Anda di halaman 1dari 20

RESENSI

STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE


Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Methodology of Islamic
Studies
Pengampu : Dr. Zakiyyudin Baidhawy, M.Ag

Oleh : Lailatul Istianah


113-14-024

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA


JUNI

2015
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Studi Islam Pendekatan Dan Metode
Penulis

: Zakiyuddin Baidhawy

Penerbit

: Insan Madani

Cetakan

:Cetakan Pertama, Juli 2011

Tebal

: vii+317 halaman

PENULIS
Zakiyuddin Baidhawy lahir di Indramayu Jawa Barat. Beliau menamatkan
pendidikan S-1 Fakultas Agama Islam (perbandingan agama) di Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada tahun 1994. Beliau juga pernah belajar di
Pondok Hajjah Nuriah Shabran dari tahun 1990-1994. Beliau menamatkan
studi S-2 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1999 dan
menamatkan studi S-3 di universitas yang sama pada tahun 2007. Beliau
saat ini menjadi dosen di IAIN Salatiga. Beliau juga merupakan peneliti pada
pusat studi budaya dan perubahan social di UMS dan Associate pada Maarif
Institute for Culture and Humanity. Beliau memiliki aktivitas dan pengalaman
internasional sejak Desember 2009 samapai saat ini. Beliau juga aktif
menulis di berbagai media dan jurnal ilmiah.

PENDAHULUAN
Pada saat minat terhadap Studi Islam mengalami peningkatan, buku ini hadir
menyajikan perkembangan Studi Islam. Dengan terbitnya buku ini,
diharapakan masyaraakat tidaka hanya menjadi penonton dan penikmat
hasil kajian keislaman, akan tetapi masyarakat juga diharapakan mamapu
berperan sebagai pelaku perkembangan.

SINOPSIS
Saat ini kita tentu sering mendengar istilah studi islam. Pengertian
studi islam didefinisikan secara luas. Buku ini mendefinisikan Islamic studies
dengan beberapa pendekatan. Ada dua prndekatan yang dikemukakan . Yang
pertama definisi sempit dan definisi luas. Secara sempit Islamic studies
dipahami sebagai suatu disiplin dengan metodologi, materi, dan teks-teks
kuncinya sendiri; bidang studi ini dapat didefinisikan sebagai studi tentang
tradisi teks-teks keagamaan klasik dan ilmu keagamaan klasik; memperluas
lingkupnya berarti akan mengurangi kualitas kajiannya 1. Islamic studies
juga didefinisikan berdasarkan kenyataan bahwa islam perlu dikaji dalam
1 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan
Madani,2011), 2

konteks evolusi Islam modern yang penuh dengan teka-teki. Hal ini
merupakan pendefinisian menurut arti luas.Islamic studies sangat penting
diajarkan di universitas karena bisa menjembatani kesenjangan antara
pendekatan tekstual dan pendekatan etnografi.
Masalah

utama

yang

dapat

menyebabakan

kesulitan

untuk

mendefinisikan Islamic studie adalah metododlogi bagaimana islam dikaji


dan diajarkan. Kajian Islam di barat menggunakan metodologi pengajaran
yang berlandaskan pada objektivitas dan intregitas. Saat ini sering kita
jumpai mahasiswa muslim yang diuji secara kritis tentang pengetahuan
dasar agama dan sejarahnya. Ada sebuah ketakutan yang muncul yang
berasal dari sains ketika menguji ide-ide para pemikir islam modern dan
pendekatan barat tentang pengetahuan. Hal yang ditakutkan adalah sains
dapat menjadi pendekatan yang slah arah jika dipercaya sebagai satusatunya jalan menuju kebenaran.
Ada beberapa perdebatan tentang metodologi dalam Islamic studies
yang mencakup kritik atas metodologi barat, pendekatan apologetic,
pendekatan

radiakal

muslim

terhadap

metodologi

barat,

dan

kritik

metodologi islam dari dalam. Seringkali suatu kajian ilmu hanya dikaji dari
satu sudut panadang saja. Hal ini akan meimbulkan berbagai macam
perdebatan. Agar tidak terjadi hal semacam ini maka perlu mengkaji suatu
ilmu secra mendalam.

Pendekatan

apologetic

menyatakan

bahwa

Islam

mengadopsi

pencarian pengetahuan dan tidak membatasi sumber pengetahuan hanya


pada pemahaman dunia materi manusia. Sedangkan perdebatan tentang
kritik radiakal tentang metodologi barat sering membahas

tentang

pandangan tentang Al-Quran dan As-Sunnah. Masalah yang muncul dalam


Islamic studie di barat ada;ah mereka menetang namun tidak memiliki basisbasis yang nyata dalam sumber-sumber islam. Kritik metodologi dari dalam
muncul krena adanya kekeliruan metodologis dalam komunitas muslim.
Permasalahn pendekatan emik dan pendekatan etik. Pendekatan emik
adalah pendekatan yang menyajikan pola-pola pemikiran dan asoaiasi
simbolik yang diungkapkan dari perspektif kaum beriman, sedangkan
pendekatan etik

adalh

pendekatan yang melibatkan

analisis

historis

mengenai hubungan anatara ide dan masyarakat sembari membatasi dari


pelibatan klaim kebenaran emik tentang realitas meta empiric.2
Ruang

lingkup

objek

kajian

studi

islam

meliputi

pengalaman

keagamaan dan ekspresinya, dimensi-dimensi agama, dan cara beragama.


Inti dari Studi islam itu sendiri adalah hakikat agama. Sedangkan hakikat
agama hanya bisa diperoleh dari pengalaman beragama. Menurut Joachim
Wach (1958) ada beberapa kriteria pengalaman keagamaan. Yang pertama
yaitu pengalaman beragama sebagai respon dari realitas ultim (the Ultimate
Reality). Hal ini melibatkan empat hal yaitu asumsi tentang adanya

2 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan


Madani,2011), hlm 17

kesadaran, yang berupa pemahana dan konsepsi; respon dianggap sebagai


perjumpaan; pengalaman tentang realitas ultim mengimplikasikan relasi
dinalis anatara yang mengalami dan yang dialami; dan kiata perlu
memahami karakater situasionala daripengalaman keagamaan itu sendiri
dari suatu konteks tertentu. Yang kedua pengalaman harus dipahami sebagai
respon menyeluruh terhadap realitas terhadap realitas ultim. Yang ketiga
pengalaman keagamaan menghendaki intensitas. Keempat pengalaman
keagamaan sejati selalu berujung suatu tindakan.
Pengalaman keagamaan sejati intinya adalah perjumpaan seorang
hamba

dengan

Tuhan.

Ada

beberapa

bentuk

ekspresi

keagamaan,

diantaranya yaitu: pertama ekspresi pengalaman keagamaan dalam pikiran


yang merupakan ungkapan intelektual orang yang mengalami perjumpaan
denagan Tuhannya. Dogma atau doktrin merupakan ekspresi keagamaan
yang ada dalam pikiran. Doktrin bersifat mengikat dan bermakana bagi
orang yang mengimaninya, dan bukan orang lain. Pemikiran keagamaan
yang uatama meliputi teologi, kosmolgi , dan anatropologi. Ekspresi dalam
tinadakan merupakan bentuk ekspresi yang kedua. Ekspresi ini menjadi
sarana perjumpaan anatara Tuhan dan hambanya. Contoh utama dari bentuk
ekspresi ini adlah bentuk ketaatan dan pengahambaan. Ibadah merupakan
tindakan tertinggi dari manusia dan merupakan respon atas realiatas ultim.
Ekspresi yang ketiga adalah ekspresi dalam jamaah. Jmaah sendiri
adalah pengelompokan-pengelompokan pemeluk agama dalam komunitas
dan

masyarakat

keagamaan.

Ada

emepat

factor

yang

menentukan

perbedaan dalam kelompok atau komunitas keagamaan, diantaranaya


sebagai berikut : diferensiasi dalam fungsi, yang diamaksud adalah
pembagian fungsi seperti pemimpin dan laiannya; diferensiasi atas dasr
karisma; diferensiasi atas dasar pembagian alami menurut umur, jenis
kelamin, dan ketururnan.
Ruang lingkup kajian studi islam juga meliputi dimensi-dimensi agama.
Karena

Islam

merupakan

bagian

dari

agama

maka

penting

untuk

mengetahui dimensi-dimensi agama dalam islam maupun agama pada


umumnya. Ada beberapa dimensi agama menurut Smart (1989). Yang
pertama yaitu dimensi prakatik dan ritual. Dimensi ini dianggap penting bagi
agama yang memiliki praktis sekramen. Tapi tidak semua pola perilaku orang
beragama dipandang sebagai ritual dalam penegrtian baku, mnamun
berfungsi meningkatakan kesadaran spiritual atau ketajaman etis. Contoh
ritual dalam islam adalah pengamalan rukun islam tyang berjumlah lima.
Dimensi selanjutnya adalah pengalaman dan emosional. Emosi dalam
ritual sanagat penting karena ritual tanpa emosi itu terasa dingin dan agama
tanpa cinta terasa kering. Dimensi yang ketiga adalah dimensi naratif dan
mitos. Selain ritual, pengalaman keagaman juga dapat diungkapakan
melaluia narasi-narasi dan mitos yang merupakn semacam sisi kisah, cerita
dalam agama-agama. Sebagian dari kisah itu ad yang bersifat historis.
Maksudnya, kiasah ini terjadi dalam dimensi ruang dan wakatu yang nyata.
Contonya adalah kisah tentang nabi Muhammad. Inilah yang disebut narasi
dalam ekspresi pengmalan agama. Sebagian kisah yang lain ada yang

bersisfat primordial yang serius ketika dunia belum muncul dalam waktu
yang belum dapat dinamakan. Contohnya adlah kisah tentang penciptaan
adam dan hawa dan penciptaan alam semesta. Kisah-kisah ini disebut mitos.
Kajian tentang kisah-kisah dalam islam dapat berasal dari Al-Quran dan
Hadish.
Dimensi keempat yaitu dimensi dimensi doktrin dan filosofis. Perlu kita
ketahuai bahwa penyangga dimensi naratif dan mitos adalah doktrin atau
ajaran. Sudah menjadi realitas social dan fakta bahwa kepemimpinan agama
dipegang oleh mereka yang terpelajar dan berusa mencari dasar-dasar
intelektual/filosofis sebagai basis dari iman. Untuk Islam sendiri sumber dari
doktrin dan filosofis utama adalah Al-Quran dan Hadis dan melalui dua
sumber inilah para pengkaji Islam dapat menemukan muatan-muatan
filosofis dari agama islam.
Dimensi kelima adalah dimensi etika dan hukum. Hukuk terkait dengan
sumber yang melahirkannya yang isebut dimensi etika dari suatu agama.
Dalam islam dikenal sebuah panduan hukum yang disebut syariah. Hukum
etika kurang lebih dengan tradisi ini. Dimensi social dan institusional
merupakan dimensi selanjutnya. Dalam memahami sebuah agama kiata
perlu melihat bagaimana agama itu bekerja di kalangan pemeluknya dan
inilah mengapa disiplin ilmu yang bernama sosisologi agama diperlukan.
Selanjutnya

adalah

dimensi

material.

Dimensi

ini

berperan

sebagai

manifestasi agama yang bersifat kebendaan, misalnya bangunan-banguanan


peribadatan, tempat-tempat suci, dan kreasi-kreasi material lainnya.

Cakupan ruang lingkup studi islam selanjutnya adalah cara beragama.


Menurut Dale Cannon (2002) mengatakan bahwa ada enam cara beragama
yang dapat ditemui dalam seluruh agama. Yang pertama adalah jalan
menuju Tuhan melalui pelaksanaan kewajiban tanpa pamrih. Cara yang
kedua adalah melalui jalan pemujaan dan ketaatan. Cara ketiga adalah
melalui disiplin ruhani dan asketik yang dirancang untuk menarik keluar
seseorang darikesadaran duniawi yang berpusat pada ego, menuju ke subjek
dalam jiwa yang tak terbatas dan Ilahi. Cara yang keempat adalah melalui
kegiatan rasional, aragumentatif, dan pemahaman intelektual. Cara yang
kelima yaitu melalui partisispasi dlam pelaksanaan ritual-ritual yang telah
ditetapkan. Cara yang keenam adlah dengan membuka hubungan-hubungan
supranaturaldari imajinasi dan kekutan.
Studi islam juga memiliki sejrah yang menarik untuk dikaji. Studi islam
muncul pad abad ke-9 di Irak, ketika ilmu-ilmu agama islam mulai
memperoleh

bentuknya

dan

berkembang

di

dalam

sekolah

hinggan

terbentuknya tradisi litererndi lawasan arab masa pertengahan. Sebelum


kemunculan islam pada abad ke-7 orang-orang arab sudah dikenal oleh
bangsa Israel dan yunani kuno serat para pendiri gereja. Secara mitologis,
muslim dipandang sebagai orang Arab, Sarasen, yang merupakan keturunan
Ibrahim melalui Siti Hajar dan putranya Ismail.
Menurut Richard C. Martin ada beberapa fase tentang perkembangan
studi islam. Fase pertama terjadi antara tahun 800 M -1100 M ketika banyak
bermunculan polemic teologis antara muslim, Kristen, dan yahudi. Selama

empat abad kemudian hingga awal perang salib, orang-orang eropa hidup
dalam kebodohan tentang agama dan penduduk yang hidup bersebelah
denagan mereka di Spanyol, Suku-susku Jerman, orang Slavia, Magyar, dan
gerakan-gerakan bidah seperti Manicheanisme, melihat islam sebagai salah
satu musush yang mengancam kerajaan Kristen. Fase perang salib dan
kesarjanaan Cluny dimulai pada tahun 1100 M-1500 M. Pada abad ke dua
belas ini mualai bermunculan studi islam untuk tujuan-tujuan missionaris
pada masa Peter Agung (1094-1156). Masa ini merupakan masa awal perang
salib, dan reformasi kehidupan biara, yang kemudian menjadi lembaga
utama pendididkan Kristen. Islam dikaji untuk tujuan memerangi islam itu
sendiri oleh orang-orang barat.Peter seorang tokoh pemimpin perang salib
satu

dalam

surat-suratnya

menjelaskan

bahwa

misi

gereja

adalah

kepeduliaanya yang utama dan bahw akristen dapat dan harus menang atas
islam. Peter juga berusaha menyediakan bagi orang-orang Eropa pandanganpandangan otentiktentang teks-teks dari ajaran Islam. Sampai akhir abad ke
-12 sudah banyak karya sarjana muslim yang telah diterjemahkan dalam
bahas slatin. Pada masa ini para sarjana eropa mengakui bahwa dunia islam
saat itu sebagai peradabankaum terpelajar dan filosof. Pandangan ini sangat
berlawanan dengan pandangan negatif tentang Muhammaddan praktikpraktik keagamaan islam.
Fase selanjutnya adalah fase reformasi yang berlangsung dari tahun
1500 M-1650 M. Pad fase ini kaum reformis memandang Srasen Turki
bersama-samaGereeja Romasebagai anati-kristus. Bibliande menganggap

Muhammad sebagai kepala dan Islam sebagai tubuh anati kristus. Kemudian
dilanjutkan dengan fase penemuan dan pencerahan yang berlangsung pada
tahun 1650 M- 1900 M. Pada fase ini berkembang kesarjanaan eropa yang
baru dan orisinal tentang Islam. Pada fase ini pula pengakuan terhadap
pemeluk agama lain tidak dianngap bidah oleh Kristen. Orang-orang barat
mulai mengubah pandangan mereka terhadap nabi Muhammad yang semula
di pandang sebagai ekstremis social dan politik menjadi seorang dai agama
yang alami dan rasional.
Perkembangan studi islam meliputi munculnya orientalisme, studi
islam sebagai disiplin mandiri, dan munculnya oksidentalisme. Orientalisme
adalah cara pandang orang barat terhadap orang islam khususnya di benua
Asia atau suatu kajian yang menjadikan bangsa timur sebagai bahan
kajiannya. Sedangkan oksidentalisme adalah sebuah disiplin ilmu yang
menjadikan budaya barat sebagai bahan kajiannya. Dengan kata lain
oksidentalisme adlah kajian yang dimunculkan sarjana islam atau orang
timur untuk menandingi kajian orientalisme.
Dalam studi islam ada beberapa model pendekatan kajian teks-teks
islam. Yang dimaksud dengan teks-teks islam dalam pembahasan ini adalah
Al-Quran. Pendekatan-pendekatan itu diantaranya Pendekatan ijaz klasik.
Pendektan ini muncul sejak abad ke tiga hijrah. Hal yang melatar belakangi
munculnya pendekatan ini adalah diskusi tentang ketidaktertiruannya AlQuran. Diskusi ini melahirkan dua pertanyaan besar. Yang pertama yaitu apa
yang dimaksud dengan tanatangan Al-Quran untuk melahiarkan sesuatau

yang menyerupai Al-Quran? Kedua, mengapa bangsa arab gagal melahirkan


sesuatu yang menyerupai Al-Quran dengan cara meniru gayanya. Ada dua
teori yang muncul dalam menjawab dua pertanyaan ini. Yang pertama
pendapat yang dikemukakan oleh Ibrahim Ibn Sayyar al-Nazzam. Ia
menegemukakan teori sarfah. Inti dari teori ini adalah pandangan terhadap
Al-Quran sebagai mukjizat yang melampaui kemampuan manusia.
Pendekatan tentang Al-Quran yang kedua adlah pendekatan sastra
modern. Pada masa modern pendekatan kesusastraan terhadap Al-Quran
berkembang lebih kompleks dari yang sudah ada. Para sarjana islam
melakukan pendekatan terhadap Al-Quran dengan metode yang beragam.
Para sarjana pada masa ini mengkaji Al-Quran pada bagian muatan atau
kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Quran. Pendekatan tentanf Al-Quran
ketiga adalah tjdid. Model pendekatan lain dikemukakan olehAmin Al-Kulli. Ia
menerapakan metode tajdid untuk studi bahasa dan retorika, tafsir Al-Quran
dan sastra.
Selanjutnya adalah metode pendekatan tahlili. Metode ini juga disebut
dengan

metode

ijmali

atau

juzi.

Maksud

dari

tafsir

tahlili

adalah

menganalisis secara kronologis dan memaparkan berbagai aspekyang


terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran sesuai denganururtan bacaan
terdapat

dalamurrutan

mushaf

Usmani3.

Model

pendekatan

yang

Al-Qurn

selanjutnya adalah pendekatan semantik. Dalam ilmu bahasa pendekatan ini


3 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan
Madani,2011), hlm 77

dimanfaatakan oleh pengkaji Islam untuk mempelajari teks-teks keislaman,


terutama Al-Quran. Metode ini pernah digunakan oleh dua orang yaitu
Toshihiko Izutsu dan Syed Muhammad Naquib al-Attas.
Model pendekatan selanjutnya adalah model pendekatan tematik.
Pendekatan ini berusaha mengkaji Al-Quran dengan cara mengambil tema
tertentu dari berbagai tema ajaran social dan kosmologi yang ada dalam AlQuran. Secara umum pendekatan tematik dibagi menjadi dua yaitu : (1)
tematik berdasarkan surah Al-Quran (2) tematik berdasarkan subjek.
Tidak hanya Al-Quran, Hadis juaga dikaji dengan beberapa model
kajian teks. Hadis menarik untuk dikaji karena Hadis merupakan sumber
hukum islam kedua setelah Al-Quran. Para pengkaji Hadis baik dari barat
maupun dari timur memfokuskan kajian hadis pada otentisitas sebuah hadis.
Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah mengenai sanad dan
matan dari sebuah hadis. Orang-oarang orientalis yang mengkaji hadis lebih
memfokuskan kajian mereka pada pemalsuan dan penyelundupan hadis. Ada
sebuah perbedaan metodologi dalam mengkaji hadis anatara sarjana muslim
dan sarjana barat. Bagi sarjana barat tidaklah masuk akal bahwa hadis,
cerita-cerita, dan perkataan Muhammad saw. Diakui dan dikumpulkan
sebagai hadis dalam arti teknis sudah ada pada masa nabi hidup. 4 Para
sarjana barat lebih mempercayai bahwa apa yang Muhammad saw
laksanakan dan katakana, dilakaukan secara sadar dan mungkin ia menjadi
4 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan
Madani,2011), hlm 105

teladan bagi komunitasnya. Para sarjana barat yakin bahwa tak seorang pun
yang dapat mencatat tindakan-tinadakan dan perkataan-perkataannya
dengan sangat detail selama berabad-abad.

Banyaknya hadis palsu tidak

hanya diakui oleh para sarjan barat, tetapi sarjana muslim pun mengakuinya.
Hal ini memang sebuah fakta bagi pemeluk Islam.
Para sarjana muslim modern juga mengakaji hadis dengan model
kajian mereka sendiri. M. Rashid Ridha, Mahmoud Abu Rayyah, Ahmad Amin,
dan Ismail Ahmad Adam adalah adlah contoh beberapa sarjana muslim
modern yang mengakaji tentang hadis. Seorang sarjana muslim yang
bernama Syehk Muhammad Nasir ad-Din al-Abani telah mengenalakan
pendekatan revolusioner dalam studi hadis. Beliau dikenal sebagai muhadis
kontemporer.
Ilmu kalam, apabila kita telusuri arti katanya ilmu kalam berarti ucapan
atau perkataan. Tetapi dalam hal ini kalam lebih pantas kita artikan sebagai
perdebatan. Ilmu ini pada masa lalu dilarang oleh para muhadisun.
Kemunculan ilmu ini tidak lepas dari sejarah terpecahnya umat islam.
Tepatnya ketika munculnya golongan syiah, khawarij, dan murjiah. Ilmu
kalam adalah ilmu yang mengkaji ajaran-ajaran dasar keimanan islam
(ushuludin)5.
ekstra

pada

Ilmu ini disebut ilmukalam karena ia memberikan kekuatan


perdebatan

dan

aragumenpada

orang

yang

terlibata

didalamnya. Ilmu kalam memiliki tiga komponen doktrin besar diantaranya :


5 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan
Madani,2011), hlm 124

artikulasi tentang apa yang dipandang oleh suatu mazhab pemikiransebagi


kepercayaan-kepercayaanfundamental;

konstruksi

kerangka

spekulatif

dimana kepercayaan-kepercayaan tersebut harus dipahami; dan upaya


merasionalisasi pandangan-pandangan ini di dalam kerangka spekulatif yang
diterima. Seperti dalam fiqih, ilmu kalam pun memiliki beberapa mazhab
diantaranya : Syiah, Muktazilah, Asyariyah, dan murjiah.
Beberapa agama di dunia memiliki sisi mistisime. Islam sebagai salah
satu agama di dunia juga memiliki ritual mistisisme. Dalam islam mistisime
kita kenal sebagai tasawuf. Tasawuf secara universal dikenal sebagai
pengetahuan intuitif tentang Tuhan atau realitas ultim yang diraih melalui
pengalaman keagamaan personal.6 Tasawuf bersumber dari Al-Quran dan
Hadis. Ada beberapa persamaan anatara tasawuf Islam dan Kristen.
Kemunculannya

lebih

dahulu

tasawuf

Kristen.

Jadi

banyak

orang

beranggapan bahwa tasawuf dalam islam merupakan suatu upaya bentuk


peniruan atas tasawuf Kristen. Sebenarnya tasawuf Islam dan Kristen
memiliki kaidah dan atauran sendiri-sendiri, hanya saja secara kebetulan ada
persamaan anatara keduanya. Tasawuf yang identic dengan kesederhanaan
dan ketradisionalan bisa dipadukan dengan modernitas. Hal ini telah
diwujudkan oleh Fathullah Gulen. Gerakan ini berusah berusaha berintegrasi
denagn dunia dengan mendamaikan nilai-nilai tradisional dan modern.
Dengan berhasilnya tasawuf berpadu dengan modernitas maka, tasawuf

6 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan


Madani,2011), hlm 139

harus menjadi gerakan toleransi dalam srti luas sehinnga kiata kita bisa
menutup mata kita atas kesalahan orang lain, menunjukkan penghargaan
atas perbedaan gagasan, dan memamaafkan atas segala yang dapat
dimaafkan.
Studi islam juga menkaji fiqh dan ushul fiqh didalamnya. Kedua cabang
ilmu ini sering kita kita kaitkan dengan syariat. Fiqh berarti mengetehui
hukum-hukum syara yang amaliah (mengenai perbuatan, perilaku) dengan
melalui dali-dalil yang terperinci. Fiqh diperoleh dari hasil ijtihad. Sedangkan
ushul fiqh adalah ilmu untuk mengetehui kaidah-kaidah, yang kaidah tadi
bisa digunakan untuk mengeluarkan hukum syara yang berupa hukum furu
(cabang) dari dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqh dan ushul fiqh memiliki
hubungan sangat erat. Ushul fiqh merupakan metodologi fiqh. Fiqh terbagi
dalam beberapa mzahab diantaranya adalah mazhab SyafiI, Hambali,
Hanafi, dan Maliki.
Kajian studi islam juga meliputi kajian hermeneutika atau kajian
tentang penafsiran makna. Kajian ini digunakan untuk menafsirkan Al-Quran.
Ada banyak tokoh terkenal yang telah mengkaji hermeneutika. Tetapi pada
kesempatan kali ini kita akan lebih fokus pada Farid Esac. Beliau telah
memberiakan

kontribusi

kontemporer.

Beliau

mencetuskan

gagasan

hermeneutika pembebasan Al-Quran.


Selanjutnya akan kita bahas model kajian filsafat yang akan lebih
difokuskan pada studi hibrida filsafat fondasionalismedan hermeneutika.

Saat ini kritik keagamaan sangat diperlukan jika diakui bahw atidak ada
lembagakeagamaan, tafsir, teologi atau kepercayaan yang tidak dapat salah.
Mengingat saat ini banyak prakti otoritarianisme yang terjadi di suatu
Negara. Pembahan lebih lanjut akan dibahas mengenai gagap paradigma
fondasionalisme,

pendekatan

hermebeutika

pintu

keragaman

dan

relativisme,menuju hibrida paradigmatic, dan tafsir multicultural sebagai


salah satu alaternatif.
Cakupan studi islam juga meliputi Model kajian pendidikan yang akan
lebih difokuskan pada pendekatan multikultural terhadap pendidikan agama.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagi macam suku bangsa,
agama, dan bahasa. Perbedaan ini di satu sisi bisa menjadi kekayaan
nasiomal tetapi disisi lain hal ini bisa menjadi awal mula perselisishan dan
perpecahan. Pendidikan agama didesain untuk menawarakan nilai-nilai
pengertian, interdependensi, dan perdamaian.
Studi islam juga mencakup model kajian pemikiran islam yang
difokuskan pada kajian tentang Islam liberal pada pembahasan ini. Istilah
liberal disini adalah pembebasan dari cara berpikir dan berperilaku
keberagamanyang menghambat kemajuan. Perhatian islam liberal adalah
pada hal-hal yang prinsip. Adapun hal prinsip misalnya negara demokrasi,
emansipasi wanita dan kebebasan berpikir. 7 Islam liberal merupakan bentuk
protes terhadap islam ortodoks. Sebenaranya islam liberal telah muncul
7 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam : Pendekatan dan Metode (Yogyakarta : Insan
Madani,2011), hlm 230

pada abad ke-19. Islam liberal menitikberatkan pada pemikiran islam


modern yang berpikir kritis, progresif, dan dinamis.
Studi islam juga mencakup model kajian politik. Kajian politik dalm
islam islam teah menarik perhatian para sarjana muslim sejak lama. Adanya
annggapan bahwa islam merupakan anacaman yang didhubungkan dengan
terorisme, menarik perhatian sarjana muda untuk mempelajari lebih dalam
tentang studi islam. Terkadang islam digunakan sebagai label politik masa
kini oleh kaum-kaum yang berkepentingan. Pada bagian ini akan diulas
beberapa karya mengenai model kajian politik.
Cakupan pembahasan studi islam selanjutnya adalah metododlogi
ilmiah modern dan studi islam. Metode ini menggunakan pendekatanpendekatan seperti pendekatan ilmu sejarah, pendekatan sosisologis,
pendekatan anatropologi dan etnografi, pendekatan fenomenologi, dan
pendekatan arakeologi. Semua pendekatan ini bertujuan untuk mengkaji
islam secara modern. Selain itu juga bertujuan agar pemikiran islam lebih
kritis, dinamis, dan progresif.

IKHTISAR
Studi islam merupakan kajian yang mengakaji Islam secara keseluruhan.
Dalam setiap sudut Islam yang dikaji pasti memiliki sebuah metodologi
tersendiri untuk mengkajinya. Model metodologi pun sangat beragam. Hal ini
sangat bergantung pada siapa yang mengkaji, kapan, dan dimana kajian itu

dilaksanakan. Terkadang suatu kajian dilakukan hanya untuk kepentingan


sekelompok

orang

saja.

Dalam

studi

islam

ada

banyak

perbedaan

pandangan antara satu pengkaji dan pengkaji lain, perbedaan ini jangan
sampai menjadi awal darisebuah permusuhan, tetapi jadikanlah hal ini
sebagai kekayaan ilmu. Bukankah seorang yang berpengetahuan kan lebih
bijak dalam mengambil suatu keputusan? Untuk menjadi seorang bijak kita
harus

memperluas

wawasan

kita

dan

jangan

memandang

suatu

permasalahan hanya dari satu sudt pandang saja.

KELEBIHAN
1. Bahasa yang digunakan tidak bertele-tele.
2. Terdapat indeks untuk kata-kata yang sulit untuk dimengerti
3. Fakta yang disajikan selalu disertai dengan bukti yang berupa rujukan
dari sumber lain.
KEKURANGAN
1. Ada sejumlah istilah asing yang sulit dipahami oleh orang awam

DAFTAR PUSTAKA

Biadhawi, Zakiyyudin.2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode.Yogyakarta :


Insan Madani

Anda mungkin juga menyukai