Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMIKIRAN FILSAFAT AL FAROBI

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam)

Dosen Pengampu: Imron, M.Pd.I

Disusun oleh:

KELOMPOK 3 :

1. Saeful Anwar
2. Fahim Ahfanudin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SULTAN FATAH

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah, Tuhan semesta alam, semoga salawat
dan salam dilimpahkan sebanyak-banyaknya kepada rasul yang termulia, Nabi
Muhamad Ibnu Abdullah. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan Makalah “Pemikiran Filsafat Al-Farabi” guna untuk memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Islam”
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Pemikiran Filsafat Al-Farabi, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai referensi. Telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Unutk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalampembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan manfaatpengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuhuan bagi kita semua.
Kudus, 24 September 2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Biografi Al-Farabi ....................................................................... 3
B. Pemikiran Al-Farabi ................................................................... 4
1. Pemaduan Filsafat .................................................................. 5
2. Metafisika ................................................................................ 6
3. Jiwa .......................................................................................... 7
4. Psikologi dan Pengetahuan Kenabian................................... 7
5. Filsafat Kenegaraan ................................................................ 8
6. Filsafat Praktis ........................................................................ 9
7. Logika dan Filsafat Bahasa ................................................... 9
BAB III. PENUTUP ................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................ 11
B. Saran ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengkaji filsafat Islam tidak semudah membalikan tangan, ia sarat dengan


muatan teologis dan historis. Secara historis, tarik-menarik kepentingan bahwa
orintasi filsafat itu berasal dari Yunani atau dari Islam adalah fakta yang tidak bisa
dihindari. Begitu pula, dalam tataran teologis, penerimaan filsafaat kerap
berbenturan antara keimanan dan pemikiran liberal filsafat.

Saling mengklaim antara ilmuan Barat dan Islam menjadi lembaran panjang
filsafat, misalnya Oliver Leaman yang berpendapat bahwa filsafat Yunani
sebenarnya pertama kali diperkenalkan kepada dunia lewat karya-karyanya
terjemahan bahasa Arab, lalu ke dalam bahasa Yahudi dan baru kemudian dalam
bahasa Latin atau langsung dar bahasa Arab ke bahasa Latin. Berbeda dengan Al-
Farabi yang berpendapat bahwa filafat berasal dari Irak terus ke Mesir dan ke
Yunani, kemudian diteruskan ke Syiria dan sampai ke tangan orang-orang Arab.

Dalam tradisi filsafat, agar bisa sampai pada suatu makna yang esensi dari
suatu hal, seseorang harus melakukan penjelajahan secara radikal, logis dan
serius. Itulah sebabnya, Aristoteles memberikan komentar, “Apabila hendak
menjadi seorang filsuf, Anda harus berfilsafat dan apabila tidak menjadi seorang
filsuf, Anda harus berfilsafat”.Adapun dalam makalah ini penulis akan membahas
biografi Al-Farabi dan Pemikiran filsafat Al-Farabi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Al-Farabi dan apa saja karyanya?
2. Bagaimana filsafat Al-Farabi?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui biografi Al-Farabi dan karya-karyanya.
2. Mengetahui pemikiran filsafat al farabi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Al-Farabi
Abu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Takhan IbnAuzalagh atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Al – Farabi dilahirkan pada tahun 257 H atau 870 M dan
meninggal pada tahun 950 M atau pada tahun 258 H – 339 H. sebagai suatu
sistem pembangunan filsafat, Al – Farabi telah membaktikan hidup dan
pemikirannya pada masyarakat dunia Islam dan tidak terkecuali bagi kaum
nasrani dan yahudi. Al – Farabi merupakan seorang philosof muslim yang
menjauhi dunia politik, keramaian dan gaungan serta kericuhan masyarakat. Ia
telah membuahkan karya dan pemikirannya yang sampai sekarang banyak dianut
oleh masyarakat barat dan timur.1
Kehidupan seorang Al – Farabi dapat dikategorikan menjadi dua periode, yaitu
periode pertama berawal sejak ia dilahirkan sejak usianya beranjak 50 tahun.
Informasi yang diterima tentang hal ini adalah bahwa seorang Al – Farabi
dilahirkan di Wasij, sebuah desa kecil dekat Farab di transoxiana. Al – farabi
terlahir sebagai seorang berkebangsaan Turki dan ayahnya seorang jenderal dan ia
pernah bekerja sebagai hakim dalam kurun waktu tertentu. Pada awal abad ke 3 H
atau 9 M di Farab sendiri tengah terjadi pergerakan kebudayaan dan pemikiran
yang luas dan bersamaan dengan pengenalan Islam dan pada saat itu pula terkenal
seorang ahli bahasa Al – Jauhari yang telah menulis buku Al – Shihah, salah
seorang yang hidup pada zaman Al – Farabi. Pendidikan dasarnya adalah
keagamaan dan bahasa. Ia mempelajari fiqh, hadist dan tafsir Al – Qur’an. Ia juga
mempelajari bahasa Arab, Turki dan Parsi. Adalah sangat meragukan bahwa
seorang Al – Farabi menguasai bahasa – bahasa lainnya seperti apa yang
dikatakan oleh Ibn Khalikan, Al – Farabi menguasai 70 bahasa. 2

3
Periode kedua, kehidupan Al – Farabi adalah pada massa tua. Baghdat, sebagai
pusat belajar terkemuka pada abad ke 4 H atau 10 M merupakan tempat pertama
yang dikunjunginya dan disanalah ia bertemu dengan sarjana – sarjana dari
berbagai bidang keilmuan dan diantaranya adalah para philosof dan penterjemah.
Al – Farabi pun tertarik untuk mempelajari logika, dan diantara ahli – ahli logika
terkenal di Bagdhat diantaranya adalah Abu Bisyr, Matta Ibn Yusnus lah yang
dipandang sebagai seorang ahli logika yang paling terkemuka dizamannya. Untuk
beberapa waktu Al – Farabi belajar dari Ibn Yusnus dan berhasil mengungguli
gurunya karena pencapaiannya yang gemilang dibidang logika. Guru logika yang
kedua yang dimiliki Al – Farabi adalah muridnya yang bernama Yahya ibn Adi.
Al – Farabi tinggal di Bagdhat selama kurun waktu 20 tahun dan kemudian ia
pun tertarik dengan pusat kebudayaan yang lain di Aleppo. Disana, tempat orang
– orang pandai dan para sarjana. Istana Saif Al – Daulah berkumpul para penyair,
ahli bahasa, philosof dan sarjana – sarjana kenamaan lainnya. Tetapi ia memilih
hidup sederhana (Zuhud) tidak tertarik dengan kemewahan dan kekayaan.3
Al-Farab hidup pada zaman ketika situasi politik dan kekuasaan Abbasasiyah
diguncang oleh berbagai gejolak, pertentangan dan pemberontakan. Diperkirakan
erat kaitannya dengan situasi politik yang demikian kisruh, al-Farabi gemar
berhalwat, menyendiri, dan merenung. Ia merasa terpanggil untuk mencari pola
kehidupan bernegara dan bentuk pemerintahan yang ideal.4
Karena begitu mendalam penyelidikanya tentang filsafat Yunani terutama
mengenai filsafat Plato dan Aristoteles, sehingga ia digelari julukan Mu’ alim
Tsani (Guru Kedua), karena Guru Pertama diberikan kepada Aristoteles,
disebabkan usaha Aristoteles meletakkan dasar ilmu logika yang pertama dalam
sejarah dunia.
B. Pemikiran Al-Farabi

4
Al-Farabi dikenal sebagi filsuf Islam yang terbesar memiliki keahlian dalam
bidang keilmuan, seperti bahasa, matematika, logika, manthiq dan sebagainya.
Sebagian besar karyanya hilang, dan yang masih bisa dibaca dan dipublikasikan
kurang lebih 30 judul saja, diantaranya yaitu:

1. Al-Jam’u baina Ra’yay al-Hakimain Alflatun wa Arissthu.


2. Tahiq Ghard Aristu fi kitab ma Ba’da Ath-Thabi’ah
3. Syarah Risalah Zainun al-KAbir al-Yunani
4. At-Ta’liqat
5. Risalah fima Yajibu Ma’rofat Qabla ta’allumi al-FAlsafah
6. Kitab Tahsil as-Sa’adah
7. Risalah fi Istbat al-Mufaraqah
8. ‘Uyun al-Masa’il
9. Ara ‘Ahl-al-Madinah al-Fadilah
10. Ihsa al-‘Ulum wa at-Ta’rif bi Aghradita
11. Maqalat fi Ma’ani Aql
12. Fushul al-Hukm
13. Risalat al-Aql
14. As-Siyasah al-Madaniyah
15. Al-Masa’il al-Falsafiyah wa al-Ajwibah Anha5
Dari ktab-kitab di atsa dengan berbagai macam objek kajian yang ditulis al-
Farabi, terlihat jelas bahwa ia seorang sosok filsuf , ilmuwan dan cendekiawan
Islam yang hebat. Sebelum dia, al-Kindi telah membuka pintu filsafat Yunani bagi
dunia Islam. Akan tetapi banyak persoalan yang dibicarakan belum memperoleh
pemecahan yang memuaskan. Sebaliknya al-Farabi telah menciptakan suatu
system filsafat yang jauh lebih lengkap. Al-Farabi memiliki beberapa substansi
pemikiran diantaranya:
a. Pemaduan Filsafat

5
Dalam pemikirannya al-Farabi berusaha untuk memadukan beberapa aliran
filsafat yang berkembang sebelumnya, terutama pemikiran Plato, Aristoteles,
dan Plotinus, juga antara agama dan filsafat. Oleh karenanya dalam hal akhlak
dan politik ia dpengaruhi oleh Plato, dalam logika dan fisika ia dipengaruhi
oleh Aristoteles, sedangkan dalam hal metafisika ia dipengaruhi oleh Plotinus.
Ini sebenarnya adalah usaha yang dilakukan al-Farabi kea rah sinkretis.
Karena ia percaya bahwa aliran-aliran filsafat dari seorang filosof pada
hakikatnya adalah satu, meskipun hasilnya beragam.6
Adapun perbedaan antara agama denga filsafat, tidak selalu ada karena
keduanya mengacu pada kebenaran, dan kebenaran itu adalah satu, kendati
posisi dan cara mendapatkannya berbeda. Yang satu menawarkan kebenaran
yang lain mencari kebenaran. Tetapi kebenaran yang berada dalam keduanya
adalah serasi karena bersumber dari akal yang katif. Dengan demikian, filsafat
Yunani tidak bertentangan secara hakikat dengan jaran Islam. Hal ini tidak
berarti Alfarabi mengagungkan filsafat dari agama. Ia tetap mengakui bahwa
ajaran Islam mutlak kebenarannya.7
b. Metafisika
Di antara pemikiran filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah penjelasannya
tentang emanasi (al-faid), yaitu teori yang mengajarkan tentang proses urut –
urutan kejadian suatu wujud yang mungkin (alam makhluk) dari Zat yang
wajib al wujud (Tuhan). Menurutnya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan
berupa benda. Segala sesuatu, menurut al-Farabi, keluar (memancar) dari
Tuhan karena Tuhan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang
sebaik – baiknya. Ilmu-Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahui-
Nya.8

6
Bagaimana cara emanasi itu terjadi? Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan itu
benar – benar Esa sama sekali. karena itu, yang keluar dari pada – Nya juga
tentu harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu terbilang,
maka berarti zat Tuhan juga terbilang. Menurut Al-Farabi dasar adanya
emanasi ialah karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal
yang timbul dari Tuhan terdapat kekuatan emanasi dan pencip-taan.
Pandangan al-Farabi tentang sifat Tuhan, sejalan degan paham Muktazilah,
yakni sifat Tuhan tidak berbeda dengan substansi-Nya. Asmaul Husna tidak
menunjukkan adanya bagian-bagian pada Dzat Tuhan.

c. Jiwa
Adapun tentang jiwa, al-Farabi dipengaruhi oleh filsafat Plato. Jiwa
manusia, menurut al-Farabi, memiliki 3 daya: 1) daya gerak (quwwah
muharrikah), berupa: makan (ghādiyah, nutrition), memelihara (murab-
biyah,preservation), dan berkembang biak (muwallidah, reproduction); 2) daya
mengetahui (quwwah mudrikah), berupa: merasa (hāssah, sensation) dan
imajinasi (mutakhayyilah, imagination); dan 3) daya berpikir (al-quwwah al-
nāthiqah, intellectual), berupa: akal praktis (‘aql ‘amalī) dan akal teoretis (‘aql
nazharī). Dan al-‘aql al-nazharī terbagi pada 3 tingkatan: 1) al-‘aql al-hayūlānī
(akal potensial, material intellect) yang mempunyai “potensi berpikir” dalam
arti melepaskan arti-arti atau bentuk-bentuk (māhiyah) dari materinya; 2) al-
‘aql bi al-fi’l (akal aktual, actual intellect) yang dapat melepaskan arti-arti
(māhiyah) dari materinya dan arti-arti itu telah mempunyai wujud dalam akal
yang sebenarnya (aktual), bukan lagi dalam bentuk potensial; 3) al-‘aql al-
mustafād (akal pemerolehan, acquired intellect) yang sudah mampu
menangkap bentuk murni (pure form) tanpa terikat pada materinya karena
keberadaannya (pure form) tidak pernah menempati materi.9

7
d. Psikologi dan Pengetahuan Kenabian
Dalam pengobatan tentang jiwa manusia, al-Farabi menarik pada garis dasar
Aristotelian, yang diinformasikan oleh komentar-komentar dari para pemikir
kemudian Yunani. Dia mengatakan itu terdiri dari empat fakultas: Para selera
(keinginan, atau keengganan untuk obyek rasa), yang sensitif (persepsi oleh
indera substansi korporeal), yang imajinatif fakultas yang mempertahankan
gambar objek yang masuk akal setelah mereka telah dirasakan, dan kemudian
memisahkan dan menggabungkan mereka untuk sejumlah berakhir), dan
rasional, yang merupakan fakultas pemikiran.10
Perhatian khusus harus diberikan untuk pengobatan al-Farabi fakultas
imajinatif jiwa, yang penting untuk interpretasi pengetahuan kenabian dan
kenabian. Selain kemampuannya untuk mempertahankan dan memanipulasi
gambar objek masuk akal, ia memberikan imajinasi fungsi imitasi.
Nabi, di samping kapasitas intelektualnya sendiri, memiliki kemampuan
imajinasi yang sangat kuat, yang memungkinkan dia untuk menerima limpahan
dari kecerdasan inteligensi agen (kecerdasan kesepuluh dalam kosmologi
emanational). Ini inteligensi ini kemudian terkait dengan simbol dan gambar,
yang memungkinkan dia untuk berkomunikasi kebenaran abstrak dalam cara
yang dapat dipahami oleh orang biasa. Oleh karena itu apa yang membuat unik
adalah pengetahuan kenabian tidak puas, yang juga diakses melalui
demonstrasi dan filsuf pemikiran, melainkan bentuk yang itu diberikan oleh
imajinasi nabi. 11
e. Filsafat Kenegaraan
Dalam hal filsafat kenegaraan, Al-Farabi membedakan menjadi lima
macam:

8
1. Negara Utama (al-madinah al-fadilah), yaitu negara yang penduduknya
berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik adalah negara
yang dipimpin oleh rasul dan kemudian oleh para filusuf;
2. Negara orang – orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara yang
penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;
3. Negara orang – orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang
penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal Fa’alal-madinah
al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negeri
yang bodoh;seperti penduduk utama (
4. Negara yang berubah – ubah (al-madinah almutabaddilah), ialah negara
yang penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat seperti yang
dimiliki negra utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan;
5. Negara sesat (al-madinah ad-dallah), yaitu negara yang penduduknya
mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akal
Fa’al, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat
wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan
perbuatannya. 12
f. Filsafat Praktis
Dalam Karyanya, Tahshil al-Sa’adah, al-Farabi memperlihatkan keidentikan
real konseptual dari gagasan para filsuf, ahli hokum dan imam, dan mengklaim
bahwa keragaman label religious dan filosofis hanyalah mencerminkan
penekanan yeng berbeda atas aspek-aspek tertentu dari realitas yang sama. Ini
berarti, dengan gaya Platonik yang bagus bahwa orang yang tidak berupaya
menerapkan kesempurnan teoritisnya untuk pencarian praktis dan politik tidak
dapat mengklaim dirinya sebagai filsuf : orang yang semacam itu menurut al-
farabi adalah seorang filsug yang “sia-sia” atau gagal. 13
g. Logika dan Filsafat Bahasa

9
Salah satu pokok dalam karya al-Farabi adalah menguraikan antara logika
filsafat dengan tata bahasa umum. Hal ini kita bisa lihat di kitab al-Huruf dan
Kitab al-Alfazh al-Musta’malah fi al-Mantiq.
Realitas historis masuknya filsafat ke dalam bahasa Arab dari suatu bahasa
dan budaya asing , masuknya bahasa Yunani kuno dan munculnya kesulitan
akibat kebutuhan akan kosa kata filsafat dalam bahasa Arab, menjadi isu
penting bagi filsuf Arab awal, termasuk guru dan murid al-farabi sendiri. Jadi
melalui karya logika al-FarabI menggambarkan salah satu usaha sistematis
untuk menyelaraskan pendekatan-pendekatan yang saling berlawanan dalam
studi bahasa.
Oleh karenanya, al-Farabi meletakkannya dalam suatu bagian karyanya
yang terkenal Ihsha al-Ulum, engan menegaskan bahwa logika dan tata bahasa
merupakan dua ilmu berdasarkan kaidah yang terpisah, masing-masing terletak
di ruang lingkup permasalahannya sendiri.14
Jadi benar apa yang dikatan oleh al Farabi bahwa, “Untuk menjadi filsuf
yang betul-betul sempurna, seseorang harus memilki ilmu-ilmu teoritis dan
daya untuk menggali ilmu-ilmu itu demi kemanfaatn orang lain sesuai dengan
kapasitas mereka.”

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah melakukan pembahasan diatas penulis memperoleh beberapa
kesimpulan, bahwa Al–Farabi adalah seorang filsuf dari daerah Farab, Turkistan.
Ia merupakan filsuf yang produktif yang telah menghasilkan banyak filsafat
seperti konsep pemaduan filsafat, metafisika, filsafat kenegaraan, praktis, logika
dan bahasa. Hal ini tertuang pada setiap karya-karyanya yang masih sekrang
dijadikan rujukan atau fondasi dalam berfilsafat.

B. Saran
Secara umum makalah ini diperuntukkan bagi semua pembaca agar dapat
memperoleh pengetahuan lebih luas mengenai Filsafat Islam. Akan tetapi secara
khusus diperuntukkan bagi mahasiswa atau pelajar Islam dalam memperluas
khasanah pengetahuan akan filsafat khususnya Filsafat Islam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Athaif al-Iraqi, Muhammad. 1978. Al-Falsafah al-Islamiya. Kairo: Dar al-Ma’arif


Madkour, Ibrahim. 1963. Al-Farabi A History of Muslim Philosophy. Wiesbaden:
Otto Harrassowitz
Nasution, Hasyimsyah. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama
Poerwantana, dkk. , 1988. Seluk-beluk Filsafat Islam. Bandung: Rosdakarya
Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia

Hasil Penelusuran internet:


http://dedekusn.wordpress.com/2009/12/22/al-farabi-biografi/
http://abibaba7.blogspot.com/2009/04/biografi-singkat-al-farabi.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi

12

Anda mungkin juga menyukai