Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Tentang Pendidikan Islam


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen pengampu: Fanzal Pamungkas, M. Pd.

Disusun oleh:

1. Ahmad Khawi D. (23020200048)


2. Rizki Mubarok (23020180055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran didunia dan akhirat kepada umat
manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dan
juga sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bisa
bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran, dan masukan dari semua yang membaca makalah ini agar kedepannya
dapat lebih baik.

Salatiga, 9 Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................................3
A. Biografi Ismail Raji Al-Faruqi......................................................................................................3
B. Karya Monumental Ismail Raji Al-Faruqi....................................................................................4
C. Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Tentang Pendidikan Islam........................................................5
D. Kelebihan dan Kekurangan Tentang Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi.......................................12
BAB III.............................................................................................................................................13
PENUTUP........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................................13
B. SARAN..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah yang dihadapi umat Islam adalah terjadinya dikotomi Pendidikan Islam
dengan pengetahuan modem yang berasal dari Barat. Barat telah mengklaim bahwa
pendidikan Barat adalah pendidikan yang maju punya solusi yang membawa cita-cita ke
depan. Banyak sarjana-sarjana muslim yang belajar di Barat tidak memiliki otonomi
keilmuan tersendiri karena tidak diberi oleh Barat dalam konteks mandiri. Sarjana-sarjana
itu hanya dapat berbuat hasil-hasil jiplakan dari para ahli Barat. Hal ini disebabkan
kekhawatiran mereka akan terjadinya transpormasi ilmu pengetahuan ke dunia Islam.
Setelah tasauf dan tariqat memasuki dunia Islam seolah-olah pintu ijtihad sudah
tertutup, pendidikan Islam tidak menerima inovasi, arahan dari kurikulum pendidikan
yang bersifat tradisional mengacu hanya pada hal-hal yang bersifat syari'ah, seolah-olah
pengatahuan eksak seperti astronomi, fisika, kimia kedokteran dan lain-lain sebagainya
yang telah dipunyai dunia Islam zaman klasik terabaikan. Hal ini disebabkan tradisi
kebudayaan Islam di dalam kurikulum Pendidikan tidak lagi dijadikan mata kuliah wajib
di perguruan tinggi di madrasah-madrasah sedangkan tradisi Barat di ajarkan dengan
konsisten dan penuh keseriusan merupakan bagian dari program inti yang diwajibkan, hal
inilah yang mendorong AI- Faruqi mengetengahkan ide Islamisasi ilmu pengetahuan.
Bagaimana kiprah Al-Faruqi mengemukakan konsep-konsepnya dalam dunia
kontemporer. ltulah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka berikut adalah rumusan masalahnya:


1. Bagaimana biografi Ismail Raji Al-Faruqi
2. Apa saja karya-karya monumental Ismail Raji Al-Faruqi
3. Bagaimana pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang Pendidikan Islam
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan tentang pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi

C. Tujuan

1
Berdasarkan latar belakang diatas, maka berikut adalah tujuannya:
1. Mengenal biografi Ismail Raji Al-Faruqi
2. Mengetahui karya-karya monumental Ismail Raji Al-Faruqi
3. Mengetahui pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang Pendidikan Islam
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan tentang pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ismail Raji Al-Faruqi

Ismail Raji Al-Faruqi dilahirkan di Jaffa, Palestina pada tahun 1921 tanggal 1 Januari
1921. Ayahnya seorang qadi yang terpandang di Palestina, bernama Abdul Huda Al-
Faruqi. Setelah menamatkan pendidikan madrasah di tempat kelahirannya, Al-Faruqi
menempuh pendidikan di College Des Freres (St. Joseph) Lebanon, mulai tahun 1926
sampai dengan tahun 1936. Pada tahun 1941, Al-Faruqi melanjutkan pendidikannya di
Amirecan University of Beirut, di Beirut dengan mengambil kajian Filsafat sampai
meraih gelar sarjana muda (Bachelor of Art). Al-Faruqi sempat menjadi pegawai
pemerintah Palestina di bawah mandat Inggris. Jabatan sebagai pegawai negeri
diembannya selama empat tahun, kemudian ia diangkat menjadi Gubernur Galilea.
Jabatan Gubernur ini ternyata Gubernur terakhir dalam sejarah pemerintahan Palestina,
karena sejak tahun 1947 propinsi yang dipimpin oleh Al-Faruqi tersebut jatuh ke tangan
kekuasaan Israel. Keadaan ini membuat Al- Faruqi harus hijrah ke Amerika Serikat pada
tahun 1948.
Di Amerika, Al-Faruqi menggeluti bidang akademis dan konsen pada persoalan-
persoalan keilmuan. Hal ini juga mendorong Al-Faruqi untuk melanjutkan
pendidikannya. Selain itu, kultur masyarakat Barat yang cenderung tidak rasialis dan
deskriminatif juga memberi peluang baginya untuk mengembangkan potensi
akademiknya, sehingga pada tahun 1949 A-Faruqi berhasil meraih gelar master (master of
Art) dengan judul tesis On Justifying the Good: Metaphysic and Epitemology of Value
(Tentang Pembenaran Kebaikan: Metafisik dan Epistimologi Nilai). Gelar doktor
diperolehnya di Indiana University.
Titel doktor tidak membuatnya lepas dahaga keilmuan, oleh karenanya kemudian ia
melanjutkan kajian ke Islamannya di jenjang pascasarjana di Universitas Al-Azhar, Kairo
Mesir. Program ini dilalui selama tiga tahun. Kemudian pada tahun 1964, dia kembali ke
Amerika dan memulai karirnya sebagai guru besar tamu (visiting professor) di University
Chicago di School of Devinity. Al-Faruqi juga pernah tercatat sebagai staf pengajar di Mc
Gill University, Montreal Kanada pada tahun 1959. Pada tahun 1961, ia pindah ke
Karachi, Pakistan selama dua tahun.

3
Karir akademik Al-Faruqi juga pernah dilalui di Universitas Syracuse, New York,
sebagai pengajar pada program pengkajian Islam. Tahun 1968, Al-Faruqi pindah ke
Temple University, Philadelpia. Di lembaga ini, ia bertindak sebagai profesor agama dan
di sinilah ia mendirikan Pusat Pengkajian Islam. Selain menjadi guru besar di University
Temple ini, ia juga dipercaya sebagai guru besar studi ke Islaman di Central Institute of
Islamic Research, Karchi.
Semangat kritik ilmiahnya dan kecakapan dalam bidang keilmuan membuat Al-Faruqi
mengemukakan ide perlunya mengislamkan ilmu-ilmu sosial kontemporer. Untuk
mencapai tujuan ini ia mendirikan Himpunan Ilmuan Sosial Muslim (The Assosiation of
muslim Social Scientists). Ia menjadi presiden yang pertama pada tahun 1972 hingga
1978.
Al-Faruqi juga berperan penting dalam pembentukan lembaga Internaional (The
Intemasional Institute if Islamic Thought). Kedua lembaga tersebut secara bersama-sama
menerbitkan jurnal American Journal of Islamic Social Sciences.
Tetapi sangat disayangkan aktifitas Al-Faruqi dengan kepiawaiannya harus berakhir
dengan peristiwa yang sangat tragis, ia meningggal dunia pada tanggal 27 Mei 1986 yang
diakibatkan oleh tikaman pisau dari seorang lelaki yang menyelinap masuk ke dalam
rumahnya di Wyncote Pennsylvania. Ia bersama istrinya, Louis Lamya, tewas akibat
tikaman pisau lelaki tersebut. Sedangkan putrinya, Anmar Al-Zein, berhasil ditolong
namun membutuhkan 200 jahitan untuk menutup lukanya. Para pemuka agama dan
politisi memberikan penghormatan terakhirnya pada pemakaman Al-Faruqi di
Washington pada akhir bulan September. Acara tersebut diselenggarakan oleh panitia
untuk mengenang Al-Faruqi yang dibentuk dari gabungan Dewan Organisasi Arab-
Amerika, Organisasi Masyarakat Islam Amerika Utara, Dewan Nasional Gereja Kristen
Amerika, serta Komite Arab Amerika anti Diskriminasi.

B. Karya Monumental Ismail Raji Al-Faruqi

Al-Faruqi adalah ilmuan yang produktif. Ia berhasil menulis lebih dua puluh buku dan
seratus artikel. Diantara bukunya yang terpenting adalah: Tauhid: its Imlications for
Thought and file (1982). Buku ini mengupas tentang tauhid secara lengkap. Tauhid tidak
hanya dipandang sebagai ungkapan lisan bahkan lebih dari itu, tauhid dikaitkan dengan
seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu segi politik, sosial, dan budaya. Dari inilah

4
kita dapat melihat titik tolak pemikiran Al-Faruqi yang beraplikasi pada pemikirannya
dalam bidang-bidang yang lain.
Dalam buku Islamization of Knowledge: General Principle and Workplan (1982),
walaupun ukurannya sangat sederhana, namun menampilkan pikiran yang cemerlang dan
kaya, serta patut dijadikan rujukan penting dalam masalah Islamisasi ilmu pengetahuan,
didalamnya terangkum langkah-langkah apa yang harus ditempuh dalam proses islamisasi
tersebut. Karyanya yang berhubungan dengan ilmu perbandingan agama cukup banyak,
hal ini dapat dimaklumi karena ia sendiri adalah orang yang ahli dalam perbandingan
agama. Walaupun ia diargumentasikan tak cukup "sukses" sebagai ahli perbandingan
agama. Berbagai karya dalam bidang ini menunjukkan ia kelewat "terbakar" oleh Islam
untuk mengaprisiasikan agama-agama lain. Ia lebih mengambil posisi sebagai pendebat
dan missionaris teguh yang membela dan mendakwakan Islam. Bukunya yang secara
khusus membahas perbandingan agama adalah Cristian Ethics, Triolouge of Abraham
Faits pada buku ini terdapat tiga topik utama: Tiga agama saling memandang. Konsep
tiga agama tentang negara dan bangsa, konsep tiga agam tentang keadilan dan
perdamaian, masing-masing penyumbang dari Yahudi, Kristen dan Islam menawarkan
prespektif yang jelas mengenai pokok persoalan berdasarkan tiga topik utama tersebut.
Buku ini merupakan sebuah langkah baru perbandingan agama yang dapat membuka
jalan bagi pemikiran an diskusi masa depan, serta buku Historical Atlas of the Region of
the World.
Dan karyanya yang dianggap monumental adalah Cultural Atlas Islam, karya ini
ditulis bersama istrinya, Louis lamiya AI-Faruqi, dan diterbitkan tak lama setelah
keduanya meninggal.
Tulisan-tulisannya yang lain seperti The Life of Muhammad (Philadelphia: Temple
University Press, 1973), Urubah and Relegion (Amsterdam: Djambatan, 1961),
Particularisme in the Old Testament and Contemporary Sect in Judaism (Cairo: League of
arabe States, 1963), The Great Asian Religion (New York: Macmillen, 1969).
Dalam menyalurkan ide-ide, Al-Faruqi tidak hanya berkarya berupa buku atau artikel,
tetapi juga mendirikan organisasi sosial-keagamaan yang bergerak di bidang intelektual.
Ia sangat berhasrat (obsessed) untuk mengIslamkan ilmu pengetahuan dan berbagai aspek
kehidupan umat Islam. Ia mendirikan The Association of Muslim Social Scientists
(Himpunan Ilmuwan Sosial Muslim-AMSS) tahun 1972 dan menjadi presidennya yang
pertama selama dua periode (periode kedua; 1978-1982).

5
C. Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Tentang Pendidikan Islam

Pemikiran Ismail Raji Al-faruqi dalam Pendidikan banyak mengemukakan gagasan


serta pemikiran yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh Umat
Islam. Namun kami disini akan membatasi dalam dunia pendidikan saja. Diantaranya
pemikiran Al-Faruqi adalah:

1. Tauhid
Masalah yang terpenting dan menjadi tema sentral pemikiran Islam adalah
pemurnian tauhid, karena nilai dari ke Islaman seseorang itu adalah pengesaan
terhadap Allah SWT yang terangkum dalam syahadat. Upaya pemumian tauhid inipun
telah banyak dilakukan oleh para ulama terdahulu, diantaranya kita mengenal adanya
gerakan wahabiyah yang dipimpin oleh Muhammad bin abdul Wahab.
Menurutnya kalimat “tauhid” tersebut mengandung dua arti yang pertama
“nafi” (negatit) dan kedua: itsbat (positif) laa ilaaha (tiada Tuhan yang berhak
diibadahi) berarti tidak ada apapun, illaahu (melainkan Allah) berarti yang benar dan
berhak diibadahi hanyalah Allah Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan
secara gamblang di dalam bukunya Kitab At-Tauhid beliau menyebutkan setiap
tahyul. Setiap bentuk sihir, melibatkan pelaku atau pemanfaatannya dalam syirik
adalah pelanggaran tauhid.
Tetapi tauhid bukan sekedar diakui dengan lidah dan ikrar akan keesaan Allah
serta kenabian Muhammad SAW. Walaupun ikrar dan syahadat oleh seorang muslim
mengkonsekuensikan sejumlah aturan hukum di dunia ini, namun tauhid yang
merupakan sumber kebahagiaan abadi manusia dan kesempurnaanya, tidak berhenti
pada kata-kata dan lisan. Lebih dari itu tauhid juga harus merupakan suatu realitas
batin dan keimanan yang berkembang di dalam hati.
Tauhid juga merupakan prinsip mendasar dari seluruh aspek hidup manusia
sebagaimana yang dikemukakan bahwa pernyataan tentang kebenaran universal
tentang pencipta dan pelindung alam semesta. Tauhid sebagai pelengkap bagi
manusia dengan pandangan baru tentang kosmos, kemanusiaan, pengetahuan dan
moral serta askatologi memberikan dimensi dan arti baru dalam kehidupan manusia
tujuannya obyektif dan mengatur manusia sampai kepada hak spesifik untuk
mencapai perdamaian global, keadilan, persamaan dan kebebasan.

6
Bagi AI-Faruqi sendiri esensi peradaban Islam adalah Islam itu sendiri dan
esensi Islam adalah Tauhid atau pengesaan terhadap Tuhan, tindakan yang
menegaskan Allah sebagai yang Esa, pencipta mutlak dan transenden, penguasa
segala yang ada. Tauhid adalah memberikan identitas peradaban Islam yang mengikat
semua unsur-unsurnya bersama-bersama dan menjadikan unsur-unsur tesebut suatu
kesatuan yang integral dan organis yang disebut peradaban.
Prinsip pertama tauhid adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, itu
berarti bahwa realitas bersifat handa yaitu terdiri dari tingkatan alamiah atau ciptaan
dan tingkat trasenden atau pencipta.
Prinsip kedua, tauhid adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, itu
berarti bahwa Allah adalah Tuhan dari segala sesuatu yang bukan Tuhan. Ia adalah
pencipta atau sebab sesuatu yang bukan Tuhan. Ia pencipta atau sebab terawal dan
tujuan terakhir dari segala sesuatu yang bukan Tuhan.
Prinsip ketiga tauhid adalah, bahwa Allah adalah tujuan terakhir alam semeta,
berrti bahwa manusia mempunyai kesanggupan untuk berbuat, bahwa alam semesta
dapat ditundukkan atau dapat menerima manusia dan bahwa perbuatan manusia
terhadap alam yang dapat ditundukkan perbuatan yang membungkam alam, yang
berbeda adalah tujuan susila dari agama.
Prinsip keempat tauhid adalah, bahwa manusia mempunyai kesanggupan
untuk berbuat dan mempunyai kemerdekaan untuk tidak berbuat. Kemerdekaan ini
memberi manusia sebuah tanggungjawab terhadap segala tindakannya.
Keempat prinsip di atas dirangkum oleh Al-Faruqi dalam beberapa istilah
Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi yaitu:

1) Dualitas yaitu realitas terdiri dari dua jenis: Tuhan dan bukan Tuhan, Khalik dan
makhluk. Jenis yang pertama hanya mempunyai satu anggota yakni Allah
Subhanahuwataala. Hanya Dialah Tuhan yang kekal, pencipta yang transenden.
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Jenis kedua adalah tatanan ruang
waktu, pengalaman, penciptaan. Di sini tercakup semua makhluk, dunia benda-
benda, tanaman, hewan, manusia, jin, dan malaikat dan sebagainya. Kedua jenis
realitas tersebut yaitu khaliq dan makhluk sama sekali dan mutlak berbeda
sepanjang dalam wujud dan antologinya, maupun dalam eksistensi dan karir
mereka.

7
2) ldeasionalitas merupakan hubungan antara kedua tatanan realita ini. Titik
acuannya dalam diri manusia adalah fakultas pemahaman. Sebagai organ dan
tempat menyimpan pengetahuan pemahaman mencakup seluruh fungsi
gnoseologi. Anugrah ini cukup luas untuk memahami kehendak Tuhan melalui
pengamatan dan atas dasar penciptaan Kehendak sang penguasa yang hams
diatualisasikan dalam ruang dan waktu, dia mesti terjun dalam hiruk pikuk dunia
dan sejarah serta menciptakan perubahan yang dikehendaki. Sebagai prindip
pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa Allah, yakni kebenaran (al-alaq), itu
ada dan bahwa Dia itu Esa. Pengakuan bahwa kebenaran itu bisa diketahui bahwa
manusia mampu mencapainya. Skeptesisme menyangkal kebenaran ini adalah
kebalikan dari tauhid.
Sebagai prinsip metodologi, tauhid terdiri dari tiga prinsip: pertama,
penolakan terhadap segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan realitas. Kedua,
penolakan kontradiksi-kontradiksi hakiki. Ketiga, keterbukaan bagi bukti yang baru
dan atau bertentangan.
Implikasi Tauhid bagi teori sosial, dalam efeknya, melahirkan ummah, suatu
kumpulan warga yang organis dan padu yang tidak dibatasi oleh tanah kelahiran,
kebangsaan, ras, kebudayaan yang bersifat universal, totalitas dan bertanggung jawab
dalam kehidupan bersama-sama dan juga dalam kehidupan pribadi masing-masing
anggotanya yang mutlak.
Oleh sebab itu pentingnya Tauhid bagi Islam, maka ajaran Tauhid harus
dimanifestasikan dalam seluruh aspek kehidupan dan dijadikan dasar kebenaran
Islam.

2. Islamisasi Ilmu
1) Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Pemikiran Ismail Raji Al-faruqi dalam Pendidikan, Ketika mendengar istilah
Islamisasi ilmu pengetahuan, ada sebuah kesan bahwa ada sebagian ilmu yang
tidak Islam sehingga perlu untuk di Islamkan. Dan untuk meng Islamkannya maka
diberikanlah kepada ilmu-ilmu tersebut dengan label “Islam” sehingga kemudian
muncullah istilah-istilah ekonomi Islam, kimia Islam, fisika Islam dan sebagainya.
Menurut Al-Faruqi, Islamisasi adalah usaha “untuk mendefinisikan kembali,
menyusun ulang data, memikirkan kembali argumen dan rasionalisasi yang
berkaitan dengan data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran,

8
memproyeksikan kembali tujuan-tujuan dan melakukan semua itu sedemikian
rupa sehingga disiplin-disiplin ini memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat
bagi cause (cita-cita).” Dan untuk menuangkan kembali keseluruhan khazanah
pengetahuan umat manusia menurut wawasan Islam, bukanlah tugas yang ringan
yang harus dihadapi oleh intelektual-intelektual dan pemimipin-pemimpin Islam
saat ini. Karena itulah, untuk mengemukakan gagasannya tentang Islamisasi ilmu,
Al-Faruqi meletakan “prinsip tauhid” sebagai kerangka pemikiran, metodologi
dan cara hidup Islam.
Untuk menghindari kerancuan Barat, Al-Faruqi mengemukakan prinsip
metodologi tauhid sebagai satu kesatuan kebenaran, maka dalam hal ini tauhid
terdiri dari tiga prinsip:
1. Penolakan terhadap segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan realitas,
dengan maksud meniadakan dusta dan penipuan dalam Islam karena prinsip
ini menjadikan segala sesuatu dalam agama terbuka untuk diselidiki dan
dikritik. Penyimpangan dari realitas atau kegagalan untuk mengkaitkan diri
dengannya, sudah cukup untuk membatalkan sesuatu item dalam Islam,
apakah itu hukum, prinsip etika pribadi atau sosial, atau pernyataan tentang
dunia. Prinsip ini melindungi kaum muslimin dari opini yaitu tindakan
membuat pernyataan yang tak teruji dan tidak dikonfirmasikan mengenai
pengetahuan.
2. Tidak ada kontraksi yang hakiki melindunginya dari kontadiksi di satu pihak,
dan paradoks di lain pihak. Prinsip ini merupakan esensi dari rasionalisme.
Tanpa ini ia tidak ada jalan untuk lepas dari skepetisme, sebab suatu
kontradiksi yang hakiki menandung arti bahwa kebenaran dari masing-masing
unsur kontradiksi tidak akan pemah dapat diketahui.
3. Tauhid dalam metodologi adalah bahwa tauhid sebagai kesatuan kebenaran
yaitu keterbukaan terhadap bukti baru dan/atau yang bertentangan, melindungi
kaum muslimin dari literalisme, fanatisme, dan konservatisme yang
mengakibatkan kemandegan. Prinsip ini mendorong kaum muslimin kepada
sikap rendah hari intelektual. Ia memaksa untuk mencantumkan dalam
penegasan atau penyangkalannya ungkapan wallahu’ alam karena ia yakin
bahwa kebenaran lebih besar dari yang dapat dikuasainya sepenuhnya adalah
berasal dari Allah SWT.

9
2) Sasaran dan Langkah-Langkah Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi dalam Pendidikan, Dalam rangka
membentangkan gagasannya tentang bagaimana Islamisasi itu dilakukan, Al-
Faruqi menetapkan lima sasaran dari rencana kerja Islamisasi, yaitu:

1. Menguasai disiplin-disiplin modern.


2. Menguasai khazanah Islam.
3. Menentukan relevensi Islam yang spesifik pada setiap bidang ilmu
pengetahuan modern.
4. Mencari cara-cara untuk melakukan sentesa kreatif antara khazanah Islam
dengan khazanah ilmu pengetahuan moderen.
5. Mengarahkan pemikiran Islam kelintasan-lintasan yang mengarah pada
pemenuhan pola rancangan Tuhan.

Untuk merealisasikan ide-idenya tersebut Al-Faruqi mengemukakan beberapa


tugas dan langkah-langkah yang perlu dilakukan, diantaranya adalah memadukan
sistem pendidikan Islam dengan sistem sekuler. Pemaduan ini harus sedemikian
rupa sehingga sistem baru yang terpadu itu dapat memperoleh kedua macam
keuntungan dari sistem-sistem terdahulu. Perpaduan kedua sistem ini haruslah
merupakan kesempatan yang tepat untuk menghilangkan keburukan masing-
masing sistem, seperti tidak memadainya buku-buku dan guru-guru yang
berpengalaman dalam sistem tradisional dan peniruan metode-metode dari ideal-
ideal barat sekuler dalam sistem yang dekuler.
Dengan perpaduan kedua sistem pendidikan diatas, diharapkan akan lebih
banyak yang bisa dilakukan dari pada sekuler memakai cara-cara sistem Islam
menjadi pengetahuan yang sesuatu yang langsung berhubungan dengan kehidupan
kita sehari-hari, sementara pengetahuan moderen akan bisa dibawa dan
dimasukkan ke dalam kerangkan sistem Islam. Al-Faruqi dalam mengemukakan
ide Islamisasi ilmu pengetahuan menganjurkan untuk mengadakan pelajaran-
pelajaran wajib mengenai kebudayaan Islam sebagai bagian dari program studi
siswa. Hal ini akan membuat para siswa merasa yakin kepada agama dan warisan
mereka, dan membuat mereka menaruh kepercayaan kepada diri sendiri sehingga
dapat menghadapi dan mengatasi kesulitan-kesulitan mereka di masa kini atau
melaju ke tujuan yang telah ditetapkan Allah.

10
3. Implikasi Islamisasi ilmu pengetahuan dalam Pendidikan
Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi dalam Pendidikan, dalam relitas, Islamisasi
ilmu pengetahuan tidak hanya sebatas komsumsi diskursus antar pakar diberbagai
belahan dunia, tetapi telah memasuki fase aplikasi. Sekadar contoh sekarang kita
kenal sosiologi Islam, antropologi Islam, polkitik Islam, psikologi Islam, ekonomi
Islam dan sebagainya. Ketiga disiplin ilmu terakhir ini sekarang banyak
dikembangkan diberbagai perguruan tinggi di Indonesia khususnya perguruan
tinggi Islam serti IAIN, STAIN, dan UIN. Namun perlu diakkui bahwa di antara
sederet disiplin diatas secara factual, ekonbomi Islam paling maju dan banyak kita
temukan aplikasinya ditengah-tengah maraknya ekonomi kontemporer.
1) Aspek Kelembagaan
Persoalan mendasar pada aspek kelembagaan ini menyangkut bentuk
lembaga yang diinginkan atau diharapkan pasca Islamisasi. Dalam deskripsi
yang lebih tegas Islamisasi dalam aspek kelembagaan dimaksud adalah
menyatukan dua sistem pendidikan, yakni pendidikan Islam (agama) dan
sekuler (umum). Artinya melakukan modernisasi bagi lembaga pendidikan
agama dan Islamisasi pendidikan sekuler. Adanya lembaga pendidikan
modern (Barat sekuler), dipandang sebagai kamuflase yang mengatas
namakan Islam, dan menjadika Islam sebagai simbol. Mengantisipasi keadaan
ini perlu didirikannya pendidikan-pendidikan Islam yang baru sebagai
tandingan.
Sepertinya implikasi dari Islamisasi ilmu pengetahuan pada aspek
kelembagaan adalah terbentuknya lembaga independent yang
mengintegrasikan pengembangan ilmu agama dan umum, artinya apapun
nama lembaga tersebut yang terpenting adalah terintegrasinya secara
komprehensif antatra sistem umum dan agama. Meskipun tatanan sistematika
keorganisasian lembaga mengadopsi barat namun secara substansi
menerapkan system Islam.
Pengintegrasian lembaga tidak hanya terkait dengan masalah keilmuan,
namun secara administrative pengelola lembaga pendidikan tersebut mengacu
pada sistem pada manejeman pendidikan Islam. Suatu bentuk manejaman
yang bermoral sesuai dan sejalan dengan visi keIslaman itu sendiri. Dalam hal
ini berbagai konsep manejemen bisnis seperti total quality manajeman,

11
brancmark manajamen dan manajamen basic scholl perlu dipertimbangan
untuk diterapkan.

2) Aspek Kurikulum
Universitas harus memiliki kurikulum inti, karena kurikulum inilah
yang menunjukkan esensi universitas. Pengkajian kurikulum ini tidaak dapat
diserahkan pada satu tim saja, namun membutuhkan ahli-ahli di bidangnya,
perbincangan ini harus dimulai sejak awal Islamisasi.
Pengembangan kurikulum dalam Islam dilihat dari kebenaran
fundamental dan yang tidak dapat dirubah dari prinsip atauhit (Al-Qur’an dan
Sunnah). Meskipun dalam prosesnya kurikulum membolehkan pengadopsian
dari buku-buku Barat, namun juga memberikan prioritas utama sebagai
sumber yakni al-Qur’an dan Sunnah.
3) Aspek Pendidik
Dalam hal ini para pendidik ditempatkan pada posisi sepatutnya, artinya
kompetensi yang professional yang mereka meliki dihargai sebgaimana
mestinya. Bagi Al-Faruqi tidak selayaknya para pendidik mengajar dengan
prinsip keihlasan, pendidik harus diberiakan honor sesuai dengan keahliannya.
Disamping itu tidak selayaknya pendidik tamu dihargai lebih tinggi dibanding
dengan pendidik milik sendiri.

D. Kelebihan dan Kekurangan Tentang Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi

1. Kelebihan Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi


1) Ismail Raji al-Faruqi adalah seorang pemikir Islam yang intens memadukan antara
Islam dengan esensi ajaran tauhid dengan pengetahuan dan seni.
2) Menjadikan tauhid sebagai prinsip penentu pertama dalam Islam, kebudayaannya,
dan sainsnya.
3) Memadukan penegasan klasik sentralitas keesaan Tuhan (monoteisme) dengan
interpretasi modernis (ijtihad) dan penerapan Islam dalam kehidupan modern.

2. Kekurangan Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi

12
1) Konsep Islamisasi pengetahuan Al-Faruqi bertujuan menanamkan nilai spirit
Islam pada disiplin ilmu Barat yang mengakibatkan kekhawatiran program
tersebut justru berdampak pada westernisasi Islam.
2) Prinsip-prinsip yang digunakan Al-Faruqi sebagai landasan epistemologis gagasan
Islamisasi pengetahuan. Al-Faruqi meyakini gagasan tentang “kesatuan kebenaran
dan ilmu pengetahuan”. jika meyakini gagasan ini, kita justru berada di dalam
kesukaran, hal ini karena jika “ilmu pengetahuan” adalah “kebenaran”, maka
pencarian ilmu pengetahuan adalah merupakan pencarian kebenaran. Padahal
banyak ilmu pengetahuan yang telah digunakan dan diyakini sejak lama lalu di
kemudian hari terungkap fakta baru yang membuktikan bahwa pengetahuan
tersebut keliru.
3) Konsep Islamisasi pengetahuan Al-Faruqi bertujuan menanamkan nilai spirit
Islam pada disiplin ilmu Barat yang justru akan menyebabkan pada westernisasi
Islam.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Faruqi adalah seorang tokoh yang sangat besahaja dalam pengembangan
pemikiran Islam komtemporer. Gagasan-gagasannya sangat brilian dalam rangka
memecahkan persoalan yang dihadapi umat Islam. Kebesarannya yang langsung
berhadapan dengan Barat membuat Al-Faruqi mengamati sendiri tekanan-tekanan barat
terhadap dunia Islam dan hal ini memunculkan ide-ide untuk menghadapi serangan-
serangan tersebut. Idenya tidak terlepas dari konsep tauhid, karena tauhid adalah esensi
Islam yang mencakup seluruh aktifitas manusia. Begitu pula idenya tentang Islamisasi,
tidak terlepasa dari pro dan kontra dan telah membawanya pada puncak ketenaran di
dunia. Gagasannya tetap mejadi umat
Islam pada abad ini.

13
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah yang berjudul pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi dalam
dunia Pendidikan, tentunya masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun agar kedepannya penyusunan makalah dapat menjadi
lebih baik dari yang sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nashir, Haedar, 1997, Agama dan krisis Kemanusiaan Modern. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Ahmed, Akbar S.,1996. Postmodernisme: Bahaya dan Harapan bagi Isalm, Bandung: Mizan.

Ancok, Djamaluddin, 2001. Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lamya, Lois Al Faruqi, 1997. Alih Masa Depan Kaum Wanita, Terj. Masyhur Abadi,
Surabaya: Al Fikri.

Ridwan, Kafrawi dkk., 1994. Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve.

Nasution, Harun (Ed.). 1992, Ensiklopedi Islam Indonesia. Vol. I, Jakarta: Djambatan.

Tafsir dkk. 2002, Moralitas Al-Quran dan Tantangan Modernitas: Telaah atas Pemikiran
Fazlur Rahman, Al-Ghazali, dan Isma’il Raji Al-Faruqi. Yogyakarta-Semarang: Gama
Media-PPs IAIN Wali Songo.

Azra, Azyumardi. “Dari Arabisme ke Khilafatisme: Kasus Isma’il al-Faruqi”, dalam


Azyumardi Azra. Pergolakan Politik Islam. Jakarta: Paramadina

14
Wan Mohd Nor Wan Daud, 1998. The Educational Philosophy and Practice of Syed
Muhammad Naquib al-Attas, diterjemahkan oleh Hamid Fahmy dkk, Filsafat dan Praktik
Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, Bandung: Mizan.

Hashim, Rosnani, 2005, Gagasan Islamisasi Kontemporer: Sejarah, Perkembangan dan


Arah Tujuan, dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam. INSIST: Jakarta,
Thn II No.6/ Juli-September.

Nizar, Samsul, 2009, Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejaak Sejarah Pendidikan Era
Rosulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana.

Muhammad Djakfar, 2006, Islamisasi Pengetahuan: Dari Tataran Ide Ke Praksis, Dalam
Mudjia Rahardjo (Editor), Quo Vadis Pendidikan Islam; Pembacaan Relitas Pendidiakn
Islam, Social Dan Keagamaan, Malang: Cendekia Paramulya.

15

Anda mungkin juga menyukai