Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN SALAFIYAH

(ORTODOKSI)
“Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teologi Islam atau
Ilmu Kalam”

2023/2024

Dosen Pengampu: Masruri,M.Ag

Disusun oleh:

Nama / NIM : Mukhammad Sholakhudin (20111330)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL ( STIK )

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, taufiq, hidayah, dan inayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tanpa halangan suatu apapun. Tak
lupa penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir
kelak. Penulisan makalah berjudul “Pengerian dan Perkembangan
Salafiyah (Ortodoksi)” bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Teologi Islam atau Ilmu Kalam. Dalam penyusunan makalah ini, kami
banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai
pihak, oleh karena itu saya menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak
Dr.H.Ahmad Tantowi,M.Si.,M.Pd. selaku Ketua Sekolah Tinggi Islam
Kendal (STIK) yang telah memberikan kesempatan untuk membuat
makalah ini.
2. Bapak Masruri,M.Ag selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teologi
Islam atau Ilmu Kalam yang telah memberikan banyak pengarahan dan
bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang berperan dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran
demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kendal , 24 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................


A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................
A. Definisi Salafiyah..........................................................................................3
B. Tokoh Pendiri Ajaran Salafiyah....................................................................4
C. Pokok Ajaran Dasar Salafiyah.......................................................................4
D. Sejarah Masuknya Salafiyah Ke Indonesia...................................................6
BAB III PENUTUP ...........................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbedaan pemahaman merupakan suatu fenomena yang sudah ada
sejak terbentuknya komunitas manusia, sekecil apa pun komunitas itu.
Perbedaan tersebut dapat meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk
agama dan keyakinan. Al-Qur’an mengakui keniscyaan perbedaan antara
lain dengan firman-Nya:

‫ت إلِ َى‬ ِ ً‫لو شا َء هللاُ لَ َجعلَ ُك ْم أ َُّمة‬


ِ ‫م في ما آتا ُك ْم فاَسْت بَقِ ُوا ْال َخيْرا‬Rْ ‫واحدةًَ َو ل ِك ْن لِي ْبَل َُو ُك‬ َْ ‫َو‬
ْ ‫هللاِ َمرْ ِجع ُُك ْم َجميعا ً فيَنُ ِّبَِئ ُُك ْم بِما كنُْت ُْم في ِه‬
َ‫تخَ تلَِفوُن‬
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat
(saja). Tetapi Allah hendak mengujimu terhadap pemberian-Nya
kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu Dia beritahukan kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu,”(QS. Al-Ma’idah [5]: 48). (Quraish
Shihab, 2007).
Di dalam Islam perbedaan telah ada sejak zaman Rasulullah SAW,
Namun setiap perbedaan pendapat dan permaslahan umat yang muncul
dapat langsung diselesaikan melalui beliau. Selanjutnya ketika Rasulullah
telah tiada, maka beberapa perbedaan dikalangan umat Islam ketika itu
mulai bermunculan. Mulai dari masalah pemerintahan sampai akhirnya
berujung pada aliran keagamaan dalam islam. Dan salah satu aliran yang
ada dalam islam adalah salafi yaitu suatu aliran yang mengajarkan syariat
secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan syariat
yang ada pada generasi Muhammad SAW dan para sahabat, setelah
mereka dan orang-orang setelahnya. Pada kesempatan kali ini penulis
mencoba untuk memaparkan skelumit tentang salah satu aliran yang ada
dalam islam ini yaitu: salafi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi salafiyah?
2. Siapa tokoh pendiri ajaran salafiyah?
3. Apa pokok ajaran dasar salafiyah?
4. Bagaimana sejarah masuknya salafiyah ke indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi salafiyah.
2. Untuk mengetahui tokoh pendiri ajaran salafiyah.
3. Untuk mengetahui pokok ajaran dasar salafiyah.
4. Untuk mengetahui sejarah masuknya salafiyah ke indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

2
A. Definisi Salafiyah
Salafiyah adalah satu aliran dalam agama Islam yang mengajarkan
syariat secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan
syariat yang ada pada generasi Muhammad dan para sahabat, setelah
mereka dan orang-orang setelahnya. Arti salaf secara bahasa adalah
pendahulu bagi suatu generasi. Sedangkan dalam istilah syariah islamiyah
as-salaf itu ialah orang-orang pertama yang memahami, mengimami,
memperjuangkan serta mengajarkan islam yang diambil langsung dari
shahabat Nabi SAW, para tabi'in (kaum mukminin yang mengambil ilmu
dan pemahaman atau murid dari para shahabat) dan para tabi'it tabi'in
(kaum mukminin yang mengambil ilmu dan pemahaman atau murid dari
tabi'in). istilah yang lebih lengkap bagi mereka ini ialah assalafus shalih.
Selanjutnya pemahaman as-salafus shalih terhadap AlQur'an dan Al-Hadits
dinamakan as-salafiyah. Sedangkan orang islam yang ikut pemahaman ini
dinamakan salafiyah. Demikian pula dakwah kepada pemahaman ini
dinamakan dakwah salafiyah. Salafiyah melihat tiga generasi pertama dari
umat Islam, yaitu Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, dan dua
generasi berikut setelah mereka: Tabi'in dan Taba 'at-Tabi'in, sebagai
contoh bagaimana Islam harus diperlakukan. Prinsip ini berasal dari hadits
Nabi Muhammad SAW:
“Orang-orang dari generasi yang terbaik, maka orang-orang yang
mengikuti mereka, kemudian yang mengikuti kedua (yakni tiga generasi
pertama dari umat Islam)”.
Salafiyah umumnya menisbatkatkan kepada mahdzab Imam
Ahmad Bin Hambalidan kemudian rujukan pemikiran Ibnu Taimiyah.
Maka Salafiyah masih dikategorikan Ahlusunnah Wal Jama’ah.

B. Tokoh Pendiri Ajaran Salafiyah


Tokoh yang paling pantas dianggap sebagai pejuang salaf adalah

3
Ibnu Taimiyah. Adapun nama lengkap adalah Abdul Abbas Taqiuddin
Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani (lahir:
22Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661 H, wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728
H), adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki. Ibnu
Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah
Muhammad SAW dan sahabat Nabi, kemudian Tabi’in yaitu generasi yang
mengenal langsung para sahabat Nabi, dan Tabi’ut tabi’in yaitu generasi
yang mengenal langsung para Tabi’in, adalah contoh yang terbaik untuk
kehidupan Islam.

C. Pokok Ajaran Dasar Salafiyah


1. Ajaran Salafiyah
Pokok ajaran dari ideologi dasar Salafiyah adalah bahwa
Islam telah sempurna dan selesai pada waktu masa Muhammad SAW
dan sahabat-sahabatnya, oleh karena itu tidak dikehendaki inovasi yang
telah ditambahkan pada abad nanti karena material dan pengaruh
budaya. Paham ideologi Salafiyah berusaha untuk menghidupkan
kembali praktik Islam yang lebih mirip agama Muhammad selama ini.
Salafiyah sangat berhati-hati dalam agama, apalagi urusan aqidah dan
fiqh. Salafiyah sangat berpatokan kepada as-salafus sholeh. Bukan
hanya masalah agama saja mereka perhatikan, tetapi masalah
berpakaian, salafiyah sangat suka mengikuti gaya berpakaian seperti
zaman as-salafus sholeh seperti memakai sorban atau gamis bagi
lakilaki atau memakai celana-celana menggantung, dan juga memakai
cadar bagi kebanyakan wanita salafiyah. Ibnu Taimiyyah dalam
bukunya Minhaj as-sunnah dengan tegas menolak metode rasional
Mu’tazilah yang menetapkan adanya harmoni (kesesuaian) naql
(transferensi) dengan ‘aql (nalar).
Apabila terjadi kontroversi antara keduanya, maka yang digunakan
adalah nalar dengan melakukan interpretasi alegoris (ta’wil) terhadap
naql (transferensi). Ibnu Taimiyyah menawarkan metode alternatif,

4
yaitu harmonitas rasional yang jelas dengan periwayatan yang valid.
Maka, jika terjadi kontraversi diantara nalar dan naql, ia menyerahkan
(penyelesaian) pada naql karena yang mengetahuinya hanyalah Allah
semata. Epistemologi Ibnu Taimiyyah tidak mengizinkan terlalu banyak
intelektualisasi, termasuk menolak interpretasi (ta’wil), sebab baginya
dasar ilmu pengetahuan manusia terutama ialah fitrahnya. Dengan
fitrah-nya itu manusia mengetahui tentang baik dan buruk, dan tentang
benar dan salah. Fitrah yang merupakan asal kejadian manusia, yang
menjadi satu dengan dirinya melalui intuisi, hati kecil, hati nurani, dan
lain-lain, diperkuat oleh agama yang disebut sebagai fitrah yang
diturunkan, maka metodologi kaum kalam baginya adalah sesat.
2. Tiga Pokok Ajaran Salafi
a. Keesaan dzat dan sifat Allah, Salafiyah menegaskan bahwa sifatsifat,
nama-nama, perbuatan dan keadaan Allah adalah seperti yang
tersebut dalam Al-qur’an dan hadis dimaknai sebagaimana arti
lahiriyahnya (tapi menghindari penafsiran secara indrawi) dengan
batasan, keadaan-Nya berbeda dengan makhluk-Nya (mukhalafatu
lil khawaditsi), karena Tuhan itu suci dari sesuatu yang ada pada
makhluknya. Dengan arti lain, bahwa pemahaman yang digunakan
ialah diantara“ta’thil” (peniadaan sifat) sama sekali dan “tasybih”
(penyerupaan Tuhan dengan makhluknya).
b. Keesaan penciptaan oleh Allah, bermakna bahwa segala sesuatu
yang diciptakan Allah itu merupakan karya Allah mutlak, tanpa
sekutu dalam penciptaannya, tiada yang merecoki kekuasaannya,
segala sesuatu datang dari pada-Nya, dan segala sesuatu kembali
kepada-Nya. Dari kajian ini, maka timbul persoalan baru apakah
perbuatan manusia itu “jabbar” (determinasi) yang merupakan
produk naql dan menolak atas praksis akal, atau “ikhtiari” (liberasi).
yang merupakan produk akal dan interpretasi alegotis-metaforis
terhadap naql (wahyu). Mereka mengambil sikap dan pemahaman
antara paham mu’tazilah dan asy’ariyah .

5
c. Keesaan ibadah kepada Allah, dimaksudkan adalah bahwa ibadah
tidak dihadapkan serta dilaksanakan kecuali kepada Allah, dengan
secara ketat mengikuti ketentuan syara’ dan tidak didorong oleh
tujuan lain, kecuali untuk dan sebagai sikap taat serta pernyataan
syukur kepada-Nya. Kajian ibadah tidak dimasudkan untuk melihat
sah-batalnya dan tidak pula dalam tinjauan rukun dan syaratnya,
tetapi yang dikehendaki adalah ada tidaknya jiwa tauhid didalam
ibadah (ritual) itu. Konsekwensi dimasukkan ibadah dalam kajian
teologi kaum salaf melahirkan tindakan praksis yaitu: pelarangan
mengangkat manusia (hidup atau mati) sebagai perantara (wasilah)
kepada Tuhan atau dengan kata lain dilarang bertawassul, larangan
memberi nazar kepada kuburan atau penghuninya atau penjaganya,
dan larangan ziarah kubur orang saleh dan para nabi.

D. Sejarah Masuknya Salafiyah ke Indonesia


Salafiyah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan
pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di
kawasan Jazirah Arabia. Menurut Abu Abdirrahman al-Thalibi, ide
pembaruan ibn ‘Abd al-Wahhab diduga pertama kali dibawa masuk ke
kawasan Nusantara oleh beberapa ulama asal Sumatra Barat pada awal
abad ke-19. Inilah gerakan salafiyah pertama di tanah air yang kemudian
lebih dikenal dengan gerakan padiri. Yang salah satu tokoh utamanya
adalah Tuanku Imam Bonjol. Gerakan ini sendiri berlangsung dalam kurun
waktu 1803 hingga sekitar 1832. Tapi, Ja’far Umar Thalib mengklaim,
dalam salah satu tulisannya, bahwa gerakan ini sebenarnya telah mulai
muncul bibitnya pada masa Sultan Aceh Iskandar Muda (1603-1673).

Ditahuan 80-an, dengan maraknya gerakan kembali kepada islam di


berbagai kampus di Tanah air- mungkin dapat dikatakan sebagai tonggak
awal kemunculan gerakan Salafiyah di Indonesia. Adalah Ja’far Umar
Thalib salah satu tokoh utama yang berperan dalam hal ini. Disamping

6
Ja’far Thalib, terdapat beberapa tokoh lain yang dapat dikatakan sebagai
penggerak awal gerakan salfiyah di Indonesia, seperti: Yazid Abdul Qadir
Jawwaz (Bogor), Abdul Hakim Abdat (Jakarta), Muhammad Umar
AsSewed (Solo), Ahmad Fais Asifuddin (solo), dan Abu Nida
(Yogyakarta). Nama-nama ini bahkan kemudian tergabung dalam dewan
redaksi Majalah As-Sunnah majalah gerakan Salafiyah Modern pertama di
Indonesia, sebelum mereka kemudian mereka berpecah beberapa tahun
kemudian. Adapun tokoh-tokoh luar Indonesia yang paling berpengaruh
terhadap gerakan salafiyah ini selain Muhammad ibn A’bd al-Wahhab
antara lain adalah :
1. Ulama-ulama Saudi Arabia secara umum.
2. Syekh Muhammad Nasir al-Din al-Albany di Yordania.
3. Syekh Rabi al-Madkhaly di madinah.
4. Syekh Muqbil al-Wadi’iy di Yaman
Ketiga tokoh ini dapat dikatakan sebagai sumber inspirasi utama gerakan
ini. Dan jika dikerucutkan lebih jauh, maka tokoh kedua dan ketiga secara
lebih khusus banyak berperan dalam pembentukkan karakter gerakan ini di
Indonesia. Ide-ide yang berkembang dikalangan Salafiyah tidak jauh
berputar dari arahan, ajaran dan fatwa kedua tokoh tersebut : Syekh Rabi’
al-Madkhaly dan Syekh Muqbil al-Wadi’iy. Kedua tokoh inilah yang
kemudian memberikan pengaruh besar terhadap munculnya gerakan
Salafiyah ekstrem atau meminjam istilah Abu Abdirrahman al-Thalibi
yang disebut dengan gerakan Salafiyah Yunani.

BAB III PENUTUP

7
A. Kesimpulan
Salafiyah merupakan salah satu aliran dalam islam yang
mengajarkan islam secara murni tanpa adanya penambahan dan
pengurangan. Salafiyah menyandarkan prinsip ajarannya pada tiga
generasi yaitu: Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, dan dua
generasi berikut setelah mereka: Tabi'in dan Taba 'at-Tabi'in, sebagai
contoh bagaimana Islam harus diperlakukan. Salafiyah dalam masalah fiqh
berkiblat pada mazhab Imam Ahmad Bin Hambali, sehingga salafiyah
masih dikategorikan sebagai Ahlusunnah Wal Jama’ah.
Ibnu Taymiyyah merupakan tokoh salafiyah yang paling
berpengaruh dalam perkembangan ajaran salafiyah. Ia menegaskan bahwa
jika terjadi pertentangan antara aql dan naql maka yang harus diutamakan
adalah naql karena yang lebih tahu adalah Allah dan Rasulnya.
Salafiyah memiliki tiga pokok ajaran dasar yaitu : Keesaan dzat
dan sifat Allah, Keesaan penciptaan oleh Allah, dan Keesaan ibadah
kepada Allah. Sehingga konsekwensi dimasukkannya ibadah dalam kajian
teologi kaum salafiyah melahirkan tindakan praktis yaitu: pelarangan
mengangkat manusia (hidup atau mati) sebagai perantara (wasilah) kepada
Tuhan atau dengan kata lain dilarangnya bertawassul, larangan memberi
nazar kepada kuburan atau penghuninya atau penjaganya, dan larangan
ziarah kubur orang-orang saleh dan para nabi.
Salafiyah masuk ke Indonesia banyak di pengaruhi ide dan
gerakan pembaruan oleh ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia.
Ide dan gerakan ibn ‘Abd al-Wahhab diduga masuk ke Indonesia dibawah
oleh ulama asal Sumatra Barat pada awal abad 19. Gerkan ini merupakan
gerakan salafiyah yang pertama di Indonesia yang kemudian di kenal
sebagai gerakan padiri yang tokoh utamanya adalah Tuanku Imam Bonjol.

B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis paparkan, penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Syaikh bin Shalih al-Utsaimin .( 2011 ). Landasan Agama


(Syarah Tslastatul Ushul).Jakarta: PENERBIT AS-SHOF MEDIA
http://id.wikipedia.org/wiki/Salafiyah

10

Anda mungkin juga menyukai