Anda di halaman 1dari 10

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN TASAWUF

HARIS AL-MUHASIBI

Nurtria Damayanti

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

Jl. Wiliam Iskandar Pasar V Medan Estate, Medan,20371

email: nutria7799@gmail.com

PENDAHULUAN
Tidak banyak yang tahu, bahwa al-Muhasibi merupakan rujukan
sufi-sufi besar Islam, ajarn-ajarannya banyak mempengaruhi pemikir sufi terkenal seperti
Sari as-saqhothi (paman Syekh Juneid al-Bagdadi) dan tercataat dalam sebuah karya Abu
Tholib al-Makki yang banyak mempengaruhi Abu Hamid al-Ghozali. Tidak hanya itu
saja, tercatat ada sekitar 200an kitab yang dibuahkandari pemikiran al-Muhasibi, jelasa
al-Muhasibi aalah bagian dari sufi besar di Islam.
Tasawuf adalah wasilah atau media paling efektif dan tepat bagi orang mukmin untuk
sampai kepada Allah SWT. Tasawuf bisa mempercepat jalinan mesra dengan Tuhan
secara non-rasial (spiritual). Dengan tasawuf, selain dapat memantapkan rasa tauhid dan
memperhalus akhlak, juga bisa memurnikan ibadah dan amal shalih, manusia tidak akan
melihat Tuhan dengan mata kepala di akhirat nanti, tetapi bisa melihatnya dengan mata
hati di dunia.
Dalam makalah ini juga dijelaskan tentang biografi singkat tentang
al muhasibi dan karya-karyapemikiran beliau tentang tasawuf serta berbagai karya-
karyakaryanya.
PEMBAHASAN

A. Biografi AL-Muhasibi

Al muhasibi (w. 243 H/875 H) di lahirkan di basrah dan


menghabiskan sebagian besar usianya di Baghdad, nama lengkapnya adalah Abu Abdilah
Al-Harist Al-Muhasibi. Ia mengembangkan psilokologi moral yang paling ketat dan
paling berpengaaruh di tradisi ahlak tasawuf. Pengaruh al muhasibi bisa dirasakan secara
langsung maupun tidak langsung , terutama melalui muridnya, sari al-saqathi (paman dari
al junaid). Psikologi al muhasibi bias di temukan dalam karya-karya Abu Tholib Al
Makki mempengaruhi pemikiran Abu Hamid Al Ghozali (w. 111 M) yang karya –karya
tasawufnya terkenal di dunia islam. Hingga saat ini.
Karya utama dari Al Muhasibi adalah kitab al-ar’ayat lihukukillah
yang berisi tentang analisis yang bagus dan mendalam tetang berbagai bentuk idiolisme
yan mendalam tentang berbagai bentuk egoinisme manusia, metode unutk mengujinya,
periangatan untuk bersikap waspada terhadap egoisme itu,dan peringatan agar kita tidak
terikat dan di sibukka olehnya, demikian komentar micheal A.sells.
Bentuk-bentuk utama egoisme yang di bahas oleh al muhasibi dalam karyanya itu
meliputi:

1. dan keinginan untuk menampilkan kebaikan diri (riya’)


2. Cinta kepada diri sendiri (narsisme¬)
3. Membanggakan diri (kibr)¬
4. Angkuh (ujub) dan
5. Berhayal bahwa diri sendiri merupakan orang yang tepat (ghrah)
setiap bentuk egoisme itu saling berhubungan satu sama lain, misalnya sikap
selalu ingin bersaing, bermusuhan, serakah, dan membanggakan diri
sendiri,dan obat penangkal egoisme dan turunnannya adalah sikap iklas yang
di dasarkan atas perenungan terhadap tuhan tan maha esa, nilai-nilai al quran,
serta akal manusia yang selalu bekerja dalam kerangka wahyu tuhan.

1. Ajaran Tasawuf Al-Muhasibi


Al-Harits bin Asad Al-Muhasibi (w.243 H) menempuh jalan tasawuf karena hendak
keluar dari keraguan yang dihadapinya. Tatkala mengamati madzhab-madzhab yang dianut umat
islam. Al-muhasibi menemukan kelompok didalamnya. Diantara mereka ada sekelompok orang
yang tahu benar tentang keakhiratan, namun jumlah mereka sangat sedikit. Sebagian besar dari
mereka adalah orang-orang yang mencari ilmu karena kesombongan dan motivasi keduniaan.
Diantara mereka terdapat pula orang-orang terkesan sedang melakukan ibadah karena
Allah,tetapi sesunguhnya tidak demikian. Al-Muhasibi memandang bahwa jalan keselamatan
hanya dapat ditempuh melalui ketakwaan kepada Allah, melaksanakan kewajiban-kewajiban,
wara’, dan meneladani Rasulallah. Menurut Al-Muhasibi, tatkala sudah melaksanakan hal-hal
diatas, maka seorang akan diberi petunjuk oleh Allah berupa penyatuan antara fiqh dan tasawuf.
Ia akan meneladani Rasulallah dan lebih mementingkan akhirat dari pada dunia.

a. Pandangan Al-Muhasibi tentang Ma’rifat


Al-Muhasibi berbicara pula tentang ma’rifat. Ia pun menulis sebuah
buku tentangnya, namun, dikabarkan bahwa ia tidak diketahui alasannya kemudian
membakarnya. Ia sangat berhati-hati dalam menjelaskan batasan-batasan agama, dan
tidak mendalami pengertian batin agama yang dapat mengaburkan pengertian lahirnya
dan menyebabkan keraguan. Inilah yang mendasarinya untuk memuji sekelompok sufi
yang tidak berlebih-lebihan dalam menyelami pengertian batin agama. Dalam konteks ini
pula ia menuturkan sebuah hasits Nabi yang berbunyi, “Pikirkanlah makhluk-makhluk
Allah dan jangan coba-coba memikirkan Dzat Allah sebab kalian akan tersesat
karenanya.” Berdasarkan hadits diatas dan hadis-hadis senada, Al-Muhasibi mengatakan
bahwa ma’rifat harus ditempuh melalui jalan tasawuf yang mendasarkan pada kitab dan
sunnah.
Al-Muhasibi menjelaskan tahapan-tahapan ma’rifat sebagai berikut:
1. Taat, awal dari kecintaan kepada Allah adalah taat, yaitu wujud kongkrit ketaatan
hamba kepada Allah. Kecintaan kepada Allah hanya dapat dibuktikan dengan jalan
ketaatan, bukan sekedar pengungkapan kecintaan semata sebagaimana dilakukan oleh
sebagian orang. Mengekspresikan kecintaan kepada Allah hanya dengan ungkapan-
ungkapan, tanpa pengamalan merupakan kepalsuan semata. Diantara implementasi
kecintaan kepada Allah adalah memenuhi hati dengan sinar. Kemudian sinar ini
melimpah pada lidah dan anggota tubuh yang lain.
2. Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi hati
merupakan tahap ma’rifat selanjutnya
3. ada tahap ketiga ini Allah menyingkapkan khazanah-khazanah keilmuan dan
kegaiban kepada setiap orang yang telah menempuh kedua tahap diatas. Ia akan
menyaksikan berbagai rahasia yang selama ini disimpan Allah.
4. Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh sementara sufi dan fana’ yang
menyebabkan baqa’
b. Pandangan Al-Muhasibi tentang Khauf dan Raja’
Dalam pandangan Al-Muhasibi, khauf (rasa takut) dan raja’
(pengharapan) menempati posisi penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa.
Pangkal wara’ menurutnya, ada ketakwaan; pangkal ketakwaan adalah instrosfeksi diri
(musabat Al-nafs) ; pangkal introspeksi diri adalah khauf dan raja’; pangkal khauf dan
raja’ adalah pengetahuan tentang janji dan ancaman ; pangkal pengetahuan tentang
keduanyaadalahperenungan.
Khauf dan raja’; menurut Al-Muhasibi, dapat dilakukan dengan
sempurna bila berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As sunnah. Dalam hal ini, ia
mengaitkan kedua sifat itu dengan ibadah haji dan janji serta ancaman Allah. Al-
Muhasibi mengatakan bahwa Al-Qur'an jelas berbicara tentang pembalasan (pahala) dan
siksaan. Ajakan-ajakan Al-Qur'an pun sesungguhnya dibangun atas dasar targhib
(sugesti) dan tarhib (ancaman). Al-Qur'an jelas pula berbicara tentang surga dan
neraka .Ia kemudian mengutip ayat-ayat berikut:

Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (surga) dan
dimata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan
mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat
baik; mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah)" (QS.Adz-Dzariyyat,ayat:15-18).

Raja’ dalam pandangan Al-Muhasibi, seharusnya melahirkan amal saleh. Seseorang yang
telah melakukan amal saleh, berhak mengharap pahala dari Allah

2. Pemikiran Tasawuf Haris Al-Muhasibi.

Haris al-Muhasibi adalah seorang ulama yang masyhur dalam ilmu ushul dan ilmu akhlak, di
samping itu beliau juga terkenal sebagai seorang guru kenamaan di Baghdad. Haris al-Muhasibi
digelari al-Muhasibi, karena dia suka mengadakan instropeksi kepada dirinya. Kata tersebut
berasal dari konsep al-muhasabah, yakni mengingat kembali atau melakukan evaluasi dengan
penuh pertimbangan secara terus-menerus pada hati nurani.
Haris al-Muhasibi adalah pendiri aliran tasawuf Baghdad, bergabung bersamanya sufi
terkenal Junaid al-Baghdadi (w. 298 H), Abu Hamzah al-Bagdadi (w. 289 H), Abu Husain an-
Nuri (w. 295 H), Surri as-Saqti (w. 253 H), dan para sufi lainnya.
Al-Haris bin Asad al-Muhasibi menempuh jalan tasawuf karena hendak keluar dari keraguan
yang dihadapinya. Tatkala mengamati madzhab-madzhab yang dianut umat islam, Al-Muhasibi
menemukan kelompok didalamnya. Diantara mereka ada sekelompok orang yang tahu benar
tentang keakhiratan, namun jumlah mereka sangat sedikit. Sebagian besar mereka adalah orang-
orang yang mencari ilmu karena kesombongan dan motivasi keduniaan. Diantara mereka
terdapat pula orang-orang terkesan sedang melakukan ibadah karena Allah, tetapi sesungguhnya
tidak demikian.
Al-Muhasibi memandang bahwa jalan keselamatan hanya dapat ditempuh melalui ketakwaan
kepada Allah SWT, melaksanakan kewajiban-kewajiban Wara' dan meneladani Rasulullah
SAW. Menurut Haris al-Muhasibi, tatkala sudah melakukan hal-hal yang diatas, maka seseorang
akan diberi petunjuk oleh Allah berupa penyatuan antara fiqih dan tasawuf. Ia akan meneladani
Rasulullah dan mementingkan akhirat dari pada dunia.
Haris al-Muhasibi di dalam ajaran tasawufnya cnderung melakukan analisis dengan
menggunakan logika. Sebagai contoh mengenai analisisnya tentang pengertian rasa sedih. Beliau
menjelaskan sebagai berikut : " Rasa sedih itu ada beberapa macam: rasa sedih karena hilangnya
sesuatu yang keberadaannya sangat disenangi, rasa sedih karena khawatir tentang yang akan
terjadi besok hari, rasa sedih karena merindukan yang didambakan bisa tercapai ternayata tidak
tercapai, dan rasa sedih karena mengingat betapa diri menyimpang dari ajaran-ajaran Allah
SWT."
Menurut at-Taftazani, dalam kalangan sufi, barangkali Dialah yang pertama kali membahas
maslah akhlak dan hal-hal yang berkaitan dengannya, seperti latihan jiwa, taubat, ridla, tawakal,
takut, dan lain sebagainya. Dan dia adalah salah seorang sufi yang memadukan antara ilmu
syariat dengan ilmu hakikat,
Al-Ghazali berkomentar, "Al-Muhasibi adalah orang terbaik dalam ilmu mu'amalah (ilmu
tentang 'pergaulan dengan Allah'), dialah yang memiliki keutamaan sebagai perintis dari semua
pembahas tentang noda-noda dalam jiwa, dan penyakit yang menodai amal rhaleh. Haris al-
Muhasibi meninggal dunia di Baghdad pada tahun 234 H/857 M.
3. Karya-Karya Al- Muhasibi
Al muhasibi menulis karya tulis sebanyak 200 buah, yang berbentuk
risalah. Dalam risalah itulah ia mengemukakan pandangannya, baik dala bidanag
fikih, dan ilmu kalam dan banyak risalah tentang tasawuf, namun dari sekian banyak
karya tulisnya . hanya sedikit yang di temukakannya di antaranya :
1. Ar-riayat lihukukillah(memelihara hak-hak Allah )
2. Al washiyah an-nasaih (wasiat atau petunjuk)
3. Risalah al-mutarsidin (orang-orang yang memperoleh peunjuk)
4. Al masa’ilfi amal al qulub wa al-jawarih wa al-aql(tentang aktifitas hati,anggota
tubuh, dan akal)
5. Al fahmi al quran (memahami al quran)

4. Nasehat Al- Muhasibi


Berikut beberapa nasehat Al Muhasibi :
a. Hindarilah sifat kikir
Sahabatku! Aku mewanti-wanti kalian, sesungguhnya kekikiran terhadap
ALLAH swt. Akan menghalangi kebaikan dunia dan akhirat, dan seorang
yang bakhil tidak akan berdekatan dengan Allah di rumah-Nya. Telah sampai
kepada kami suatu ucapan, bahwa orang yang bakhil akan jauh dari Allah,
jauh dari Rasul-Nya saw. Dan jauh dari surga, namun dekat ke neraka!.
Ingatlah, alangkah besar kejahatan seseorang yang telah diberi karunia
oleh Allah dalam bentuk harta yang banyak tetapi ia mengeluarkannya sedikit
dan ia terlalu kikir terhadapnya. Semoga Allah melindungi kita dan kalian
semua dari sifat kikir.
b. Memelihara anggota tubuh dan hati
Saudaraku! Aku berpesan kepada kalian tentang suatu pekerti, yang
merupakan kumpulan seluruh kebaikan, yaitu aku berwasiat tentang
pemeliharaan seluruh anggota tubuh serta hati, dan senantiasa kukuh menjaga
di segala kondisi. Janganlah memulai sessuatu dengan tindakan, juga dengan
perkataan, serta jangan pula menyembunyikannya kecuali melalui
pertimbangan dan perencanaan. Jika sesuatu itu terpuji di sisi Allah SWT.
Bersegeralah melakukannya; sebaliknya, jika tercela, maka jauhilah. Adapuns
esuatu yang masih samar menurutmu, serahkanlah kepada orang yang ahli di
bidangnya, dan berhentilah sampai di sini dulu sampai Allah memberikan
ilmu dan penjelasannya.
Rasulullah saw. Bersabda : “Manusia yang paling di cintai oleh Allah
ialah orang yang tidak mengungkapkan perkataan, perbuatan tangan, kaki,
tindakan, tidak juga niat kecuali setelah petimbangan dan perencanaan. Maka,
jika di sana terdapat ridha Allah, ia lakukan, dan jika tidak, maka ia tahan.”
Ingat! Contohlah orang yang cendekia dan intelek, juga pelaku wara’ dan
takwa. Berperilakuklah dengan etika mereka, engkau akan mendapatkan
dengannya kemuliaan di hari ditegakkan hisab. Semoga Allah memberi kita
taufik untuk setiap kebaikan melalui Rahmya-Nya.
PENUTUP

c. Kesimpulan

Abu Abdillah al-Haris bin Asad al-Basri al-Muhasibi. Dia dilahirkan di Basrah pada
tahun 165 H/781 M. Al-Muhasibi adalah salah satu tokoh islam yang berperan penting dalam
agama islam. Beliau berpandangan bahwasanya jalan keselamatan hanya bisa ditempuh melalui
ketakwaan kepada Allah SWT, melaksanakan kewajiban-kewajiban Wara' dan meneladani
Rasulullah SAW. Haris al-Muhasibi juga menekankan fungsi kemampuan nalar atau akal budi
dalam upayanya memahami hikmah-hikmah perintah dan larangan Allah. Namun hendaklah akal
budi tersebut dibarengi dengan akhlak bahwa Haris al-Muhasibi menekankan fungsi kemampuan
nalar atau akal budi dalam upayanya memahami hikmah-hikmah perintah dan larangan Allah.
Al-Muhasibi juga mempunyai banyak karya-karya yang menjadi rujukan oleh umat islam baik
masalah hukum maupun tasawuf seperti Ar-Riayat lihukukillah (memelihara hak-hak Allah),
Al-Washiyah an-nasaih (Wasiat atau petunjuk), Risalah Al-Mutarsidin (Orang-orang yang
memperoleh petunjuk), Al-masa'ilfi amal al-qulub wa al-jawarih wa al-aql (Tentang aktifitas
hati, anggota tubuh dan akal), Al-fahmi al-qur'an (Memahami Al-Qur'an).

d. Saran
Untuk para pembaca, makalah ini dapat dijadikan sebagai pandangan fikiran yang nantinya
dapat dijadikan sebuah referensi tentang keteladanan Al-Muhasibi yang memiliki tabiat baik
dalam perjalanan hidupnya.
Untuk para pembaca, hendaknya harus lebih mengetahui dan mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari mengenai sifat-sifat Al-Muhasibi.
Daftar Pustaka

https://djauharul28.wordpress.com/2014/10/14/biografi-dan-ajaran-al-muhasibi/
https://djauharul28.wordpress.com/2014/10/14/biografi-dan-ajaran-al-muhasibi/
http://sejarah-bekentomoninte.blogspot.com/
http://www.tipskom.co.cc/2009/09/al-muhasibi-pandangan-tasawufnya.html
http://walijo.com/al-harits-bin-asad-al-muhasibi/
http://bukuj.blogspot.com/2013/08/al-muhasibi-nashaih.html
https://www.kaskus.co.id/show_post/50c14926532acf257f000047/1812/harith-al-muhasibi

Anda mungkin juga menyukai