Penyusun :
Raudlatul Jannah
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat dan salam selalu tercurah
limpahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpah dan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah "
PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM "
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami disini kami masih butuh bimbingan serta dukungannya
agar makalah ini mencapai kesempurnaan. Kami mengucapkan Terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ust. Robbi Zidni Ilman ZF selaku dosen
pembimbing.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................1
A.Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Masalah...........................................................................................2
A.Kesimpulan...................................................................................................8
iii
A. Latar belakang
1
pembaruan Islam memang terlihat sangat intens, dan hal ini didukungnya dengan
menulis sejumlah buku serta artikel yang membahas berbagai masalah
fundamental Islam. Dari kajian-kajian keagamaanya, hukum Islam tampak
mendapat perhatian serius dari Rahman. Berbeda dengan para pembaru Muslim
sebelumnya, Rahman berhasil merumuskan suatu metodologi yang sistematis dan
komprehensif, dimana hukum Islam merupakan fokus utamanya disamping aspek-
aspek lain.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. TERTUTUPNYA PINTU IJTIHAD
Disamping itu, fatwa tentang tertutupnya pintu ijtihad itu dapat pula menimbulkan
akibat-akibat yang negatif,diantaranya:
3
1
1. Berhentinya perkembangan fiqih, yang mengakibatkan fiqih Islam menjadi
statis.
2. Umat Islam menjadi statis dan tidak kritis, yang menyebabkan kemunduran dan
keterbelakangan umat Islam;
3. Fokus perhatian umat Islam dan ulama' berpindah dari AlQur’an dan Sunnah
kepada fatwa-fatwa imam madzhabnya dan dasar-dasar pemikirannya, yang
mereka pandang seolah nash-nashnya. Dan kalau mereka memahami nash-nash
AlQur’an dan sunnah, maka dimaksudkan untuk memperkuat mandzhabnya.
1
Fazlurrahman, Membuka Pintu Ijtihad, terj Anas Mahyudin, (Penerbit PUSTAKA:
Bandung, 1884, 227)
².Ibd, 228
4
Rahman menolak tertutupnya pintu ijtihad, ataupun penilaian-
peniAlaian ke dalam ijtihad mutlak, Ijtihad Fil Masa'il dan Ijtihad Fil Madzhab.
Tentang penilaian-peniAlaian ijtihad ini, ia berkomentar, "pembagian ijtihad
semacam ini jelas bersifat formalistik dan agak artifisialis. Rahman memang
mengakui bahwa seorang mungkin hanya merupakan ahli dalam suatu masalah
dan bukan pemikir yang menjulang dalam keseluruhan masalah hukum, tetapi hAl
ini bukanlah masalahyang penting, karena jika ia mengemukakan aplikasi yang
tepat, maka ia juga bisa menjadi ahli dalam cabang hukum-hukum lainnya. Hal
yang teramat penting adalah caliber intelektualnya, yang secara relatif sedikit
sekali disinggung dalam literaturliteratur Yuridis kita.
5
bertanggung jawab. Beliau mengatakan:Jika sebuah masyarakat mulai hidup di
dalam masa lampaunya, betapapun indahnya kenang-kenangan dari masa
lampaunya itu dan tidak dapat menghadapi realitas-realitas masa kini dengan
berani, betapapun pahitnya realitas-realitasini, maka ia pastai akan berubah
menjadi fosil; dan sebuah hukum Allah yang tak dapat diubah adalah: bahwa
fosil-fosil tidak dapat mempertahankan hidup mereka untuk waktu yang cukup
lama. Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Kami tidak melakukan aniaya
kepada mereka, mereka sendirilah yang berbuat aniaya kepada diri mereka
sendiri” (AlQur’an, 11:101;16:33 dan ayat-ayat lainnya).Secara gamblang kita
dapat mengatakan bahwa kirakira satu Abad lamanya kaum Muslimin telah
mengalami serangan, di dalam dirinya sendiri, dari kekuaatan-kekuatan dahsyat
yang dilancarkan oleh apa yang umumnya dinamakan ”modernitas” yang
bersumber dari barat kontemporer. Pemikirpemikir Muslim, baik di anak benua
India-Pakistan maupun di Timur Tengah, secara sadar telah melakukan berbagai
usaha, khusunya menjelang akhir Abad yang lampau. Untuk menghadapi
tantangan-tantangan baru ini secara kreatif dengan melakukan penyerapan,
penyesuaian dan lain sebaginya.⁷
6
Keadaan ini terbaca oleh Rasulullah saw. dan karenanya beliau merestui Mu’adz
bin Jabal untuk mengambil langkah “ijtihad Birra’yi sebagaimana tergambar
dialog yang sudah popular yang terjadi antara Rasulullah dan Mu’adz bin Jabal
ketika ia diangkat menjadi gubernur di Yaman.
Peristiwa tersebut menggambarkan, bahwa ijtihad sebagai lembaga
sudah dimasukkan oleh Rasulullah saw. ke dalam teknik membuat operasional
syari’ah dan terbuka pemanfaatannya oleh orang yang setingkat kemampuannya
dengan Mu’adz bin Jabal. Sesudah dibuka oleh Rasulullah saw. tentunya tidak
seorangpun yang berhak menutup pendayagunaan lembaga tersebut. Apabila
dikemudian hari timbul anggapan tersebut, itu untuk menutupi jalan bagi yang
tidak berkepentingan dengan ijtihad. Rahman mengemukakan bukti histories
generasi awal Islam, ternyata mereka memandang ajaran-ajaran Al-Qur’an dan
As-Sunnah sebagai ajaran yang bergerak secara kreatif sesuai dengan bentuk-
bentuk sosial yang beraneka ragam. Ia mengemukakan beberapa contoh mengenai
perubahan perubahan ketentuan teks yang dilakukan oleh Umar bin Khattab. Hal
ini sebagai bukti, betapa kita mempunyai garis - garis kebijaksanaan yang kuat
dan yang bersumber dari sejarah masa lampau umat Muslim, ketika ajaran Al-
Qur’an dan AsSunnah disempurnakan dan ditafsirkan secara kreatif menjadi
“Sunnah Yang Hidup” untuk menghadapi faktor-faktor dan benturan-benturan
baru.Rahman telah mengemukakan gambaran perkembangan dari “Sunnah Yang
Hidup” dimasa lampau dengan contoh-contoh yang konkrit, dan berusaha
menunjukkan latar belakang situasionalnya, dan betapa kebijaksanaan itu diambil
sesuai dengan keadaan yang sedang dihadapi pada masa itu, hal ini dimaksudkan
untuk menjelaskan dimensi yang sebenarnya, sehingga kita akan memahami
kekuatan-kekuatan sosiologis yang menyebabkan umar berbuat demikian.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pintu ijtihad terbuka adalah periode di mana seorang ulama dianggap masih
mampu melakukan ijtihad dalam semua masalah, baik yang tercakup dalam Al-
Qur'an atau hadis maupun yang tidak tercakup dalam Al-Qur'an atau hadist.Dan
menutup pintu ijtihad berarti menutup kesempatan bagi para ulama Islam untuk
menciptakan pemikiran-pemikiran yang baik dalam memanfaatkan dan menggali
sumber (dalil) Hukum Islam.
8
DAFTAR PUSTAKA