“Filsafat Umum”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Swt atas berkat,
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan didalamnya. Makalah ini
membahas mengenai “Masa Skolastik Arab atau Filsafat Islam Bagian I”.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
membuat makalah semester ganjil 2019/2020 “Filsafat Umum”. Dalam
pembuatan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk
itu kami ucapkan terima kasih kepada bapak Fathun Nadhor, M.Ag. selaku dosen
pengampu, serta pihak–pihak lain yang turut membantu memberikan referensi
buku.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun orang yang membacanya. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
3.1 Kesimpulan...................................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat abad pertengahan lazim disebut abad filsafat skolastik. Kata tersebut
diambil dari kata schuler yang berarti ajaran atau sekolahan. Secara garis besar
filsafat skolastik (pertengahan) dibagi menjadi dua periode yaitu periode skolastik
Islam (Arab) dan periode skolastik Kristen. Pada masa skolastik Islam sendiri
dibagi lagi kedalam empat masa yaitu, periode kalam pertama, periode filsafat
pertama, periode kalam kedua, periode filsafat kedua, dan periode kebangkitan.
Dalam periode filsafat pertama sendiri muncul filsuf-filsuf Islam diantaranya Al-
Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masa Skolastik Islam
Kata filsafat dalam bahasa Indonesia ternyata berasal dari bahasa Arab
“falsafah” yang diturunkan dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia
sendiri dari dua kata, yaitu kata philos yang berarti cinta atau phila yang berarti,
sama suka dan kata sophos yang berarti suatu bijaksana atau shopia
kebijaksanaan, pengetahuan, keahlian, kebijaksanaan atau pengalaman praktis,
intelegensi.
Pokok pembicaraan filsafat mencakup tiga hal yaitu Tuhan, manusia, dan
alam. Dengan demikian dapat dikatakan filsafat Islam adalah pemikiran rasional,
kritis, sistematis, tentang seluruh ajaran Islam mengenai Tuhan, manusia, dan
alam. Dalam keberadaan filsafat periode filsafat skolastik Islam sendiri menandai
masa kegemilangan dunia Islam yaitu pada masa Daulah Abbasiyah di Baghdad
dan Daulah Amawiyah di Spanyol.
Riwayat Hidup
Al-Kindi mempunyai nama lengkap Abu Yusuf Ya’kub Ibn Ishaq Ibn
Sabbah Ibn Imran Ibn Ismail Al-Ash ats Ibn Qais Al-Kindi, lahir di Kuffah (Iraq
sekarang) tahun 801 M, pada masa khalifah Harun Al-Rosyid (786-809 M) dari
2
Dinasti Bani Abbas (750-1258 M). Al–Kindi lahir dari keluarga bangsawan,
terpelajar, dan kaya.1
1
Fuad el-Ahwani, “Al-Kindi” dalam MM. Syarif, Para Filosof Muslim, terj. A Muslim, (Bandung:
Mizan, 1996), hal.11.
2
Ibid, hal.12.
3
George N Atiyeh, “Al-Kindi” Tokoh Filosof Muslim, terj.Kasidjo Djojosuwarno, (Bandung:
Pustaka, 1983), hal.7.
3
2.2.2 Al – Ghozali
Riwayat Hidup
1. Serangan dari dunia filsafat yang telah menjadikan ilmu tentang ke-Tuhanan
berupa pengetahuan yang semata-semata, sehingga memberikan gambaran
tentang Tuhan yang membingungkan.
2. Serangan dari dunia tasawuf (mistik) dan kebatinan yang keterlaluan dan
membayangkan amal syariat Islam terhadap ini beliau berikan tuntutan yang
sesuai dengan syariat agama Islam. Didalam tasawuf Al-Ghazali tampak lebih
4
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hal.62.
5
Sudarsono, Filsafat Islam....., hal.64.
4
jelas sekali faktor pemikiran disamping faktor perasaan, sesuai dengan
tuntutan ayat-ayat Al-Quran tentang pentingnya faktor akal.6 Al-Ghozali
menentang ilmu kalam dan ulama kalam, namun beliau tetap menjadi seorang
tokoh kalam.
2.2.3 Al-Razi
Nama lengkap Al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakari Ibnu
Yahya Al-Razi. Al-Razi dilahirkan di Rayy, sebuah kota tua yang masa lalunya
bernama Rhogee, dekat Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251
M/865 M.7 Dikatakan oleh beberapa ahli bahwa Al-Razi telah pandai memainkan
harpa pada usia remajanya, telah menjadi seseorang penukar uang yang sebelum
6
Sudarsono, Filsafat Islam......, hal.69.
7
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam filosof & filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal.
113.
5
beralih ke filsafat dan kedokteran, Al-Razi memperoleh reputasi yang baik dalam
bidang kedokteran, sehingga diangkat menjadi kepala rumah sakit dikota asalnya
pada usia kira-kira tiga puluh tahun, dan mengambil alih kepemimpinan rumah
sakit di Bagdad. Al-Razi dikenal sebagai “Dokter Islam yang tidak ada
bandingannya”.8
Al-Razi termasuk seorang filosof yang rajin belajar dan menulis, sehingga
tidak mengherankan ia banyak menghasilkan karya tulis. Dalam autobiografinya
pernah ia katakan, bahwa ia telah menulis tidak kurang dari 200 buah karya tulis
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karya tulisnya yang terkenal dalam
bidang kimia ialah Kitab al- Asrar, dalam bidang medis karya terbesarnya ialah
Kitab al-Hawi yang merupakan ensiklopedia ilmu kedokteran. 9
Adapun
diantaranya karya-karyanya yang lain ialah Risalah tentang Filsafat, Pengobatan
Rohani, Sejarah Filsafat, Maqolah tentang Metafisika, Maqolah Fiimaaraatil al-
iqbali wa al daulah, tentang kelezatan dan ilmu fisik yang kekal.10
Filsafatnya
8
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 54.
9
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam filosof & filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal.
116.
10
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 55.
11
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam filosof & filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal.
117.
6
alam semestinya tidak kekal, sekalipun materi pertama kekal,
sebab penciptaan di sini dalam arti disusun dari bahan yang telah
ada.
b) Al-Nafs al Kulliyat (Jiwa Universal) menurut Al-Razi, al mabda’
al qadim al sany (sumber kekal yang kedua). Pada benda-benda
alam terdapat daya hidup dan gerak, sulit diketahui karena ia tanpa
bentuk yang berasal dari jiwa universal yang juga bersifat kekal.12
c) Al-Hayula al-Ula (Materi Pertama) adalah substansi yang kekal
yang terdiri dari atom-atom. Setiap atim itu mempunyai volume.
Tanpa volume, pengumpulan atom-atom itu tidak bisa menjadi
suatu yang terbentuk. Bila dunia dihancukan maka ia juga terpisah-
pisah dalam bentuk atom-atom. Materi itu kekal maka tidak
mungkin menyatakan bahwa suatu berasal dari ketiadaan.13
d) Al-Makan al-Muthlaq (Tempat/Ruang Absolut) adalah ruang
dipahami oleh Al-Razi sebagai konsep yang abstrak, ruang menurut
Al-Razi dapat dibedakan menjadi dua macam: ruang partikular dan
ruang universal. Ruang yang pertama terbatas dan terikat dengan
suatu wujud yang menempatinya, yang kedua tidak terikat dengan
wujud dan tidak terbatas. Bagi Al-Razi ruang bisa saja berisi wujud
atau yang bukan wujud karena adanya kehampaan bisa saja
terjadi.14
e) Al-Zaman al-Muthlak (Masa Absolut) adalah waktu pun
menurutnya dibagi menjadi dua macam yaitu, waktu absolut dan
waktu yang terbatas. Waktu absolut ialah perputaran waktu,
sifatnya bergerak dan kekal. Waktu yang terbatas ialah waktu yang
diukur berdasarkan pergerakan bumi, matahari dan bintang-
bintang.15
12
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama, 1999), hal. 26-27.
13
Ibid, hal. 27.
14
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam filosof & filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal.
119-120.
15
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 60.
7
2. Filsafat Moral
Menurut Al-Razi pandangan ini dapat kita lihat dalam bukunya “ al Tibb
al Ruhani dan Sirat al Falsafiyyah”. Menurutnya dalam hidup ini kita jangan
terlalu zuhud tetapi jangan pula terlalu tamak. Yang paling baik adalah moderat.
Artinya jangan terlalu mengumbar nafsu dan jangan pula terlalu membunuh nafsu.
Segala sesuatu itu hendaknya menurut kebutuhan saja.
Untuk mencapai tujuan tersebut ia membuat dua buah batas. Yang pertama
batas tertinggi ialah menjauhi kesenangan yang hanya dapat diperoleh dengan
jalan menyakiti orang lain atau bertentangan dengan ratio. Kedua batas terendah
ialah menemukan apa yang tidak merusak atau menyebabkan penyakit dan
berpakaian sekedar untuk menutup tubuh.16
16
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 56.
8
yang lainnya, perbedaan antara manusia timbul karena berlainan pendidikan dan
berbedanya suasana perbedaanya suasana perkembangannya.17
Al-Farabi atau Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan lahir
pada tahun 257 H (870 M). Al-Farabi sendiri diambil dari nama kota Arab. Al-
Farabi dikenal sebagai keturunan Turkestan dan Iran. Al-Farabi menguasai bahasa
Iran, Turkestan, dan Kurdistan. Al-Farabi menginggalkan negerinya menuju
Baghdad. Selama disana ia memusatkan perhatiannya pada ilmu logika. Setelah
itu ia pindah ke Harran, tetapi tidak lama ia meninggalkan kota ini untuk kembali
ke Baghdad untuk mendalami filsafat setelah ia mendalami ilmu logika. Selama di
Baghdad ia berdiam diri selama 30 tahun untuk mengarang, memberikan
pelajaran, dan mengulas buku-buku filsafat.18
9
4) ‘Uyun ul-Masail (pokok-pokok persoalan)
Al-Farabi melihat adanya perbedaan antara Plato dan Aristoteles hanya secara
lahiriah saja dan mengenai persoalan pokok. Kalaupun ada perbedaan tidak lebih
dari 3 kemungkinan: (1) Definisi filsafat itu sendiri tidak benar,(2) Pendapat orang
banyak tentang pikiran-pikiran filsafat dari kedua filosof tersebut tidak benar,(3)
Pengetahuan kita tentang adanya perbedaan antara keduanya tidak benar.
Logika
20
Ibid, hal. 449
10
2. Guna logika: agar kita dapat membetulkan pemikiran orang lain atau agar orang
lain dapat membetulkan pemikiran kita atau kita dapat membetulkan pemikiran
kita sendiri.
3. Lapangan logika: segala macam pemikiran yang bisa diutarakan dengan kata-
kata, dan juga segala macam kata-kata dalam kedudukannya sebagai alat
menyatakan pikiran.
Pembagian kias ada 5, yaitu (1) Kias yang meyakinkan (qiyas-burhani), (2) Qiyas-
jadali, (3) Kias sofistika, (4) Qiyas-khatabi, (5) Qiyas-syi’ri
Filsafat Metafisika
a. Tuhan
b.Hakikat Tuhan
Allah adalah wujud yang sempurna dan yang ada tanpa suatu sebab, karena
kalau ada sebab bagi-Nya berarti ia tidak sempurna. Ia adalah wujud yang paling
mulia dan yang paling dahulu adanya.
c. Sifat-sifat Tuhan
11
Emanasi (Al-Faidh)
Emanasi atau yang sering disebut teori tingkatan wujud merupakan teori
tentang keluarnya suatu wujud yang mumkin (alam makhluk) dari Zat yang wajib-
ul-wujud (Zat yang mesti adanya; Tuhan). Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan
itu Esa sama sekali. Oleh karena itu yang keluar dari-Nya juga satu wujud saja,
sebab emanasi timbul karena pengetahuan (ilmu) Tuhan terhadap Zat-Nya yang
satu. Dasar adanya emanasi tersebut ialah dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran
akal-akal terdapat kekuatan emanasi dan penciptaan.
Filsafatnya
21
Maftukhin, Filsafat Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 115.
12
Ketuhanan
Tuhan menurut Ibn Miskawaih, adalah zat yang tidak berjisim, azali, dan
pencipta. Tuhan dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung
kejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-nya. Ia ada tanpa diadakan dan
ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain.22
Jiwa
Menurut Ibn Miskawaih, adalah jauhar rohani yang tidak hancur dengan
sebab kematian jasad. Ia adalah kesatuan yang tidak terbagi-bagi.23 Ibn miskawaih
menonjolkan kelebihan jiwa manusia atas jiwa binatang dengan adanya kekuatan
yang menjadi sumber pertimbangan tingkah laku , yang selalu mengaruh ke
kebaikan. Menurutnya, jiwa manusia mempunyai tiga kekuatan yang bertingkat-
tingkat yaitu, nafsu kebinatangan, nafsu binatang buas, jiwa yang cerdas.
Teori Evolusi
Dasar-dasar Etika
Teori etika beliau bersumber dari filsafat Yunani, peradaban Persia, ajaran
Syariat Islam, dan pengalaman pribadi.
Kematian
Ibn Miskawaih menyinggung masalah takut mati yang banyak dialami oleh
orang pada umumnya. Agar orang jangan sampai takut mati maka caranya adalah
dengan mengatasi sebab-sebab takut mati itu sendiri.24
Politik
22
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam filosof & filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal.
129.
23
Ibid, hal.133.
24
Maftukhin, Filsafat Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 128-129.
13
Ibn Miskawaih menegaskan bahwa yang dapat menjaga tegaknya syariat
Islam adalah imam yang kekuasaannya seperti kekuasaan raja. Raja adalah
pengawal utama aturan-aturan Tuhan dan menjaga agar masyarakat tetap
berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama.25
Memiliki nama lengkap Abu ali Husein ibn Abdillah ibn Sina. Lahir di
Afsyana, dekat Bukhara, pada 980 H/ 1037 M. Menurut sejarah hidup yang ditulis
oleh muridnya, Ibn Sina semenjak kecil telah banyak mempelajari ilmu-ilmu
pengetahuan yang ada di zamannya, seperti fisika, matematika, kedokteran,
hukum, dsb. Sewaktu masih berumur 18 tahun, beliau telah dikenal sebagai
dokter, lanjut pada usia 21 tahun, beliau telah menuntaskan pelajarannya dan
mulai menulis karya-karya master-piece lainnya. Ilmu kedokterannya yang
terkenal adalah al-Qanun fi al-Tibb (The Canon). Ia adalah filsuf Muslim ternama
dengan penguasaan yang mumpuni terhadap filsafat Aristiteles dan Neo-Platonis.
Beliau pernah bekerja sebagai menteri untuk ratu Sayyedah dan anaknya.
Kemudian beliau pindah ke Isfahan dan meninggal pada 1037 M.
25
Ibid, hal. 130-131.
14
al-Qanun fi al-Tibb (The Canon).
Filsafat-filsafatnya
Jiwa
Filsafat Wujud
Esensi dalam paham Ibn Sina, terdapat dalam akal, sedang wujud terdapat
diluar akal. Tanpa wujud, esensi tidak besar artinya. Oleh sebab itu, wujud lebih
penting daripada esensi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat abad pertengahan lazim disebut abad filsafat skolastik. Kata tersebut
diambil dari kata schuler yang berarti ajaran atau sekolahan.Secara garis besar
filsafat skolastik (pertengahan) dibagi menjadi dua periode yaitu periode skolastik
26
Maftukhin, Filsafat Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 113.
15
Islam (Arab) dan periode skolastik Kristen. Dalam periode filsafat muncul filsuf-
filsuf Islam diantaranya Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu
Maskawih seperti yang telah dijelaskan diatas dengan berbagai karya dan
pemikirannya dalam dunia filsafat. Setiap filsuf ini memiliki karakter dan
kelebihannya masing-masing.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca pada umumnya dan mahasiswa pada
khususnya, dapat paham dengan jelas siapa saja tokoh-tokoh skolastik arab atau
filsafat Islam bagian I.
Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan
dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
el-Ahwani, Fuad. 1996. “Al-Kindi” dalam MM. Syarif, Para Filosof Muslim, terj.
A Muslim. Bandung: Mizan.
16
Sudarsono. 2010 Filsafat Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Zar, Sirajuddin. 2007. Filsafat Islam filosof & filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum. Bandung:
Pustaka Setia.
17