat, merekah sudah
masuk kata gori pluralis yang menyatakan semua agama agama benar dan sebagai jalan
yang sah menuju tuhan dan iti bukan inkusif lagi,karena penganut paham inklusif seperti
yang di atas.
5. Islamisasi Sains

Islamasasi sains adalah pandangan yang menganggap ilmu atau hanya sebagai alat
(instrumen).artinya, sains terutama teknologi sekedar alat untuk mencapai sebuah tujuan,
sains itu mempunyai dua makna. jika kita menganggap bahwa apa yang kita saksikan dalam
4
Fatimah, judul,”muslim-cristian relations in the new order indonesia: the Exclusivits and Inclusivits muslim’
perspective”. Th 2004 hal.21 38

6
fenomena sains adalah "sebuah kenyataan yang sempurn," maka kita akan melihaat sains
sebagai kebeneran indrawi. Sain juga pernah mengukuhkan bahwa kebeneran mutlak adalah
yang didasarkan pada panca indrawi saja. Dalam pandangan ini, tentu saja sesuai dengan al-
qur'an yang mengatakan bahwa, "sesngauhnya allah tidaak segan membuat perumpamaan
berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu" Sejak kehadiran Islam dimuka bumi ini,
Islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara
dunia dan akhirat, antara hubungan dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan
manusia, antara urusan ibadah dan urusan muamalah dalam arti yang luas. Dewasa ini
manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan
segera. Situasi yang penuh dengan problematika di dunia modern justru disebabkan oleh
perkembangan pemikiran manusia sendiri. Dalam keadaan demikian, sudah mendesak untuk
memiliki ilmu pengetahuan yang mampu membebaskan manusia dari berbagai problema
tersebut. Ilmu pengetahuan yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang dikaji dari
nilai-nilai agama. Hubungan Islam dengan ilmu pengetahuan sangat erat kaitannya, karena
Islam tanpa ilmu pengetahuan berarti buta. Imam tanpa ilmu dapat mengakibatkan musyrik.
Perspektif Islamisasi disiplin ilmu yang mencakup bahasan: Kategorisasi disiplin ilmu versi
Islam; Pendekatan baru terhadap reformasi ilmu kontemporer; Beberapa garis Islamisasi
pemikiran politik dan ketatanegaraan; Islamisasi ilmu pendidikan; pendekatan Islamisasi
ekonomi; Islamisasi sains dan teknologi; konsep ilmu dalam Islam dan prinsip prinsip
matematika; Uraian singkat tentang kajian ilmu hukum. Islamisasi disiplin ilmu ilmu
individual meliputi uraian tentang; Metodologi penelitian dan kajian ilmu hokum Islam;
Kritik Islam atas sosiologi kontemporer; Reorientasi sejarah Islam; Tipologi historiografi
Muslim dari perspektif filsafat Islam tentang sejarah; dan, menjelang/menyongsong upaya
reformasi sosiologi. Upaya Islamisasi ilmu ini terus berlanjut melalui berbagai seminar
Internasional.
6. Pluralisme Agama-Agama

Secara harfiah,pluralisme berarti jamak, beberapa, berbagai hal atau banyak5. Oleh sebab
itu,sesuatu yang dikatakan plural senantiasa terdiri dari banyak hal, berbagai jenis dan
berbagai sudut pandang serta latar belakang6. Kata “pluralisme” berasal dari bahasa Inggris
“pluralism”.Definisi pluralisme adalah suatu kerangka interaksi tempat setiap kelompok
menampilkan rasa hormat dan toleransi satu sama lain, berintraksi tanpa konflik
Secara etimologis, pluralisme agama berasal dari dua kata, yaitu “pluralisme” dan
“agama”. Dalam bahasa Arab “ al-ta’addudiyyah al-diniyyah” dan dalam bahasa Inggris
“religious pluralis”. Oleh karena istilah pluralisme agama berasal dari bahasa Inggris, maka
untuk mendefinisiskannya secara akurat harus merujuk pada kamus bahasaInggris tersebut.
Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agama-agama sebagai
kebenaran yang relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi setara, apapun jenis
agama itu. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-jalan yang sah
menuju Tuhan yang sama. Atau, paham ini menyatakan, bahwa agama adalah persepsi
manusia yang relatif terhadap Tuhan yang mutlak, sehingga karena kerelatifannnya, maka
seluruh agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa agamanya yang lebih benar dari
agama lain atau meyakini hanya agamanya yang benar.

5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 691.
6
Syafa’atun Elmirzanah et. al. Konflik dan Perdamaian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 7.

7
Pluralisme agama bisa dipahami dalam minimum tiga kategori. Pertama,kategori sosial.
Dalam pengertian ini, pluralisme agama berarti ”semua agama berhak untuk ada dan hidup”.
Secara sosial, kita harus belajar untuk toleran dan bahkan menghormati iman atau
kepercayaan dari penganut agama lainnya. Kedua, kategori etika atau moral.Dalam hal ini
pluralisme agama berarti bahwa ”semua pandangan moral dari masing-masing agama bersifat
relatif dan sah”. Jika kita menganut pluralisme agama dalam nuansa etis, kita didorong untuk
tidak menghakimi penganut agama lain yang memiliki pandangan moral berbeda, misalnya
terhadap isu pernikahan, aborsi, hukuman gantung, eutanasia. Ketiga, kategori teologi-
filosofi. Secara sederhana berarti ”agama-agama pada hakekatnya setara, sama-sama benar
dan sama-sama menyelamatkan”. Mungkin kalimat yang lebih umum adalah ”banyak jalan
menuju Roma”. Semua agama menuju pada Allah, hanya jalannya yang berbeda-beda.
Pluralisme agama secara longgar dapat didefinisikan sebagai bentuk hubungan yang
damai antara agama-agama yang berkembang di suatu wilayah tertentu. Istilah ini juga dapat
digunakan untuk menunjuk pada beberapa pengertian lain7:
1. Pluralisme agama dapat digunakan untuk mendeskripsikan cara pandang
(worldview)bahwa agama yang dianut seseorang bukan satu-stunya sumber kebenaran.
Oleh karena itu,orang harus mengakui bahwa kebenaran juga diajarkan oleh agama lain.
2. Pluralisme agama sering dipandang sebagai sinonim dari ekumenisme untuk
mendorong upaya-upaya mewujudkan persatuan, kerjasama, atau tingkatkan saling
pengertian di antara pemeluk berbagai agama yang berbeda, untuk ciptakan kerukunan di
antara berbagai penganut agama atau aliran yang ada dalam suatu agama (inter-
religious).
3. Pluralisme agama juga dipandang sinonim dari toleransi keagamaan yang merupakan
syarat bagi terciptanya koeksistensi yang harmonis dan damai di antara pemeluk agama
yang berbeda-beda, atau berbagai aliran dalam suatu agama. Pluralisme agama juga
diartikan sebagai ‘dialog antar-iman’ yang merujuk pada terwujudnya dialog di antara
penganut agama yang berbeda-beda, guna kurangi potensi konflik demi terwujudnya
tujuan bersama.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

7
Fauzan Saleh, Kajian Filsafat Tentang Keberadaan Tuhan dan Pluralisme Agama ( Kediri: STAIN Kediri
Press, 2011), 173

8
Islam, globalisasi, dan peradaban dunia’ adalah ingin menjelaskan persinggungan,
pertentangan , atau juga persamaan di antara masing-masing muatan konsep di atas

fundamentalis berarti penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner
yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat di dalam
kitab suci.

Islam ekslusif dan inklusif adalah untuk menetapkan persepsi muslim terhadap masalah
hubungan islam dan kristen di Indonesia

Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agama-agama sebagai


kebenaran yang relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi setara, apapun jenis
agama itu. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-jalan yang sah
menuju Tuhan yang sama.

B. Saran

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan  kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah yang penulis susun tersebut.
Penulis selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi  memberika kritik dan saran
yang tentunya membangun kepada, demi  mencapainya kesempurnaan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat  berguna bagi penulis dan pada khususnya seluruh pembaca
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Zuhairi ,dkk. Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-II
hlmhttp://yandadinata.blogspot.com/2013/01/islam-dan-gagasan-universal.html?m=1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.2, Jakarta.
Balai Pustaka, 1998, hlm. 662.

9
Fatimah, judul,”muslim-cristian relations in the new order indonesia: the Exclusivits and
Inclusivits muslim’ perspective”. Th 2004 hal.21 38

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), 691.

Syafa’atun Elmirzanah et. al. Konflik dan Perdamaian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 7.

Fauzan Saleh, Kajian Filsafat Tentang Keberadaan Tuhan dan Pluralisme Agama ( Kediri:
STAIN Kediri Press, 2011), 173

10

Anda mungkin juga menyukai