Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ISYRAQIYAT SUHRAWARDI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Filsafat Islam

Dosen Pengampu Prof. Amin Abdullah

Disusun oleh :

AH Ainul Fahruri

Irsyad Ibadulloh

Nur Isro’ah

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2017
A. PENDAHULUAN

Upaya untuk menghormati kan hubungan filsafat dengan agama diawali oleh al-
kindi yang terjadi pada abad ke 3H/9M. Menurutnya filsafat adalah pengetahuan yang
benar dan agama juga diwahyukan untuk menyampaikan kebenaran. Oleh karena itu
filsafat dan agama menjadikan kebenaran sebagai tujuan maka keduanya tidak mungkin
bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Harmonisasi antara filsafat dan agama
selanjutnya Diteruskan oleh al-farabi dan Ibnu Sina, jika al-kindi kebanyakan dipengaruhi
oleh pemikiran Aristoteles lain hanya dengan al-farabi dan fungsinya yang cenderung
mengikuti aliran Neo platonisme

Kegiatan tersebut sesungguhnya sudah nampak dalam diskusi Islam pada masa-
masa awal, ada banyak isu-isu rasional dalam berbagai pernyataan yang diriwayatkan dari
Rasulullah SAW. Sebagaimana juga di dalam Al-Qur’an yang menegaskan pentingnya
kehidupan intelektual serta menggunakan bentuk-bentuk informasi logistik dan logis
tertentu maka tidak mengherankan jika teologi Islam sudah terlibat dalam serangkaian
diskusi rasional dan deduktif sebelum dilakukan penerjemahan karya-karya filsafat ke
dalam bahasa Arab.1 Dalam perkembangan selanjutnya sebagai bentuk sintesis terhadap
pemikiran ini sebagian filosof muslim mencoba memperkenalkan wacana theosofi
gabungan filsafat dan tasawuf

Wacana theosofi klasik dalam dunia islam pertama kali diperkenalkan oleh Abu
Yazid Al Bustomi masa filsafat yang mewarnai pemikiran sufi-sufi stiknya terlihat dari
gagasannya mengenai konsep ijtihad atau penyatuan wacana teologi berikutnya
diperkenalkan oleh Husain Ibnu Mansur Al hallaj dengan konsep hulul nya yaitu
menghilangkan sifat-sifat kemanusiaannya dan dan menghadirkan sifat-sifat ketuhanan
yang ada di dalam dirinya konsep hulu yang diprakarsai oleh Al hallaj kemudian di
sistematis kan oleh Ibnu Arabi dengan konsep wahdatul Wujud yaitu Tuhan ingin melihat
dirinya di luar dirinya dan oleh karena itu ia menciptakan alam dalam cermin alam itu
dirinya kelihatan banyak tetapi sebenarnya hanya satu

1
Murtadha Mutthabari, Filsafat Hikmah ( Bandung, Mizan, 2002.) hal. 57.
Usaha untuk mencari relasi filsafat dengan tasawuf ternyata tidak hanya didominasi
tiga tokoh di atas dan para pengikutnya tetapi usaha tersebut juga dirintis oleh para filosof
lain dengan metode dan pendekatan yang berbeda Salah satu di antara para filosof itu
adalah suhrawardi yang memperkenalkan filsafat iluminasi al-isra ayat yang bersumber
dari hasil dialog spiritual dan intelektual berdasarkan aliran filsafat secara epistemologi
filsafat suhrawardi yang dikenal dengan iluminasi mengambil coraknya tersendiri dengan
pendekatan intuitif murtad multi menyebutkan selain filsafat isyraiyat suhrawardi yang
intuitif terdapat corak filsafat yang telah mendahului sebelumnya yaitu paripatetik dengan
figur utama ilmu Cina dan ilmu Rush yang rasional dan wahdatul wujud oleh Ibnu Al
Farabi yang sufistik termasuk didalamnya Al Ghazali dengan corak religius Ortodoks.2
adapun dalam tulisan Ini hanya akan memberikan pemaparan mengenai filsafat iluminasi
yang dicetuskan oleh Al suhrawardi

B. Biografi Suhrawardi Al-Isyraq

1. Pribadi Al Suhrawardi

Nama lengkapnya adalah Syihab Al-Din Abu Al futuh Yahya Ibn Habbasy Ibn
Amirak Al-Suhrawardi Al Kurdi, lahir pada tahun 549H/153 M di Suhrawad (sebuah
desa di kawasan Jibal Iran Barat Laut dekat Zanzan. Saat ini masuk wilayah Aleppo,
Suriah. Ia memiliki sejumlah gelar diantaranya Sheikh Al Isyraq (Bapak Pencerahan) Al
Hakim(Sang Bijak) Al Syahid (Sang Martir) Al- matqul (yang terbunuh) namun ia lebih
dikenal dengan sebutan Al-maqtul karena terkait dengan proses meninggalnya secara
eksekusi. Disamping itu gelar Al maqtul dipakai untuk membedakannya dengan 2 tokoh
sufi yang memiliki nama yang sama dengan Al-Suhrawardi yaitu Abu Al-Najib Al-

2
Seyyed Hossein Nasr. Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam terj. Ach. Maimun Syamsuddin . (
Yogyakarta : IRCiSoD, 2006) hal. 11
Suhrawardi Al-Muriddin dan Abu Hafs Syihab Al-Din Al-Suhrawardi al-Baghdadi
(w.632H/234M) pengarang buku Awaril Al- Ma’arif.3

Suhrawardi wafat tahun 587 H/1154M dengan dihukum mati pada masa
pemerintahan Salahuddin Al Ayyubi. Saat itu Iya tinggal di kota Halb dan Malik al-
Zhahir Putra Salahudin Al Ayubi sebagai penguasa di Halb ketika itu sangat dekat
dengannya namun para fuqoha memberikan kecaman terhadap beberapa pandangan
aqidahnya. Pangeran kemudian melangsungkan suatu pertemuan dengan dihadiri para
teolog maupun fuqoha. Setelah meminta pendapat para fuqoha di Halb yang menjatuhkan
fatwa bahwa Al suhrawardi harus dibunuh Malik Zahir pun memutuskan agar para
suhrawardi dihukum gantung.

Dikabarkan bahwa filsafat Suhrawardi begitu mendalam. bahkan kitab Thabaqat


Al-Athiba menyebutkan Suhrawardi sebagai salah seorang tokoh zamannya dalam ilmu
ilmu hikmah yang begitu menguasai ilmu ilmu filsafat, begitu memahami ushul fiqih
begitu cerdas dan pikirannya, dan begitu fasih ungkapan-ungkapannya.

2. Pendidikan Al suhrawardi

Al-Suhrawardi menerima pendidikan awalnya dari Majdudin Al jilli, yang juga


guru dari Fakhruddin al-razi di Maraghah. kota yang menjadi terkenal ke seluruh dunia
beberapa tahun berikutnya ketika Hulagu, penakluk dari Mongol membangun
observatorium terkenal di dekatnya dan mengumpulkan para astronom terkemuka saat itu
di bawah pimpinan Nasir al-din athusi. 4Di kota tersebut saat ini wilayah Maraghah
berada di kawasan Azarbaijan. Di tempat inilah la belajar hukum dan teologi setelah itu
ia belajar filsafat dengan Fakhrudin Al mardini.

3
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999) hal. 143
4
Seyyed Hossein Nasr. Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam terj. Ach. Maimun Syamsuddin . (
Yogyakarta : IRCiSoD, 2006) hal. 103-104.
lalu Beliau melanjutkan rihlahnya ke Isfahan, Iran Tengah mempelajari logika
dengan Zahiruddin Al Qori Al Farisi. Dalam bidang filsafat Ia banyak dipengaruhi oleh
filosof-filosof sebelumnya; Plato, Aristoteles, Plotinus, Alfarobi, Ibnu Sina, ilmu Rusyd
dan Nasiruddin Al Thusi. Setelah banyak melawat ke daerah-daerah tersebut Surawardi
pergi ke Persia untuk menekuni mistisisme Islam. Ia tidak hanya mempelajari teori-teori
dan metode-metode untuk menjadi sufi. Akan tetapi ia langsung mempraktekkannya
sebagai Sufi sejati dia menjadi asketis menjalani hidupnya dengan beribadah
berkontemplasi dan berfilsafat. Sebagai seorang Sufi Al suhrawardi banyak terpengaruh
oleh pendahulunya seperti Abu Yazid Al Bustami, Al hallaj, Al Ghazali, Al mishri. pada
akhirnya dalam dirinya terpadu lah dua keahlian sekaligus yakni filsafat dan tasawuf.
sehingga ia berhasil melahirkan aliran iluminasi Al Isra ayat yang menjadi aliran
tandingan terhadap aliran paripatetik yang mendahuluinya.

Setelah itu, Al suhrawardi pergi mengembara ke pelosok Persia untuk menemui


guru-guru Sufi dan hidup secara asketis. Menurut Husein Nasr, Suhrawardi memasuki
putaran kehidupannya melalui jalan suci dan cukup lama berkhalwat untuk mempelajari
dan memikirkannya, perjalanannya semakin melebar sehingga mencapai anatoly dan
Suriah dari Damaskus ia pergi ke Aleppo untuk berguru pada Syaffir Iftikhar al-Din. dan
di kota ini Allah surawati menjadi terkenal sehingga para Fatin menjadi iri dan
mengecamnya.

Petualangan hidupnya berakhir di Aleppo yang menetap di sana atas undangan


Pangeran Malik al-zahir (Putra Salahudin Al Ayubi). Malik adalah tipe pemimpin yang
sangat mencintai ilmu pengetahuan atas dasar inilah yang mengundang Suhrawardi untuk
sering pemikirannya tentang filsafat dan tasawuf. Akan tetapi hal ini tak bertahan lama
kondisi religius sosial politik ternyata tidak mendukungnya, para fuqoha merasa tersaingi
dengan pemikiran Suhrawardi yang telah mulai berpengaruh pada pemimpin mereka
Mereka melihat adanya keanehan dari pemikiran Suhrawardi, ditambah lagi dengan
ajaran-ajaran rohani yang di bawahnya para fuqoha menyimpulkan bahwa Suhrawardi
sebagai tokoh yang berbahaya karena berpotensi merusak aqidah umat Islam. Akhirnya
para fuqoha mendesak Pangeran Malik untuk menghukum Al suhrawardi mereka berhasil
mendesak. Pangeran Malik atas dasar pertimbangan andil yang telah disumbangkan
kalangan fuqoha terhadap negara dengan rasa terpaksa Pangeran memasukkan Al
suhrawardi ke dalam penjara dan akhirnya dihukum mati.5

3. Karya-Karya Al-Suhrawardi

Suhrawardi merupakan sosok filosof yang sangat produktif tidak kurang dari 50
karya filsafat dan gnostik dalam bahasa Arab dan persia. Sayyid Husein Nasr
mengelompokkan karya Al Suhrawardi dalam 5 kategori.6

1. Pertama, membahas interpretasi dan modifikasi kembali ajaran paripatetik


(bukunya, Hikmah Isyraqi, Muqawwat, Talwihat dan Mutharat).
2. Kedua, tentang filsafat yang disusun secara singkat. (Hayakil al-nur, Yazdan
Syinakhi, fi I’tiqad al-Hukama al-lamahat.)
3. Ketiga, karangan pendek yang bermuatan mistis dan berlambang yang sulit
dipahami (Aql i Surkh, al-Ghurabat Gharbiyah, Lughat Muran dll).
4. Keempat, komentar dan terjemahan dari filsafat terdahulu (Risalah Al-Thair Ibnu
Sina )
5. kelima berupa serangkaian doa yang dikenal dengan al-Waridat wal Taqlisat.

Karya-karya Al suhrawardi beberapa ditemukan dalam bahasa Arab dan ada juga
yang berbahasa versi doktrin-doktrinnya ditulis dalam bahasa Arab dan karya atau cerita
simboliknya ditulis dalam bahasa Persia. Para orientalis dan sejarawan filsafat telah
mengawali Al Suhrawardi sebagai seorang tokoh penting dalam filsafat Islam pasca Ibnu
yg bunuh Sina.

C. Pemikiran filsafat Isyraqiyat Al-Suhrawardi

Al suhrawardi termasuk seorang filosof dan theosofi yang cukup terkenal ia hidup
ketika filsafat dalam dunia islam sedang berada pada posisi tidak menentu. Akibat
serangan dari berbagai kelompok Ortodoks dalam situasi demikian ia tampil dengan

5
Seyyed Hossein Nasr. Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam terj. Ach. Maimun Syamsuddin . (
Yogyakarta : IRCiSoD, 2006) hal.69

6
Seyyed Hossein Nasr. Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam terj. Ach. Maimun Syamsuddin . (
Yogyakarta : IRCiSoD, 2006) hal. 116-119.
filsafat cahaya sebagai Wahana pencerahan untuk mengharmonisasikan pertentangan-
pertentangan itu. Ia membangun suatu metodologi pemikiran dari dua tradisi besar dalam
sejarah Islam. Pertama, ia mengadopsi metode diskursif yang bercorak rasional dari
filsafat hermeneutik Persia kuno dan dari dunia islam sendiri. Kedua, Ia juga mengadopsi
tradisi tasawuf sebagai metode eksperiensial yang memiliki corak spiritualistik sufistik
yang merupakan warisan dari tradisi tasawuf sebagaimana yang terdapat dalam dunia
islam, Zoroastronisme, dan Neo-Platonis.

Al-Surawardi menguraikan ajaran filsafat nya dengan sangat unik karena banyak
menggunakan tamsil Dan kisah dari kisah perumpamaan. Tidak dapat dielakan karya
filsafatnya bercorak sastra ini merupakan ciri khas timur sebagaimana tampak dalam
uraian ahli filsafat seperti kompusius, Lao Tze dan Ibnu Sina. Bahkan Plato khususnya
juga memaparkan ajaran filsafat nya dalam bentuk dialog. namun pemikiran Al
Suhrawardi lebih menarik lagi karena bersumber dari berbagai tradisi budaya serta
sumber-sumber klasik pemikiran yang meliputi kearifan versi kuno Yunani kuno
Aristoteles dan Arab Persia. Dari Persia kuno yang menggali pemikiran Gayamars,
Faridun. dari tradisi Arab versi atau Islam yang menemukan akar pemikiran dalam tradisi
hikmah Nabi Syis dan Nabi Idris sampai dengan al-mishary ilmu huruf al mansur al-hallaj
dari Yunani kuno ia menggali pemikiran tradisional ordo hamidiyah sampai pythagoras
dan Plato.7

1. Pengertian Isyraqiyat (iluminasi)

Iluminasi berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu illuminare yang memiliki arti
dalam bahasa Indonesia yaitu menerangi. Dalam bahasa Arab iluminasi disebut berasal
dari kata israqa-yasruqu-israaqa, yang kemudian dibentuk dengan Masdar Sina’i menjadi
Isyraqiah, yang berarti terbit, bersinar, menyinari, menerangi.8 Hikmah Al-Suhrawardi

7
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam( Bandung : Pustaka Setia, 2009) hal. 180.
8
Ahmad Warson, Kamus Al-Munawir ( Surabaya : Pustaka Progresif ,1997) hal. 714
terkenal dengan nama hikmah Al Isra kiah serta dinisbatkan pada isyraq yang bermakna
iluminasi. Menurutnya hikmah ini dikenal pula sebagai hikmah kebijaksanaan Timur
sebagaimana yang disebut-sebut Ibnu Sina yang dinisbatkan kepada para penduduk
kawasan timur yaitu orang-orang Persia.

Adapun hikmah orang-orang Persia tersebut didasarkan pada iluminasi yaitu


terbitnya cahaya rasional kecemerlangannya dan kelimpahannya pada jiwa sewaktu jiwa
menjadi bebas hikmah orang-orang Persia seperti yang dikemukakan Quthbuddin , yang
didasarkan pada rasa dan iluminasi dan ini seperti halnya dengan orang-orang Yunani
kuno kecuali Aristoteles dan pengikutnya yang hikmahnya justru didasarkan pada
pengkajian serta pembuktian, bukan selainnya.

Adapun Al-Suhrawardi mengemukakan bahwa hikmah isyraqnya nya ini didasarkan


pada rasa sebagaimana katanya “ apa yang kukemukakan (dalam hikmah Al-Isyraqnya)
ini tidak di kuperoleh lewat pemikiran tetapi kuperoleh lewat sumber lain dan akupun
segera mencari argumentasinya jika argumentasinya itu benar telah pasti Sedikitpun aku
tidak ragu terhadapnya sekalipun orang meragukannya”. pemikiran isyraqiyat inilah
menjadi ciri khas dalam pemikiran Suhrawardi dan sekaligus mewarnai pemikiran corak
filsafat secara umum. Oleh karenanya, menurut Sayyid Husein Nasr filsafat Islam dalam
makna sejatinya tidak berakhir dengan ibu lurus tetapi benar-benar dimulai setelah
wafatnya sebagaimana ajaran ajaran Al suhrawardi mulai tersebar di kawasan Islam
Timur.9

9
Seyyed Hossein Nasr. Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam terj. Ach. Maimun Syamsuddin . (
Yogyakarta : IRCiSoD, 2006) hal. 103.

Anda mungkin juga menyukai