Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

AYAT-AYAT TENTANG MATERI PENDIDIKAN YANG PALING


DIPRIORITASKAN UNTUK MENJADI LANDASAN DALAM MEMBANGUN JIWA
ANAK DIDIK, SEPERTI QS. LUQMAN/31 : 12-19

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

TAFSIR TARBAWI

Dosen Pengampu:

Imam Mushafak, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Kelompok 8, PAI-3E

Affan Ganesa Diadmaja (126201202124)


Brian Pandu Qurniawan (126201203245)
Ayuni Nur Chafidhahhh (126201202132)
Shela Dwi Wahyuningtyas (126201203228)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah serta inayah-Nya
yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
Tarbawi.
Atas terselesaikannya makalah ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
penghargaan serta terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
UIN SATU Tulungagung.
3. Dr. Muhammad Zaini, MA selaku Kajur Pendidikan Agama Islam UIN SATU
Tulungagung.
4. Imam Mushafak, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu mata kuliah “Tafsir Tarbawi”, yang
telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini.
5. Seluruh Civitas Akademika UIN SATU Tulungagung yang telah ikut andil dalam
kelancaran penulisan makalah ini, khususnya bagi teman-teman dari kelas 3-E Pendidikan
Agama Islam.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Tulungagung, 28 Oktober 2021

Kelompok Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. KONSEP PENDIDIKAN DALAM QS AL-LUQMAN AYAT 12-19......................................2
B. METODE PENDIDIKAN DALAM QS AL-LUQMAN AYAT 12-19.....................................8
C. POLA PENDIDIKAN ISLAM DALAM QS AL-LUQMAN AYAT 12-19.............................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................19
Kesimpulan...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................20

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha atau tindakan untuk membentuk kepribadian


manusia. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk
amal dalam kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat. Di dalam al-Qur'an
terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau
usaha pendidikan itu. Seperti kisah Luqman dalam mendidik anaknya. Cerita itu
menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak
ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an merupakan sumber referensi yang berisi berbagai aspek
kehidupan, termasuk juga dalam bidang pendidikan. Sebagai seorang pelajar muslim,
sudah seharusnya menjadikan al-Qur’an sebagai dasar dan acuan dalam hal
pendidikan. Di dalam al-Qur’an sendiri terdapat banyak sekali ayat yang berkaitan
dengan dunia pendidikan. Salah satunya adalah yang terdapat dalam surat luqman
ayat 12-19.
Pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya
dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran
Islam dalam berhubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia, dapat megambil
manfaat dari alam semesta ini untuk kepentingan di dunia –masa kini dan di akhirat
nanti.

B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana Konsep Pendidikan dalam QS. Luqman Ayat 12-19?
2 Bagaimana Metode Pendidikan Dalam QS Luqman Ayat 12-19?
3 Bagaimana Pola Pendidikan Islam dalam QS Luqman Ayat 12-19?
C. Tujuan
1 Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Pendidikan Dalam QS. Luqman Ayat
12-19
2 Untuk Mengetahui Bagaimana Metode Pendidikan Dalam QS Luqman Ayat
12-19

1
3 Untuk Mengetahui Bagaimana Pola Pendidikan Islam dalam QS Luqman Ayat
12-19

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PENDIDIKAN DALAM QS AL-LUQMAN AYAT 12-19


1. Sosok Luqman Al-Hakim
Menurut Suhaily, nama lengkapnya adalah Luqman bin ‘Anaqa’ bin
Sadun. Sedangkan Ibnu Ishaq menyatakan bahwa nama lengkapnya adalah
Luqman bin Ba’ura’ bin Najur bin Tarah. Tarah ini yang dimaksudkan adalah
Azar, bapak Nabi Ibrahim a.s. Sebagaimana hal ini dicantumkan dalam Tafsir
Al-Qurthubiy, Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an. Beliau adalah seorang hakim.
Pendapat lain menyatakan bahwa beliau adalah seorang penggembala
kambing. Beliau bukan seorang nabi, karena tidak pernah memperoleh
wahyu dari Allah, tetapi memperoleh hikmah.
Menurut satu pendapat, beliau hidup pada masa Nabi Dawud a.s.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa beliau hidup pada masa Nabi Ayyub
a.s., dan masih memiliki hubungan keluarga dengan nabi Ayyub, yakni anak
bibinya (saudara sepupu). Meskipun demikian, pendapat keduanya
menyatakan bahwa Luqman al-Hakim hidup di Negara Bani Israil. Pendapat
lainnya menyatakan bahwa beliau hidup di Negara Naubah. Satu pendapat
lagi dikatakan bahwa beliau tinggal di Negara Habasyah.
Luqman al-Hakim adalah seorang hakim pada zaman Nabi Dawud a.s.
Pendapat lainnya, beliau adalah seorang penggembala kambing. Satu
pendapat lagi menyatakan bahwa adalah seorang tukang kayu (najjar). Ada
juga yang menyatakan bahwa beliau adalah seorang penjahit (khayyath).1
Al-Thabathaba’iy berpendapat bahwa Luqman al-Hakim merupakan
seorang yang kuat wara’-nya, pendiam, cerdas pikirannya, menutup
pandangan dari perbuatan maksiat, tidak mentertawakan sesuatu, tidak
pemarah, tidak memperolok-olokkan manusia lainnya, tidak gembira jika
beliau menerima sesuatu dari persoalan duniawi. Beliau juga menikah dan

1
‘Iman Zuhair Hafidz, Al-Qashash Al-Qur’aniy Bayna Al-Abai wa Al-Abnai , (Beirut: Dar Al-Qalam, 1990), cet.
I, hlm. 329.

3
memiliki banyak anak, dan tidak terlalu sedih jika ada di antara anknya
wafat.2
Menurut jumhur ulama, termasuk di dalamnya Imam Malik bin Anas,
bahwa Luqman adalah seorang laki-laki yang shalih dan bijaksana. Beliau
bukan seorang nabi yang hal ini dapat dilihat dari kisahnya yang tidak
dinyatakan bahwa beliau memperoleh wahyu dan tidak juga kalam malaikat.
Dan secara ringkas dinyatakan bahwa beliau diberikan oleh Allah hikmah. Hal
ini juga dikuatkan dengan cara mengajarkan kepada anaknya sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Qur’an dengan ungkapanwa huwa ya’idhuhu, yang ini
mengingatkan bahwa ini adalah pengajaran (ta’lim) dan bukan
menyampaikan syari’at.
Sementara itu, Ikrimah dan Al-Sya’biy berpendapat bahwa Luqman
adalah seorang nabi. Mereka beralasan bahwa lafadz hikmah menunjukkan
kemutlakan atas seorang nabi yang hal ini dinyatakan seperti dalam ayat.
AlQur’an yang ditujukan kepada Nabi Dawud a.s. sebagaimana dalam Surat
Shad/38 ayat 20:

‫َو ْدنَا ُم ْلكَهٗ َو ٰاتَي ْٰنهُ ْال ِح ْك َمةَ َوفَصْ َل ْال ِخطَابِ َش َد‬
Artinya:“Dan Kami berikan kepadanya (Nabi Dawud) hikmah dan
kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.”
Kata hikmah ini ditafsirkan dengan nubuwwah (kenabian). Hal ini juga
dinyatakan dalam Surat Al-Baqarah/2 ayat 269 :

ِ ‫ي ُّْؤتِى ْال ِح ْك َمةَ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۚ َو َم ْن ي ُّْؤتَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد اُوْ تِ َي َخ ْيرًا َكثِ ْيرًا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر آِاَّل اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬

Artinya: “Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang


dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar
telah dianugerahi karunia yang banyak.”
Kata hikmah yang dimaksud disini adalah mengetahui hakekat sesuatu
atas apa yang ada di dalamnya, dan ini merupakan tanda kenabian.
Memperhatikan kedua pendapat di atas, maka menurut jumhur,
termasuk di dalamnya pendapat Ibnu Abbas dan ulama’ Madinah,
2
Muhammad Husain Al-Thabathaba’iy, Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut: Muassasat al-‘Alamiy li al-
Mathbu’at, t,t), hlm. 221.

4
menyatakan bahwa beliau adalah seorang yang memperoleh hikmah, tapi
bukan seorang nabi.3 Dan pendapat inilah yang menurut penulis yang benar.
2. Metode dan Materi Pendidikan Islam
Pembahasan mengenai pendidikan yang diberikan oleh Luqman
kepada anaknya dinyatakan dalam Q.S. Luqman/31 ayat 13:

‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهّٰلل ِ ۗاِ َّن ال ِّشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬


َّ َ‫ال لُ ْقمٰ نُ اِل ْبنِ ٖه َوهُ َو يَ ِعظُهٗ ٰيبُن‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepadanya”.
Klausa ya’idhu dalam klausa di atas merupakan fi’il mudhari’ dari kata
wa’adha. Kata wa’adha berasal dari huruf waw, ‘ain dan dha’ yang berarti
memberikan peringatan dengan baik yang dapat menggugah dan melunakkan
hati.4 Nasehat sebagai salah satu metode pendidikan berarti peringatan yang
mempunyai pengertian yang bersifat bimbingan dan pengarahan yang dapat
membangkitkan emosi dan perasaan orang lain untuk mau melaksanakan
perbuatan yang baik.5
Luqman al-Hakim menerapkan metode pendidikan yang mampu
menggugah perasaan dengan penuh kecintaan dan bijaksana yang dilakukan
secara terus menerus. Metode yang menyentuh perasaan yang disesuaikan
dengan perkembangan kejiwaan seseorang akan banyak memberikan
pengaruh terhadap keberhasilan pendidikan.
Klausa selanjutnya yang memiliki arti: “Hai anakku, janganlah kamu
menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah adalah kedhaliman yang
besar”.
Klausa di atas menjelaskan materi pengajaran Luqman kepada
anaknya, yaitu larangan menyekutukan Allah. Dengan istilah lain, materi
mendasar yang perlu ditanamkan kepada anak adalah tentang ketauhidan.
Seorang pendidik, dalam hal ini dinyatakan dengan Luqman al-Hakim, perlu
unuk memprioritaskan materi ketauhidan ini kepada terdidik dengan tidak

3
Imad Zuhair Hafidz, Al-Qashash al-Qur’aniy..., hlm. 328-330.
4
Ibn Faris ibn Zakariya, Al-Maqayis fi al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994) , hlm. 1098.
5
Muhammad ibn Abi Bakr ‘Abd al-Qadir al-Raziy, Mukhtar al-Shihah (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
1994), hlm. 647.

5
menyekutukan Allah dengan apapun. Dan dinyatakan dalam ayat itu bahwa
syirik adalah kedhaliman yang besar, karena dalam syirik itu menyamakan
antara yang berhak untuk disembah dengan sesuatu yang tidak berhak untuk
disembah. Dengan demikian, syirik berarti menempatkan sesuatu yang
berhak disembah terhadap sesuatu yang tidak berhak untuk disembah. Dan
hal ini dinamakan dengan kedhaliman.
Dalam potongan ayat di atas dapat dipahami bahwa Luqman alHakim
sebagai orang tua yang sedang memberi nasihat kepada anaknya agar tidak
menyekutukan Allah. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu kewajiban
orang tua terhadap anaknya adalah mengajarkan nilai-nilai tauhid dan
mencegah atau menjauhkan anaknya dari kemusyrikan. Sebagian besar
mufassir mengatakan bahwa anak Luqman adalah orang musyrik kepada
Allah, sehingga Luqman tidak henti-hentinya selalu memberi nasehat agar
anaknya hanya meng-Esakan Allah saja.6
Perintah untuk tidak berbuat syirik kepada dikuatkan dengan ayat
selanjutnya yang berbunyi:
ٓ َ ‫وا ْن جاه َٰد‬
َ ‫ك بِ ٖه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما َو‬
‫صا ِح ْبهُ َما فِى ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوْ فًا ۖوَّاتَّبِ ْع َسبِ ْي َل‬ َ ‫ك ع َٰلى اَ ْن تُ ْش ِركَ بِ ْي َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬ َ َِ
‫ي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَاُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ن‬ َّ ۚ َ‫َاب اِل‬
َّ َ‫ي ثُ َّم اِل‬ َ ‫َم ْن اَن‬
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.
Klausa ini menjelaskan bahwa jika orang tua memaksakan anaknya
untuk mempersekutukan Allah, maka tidak ada kewajiban bagi anak untuk
mengikuti perintah orang tua. Meskipun demikian, hal ini tidak menghalangi
untuk tidak berbuat baik. Seorang anak tetap harus menghormati orang tua
dan tidak boleh memutuskan hubungan dalam kehidupan di dunia, walaupun
orang tua termasuk musyrik.7 Berdasar pada ayat inidapat ditegaskan bahwa
melalui ayat-ayat Al-Qur’an, Allah menganjurkan kepada orang tua untuk
menanamkan ketauhidan kepada anaknya dan menjauhkan diri dari
kemusyrikan.

6
Imad Zuhair Hafidzh, Al-Qashash al-Qur’aniy..., hlm. 332.
7
Muhammad Ali al-Shabuniy, Shafwat al-Tafasir, Jilid III (Beirut: Dar alFikr, t.t), hlm. 492.

6
Luqman al-Hakim tidak saja menjelaskan larangan menyekutukan
Allah, tetapi lebih jauh lagi, beliau menjelaskan sifat-sifat Allah yang harus
disembah itu. Hal ini sebagaimana dalam Q.S. Luqman ayat 16 yang berbunyi:
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ْ‫ض يَأ‬
َ ‫ت بِهَا ُ ۗاِ َّن‬ ِ ْ‫ت اَوْ فِى ااْل َر‬ َ ‫ك ِم ْثقَا َل َحبَّ ٍة ِّم ْن خَ رْ َد ٍل فَتَ ُك ْن فِ ْي‬
ِ ‫ص ْخ َر ٍة اَوْ فِى السَّمٰ ٰو‬ ُ َ‫ي اِنَّهَٓا اِ ْن ت‬
َّ َ‫ٰيبُن‬
‫ْف خَ بِيْر‬ ٌ ‫لَ ِطي‬
Artinya: “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus
lagi Maha mengetahui”.
Ayat di atas mengandung makna bahwa ilmu dan kekuasaan Allah
sangat dalam, dan Allah memiliki perhitungan dan keadilan. Sekecil apapun
yang dikerjakan oleh manusia meskipun seberat biji sawi, Allah pasti
mengetahuinya. Dengan demikian, Luqman al-Hakim bukan saja menekankan
pada ketauhidan, tetapi ia juga menerangkan esensi dari tauhid itu sendiri.
Materi tauhid yang yang disampaikan oleh Luqman al-Hakim memiliki
kekuatan dasar dengan adanya kesinambungan penanaman ibadah dan nilai
akhlak. Hal ini terlihat dalam ayat-ayat berikutnya yang dinyatakan dalam
ayat 17 yang berbunyi:
‫ك اِ َّن ٰذلِكَ ِم ْن ع َْز ِم ااْل ُ ُموْ ِر‬ ِ ْ‫ي اَقِ ِم الص َّٰلوةَ َو ْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعرُو‬
َ َ‫ف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َواصْ بِرْ ع َٰلى َمٓا ا‬
َ ۗ َ‫صاب‬ َّ َ‫ٰيبُن‬
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan ( oleh Allah)”.
Luqman al-Hakim telah memperkenalkan dan menanamkan
ketauhidan kepada anaknya serta menjelaskan Tuhan yang sebenarnya yang
harus disembah dan menguraikan sifat dan kekuasaan Allah. Untuk menjaga
dan memilihara nilai-nilai tersebut, ia memberikan ajaran tentang beribadah
kepada Allah yang dalam ayat di atas diungkapkan dengan mendirikan shalat.
Shalat secara etimologi, berarti do’a, karena di dalam seluruh gerakan sholat
berisi untaian do’a-doa yang dipanjatkan kepada Allah S.W.T. Shalat
merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan dan merupakan suatu bentuk
ibadah yang utama. Ibadah ini sebagai manifestasi peribadatan dalam

7
berkomunikasi dengan Allah S.W.T. yang ditandai dengan untaian do ’a-doa
yang dibaca di dalamnya.
Selain materi ibadah, Luqman juga menyuruh anaknya untuk
menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, yakni menyuruh manusia untuk
melaksanakan yang baik dan mencegah perbuatan yang mungkar. Dalam
pengertian lain, setelah anaknya melaksanakan shalat dengan baik yang
dapat mencegah perbuatan keji dan munkar (Q.S. Al-Ankabut/29:45.),
dilanjutkan dengan menyuruh orang lain untuk melaksanakan hal yang sama.
Dengan demikian, terhindar dari perbuatan keji dan mungkar tidak hanya
terhadap dirinya sendiri, tetapi juga ada kewajiban untuk menyampaikan
kepada orang lain agar tidak terjerumus pada sesuatu yang melanggar aturan
Allah dan Rasul-Nya.
Dalam menunaikan kewajiban ber-amar ma’ruf nahi munkar,
diperlukan kesabaran. Hal ini sebagaimana munasabah ayat selanjutnya yang
artinya: “dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.” Kata shabr
tersusun dari huruf shad, ba’ dan ra, yang berarti habsu al-nafsi, yakni
keuletan jiwa 8. Karena itu, semua ini dibutuhkan kesabaran sebagaimana
makna ayat di atas. 9 Dan orang yang sabar akan bersama Allah S.W.T.
sebagaimana hal ini dinyatakan dalam Q.S. Al Baqarah/2: 153:
artinya: “jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya
Allah beserta orangorang yang sabar”.
Selanjutnya, materi yang ditanamkan kepada anak adalah nilai-nilai
akhlak,yang hal ini dapat dipahami dari ayat 18 dan 19, yaitu:

‫هّٰللا‬
ٍ ‫ض َم َرح ًۗا اِ َّن َ اَل ي ُِحبُّ ُك َّل ُم ْخت‬
‫َال فَ ُخوْ ۚ ٍر‬ ِ ْ‫ش فِى ااْل َر‬ ِ َّ‫صعِّرْ خَ َّدكَ لِلن‬
ِ ‫اس َواَل تَ ْم‬ َ ُ‫َواَل ت‬

Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena


sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. (18)

‫ت ْال َح ِمي ِْر‬


ُ ْ‫صو‬ ِ ‫صوْ تِ ۗكَ اِ َّن اَ ْن َك َر ااْل َصْ َوا‬
َ َ‫ت ل‬ ِ ‫َوا ْق‬
َ ِ‫ص ْد فِ ْي َم ْشي‬
َ ‫ك َوا ْغضُضْ ِم ْن‬
8
Ibn Faris Zakariya, Al-Maqayis fi al-Lughah, hlm. 584.
9
Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-Adhim, Juz III (Semarang: Toha Putra, t.t), hlm. 446.

8
Artinya: Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (19)
Berdasar dari ayat di atas, menunjukkan bahwa Luqman al-Hakim
menekankan adanya akhlakul karimah yang dalam ayat di atas dinyatakan
dengan tidak boleh memalingkan muka karena hal demikian dianggap sebagai
kesombongan. Dan sikap sombong dilarang dalam ajaran Islam. Hal demikian
ini juga dikuatkan dengan perintah untuk menyederhanakan dalam berjalan
dengan tidak tergesa-gesa atau terlalu pelan. Hal ini ditambah dengan
perintah untuk melunakkan suara ketika berbicara dengan orang lain dengan
tidak mengeraskan suara yang tiada faedah, dan juga terlalu lemah yang
mengakibatkan orang lain tidak mendengar. Dengan begitu, hal ini dengan
tujuan agar ketika bergaul dengan masyarakat perlu memperhatikan sikap,
perilaku, dan pembicaraan, sehingga terhindar dari sikap sombong dan
membanggakan diri. Dengan demikian, semua ini berkaitan dengan perintah
untuk berakhlakul karimah dalam hidup dengan sesama manusia.
B. METODE PENDIDIKAN DALAM QS AL-LUQMAN AYAT 12-19
1. Pendidikan dalam surah Luqman
Pada pembahasan sebelumnya penulis telah menjelaskan sosok
Luqman dalam mendidik anaknya. beberapa materi yang telah disampaikan
oleh Luqman kepada anaknya yakni tentang akidah pada ayat 13 merupakan
pengajaran kepada anaknya yakni larangan mensekutukan Allah, selanjutnya
tentang akhlak terhadap orang tua terdapat pada ayat 14-15, pada ayat 16
tentang segala yang dilakukan oleh manusia akan dibalas oleh Allah Swt.
Kemudian ayat 17 membahas tentang mendirikan sholat, mencegah
kemunkaran dan menyeru kepada kebajikan, selanjutnya ayat 18 membahas
tentang akhlak terhadap lingkungan, dan pada ayat terakhir membahas
tentang akhlak terhadap sesama manusia.
Salah satu unsur pendidikan adalah pendidik karena pendidik memiliki
tanggung jawab terhadap kelangsungan pendidikan, berhasil atau tidaknya
pendidikan itu tergantung pada pendidik itu sendiri. Seorang guru
bertanggung jawab berlangsungnya proses pendidikan di sekolah dan orang
tua bertanggung jawab pada lingkungan keluarga.

9
2. Tujuan pendidikan islam dalam surah Luqman
Tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup manusia itu sendiri, sebab
pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia itu sendiri. Tujuan
pendidikan itu juga berarti perubahan yang diinginkan dan diusahakan melalui
proses pendidikan terhadap individu masyarakat maupun lingkungan.

Berdasarkan materi pendidikan yang terdapat pada surat Luqman ayat


12-19 dapat dirumuskan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah: a.
Mencetak manusia yang beriman; b. Mencetak manusia yang bertaqwa; c.
Mencetak manusia yang berakhlakul karimah. Apabila melihat penjelasan
tersebut, maka tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai bersifat
menyeluruh, yakni mencakup kesempurnaan hidup manusia dalam arti yang
seluas-luasnya.
3. Kriteria pendidik dalam surah Luqman
Dalam surah Luqman terdapat beberapa sifat yang harus ada pada
pendidik yaitu:
a) Sabar
Dalam mendidik perlu kesabaran yang besar, sifat sabar hanya
dimiliki orang-orang yang berhati mulia. Sabar secara etimologi
berarti mengekang. Dan lawannya adalah amarah, yakni gejolak
dalam jiwa yang menyebabkan pelakunya menjadi buta. Tidak bisa
membedakan yang baik dan buruk. Seorang pendidik harus memiliki
sifat sabar dalam berinteraksi dengan para peserta didik sebab para
didik memiliki karakter yang berbeda-beda. Sehingga untuk
menghadapi berbagai macam karakter membutuhkan sifat sabar.
b) Ikhlas
Sebagian pendidik mengabaikan hal yang sangat penting dalam pendidikan
yakni ilmu dan amal yang ikhlas karena Allah. ikhlas dalam perbuatan dan perkataan
adalah sebagian dari iman. Allah tidak akan menerima perbuatan yang tidak
dilandasi dengan niat yang baik atau ikhlas. Namun perlu diketahui ikhlas terkadang
susah untuk dilakukan karena orang yang ikhlas adalah orang yang benar-benar taat
pada Allah Swt.

10
c) Berilmu
Seorang pendidik harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas terutama ilmu
tentang pokok-pokok pendidikan yang sesuai dengan syari’at islam. Menguasai
hukum-hukum halal dan haram, etika, akhlak, juga ilmu fiqih. Selanjutnya kembali
kepada ilmu atau hikmah yang telah Allah berikan pada Luqman dalam bentuk
pengetahuan adalah ilmu yang disertaipengamalan.
d) Bertakwa
Para ulama mendefinisikan takwa adalah menegrjakan apa
yangbdiperintahkan oleh Allah dan meninggalkan larangannya. Para
pendidik harus bertakwa kepada Allah Swt sebab para pendidik
adalah panutan bagi pada didik yang akan ditiru pada kebiasaan-
kebiasaan baik yang terkecil maupun yang besar.
4. Metode pendidikan dalam surah Luqman ayat 13-19
Banyak sekali cara Luqman mendidik anaknya yakni:
a) Metode nasehat
Nasehat Luqman kepada anaknya dalam ayat 13-19 adalah materi tentang
tauhidibadah dan akhlak. menurut Abd al Rahman Umdirah yang dikutip oleh
Barsihannor, nasehat selalu dibutuhkan oleh jiwa, karena memberikan ketenangan
hati jika disampaikan dengan hati yang ikhlas, Luqman memberikan nasehat kepada
anaknya dengan penuh kasih sayangdengan penuh rasa cinta seorang ayah karena
Luqman mengulang-ulang kata-katanya dengan ‘’ Hai anakku’’

Agar supaya nasihat menjadi efektif, maka pemberi nasihat


harus memperhatikan syarat-syaratnya. Berikut ini adalah syarat-
syarat supaya nasihat itu menjadi efektif:
1) Si pemberi nasihat harus terlebih dahulu mengamalkan apa
yang dinasihatkannya. Kata-katanya harus menjadi cermin
perbuatannya. Kalau apa yang dikatakan dengan apa yang
dilakukan tidak sejalan, maka nanti tidak akan ada yang
mendengar. Imam Ali mengatakan: “Sesungguhnya seorang
alim jika tidak mengamalkan ilmunya, maka nasihatnya akan
meleset dari hatinya seperti hujan yang meleset dari tempat

11
yang licin”. Dia juga mengatakan: “Nasihat tidak akan
dikeluarkan oleh telinga dan yang bermanfaat adalah nasihat
yang tidak dikatakan oleh mulut tapi dijelmakan dalam
perbuatan”. Oleh karena itu efektifitas nasihat tergantung
pada kredibilitas pemberi nasihat.
2) Berikan nasihat secara khusus, jangan di depan orang ramai,
supaya orang yang dinasihati tidak merasa malu untuk
menerima kenyataan dirinya. Jangan mempermalukan anak-
anak remaja yang umumnya masih sangat peka dan
emosional, kecuali kalau isi nasihat itu adalah hal-hal yang
umum. Imam Ali kw mengatakan: “Memberi nasihat di depan
orang banyak sama saja dengan mengejeknya”.
3) Sampaikan nasihat secara singkat karena jika terlalu bertele-
tele akan membosankan.
4) Nasihat itu harus jelas dan disesuaikan dengan kebutuhan
psikologis pendengarnya.
5) Berikan nasihat secara bertahap, jelaskan terlebih dahulu hal-
hal prinsip sebelum hal-hal yang tidak prinsip, kalau yang
dinasihati mau menerima hal-hal yang prinsipil yang
disampaikan, maka barulah melangkah ke hal-hal yang lain.
Kalau tidak demikian, maka hasilnya akan negatif. Seperti
memberi nasehat seorang wanita yang imannya masih lemah
dan tidak memakai jilbab, maka nasihat pertama adalah
tentang memperkuat keyakinan sebelum menyuruhnya untuk
memakai jilbab.
6) Berikan nasihat dengan penuh perhatian dan rasa cinta, jangan
menggurui atau memarahinya.10
b) Metode teladan
Keteladanan merupakan salah satu factor yang penting dalambkeberhasilan
pendidikan. Seorang pendidik dilingkungan keluargaatau disekolah akan ditiru oleh

10
Ibrahim Amini, Agar tak salah Mendidik Anak, Penerjemah, Ahamad Subandi & Salman Fadlullah, (Jakarta:
Al-Huda, 2006), 327-328

12
peserta didiknya. Keteladanan dalam pendidikan adalah salah satu metode yang
efektif dan akan mendorong terbentukanya kepribadian anak seperti moral,maupun
sosialnya. Secara tidak langsung figur pendidik akan tergambar dalam pribadi
seorang anak ketika pendidik jujur dan berakhlak mulia maka mereka akan
mencotohnya. Untuk menerapkan metode teladan dengan baik seorang pendidik
harus memulai terlebih dahulu untuk diri sendiri.
c) Metode Pembiasaan
Metode ini sangat bagus untuk diterapkan kepada anak kita
agar menjadi kebiasaan baginya. oleh karenanya sebagai awal dari
proses pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai oral pada anak,
metode ini hendaklah dimulai sejak bayi. Karena setia anak memiliki
rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan
sekitarnya.11
C. POLA PENDIDIKAN ISLAM DALAM QS AL-LUQMAN AYAT 12-19
Delapa1n ayat tersebut di atas kental dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang
harus diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya sebagaimana Allah telah
menjadikan Luqman dan anaknya sebagai contoh proses pendidikan agama dari
orang tua kepada anaknya dan contoh tersebut dikemukakan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada segenap umatnya.
1. Pendidik
Pendidik dalam surat Luqman ayat 12-19 diwakili oleh Luqman.
Luqman yang disebut oleh surat ini adalah seorang tokoh yang
diperselisihkan identitasnya. Orang Arab mengenal dua tokoh yang bernama
Luqman. Pertama, Luqman Ibn ’Ad. Tokoh ini mereka agungkan karena
kewibawaan, kepemimpinan, keilmuan, kefasihan dan kepandaiannya. Dia
kerap kali dijadikan sebagai pemisalan dan perumpamaan. Tokoh kedua
adalah Luqman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan
perumpamaan-perumpamaannya. Agaknya dialah yang dimaksud oleh surat
ini. Dalam tafsir Ibnu Katsir bahkan disebutkan nama lengkap Luqman adalah

11
Nopi Harmaliani, Metode Pendidikan Anak Dalam Surah Luqman Ayat 12-19 (Perspektif Tafsir Ibnu Katsir)
(Study Analisis Al Qur’an), (Curup: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Curup, 2019), hlm. 80-88.

13
Luqman bin Anqa' bin Sadun menurut kisah yang dikemukakan oleh As-
Suhaili.12
Al-Baghdadi mengemukakan bahwa Luqman bukan dari kalangan
Arab, tetapi seorang ’ajami, yaitu anak Ba’ura dari keturunan Azar (orang tua
Nabi Ibrahim), anak saudara perempuan Nabi Ayyub, atau anak bibi nabi
Ayyub. Banyak perbedaan pendapat tentang asal-usul Luqman tersebut. Ada
yang mengatakan bahwa dia seorang bangsa Negro Sudan, Mesir Hulu atau
Habsyi yang warna kulitnya hitam, hidup selama seribu tahun dan berjumpa
dengan Nabi Dawud sehingga Nabi Dawud banyak menimba ilmu darinya.
Ada yang berpendapat bahwa dia seorang Nabi, dan ada pula yang
membantah pendapat itu dengan mengatakan bahwa dia hanyalah seorang
ahli hikmah.
Penulis memegang pendapat yang mengatakan bahwa Luqman
adalah seorang ahli hikmah, bukan seorang Nabi, karena yang diajarkan
kepada anaknya bukanlah wahyu, melainkan hikmah yang telah
dianugerahkan Allah dan hal ini sesuai dengan Hadits yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas r.a:
“Dari Ibnu Abbas r.a berkata”: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Luqman bukanlah seorang Nabi, tapi beliau adalah seorang hamba yang
banyak berfikir secara bersih dan penuh keyakinan sehingga dia mencintai
Allah dan Allah pun mencintainya, maka dilimpahkan kepadanya Al-
Hikmah.” (H.R. Al- Qurthuby).
Luqman adalah seorang ahli hikmah, kata-katanya merupakan
pelajaran dan nasihat, diamnya adalah berpikir, dan isyarat-isyaratnya
merupakan peringatan. Dia bukan seorang Nabi melainkan seseorang yang
bijaksana, yang Allah telah memberikan kebijaksanaan di dalam lisan dan
hatinya, dimana dia berbicara dan mengajarkan kebijaksanaan itu kepada
manusia. Dalam al-Qur’an pun diungkapkan bahwa dia dianugerahi berupa
“hikmah” oleh Allah SWT.

12
Nasib Ar-Rifai, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),
789.

14
Sebagai orang tua sekaligus pendidik bagi anaknya, sebagaimana yang
tercantum dalam surat Luqman ayat 12-19 bahwasannya Luqman dalam
mendidik anak, melakukan tugas sebagai berikut: a. Menanamkan keimanan
dalam jiwa anak; b. Mendidik anak agar taat menjalankan agama; c. Mendidik
anak agar berbudi pekerti yang mulia.13
2. Peserta Didik
Secara implisit, peserta didik atau anak didik yang terdapat pada
surat Luqman ayat 12-19 adalah putra dari Luqman itu sendiri. Anak
merupakan rahmat dari Allah SWT, anak adalah amanah, harus disyukuri,
dididik dan dibina agar menjadi orang yang baik, berkepribadian yang kuat
dan berakhlaq terpuji. Hal ini merupakan keinginan setiap keluarga terutama
orang tua dan semua guru.
Mendidik anak merupakan kewajiban orang tua. Mulai dari kecil
haruslah sudah dididik ke arah kebaikan. Dalam keluarga orang tua
mempunyai peran yang penting untuk mendidik anaknya. Sebab orang tualah
yang dikenal pertama kali oleh anak dengan segala perlakuan yang diterima
atau dirasakan dapat menjadi dasar pembentukan pribadinya, karena pada
dasarnya manusia waktu dilahirkan dalam keadaan suci tanpa noda dan dosa,
ibarat kertas maka orang tualah yang menulisinya. Sebagaimana
diterangkan dalam sebuah hadits Nabi yang berbunyi sebagai berikut:
“Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua
orang tua nyalah yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi ” (HR.
Muslim).14
Dalam usaha pendidikan pada anak perlu adanya pengenalan
terhadap agama secara ketat terhadap diri anak, agar anak mempunyai
pribadi yang baik yang sesuai dengan agama, yang semua itu dapat dimulai
dengan mendidik anak pada waktu masih kecil melalui pendidikan dan
pengalaman yang dilaluinya bersama orang tuanya yang berperan sebagai
pendidik. Seorang anak akan menjadi baik ataukah justru menjadi beban
dalam masyarakat, sebagian besar merupakan refleksi dari pendidikan yang
13
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam (Jakarta: CRSD Press, 2005), 182
14
Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz II (Surabaya: Syarikat ‘Alawi, tt.), 458.

15
didapatkannya dalam keluarga. Orang tua dalam keluarga apabila dapat
berperan secara maksimal maka akan dapat melahirkan generasi penerus
yang lebih baik daripada generasi pada saat ini.15

3. Materi Pendidikan Islam


a) Keimanan (Aqidah)
Pendidikan aqidah meliputi peng-Esa-an Allah, tidak
menyekutukan-Nya, dan mensyukuri segala nikmat-Nya. Larangan
menyekutukan Allah termuat dalam ayat 13 surat Luqman tersebut.
Pada ayat ini, Luqman memberikan pendidikan dan pengajaran
kepada anaknya berupa aqidah yang mantap, agar tidak
menyekutukan Allah. Itulah aqidah tauhid, karena tidak ada Tuhan
selain Allah, dan yang selain Allah adalah makhluk.
Ayat ini mendidik manusia bahwa keyakinan pertama dan
utama yang perlu ditanamkan dan diresapkan kepada anak (peserta
didik) adalah tauhid. Kewajiban ini terpikul di pundak orang tua
sebagai pendidik awal dalam pendidikan informal. Demikian juga yang
harus dilaksanakan oleh pendidikan formal dan non formal.
Tujuannya agar anak (peserta didik) terbebas dari perbudakan materi
dan duniawi, sehingga keyakinannya mantap dan aqidahnya kokoh,
serta keyakinannya itu perlu diresapkan sedini mungkin di saat anak
telah mulai banyak bertanya kepada orang tuanya. Ayat lainnya yang
berbicara mengenai aqidah adalah ayat 16 surat Luqman. Pada ayat ini
Luqman kembali kepada aqidah dengan memperkenalkan sifat Allah
yang Maha Mengetahui segala sesuatu betapapun kecilnya, walaupun
sebesar biji sawi sebagaimana yang dilukiskan dalam ayat tersebut.
b) Ibadah (Syariah)
Secara umum ibadah diartikan sebagai sesembahan,
pengabdian. Ibadah sebenarnya tidak hanya sebatas penyembahan,
tetapi juga berhubungan dengan tingkah laku manusia meliputi
kehidupan. Materi ibadah mencakup segala tindakan dalam

15
Zuhairini, et. al., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. Ke-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 158

16
kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Allah SWT
seperti shalat, maupun dengan sesama manusia. Hubungan kepada
Allah SWT dalam bentuk shalat ini dinyatakan oleh ayat 17 surat
Luqman. Pada ayat ini Allah SWT mengabadikan empat bentuk
nasihat Luqman untuk penetapan jiwa anaknya, yaitu:
1) Mendirikan shalat
2) Menyuruh berbuat yang baik (makruf)
3) Mencegah berbuat mungkar,
4) Bersabar atas segala musibah
Keempat hal inilah yang diberikan Luqman kepada anaknya
dan diharapkan menjadi modal hidup bagi umat Islam sebagaimana
yang disampaikan Nabi Muhammad SAW.
Ayat ini mendidik manusia dengan materi pemantapan jiwa
dengan mendirikan shalat, diikuti dengan perbuatan makruf, berani
menegur yang salah, mencegah yang mungkar, dan bila dalam
melakukan itu semua terdapat rintangan, maka diperlukan sifat
sabar dan tabah. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk yang
diwajibkan oleh Allah SWT. Dengan demikian ayat ini memberi
indikasi bahwa shalat sebagai peneguh pribadi, amar makruf nahi
mungkar dalam berhubungan dengan masyarakat, dan sabar untuk
mencapai apa yang dicita-citakan.
c) Akhlaq
Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan/keimanan
maka diperlukan juga usaha untuk membentuk akhlaq yang mulia.
Berakhlaq yang mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang
dalam menghadapi pergaulan antar sesamanya. Akhlaq termasuk di
antara makna yang terpenting dalam hidup ini. Tingkatnya berada
sesudah keimanan/kepercayaan kepada Allah, Malaikatnya, Rasul-
rasulnya, hari akhir, Qadha dan Qadhar Allah.16
Apabila beriman kepada Allah dan beribadat kepada-Nya
adalah berkaitan erat dengan hubungan antara hamba dan Tuhannya,
16
Zuhairini, et. al., Filsafat Pendidikan Islam, 156

17
maka akhlaq pertama sekali berkaitan dengan hubungan muamalah
manusia dengan orang lain, baik secara individu maupun secara
kolektif. Tetapi yang perlu diingat adalah akhlaq tidak terbatas pada
penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya,
tetapi lebih dari itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala
yang terdapat dalam wujud kehidupan.
Ajaran mengenai pendidikan akhlaq dijelaskan dalam
beberapa ayat, seperti ayat 14 surat Luqman yang sebelumnya juga
berbicara mengenai pendidikan keimanan/aqidah. Karena
konsekuensi keimanan sebagai keyakinan hati harus diwujudkan
dalam sikap dan perbuatan. Tuntunan akhlaq yang mulia mengajarkan
beberapa tuntunan yang harus dijalankan seorang manusia kepada
Allah SWT, berupa kewajiban, anjuran ataupun larangan. Selain itu,
tuntunan akhlaq juga mengajarkan manusia untuk berbakti kepada
orang tua, ayah dan ibu yang menjadi perantara kelahirannya di
dunia. Selain bersyukur kepada Allah, manusia harus berterima kasih
kepada kedua orang tuanya, yang secara lahiriah telah berkorban,
bersusah payah, terutama ibu yang mengandung, melahirkan,
menyusui dan memelihara dengan penuh kasih sayang.
Ayat lainnya yang menjelaskan ajaran akhlaq juga adalah pada
ayat 15 surat Luqman. Ayat ini mendidik manusia agar mendahulukan
dan mengutamakan aqidah tauhid dan tidak boleh syirik. Perbedaan
aqidah si anak dan orang tua tidak boleh menghalangi pergaulan baik
selama hidup di dunia, namun sangat dianjurkan supaya si anak selalu
mengajak orang tuanya kepada agama tauhid. Kalau tidak berhasil,
maka segala sesuatu diserahkan kepada Allah SWT. Karena kepada-
Nyalah akan kembali semua yang ada ini.
Ayat selanjutnya yang berbicara tentang akhlaq adalah ayat 16
surat Luqman yang sebelumnya juga berbicara mengenai pendidikan
keimanan/aqidah. Ayat ini mendidik manusia agar beramal dengan
ikhlas karena Allah SWT, sebab Allah akan membalas semua
perbuatan manusia betapapun kecilnya, perbuatan baik dibalas

18
dengan pahala kebaikan, dan perbuatan jahat dibalas dengan
kesengsaraan.
Oleh sebab itu jika berbuat baik janganlah semata-mata ingin
diketahui oleh manusia. Tetapi berharaplah penghargaan dari Allah
SWT semata yang dapat menilai dan menghargainya. Ayat ini sangat
penting untuk memperkuat hubungan batin insan dengan Tuhannya,
pengobat jerih payah atas amal usaha yang kadang- kadang tidak ada
penghargaan dari manusia. Oleh sebab itu, berdasarkan ayat ini,
mendorong manusia untuk bekerja keras dan beramal dengan ikhlas
karena Allah semata.
Ayat selanjutnya yang menggariskan prinsip-prinsip akhlaq
adalah ayat 18 surat Luqman. Ayat ini mendidik manusia dalam
pergaulan dengan masyarakat dengan etika yang baik, berbudi
pekerti, sopan santun, dan akhlaq yang tinggi, yaitu tidak boleh
sombong, kalau sedang bercakap berhadapan dengan orang lain,
hendaklah berhadapan muka, sebab sebagai pertanda berhadapan
hati. Sebaliknya tidak boleh memalingkan muka, karena dengan
demikian akan tersinggung perasaan lawan bicara, dan merasa dirinya
tidak dihargai.
Ajaran sama tentang akhlaq juga dimuat dalam ayat 19 surat
Luqman. Ayat ini sebagai kelanjutan dari ayat 18 yang mendidik
manusia bertingkah laku sopan di tengah masyarakat, yaitu sederhana
dalam berjalan, jangan terlalu cepat, tergopoh-gopoh, terburu-buru,
akan cepat lelahnya, dan jangan pula terlalu lambat, sebab akan
membawa kemalasan dan membuang waktu di jalan, melainkan
hendaklah bersikap sederhana. Demikian juga bila berbicara, jangan
dengan suara keras jika tidak ada kepentingan tertentu, jangan
berteriak dan menghardik-hardik, menyerupai suara keledai. Oleh
sebab itu, ayat ini juga mendidik manusia agar bersikap halus,
bersuara lemah lembut, sehingga bunyi suara itu pun menarik orang
untuk memperhatikan apa yang dikatakan, sehingga timbul rasa

19
simpati dari si pendengar.17

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

17
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, 196-197

20
Sosok pendidik ideal yang dinyatakan dalam Al-Qur’an adalah Luqman al-Hakim. Ia
adalah seorang yang diberi karunia oleh Allah berupa hikmah. Dalam pelaksanaan
pendidikan Islam, ia menggunakan metode mau’idhah yang berupa nasehat agar yang diberi
nasehat tersentuh hatinya untuk melaksanakan suatu perbuatan yang baik. Sedangkan materi
pendidikan Islam sebagaimana yang dinyatakan dalam Q.S. Luqman ayat 12 – 19 adalah
keimanan (ketauhidan), ibadah, amar ma’ruf nahi mungkar, dan akhlakul karimah. Dengan
materi seperti inilah sebaiknya yang perlu diberikan kepada peserta didik dalam pendidikan
Islam. Wallhu a’lamu bi al-shawab.

Surat Al-Luqman telah menggambarkan salah satu sosok pendidik yang ideal. Salah
satu unsur pendidikan adalah pendidik karena pendidik memiliki tanggung jawab terhadap
kelangsungan pendidikan, berhasil atau tidaknya pendidikan itu tergantung pada pendidik itu
sendiri. Selain itu, orang tua juga wajib untuk mendidik anaknya mulai dari kecil seperti
membiasakan hal-hal yang terkecil hingga besar sekalipun. Dalam surat Al-Luqman orang
tua berperan agar mendidik, menasehati, dan mengarahkan anak pada kebaikan agar anak
tidak terjerumus pada kejahatan. Tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup manusia itu
sendiri, sebab pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia itu sendiri. Dalam
surah Luqman terdapat beberapa sifat yang harus ada pada pendidik yaitu: sabar, ikhlas,
berilmu, dan bertakwa. Metode yang digunakan yaitu seperti: metode nasehat, metode
teladan, dan metode pembiasaan.

Pola pendidikan yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 merupakan pola
pendidikan yang islami, pola pendidikan yang berbasis keagamaan. Indikatornya, muatan
materinya kental dengan materi keimanan dan akhlak yang mulia. Komponen-komponen
pendidikan yang terkandung dalam surat Luqman antara lain: pendidik, peserta didik, materi
pendidikan, metode pendidikan, dan tujuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

21
Al-Raziy, Muhammad ibn Abi Bakr ‘Abd al-Qadir, Mukhtar al-Shihah, Beirut: Dar al-Kutub
al ‘Ilmiyyah, 1994

Al-Shabuniy, Muhammad Ali, Shafwat al-Tafasir, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.).

Al-Thabathaba’iy, Muhammad Husain, Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut: Muassasat al-‘


Alamiy li al-Mathbu’at, t,t.)

An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: C.V.


Diponegoro, 1992).

Hafidz, Imad Zuhair, Al-Qashash Al-Qur’aniy Bayna Al-Abai wa Al-Abnai, ( Beirut: Dar Al-
Qalam, Cet. I, 1990).

Ibn Katsir, Abu al-Fida’ Isma’il, Tafsir Al-Qur’an al-Adhim, Juz III, ( Semarang: Toha Putra,
t.t. ).

Ibn Zakariya, Ibn Faris, Al-Maqayis fi al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994).

‘Ulwan, Abdullah Nashih, Tarbiyyah al-Awlad fi al-Islam, Juz II, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981).
Harmaliani, Nopi. Metode Pendidikan Anak Dalam Surah Luqman Ayat 12-19 (Perspektif
Tafsir Ibnu Katsir) (Study Analisis Al Qur’an). 2019. Curup: Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Curup.

Arief, Armai. Reformulasi Pendidikan Islam. 2005. Jakarta: CRSD Press.

Depag RI. Al-Quran dan Terjemahnya. 1971. Jakarta: Depag RI.

Hude, Darwis. Cakrawala Ilmu dalam Al-Qur’an. 2002. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Hery Noer Aly. Ilmu Pendidikan Islam. 1999. Jakarta: Logos.

Muslim, Imam. Shahih Muslim, Juz II. Surabaya: Syarikat ‘Alawi, tt.

Amini, Ibrahim. Agar tak salah Mendidik Anak. Penerjemah, Ahamad.

22

Anda mungkin juga menyukai