Di Susun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Tasawuf, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita baik bagi para
pembaca ataupun bagi penulis sendiri.
Penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Abdullah selaku dosen pengampuh mata kuliah
Ilmu Tasawuf, Dan kami juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dengan memberikan ide-ide atau saran sehingga makalah ini bisa di susun dengan
baik dan rapi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan untuk memperbaiki penyusunan makalah kami
selanjutnya. Kemudian apabila terdapat kesalahan dalam makalah baik dari segi penyusunan
ataupun pembahasan, kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. Ajaran-ajaran yang mempengaruhi tasawuf Abdurauf As-Singkili...................................4
B. karakteristik ajaran Tasawuf Abdurrauf As-Singkili..........................................................5
1) Sistematika Penyajian............................................................................................................6
2) Bentuk Penyajian.......................................................................................................................8
3) Bentuk Penulisan...................................................................................................................9
C. pengaruh-pengaruh ajaran Tasawuf Abdurrauf As-Singkili...............................................9
a. Hamzah Fansuri memainkan peranan penting dalam membentuk pemikiran dan praktek
keagamaan kaum Muslimin Nusantara pada paruh pertama abad ke 17 M. Ia mendirikan dayah
atau pesantren di Singkil, tercatat bahwa dayah pertama di Aceh adalah dayah yang dibangun
Hamzah Fansuri. Karya-karya Hamzah Fansuri antara lain:........................................................11
b. Nuruddin Ar-raniri, setelah mendapat posisi yang kuat di Aceh, kemudian melancarkan
pembaharuan islam dengan radikal. Ia menentang paham wujudiyah yang dibawa oleh Hamzah
fansuri dan Syamsuddin Al-Sumatrani. Menurutnya paham yang dibawa Hamzah Fansuri adalah
sesat dan menyimpang dari ajaran islam. Ar-Raniry membunuh orang yang menolak melepaskan
keyakinannya yang sesat akan dan banyak buku/kitab-kitab Hamzah Fansuri dibakar. Ar-Raniri
memperkenalkan corak keilmuan dan wacana keagamaan yang baru. Karya-karya nya cukup
banyak lebih dari 40 kitab antara lain:.........................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN......................................................................................................................12
B. SARAN...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran Islam di Nusantara tidak bisa dipisahkan dari tasawuf. Bahkan, Islam
pertama yang dikenal di Nusantara ini sesungguhnya adalah Islam yang disebarkan dengan
pendekatan sufistik. Islam dalam corak demikian itulah yang paling mampu memikat lapisan
bawah, menengah dan bahkan bangsawan. Para penyebar Islam di Indonesia itu, umumnya
para da’i yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tasawuf. Selain itu, di antara mereka
juga banyak yang menjadi pengamal dan penyebar tarekat di Indonesia. Bahkan, sampai
sekarang ini masih banyak kita temukan pusat-pusat atau institusi-institusi penyebaran Islam
yang menggunakan simbol-simbol tasawuf atau tarekat. Kita mengenal tradisi marhabanan,
sekaten, ratiban, dan sebagainya yang tipikal tasawuf. Tasawuf bukan sekedar membaca doa-
doa atau laku tirakat bagi pengikutnya, namun lebih mendasar lagi, tasawuf mampu memberi
warna khas bagi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Di mana, hingga dewasa ini masih
dapat kita rasakan.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ajaran-ajaran yang mempengaruhi Tasawuf Abdurrauf As-
Singkili.
2. Untuk mengetahui karakteristik ajaran Tasawuf Abdurrauf As-Singkili.
3. Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh ajaran Tasawuf Abdurrauf As-Singkili.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ajaran-ajaran yang mempengaruhi tasawuf Abdurauf As-Singkili
Abdurrauf al-Singkil (Singkil, Aceh Selatan 1024 H/1615 M ) adalah seorang ulama
besar Aceh yang terkenal. Ia seorang ulama dari Fansur yang memiliki pengaruh
besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya.
Mengenai nama lengkap Abdurrauf al-Singkili penulis menetapkan ialah Abdurrauf
Ibn ‘Ali al-Fansuri, sebagaimana yang tertera dalam kitab Tafsir Turjumun al-
Mustafid. Pendidikan pertama Syekh Abdurrauf didapatkan ditempat kelahirannya
Singkil, terutama dari ayahnya yang merupakan seorang yang alim. Beberapa tahun
kemudian, syekh Abdurrauf al-Singkili berangkat ke Banda Aceh. Selanjutnya,
Abdurrauf melanjutkan pendidikannya di Jazirah Arab pada tahun 1052 H/1642 M.
Tempat belajarnya tersebar di sejumlah kota yang berada di sepanjang rute haji, mulai
dari Dhuha (Doha) di wilayah Teluk Persia, Yaman, Jeddah, Makkah serta Madinah.
Perjalananan akhir Abdurrauf al-Singkili adalah di Madinah sekaligus
menyelesaikan pelajarannya, dia belajar dengan dua orang ulama penting Ahmad Al-
Qusyasyi dan khalifahnya Ibrahim al-Kurani Melalui dua orang guru ini al-Singkili
diberi ijazah; selendang berwarna putih pertanda bahwa ia telah dilantik sebagai
Khalifah Mursyi dalam orde Thareqat Syattariyah. Dari segi intelektual ia menguasai
berbagai bidang ilmu pengetahuan, hal ini terlihat dari karya-karyanya di berbagai
bidang, fiqih, tafsir, tasawuf dan lain sebagainya. Al-Singkili meninggal dunia sekitar
1105H/1693 M dan dikuburkan di dekat Kuala atau mulut sungai Aceh. Oleh sebab
itu, ia juga dikenal sebagai Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama
di Kuala). Nama ini kemudian diabadikan pada perguruan tinggi yang didirikan di
Banda Aceh pada tahun 1961, yakni Universitas Syiah Kuala.
Ajaran Tasawuf pada banyak karya Abdul Rauf menekankan transendensi Tuhan
diatas Makhluk Ciptaan-Nya. Dimana ia menolak pandangan wujudiyyah, yang
menekanka imanensi Tuhan dalam makhluk ciptaan-Nya. Dalam karyanya yang
berjudul “Kifayat Al-Muhtajin” ia berpendapat bahwa Tuhan menciptakan alam
semesta. Makhluk ciptaan-Nya sebagai wujud yang mutlak tetap berbeda dari Tuhan.
“Diumpamakan dengan tangan dan bayangan, walau tangan sulit dipisahkan dengan
bayangan, bayangan bukan tangan yang sebenarnya” jelasnya.
Secara umum dan mudah dipahami bahwa Abdurrauf ingin mengerjakan tentang
harmoni antara syariat dan sufisme. Keduanya harus bekerja sama. Hanya melalui
kepatuhan pada syariat maka seorang yang berada di jalan sufi bisa menemukan
hakikat kehidupannya.
Sejalan dengan kepatuhan total pada syariat, Abdurrauf berpendapat bahwa dzikir
penting bagi orang yang menempuh jalan tasawuf, seperti terkandung dalam karyanya
bertajuk Umdat Al-Muhtajin ila Suluk Maslak Al-Mufradin, dimana dasar dari
tasawuf adalah dzikir yang berfungsi mendisiplinkan kerohanian islam. Dalam
berdzikir ada dua metode yang diajarkannya, yaitu dzikir keras dan dzikir pelan.
Dzikir keras seperti pengucapan “la ilaha illa Allah” sebagai penegasan akan keesaan
Sang Pencipta. Dzikir menurut dia bukanlah membayangkan kehadiran gambar Tuhan
melainkan melatih untuk memusatkan diri. Adapun dzikir pelan seperti berdzikir
didalam hati.
Di samping itu, Abdurrauf berpandangan bahwa tauhid menjadi pusat dari ajaran
tasawuf. Kata Tauhid bermakna pernyataan keesaan Allah, kalimat tauhid ini adalah
poros utama dalam islam. Keyakinan tentang adanya Allah Yang maha Esa, yang
tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya dalam zat, sifat atau perbuatan-perbuatan-
Nya. Keyakinan kepada Allah dalam zat, sifat maupun perbuatannya sangatlah
penting bagi kaum muslimin karena tonggak ajaran islam tertumpu pada kalimat
tauhid la ilaha illallah, kalau pondasinya kuat maka seterusnya akan kokoh pula.
Pandangan-pandangan dasar Abdurrauf tentang tasawuf ini tertera dalam kitab
Tanbih Al-Masyi. La ilaha Illa Allah menurut dia, memiliki empat tingkatan tauhid
yaitu penegasan, pengesahan ketuhanan Allah, mengesahkan sifat Allah dan
mengesahkan dzat Tuhan.
Abdurrauf sebelumnya sudah mendapatkan ajaran tentang ilmu Tasawuf tentang
tarekat Syattariyat dan tarekat Qadiriyyah. Sampai akhirnya ia diberi ijazah dalam
dua tarekat tersebut. Karena itu, ia mendapat gelar “syekh” yang artinya pemimpin
tarekat. Dalam mempelajari tarekat ini Abudrrauf juga belajar kepada dua orang guru
India yang berada di Tanah arab yaitu Syekh Badruddin dan Syekh Abdullah Lahori.
Dari sekian banyaknya guru Abudrrauf, hanya ada beberapa orang yang sangat
berpengaruh terhadap pemikiran-pemikiran beliau. Diantara guru-guru yang sangat
berpengaruh pada dirinya yaitu Ahmad al Qusyasyi, beliau merupakan guru
spiritualnya di Madinah, dari Qursyasyi Abudrrauf belajar tentang ilmu-ilmu bathin
(tasawuf) dan ilmu-ilmu yang terkait lainnya, beliau menuntut ilmu kepada Qusyasyi
sampai mendapat ijazah untuk menjadi khalifah daalam tarekat Syatariyyah dan
Qadiriyyah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebaran Islam di Nusantara tidak bisa dipisahkan dari tasawuf. Bahkan, Islam
pertama yang dikenal di Nusantara ini sesungguhnya adalah Islam yang disebarkan
dengan pendekatan sufistik. Islam dalam corak demikian itulah yang paling mampu
memikat lapisan bawah, menengah dan bahkan bangsawan. Para penyebar Islam di
Indonesia itu, umumnya para da’i yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
tasawuf.
Abdurrauf al-Singkil (Singkil, Aceh Selatan 1024 H/1615 M ) adalah seorang ulama
besar Aceh yang terkenal. Ia seorang ulama dari Fansur yang memiliki pengaruh besar
dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya. Ulama
abdurrauf ini seorang yang giat mengembangkan pemikiran dan penyebaran islam dan
banyak mencetak murid-murid yang juga memainkan peranan penting dalam
penyebaran islam diberbagai daerah, sehingga menyebabkan jangkauan pengaruh
Aceh sangat luas. Di dalam kiprahnya mengajarkan dan mengembangkan agam islam
terus dilakukan, di dayahnya bernama Rangkang teunku Syiah Kuala di Pantai Kuala,
yang merupakan salah satu dayah/rangkang yang banyak menghasilkan ulama-ulama
yang berkualitas sebagai penerusnya.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami buat dengan sedemikian rupa. Mungkin masih banyaknya
kesalahan yang ada mulai dari penyusunan kata, bahasa, sistematis maupun
penyuntingan kalimat, karena keterbatasan kami. Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan saran atau masukan maupun kritik yang bersifat membangun karena
dengan adanya masukan itu penulis dapat memperbaiki makalah yang kami buat.
Serta saran sangat dibutuhkan guna perbaikan makalah selanjutnya dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi semuanya termasuk pembaca dan terkhusus untuk
penulis. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
https://steemit.com/indonesia/@abiismail/pengaruh-hamzah-fansuri-nuruddin-ar-raniry-dan-
abdul-rauf-al-singkili-dalam-studi-islam-di-indonesia
https://www.kompasiana.com/jemilfirdaus/55289f8f6ea834994c8b45ab/karakteristik-
neosufisme-sejarah-baru-tasawuf
https://republika.co.id/berita/m3rese/hujjatul-islam-syekh-abdul-rauf-alsingkili-harmonisasi-
syariat-dan-tasawuf