Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN ULUMUL QUR’AN PRA KODIFIKASI

Dosen Pembimbing:
M.KAFRAWI M.L.S

Oleh Kelompok 7 :

Nurul Fatihah (201448)

Sulfika Saputri (201530)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN,


ADAB DAN DAKWAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN
ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU TAHUN 2021 M/ 1442 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin, segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan
keimanan, keislaman, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyusun makalah
karya ilmiah ini dengan baik. Makalah dengan judul “Perkembangan Ulumul Quran
prakodifikasi” Ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliyah Ulumul Quran.

Penyusun makalah ini tidak lepas dari campur tangan berbagai pihak yang telah
berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya.Meskipun demikian, penulis menyadari masih banyak yang perlu diperbaiki dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi sumber, pembahasan tata bahasa, dan tanda baca.
Sehingga sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian sebagai bahan evaluasi
penulis.

Demikian , besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaan menarik
bagi pembaca dan dapat bermanfaat . Terimakasih.

Kuala Kampar, 15 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan Masalah...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Sejarah dan Perkembangan Ulumul Quran.................................................


B. Perkembangan Ulumul Qur’an dalam Islam Masa Sebelum Kodifikasi.....
C. Masa Persiapan Kodifikasi Ulumul Qur’an................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................................
B. Kritik dan Saran..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULU

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an adalah sumber hukum islam yang pertama, sehingga kita hedaknya harus
dapat memahami tetang kandungan yang ada di dalamnya. Huruf-hurufnya, bab-babnya,
surat- suratnya, dan ayat-ayatnya yang sama di seluruh dunia. Andaikan Ia bukan dari
Allah SWT, tentu terdapat perbedaan yang banyak.

Kita sebagai umat Islam harus benar-benar mengetahui kandungan-kandungan yang ada
di dalamnya dari berbagai aspek. Salah satu jalan yang bisa membawa kita dalam
memahami kandungan Al-Qur’an yaitu Ulumul Qur’an itu kita perlu mengetahui
bagaimana sejarah dan perkembangan Ulumul Qur’an.

B. Rumusan Masalah
Sebagaimana penjelasan didalam latar belakang yang telah penulis paparkan diatas,
maka penulis menarik beberapa masalah yang perlu dirumuskan. Antara lain :
1. Sejarah dan Perkembangan Ulumul Quran?
2. Perkembangan Ulumul Qur’an dalam Islam Masa Sebelum
Kodifikasi ?
3. Masa Persiapan Kodifikasi Ulumul Qur’an?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Sejarah dan Perkembangan Ulumul Quran.


2. Untuk mengetahui Perkembangan Ulumul Qur’an dalam Islam
Masa Sebelum Kodifikasi.
3. Untuk mengetahui Masa Persiapan Kodifikasi Ulumul Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Ulumul Qur’an

Sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, ulum al-Qur’an tidak lahir
Sekaligus, melainkan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan. Istilah ulum Al-
Qur’an itu sendiri tidak dikenal pada masa awal pertumbuhan Isam. Istilah ini Baru
muncul pada abad ke 3, tapi sebagaian ulama berpandangan bahwa istilah ini lahir
sebagai ilmu yang berdiri sendiri pada abad ke 5. Karena ulumul Qur’an dalam Arti,
sejumlah ilmu yang membahas tentang Al- Qur’an, baru muncul dalam karya Ali bin
Ibrahim al-Hufiy (w.340), yang berjudul al-Burhan fi Ulum al-Quran (Al Zarqaniy :35).
Gambaran tentang perkembangan ulum al-Qur’an:
1. Pada masa Rasulullah saw, hingga masa kekhalifahan Abu Bakar (12 H–13H) dan
Umar (12 H-23H) ilmu Al-Qur’an masih diriwayatkan secara lisan.Ketika Zaman
kekhalifaan Usman (23H-35H) dimana orang Arab mulai bergaul dengan Orang-
orang non Arab, pada saat itu Usman memerintahkan supaya kaum muslimin
Berpegangan pada mushaf induk, dan membakar mushaf lainnya yang mengirimkan
Mushaf kepada beberapa daerah sebagai pegangan. Dengan demikian, usaha yang
Dilakukan oleh Usman dalam mereproduksikan naskah Al-Qur’an berarti beliau Telah
meletakkan dasar ilm rasm al-Qur’an (Subhiy Salih: 1977).
2. Pada masa kekhalifaan Ali bin Abi Thalib, (35H-40H) beliau Telah memerintahkan
Abu al-Aswad al-Duwali (w.69 H) untuk meletakkan kaedah-Kaedah bahasa Arab.
Usaha yang dilakukan oleh Ali tersebut, dipandang sebagai Peletakan dasar ilmu I’rab
al-Qur’an.
Adapun tokoh-tokoh yang berjasa dalam menyebarkan ulum al- Qur’an Melalui
periwayatan, adalah :
1. Khulafa al-Rasyidin, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka’ab, Abu
Musa al-Asya’ariy, dan Abdullah bin Zubair. Mereka itu dari Golongan sahabat.
2. Mujahid, Ata, Tkrimah, Qatadah, Hasan Basri, Said bin Jubair, dan Zaid bin Aslam.
Mereka golongan tabi’in di Madinah.
3. Malik bin Anas, dari golongan tabi’I tabi’in, beliau memperoleh ilmunya dari Zaid
bin Aslam.
Mereka inilah yang dianggap orang-orang yang meletakkan apa yang sekarng ini
dikenal dengan ilmu tafsir, ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan Mansukh, ilmu garib
al- Qur’an, dan lain-lain. (Al Zarqaniy : 30 – 31)Pada abad kedua hijriah, upaya
pembukaan ulum al-Qur’an mulai dilakukan, namun pada masa ini perhatian ulama
lebih banyak terfokus pada tafsir.
Diantara Ulama tafsir pada masa ini adalah : Sufyan Sau’ry (w.161 H), Sufyan
bin Uyainah (w.198 H). Wakil-wakil al-Jarah (w.197 H), Sybah bin al-Hajjaj (w.160
H). Muqatil Bin Sulaiman (w.150 H). Tafsir-tafsir mereka umumnya memuat
pendapat-pendapat Sahabat dan tabi’in. (Abu Syahbah: 1992). Abad ke 3 H, muncullah
Muhammad ibn Jarir al-Tabariy (w.310 H) yang menyusun kitab tafsir yang bermutu
karena banyak memuat Hadis-hadis sahih, ditulis dengan rumusan yang baik. Di
samping itu, juga memuat I’rab dan kajian pendapat. Pada masa ini juga telah disusun
beberapa ulum al Qur’ani yang masing-masing berdiri sendiri, antara lain: Ali ibn al-
Madiniy (w.234 H) menyusun kitab tentang asbab al-nuzul, Abu Ubaid al-Qasim ibn
Sallam (w.224 H) menyusun kitab tentang naskh dan mansukh. Ibnu Qutaibah (w.276
H) Menyusun kitab tentang musykil al-Qur’an, Muhammad bin Ayyub al-Darls (294
H) Menyusun tentang ayat yang turun di Mekah dan Madinah. Dan Muhammad ibn
Khalf ibn al-Mirzaban (w.309) menyusun kitab al-Hawiy fiy Ulum al-Qur’an.(Subhiy
Salih: 1977)
1. Perkembangan Ulumul Quran Pada Masa Rasulullah SAW
Pada masa Rasulullah SAW. ini Alquran belum dibukukan. Di masa Rasulullah
SAW. dan para sahabat, Ulumul Quran belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri
sendiri dan tertulis. Pada masa Rasulullah SAW., Ulumul Quran dipelajari secara lisan,
hal ini berlangsung terus sampai beliau wafat. Karena para sahabat yang menerima
Alquran asli orang Arab dengan keistemewaan hafalan yang kuat, kecerdasan,
kemampuan menangkap makna yang terkandung dalam Alquran. Para sahabat adalah
orang-orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan
memahami apa yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Bila mereka menemukan
kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung
kepada Rasulullh SAW.
Sebagai contoh, ketika turun ayat :“Dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman …” (QS Al-An’am (6): 82). Para sahabatnya bertanya: “Siapa dari kami
yang tidak menganiaya (menzalimi) dirinya !”. Nabi menjawab, “Pemahamannya tidak
seperti yang kalian maksudkan, tidakkah kalian mendengar apa yang dikatakan seorang
hamba yang soleh kepada anaknya”.Nabi menafsirkan kata zulm di sini dengan syirk
berdasarkan ayat di bawah ini :“Sesungguhnya syirik itu kezaliman yang besar” (QS
Luqman (31). “
Adapun tentang kemampuan Rasulullah SAW. memahami Alquran tentunya
tidak diragukan lagi karena ialah yang menerimanya dari Allah dan Allah yang
mengajari segala sesuatunya.
Dengan demikian ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Quran tidak
dibukukan di masa Rasulullah SAW dan sahabat. Pertama, kondisinya tidak
membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar untuk memahami Alquran dan
Rasulullah SAW. dapat menjelaskan maksudnya. Kedua, para sahabat sedikit sekali
yang pandai menulis. Ketiga, adanya larangan Rasul untuk menuliskan selain Alquran.
Semua ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya ilmu ini baik di masa
Nabi SAW. maupun di zaman sahabat.
Sebagian besar para sahabat Nabi terdiri dari orang-orang buta huruf, dan alat
tulis menulis pun tidak dapat mereka peroleh dengan mudah. Itu juga merupakan
halangan bagi kegiatan menulis buku tentang ilmu Alquran.
Di lain pihak ada larangan dari Rasulullah SAW., untuk menuliskan selain Alquran. Hal
ini seperti diriwayatkan oleh Muslim yang Artinya : “Janganlah sekali-kali kalian
menulis apapun dariku. Dan barang siapa yang menuliskan selain Alquran maka harus
menghapusnya, dan ceritakanlah apa yang kalian dengar dariku karena itu tidak apa-
apa, barang siapa yang berbohong kepadaku dengan sengaja maka bersiaplah untuk
mencari tempat duduk di neraka”.
Larangan beliau itu didorong kekhawatiran akan terjadinya pencampuran Alquran
dengan hal-hal yang bukan dari Alquran. Pada masa Rasulullah SAW., penulisan
Alquran dilakukan oleh beberapa penulis wahyu yaitu Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab,
Muadz bin Jabal, Muawiyah bin Abi Sufyan, Khulafaur Rasyidin dan sebagainya.
2. Perkembangan Ulumul Quran Pada Masa Khulafa al Rasyidin
Pada zaman kekhalifaan Abu Bakar dan Umar, ilmu Alquran masih
diriwayatkan melalui penuturan secara lisan. Ketika Abu Bakar Shiddiq menjadi
khalifah terjadi pertempuran yang sangat sengit antara kaum muslimin dengan pengikut
Musailamah al-Kadzab yang menimbulkan banyak korban. Di pihak muslimin ada tujuh
puluh penghafal Alquran yang gugur, sehingga Umar bin Khattab mengusulkan kepada
Abu Bakar untuk menuliskan Alquran dalam satu mushaf. Pada mulanya Abu Bakar
merasa ragu untuk menerima usul Umar tersebut dan memerintahkan Zaid bin Tsabit
untuk menuliskan Alquran dalam bentuk mushaf.
Ketika di zaman Utsman di mana orang Arab mulai bergaul dengan orang-orang
non Arab, pada saat itu Utsman memerintahkan supaya kaum muslimin berpegang pada
mushaf induk dan membuat reproduksi menjadi beberapa buah naskah untuk dikirim ke
daerah-daerah. Bersamaan dengan itu ia memerintahkan supaya membakar semua
mushaf lainnya yang ditulis orang menurut caranya masing-masing.
Di zaman Khalifah Utsman wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi
perbauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa
Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sahabat akan tercemarnya
keistimewaan bahasa Arab dari bangsa Arab. Bahkan dikhawatirkan akan terjadinya
perpecahan di kalangan kaum Muslimin tentang bacaan Alquran yang menjadi standar
bacaan bagi mereka. Untuk menjaga terjadinya kekhawatiran itu, disalinlah dari tulisan-
tulisan aslinya sebuah Alquran yang disebut Mushhaf Imam. Dengan terlaksananya
penyalinan ini maka berarti Utsman telah meletakkan suatu dasar Ulumul Qur’an yang
disebut Rasm al-Qur’an atau Ilm al Rasm al-Utsmani.
Di masa Ali bin Abu Thalib terjadi perkembangan baru dalam bidang ilmu
Alquran. Karena banyaknya melihat umat Islam yang berasal dari bangsa non-Arab,
kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan dalam pembacaan Alquran, Ali
menyuruh Abu al-Aswad al-Duali (w.63 H.) untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa
Arab. Hal ini dilakukan untuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan menjaga
Alquran dari keteledoran pembacanya. Tindakan khalifah Ali ini dianggap perintis bagi
lahirnya ilmu Nahwu dan I’rab Alquran.
3. Perkembangan Ulumul Quran Pada Masa Tadwin (Penulisan Ilmu)
Setelah berakhirnya zaman khalifah yang Empat, timbul zaman Bani Umayyah.
Kegiatan para sahabat dan Tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu
pada penyebaran ilmu-ilmu Alquran melalui jalan periwayatan dan pengajaran secara
lisan, bukan melalui tulisan atau catatan. Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai
persiapan bagi masa pembukuannya. Orang-orang yang paling berjasa dalam
periwayatan ini adalah; khalifah yang Empat, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Zaid ibn Tsabit,
Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah ibn al-Zubair dari kalangan sahabat. Sedangkan dari
kalangan Tabi’in ialah Mujahid, ‘Atha, ‘Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan al-Bashri, Sa’id
ibn Jubair, dan Zaid ibn Aslam di Madinah. Dari Aslam ilmu ini diterima oleh putranya
Abdul Rahman bin Zaid, Malik ibn Anas dari generasi Tabi’i al-tabi’in. Mereka ini
semua dianggap sebagai peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmu
asbab al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu gharib Alquran dan lainnya.
Kemudian, Ulumul Quran memasuki masa pembukuannya pada abad ke-2 H.
Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka terhadap ilmu tafsir karena
fungsinya sebagai Umm al-‘Ulum al-Qur’aniah (Induk Ilmu-ilmu Alquran). Para
penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah Ibn al-Hajjan,Sufyan ibn Uyaynah[21], dan
Waqi’ Ibn al- Jarrah. Kitab-kitab tafsir mereka menghimpun pendapat-pendapat sahabat
dan tabi’in.

B. Perkembangan Ulumul Qur’an dalam Islam Masa Sebelum Kodifikasi

1. Fase sebelum Kodisifikasi ( Qabl, ‘Ashr At-Tadwin)

Pada fase sebelum kodisifikasi, ulum Al-Qur’an kurang leih sudah merupakan
benih yang kemuncukannya sangat dirasakan semenjak Nabi masih ada. Hal itu di
tandai dengan kegairahan para sahabat untuk mempelajari Al-Qur’an dengan
sungguh-sungguh. Terlebih lagi, diantara mereka, ada kebisaan utuk tidak bepindah
keapada ayat lain sebelum benar-benar dapat memami dan mengamalkan ayat yang
sedang di pelajarinya. Mereka mempelajari sekaligus mengamalkan ayat yang sedang
di pelajarinya. Tampaknya, itukah sebabnya mengapa ibnu Umar memerlukan waku
delapan tahun hanya untuk menghafal surah Al- Baqarah. Kegairahan para sahabat
untuk mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an tampaknya lebih kuat lagi ketika
Nabi hadir di tengah-tengah mereka. Beberapa riwayat di bawah ini membuktikan
adanya pembahasan Nabi kepada para sehabat menyangkut penafsiran Al-Qur’an.
Riwayat yang disampaikan oleh ahmad, Al bukhari, Muslim, dan yang lainnya
dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa tatkala turun ayat yang artinya:”orang-
orang yang beriman dan tidak mencampur adukan iman mereka dengan kezaliman
atau syirik.”
Para sahabat merasa kebingungan dan bertanya kepada Rasululla,” siapa diantara
kami yang tidak pernah menzalimi diri sendiri?” Beliau menjawab, “hal itu bukan
seperti yang kalian kira. Bukankah kalian pernah mendengar perkataan Luqman Al
hakim bahwa kemusyrikan itu merupakan kezaliman yang besar? (surah Lukman:13)
itulahmaksudnya.”
Contoh-contoh penafsiaran Nabi lainnya yang menjadi materi pokok dan landasan
utama kitab-kitab tafsir bial-ma’sur. Riwayat-riwayat penafsiran dan ilmu-ilmu Al-
Qur’an yang di terima para sahabat dari nabi, kemudian di terima oleh para tabiin
dengan jalan periwayatan. Dapat di jelaskan disisni bahwa par perintis Ululumul
Qur’an pada abad 1H (sebelum kodisifikasi) adalah sebagai berikut:
1. Dari kalangan sahabat: Khulafa’ Ar-Rasyidin, Ibn ‘Abas, Ibn Mas’ud, Zain bin
Tsabit, Ubai bin Ka’ab, Abu Musa Al-Asy’ari, dan Abdullah bin Zubair.
2. Dari kalangan Tabi’in: Mujahid, ‘Atha’ bin Yasar, ‘Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan
Al Bashri, Sa’id bin Zubair, Zaid bin Aslam.
3. Dari kalangan atba’tabi’in: Malik bin Anas.

Periode sebelum kodifikasi sekaligus menjelaskan perkembangan ‘ulum Al-Qur’an


pada abad 1 H.
Pada masa ini sebenarnya sudah timbul benih kemunculan Ulumul Qur’an
yang dirasakan semenjak Nabi masih ada. Hal ini ditandai dengan gairah semangat
yang terpancar dari sahabat dalam mempelajari sekaligus mengamalkan Al-Qur’an
dengan memahami ayat- ayat yang terkandung di dalamnya.
Perkembangan Al-qur’an pada massa ini hanya sebatas dari mulut ke mulut,
belum ada pembukuan teks Al-Qur’an karena ditakutkan tercampurnya Al-Qur’an
dengan sesuatu selain Al-Qur’an. Di samping itu Rosulullah saw juga
merekomendasikan untuk tidak menulis Al- Qur’an . dalam hadisnya beliau
mengatakan :
“Janganlah Kalian menulisakan (sesuatu) dariku. Dan barang siapa menuliskan
selain Al-Qur’an, maka hendaklah ia menghapuskannya . Dan ceritakanlah (sesuatu
yang berasal) dariku,tak ada dosa. Namun barangsiapa mendustakanku secara sengaja,
maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.
C. Masa Persiapan Kodifikasi Ulumul Qur’an

Pada masa kholifah Usman bin Affan islam telah tersebar luas. Orang-orang arab
yang turut serta dalam ekspansi wilayah berasimilasi dengan bangsa-bangsa yang tidak
mengenal bahasa arab. Sehingga dikhawatirkan Arabisitas bangsa itu akan lebur dan
Qur’an itu akan menjadi kabur bagi kaum muslimin bila ia tidak di himpun dalam sebuah
mushaf sehingga mengakibatkan kerusakan yang besar di dunia ini akibat salah dari
penginterpretasian dalam pemaknaan Al-Qur’an. Oleh karena itu, beliau memerintahkan
agar Al-Qur’an di himpun dalam satu mushaf. Mushaf inilah yang kemudian disebut
dengan Mushaf Ustmani.
Pada masa Ali ra. Terjadi banyak penyimpangan dalam membaca bahasa arab
sehingga beliau khawatir akan kekeliruan dalam membaca terlebih memahami Al-Qur’an.
Beliau memerintahkan Abu Aswad Ad-da’uliy untuk menyusun suatu metode demi
menjaga ketatabahasaan Al-Qur’an. Maka lahirlah ilmu nahwu dan I’robul Qur’an.
Kemudian pada masa bani Umayyah, para pemuka sahabat dan tabi’in
mengarahkan perhatian mereka kepada penyebaran ilmu-ilmu al-qur’an tetapi ini hanya
sebatas periwayatan dan penerimaan. Jadi Ilmu-ilmu yang telah ada belum sempat
terkodifikas
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ulumul al-Qur’an tidak lahir Sekaligus, melainkan melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan. Istilah ulum Al-Qur’an itu sendiri tidak dikenal pada masa awal
pertumbuhan Isam. Istilah ini Baru muncul pada abad ke 3, tapi sebagaian ulama
berpandangan bahwa istilah ini lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri pada abad ke 5.
Karena ulumul Qur’an dalam Arti, sejumlah ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an,
baru muncul dalam karya Ali bin Ibrahim al-Hufiy (w.340), yang berjudul al-Burhan fi
Ulum al-Quran.
Gambaran tentang perkembangan ulum al-Qur’an:
1.Masa Rasulullah
2.Masa Sahabat
3.Masa Tadwin
Pada Fase sebelum kodifikasi, Ulumul Quran telah dianggap sebagai benih
yang kemunculannya sangat dirasakan sejak masa Nabi. Sebagaimana diketahui pada
fase sebelum kodifikasi, Ulumul Quran dan ilmu-ilmu lainnya sebelum di kodifikasikan
dalam bentuk kitab atau mushaf, satu-satunya yang sudah di kodifikasikan pada saat itu
hanyalah Al-Quran.

B. Saran
     Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, maka dari itu
penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran
yang membangun penulis demi sempurnanya makalah.
DAFTAR PUSTAKA
TM.Hasbi Ash-Shididdieqy,Ilmu-ilmu Al-Qur’an.(Semarang :Pustaka Rizki Putra,2009).

Al-Zarqoni, M. Abdul Adzim, manahil al-’urfan fi ulum al-qur’an, (Jakarta : Gaya Media
Utama)2001.

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Litera AntarNusa, Jakarta, cetakan ketujuh
belas tahun 2013

Rosihon Anwar Ulum Al-Quran, Pustaka Setia, Cetakan Keenam: Bandung, 2015

Acep Hermawan ‘Ulumul Quran, PT.Remaja Rosda Karya, Cetakan kedua:Bandung, 2013

Anda mungkin juga menyukai