Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Landasan dan Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI


Mata Kuliah:
Pengembangan dan Inovasi Kurikulum
Dosen Pengampu:
Ibu Hj. Hamdiah M.Pd.I

Ahmad Firdaus Akbar NIM :20010103


Ahmad Fauzan Maulana NIM :20010105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
SYEKH MUHAMMAD NAFIS
TABALONG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah atas segala limpahan rahmat dan karunia Allah
SWT. Berkat ridho–Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa juga kami haturkan salawat serta salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, beserta kepada keluarga, kerabat, dan sahabat beliau hingga
akhir zaman. Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Pengembangan dan Inovasi Kurikulum dengan judul
“Landasan dan Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI”

Penulisan makalah ini dibuat guna melengkapi salah satu nilai dari mata
kuliah Pengembangan dan Inovasi. Dalam penyelesaian makalah ini, kami
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, sudah
seharusnya kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hj. Hamdiah, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Pengembangan dan
Inovasi Kurikulum PAI.
2. Orang tua kami yang selalu mendukung kami baik dari segi moril dan materil.
3. Seluruh pihak yang sudah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami memohon maaf apabila di dalam makalah ini banyak terdapat
kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan dan kami terima seluas-luasnya. Akhir kata penulis mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan bagi penulis
maupun rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi lainnya.

Tabalong, 3 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3

A. Landasan pengembangan kurikulum PAI....................................... 3


B. Pendekatan pengembangan kurikulum PAI.. .................................. 10

BAB III PENUTUP ............................................................................... 14

A. Kesimpulan ...................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................ 14
C. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan bagian dan sistem pendidikan yang tidak
bisa dipisahkan dengan komponen sistern lainnya. Tanpa Kurikulum suatu
sistem pendidikan tidak dapat dikatakan sebagai sistem pendidikan yang
sempurna. Ia merupakann ruh (spirit) yang menjadi gerak dinamik suatu
sistem pendidikan, Ia juga merupakan sebuah idea vital yang menjadi
landasan bagi terselenggaranya pendidikan yang baik. Bahkan, kurikulum
seringkali menjadi tolok ukur bagi kualitas dan penyelenggaraan
pendidikan. Sebagaimana hakekat kurikulum PAI yaitu untuk menjadikan
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan, sehingga perlu adaptif terhadap perubahan
zaman dan IPTEK. Baik buruknya kurikulum akan sangat menentukan
terhadap baik buruknya kualitas output pendidikan, dalam hal ini, peserta
didik.
Dalam kedudukannya yang strategis, kurikulum memiliki fungsi
holistik dalam dunia pendidikan, ia memiliki peran dan fungsi sebagai
wahana dan media konservasi, internalisasi, kristalisasi dan transformasi
ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan nilai-nilai kehidupan ummat manusia.
Sebagai wahana dan media konservasi, kurikulam memiliki konstribusi
besar dan strategis bagi pewarisan amanat ilmu pengetahuan yang diajarkan
Allah SWT melalui para nabi dan rosul, para filosof, para cendikiawan,
ulama, akademisi dan para guru, secara turun temurun, inter dan antar
generasi melalui pengembangan potensi kogntif, afektif dan psikomotorik
para muridnya. Sehingga ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan dalam
kerangka menciptakan situasi kondusif, dinamis dan kostruktif tatanan dunia
ini berlangsung secara kontinum.

1
Sebagai wahana dan media internalisasi, kurikulum berfungsi
sebagai alat untuk memahami, menghayati dan sekaligus mengamalkan ilmu
dan nilai-nilai itu. dalam spektrum realitas kehidupan yang sangat luas dan
universal, juga kehidupan ini memiliki kebermaknaan, dalam arti nilai guna
dan hasil guna. Akan tetapi jika kita terjun dilapangan masih ada lembaga-
lembaga pendidikan yang belum mampu mengaplikasikan tentang
paradigma baru terkait kurikulum tersebut. Umumnya mereka masih terpaku
dengan sentralisasi pendidikan yang telah puluhan tahun dijalani.Sehingga
ketika dengan adanya desentralisasi pendidikan yang semestinya mereka
dapat mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan karakteristik daerahnya
mereka belum begitu tanggap. Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya
terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum yaitu: pendekatan subyek akademis, pendekatan humanistis,
pendekatan teknologis, dan pendekatan rekonstruksi sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa landasan pengembangan kurikulum PAI?
2. Apa pendekatan pengembangan kurikulum PAI?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui landasan pengembangan kurikulum PAI.
2. Untuk Mengetahui pendekatan pengembangan kurikulum PAI.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Pengembangan Kurikulum PAI


Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki
pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
kurikulum pendidikan agama islam dalam pendidikan dan tata kehidupan
manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan
yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan
yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri.
Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap kegagalan proses
pengembangan manusia.
Kurikulum sebagai (a plan for learning) atau pengalaman yang
direncanakan, mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam
pendidikan, maka harus dilakukan penyempurnaan secara
berkelanjutan. Untuk itu, dalam penyusunan kurikulum KTSP diperlukan
landasan yang kuat dan kokoh1. Tetapi seiring dengan perkembangan
zaman dan IPTEK, kurikulum harus bisa menyesuaikan dalam rangka
untuk melayani harapan masyarakat 2. Sehingga sejalan dengan apa yang
menjadi harapan masyarakatSiregar dan Nara menjelaskan bahwa landasan
adalah:
1. Sebuah fondasi yang diatasnya di bangun sebuah bangunan.
2. Pikiran-pikiran abstrak yang dijadikan titik tolak atau titik berangkat
bagi pelaksanaan suatu kegiatan.

1
Landasan kurikulum yang kokoh mendasarkan pada pemikiran dan penelitian secara
mendalam sebagai hasil kerja intelektual yang dilakukan secara teliti dan sistematis terhadap
praktik pendidikan. Lihat Imam Effendi, Pengembangan Kurikulum Madrasah Aliyah
Implikasinya terhadap Karakter Pendidikan Islam (Yogyakarta: PPS.IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2004), hlm. 60.
2
Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung: Citra Adirya Bakti, 1991), hlm. 9.

3
3. Pandangan-pandangan abstrak yang telah teruji, yang dipergunakan
sebagai titik tolak dalam menyusun konsep, melaksanakan konsep, dan
mengevaluasi konsep3.

Berdasarkan uraian atau penjelasan diatas tersebut, maka landasan


pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, asumsi,
atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam pengembangan
kurikulum dengan tetap mempertimbangkan landasan filosofis, yuridis,
sosiologis, psikologis, empiris, ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis yakni filsafat suatu bangsa. Filsafat merupakan
suatu sistem yang dapat menentukan sikap hidup, dari filsafat yang
dianut tergambar nilai-nilai yang dipegang, juga harapan-harapan yang
didambakan. Dalam hal pendidikan, perbedaan filsafat yang dianut
dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan
pendidikan, proses pembelajaran, dan penilaian, termasuk
kurikulumnya4.
Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan
penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi
filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat
menentu kan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai
pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau dibawa
ke mana siswa yang kita didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi
atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara
pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan
pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui

3
Siregar dan Nara, Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: UNJ, 2010). Lihat
Fatah Santoso dkk, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
1988), hlm. 1. Lihat Nurhadi, Kurikulum 2004, hlm. 3-9. Lihat Rahmat, Pengembangan dan
Inovasi Kurikulum (Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012), hlm. 27-28.
4
Abdul Majid dan Dian Andriani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004 ), hlm. 56.

4
filsafat dapat ditentukan bagai mana menentukan tolok ukur
keberhasilan proses pendidikan.
Oleh karena itu, dalam konteks berbangsa dan bernegara di
Indonesia maka pengembangan dan penyusunan kurikulum KTSP yang
dilakukan sekolah, guru, dan komite sekolah tidak boleh bertentangan
dengan pancasila, karena pancasila merupakan dasar negara, pandangan
hidup dan sekaligus menjadi ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, azas filosofisnya adalah pancasila, karena
Pancasila mrupakan dasar negara, pandangan hidup (way of life), dan
sekaligus menjadi ideologi bangsa dan negara Indonesia 5.
2. Landasan Yuridis
Dalam pendidikan formal sudah pasti dikelola oleh badan hukum
sesuai peraturan yang ditetapkan, termasuk kurikulum yang digunakan.
Oleh karena itu untuk pengembangan kurikulum harus mengacu pada
landasan yuridis yang telah ditetapkan.
Yakni landasan yang digunakan dalam penyempurnaan kurikulum
untuk tiap pergantian kurikulum dapat berubah, dengan sedikit
kesamaan atau berbeda sama sekali dengan landasan kurikulum
sebelumnya. Adapun landasan yuridis dalam penyempurnaan
kurikulum 1994 ke kurikulum 2004 (KBK) yang kemudian
dikembangkan menjadi kurikulum KTSP adalah : pertama, UUD 1945
dan perubahannya Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan pasal
31; kedua, TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN; ketiga, UU
No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; keempat, Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; kelima, UU No.
20/2003 tentang Sisdiknas; keenam, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional
Pendidikan; ketujuh, Standar isi yang ditetapkan dengan Permendiknas

5
Rahmat, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Magnum, 2010), hlm.
31.

5
RI No. 22 Tahun 2006; kedelapan, Sandar Kompetensi Lulusan yang
ditetapkan dengan Permendiknas RI No. 23 Tahun
2006; kesembilan, Pelaksanaan Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006
dan Permendiknas RI No. 23 Tahun 2006 yang ditetapkan dengan
Permendiknas RI No. 24 Tahun 2006[13] dan regulasi yang terkait
dengan implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan , Pasal 2 Ayat (1) yang meliputi : a)
standar isi; b) standar proses; c) standar kompetensi kelulusan; d)
standar pendidikan dan tenaga pendidik; e) standar sarana dan
prasarana; f) standar pengelolaan; g) standar pembiayaan; dan h)
standar penilaiaan pendidikan6.
3. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan kajian mengenai kurikulum yang
dikaitkan dengan sosial masyarakat, kebudayaan, dan ilmu
pengetahuan. Karena ketiga hal tersebut pada hakekatnya merupakan
landasan yang sangat mempengaruhi penetapaan isi kurikulum yang
mencakup harapan, kebutuhan dan sejarah perkembangan masyarakat,
serta nilai-nilai yang diakui masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa
manfaat mempelajari keadaan sosial budaya masyarakat adalah untuk
mengetahui pola hidup masyarakat, termasuk perkembangan dan
perubahan yang terjadi. Pendidikan merupakan proses sosialisasi nilai
dan norma sosial budaya masyarakat melalui interaksi manusia, menuju
terbentuknya manusia yang berbudaya.
Oleh karena itu perbedaan sosial budaya dalam masyarakat yang
berbeda, yang beragam dan bervariasi menjadikan kurikulum harus
disesuaikan engan kondisi yang ada. Landasan sosial budayadalam
pengembangan kurikulum bertujuan untuk menyesuaikn masing-masing
perbedaan, baik dari segi sosial maupun dari segi budaya dan kultur
yang ada di masyarakat sehingga akan terjadi keseimbangan dalam
6
Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Yogyakarta: Baituna Publishing,
2012), hlm. 30.

6
kegiatan pembelajaran.Dalam konteks ini, PAI dipandang sebagai
proses sosialisasi nilai dan norma sosial budaya dalam rangka pewrisan
nilai-nilai Islam bagi manusia, dengan cara peserta didik dibina dan
dikembangkan potensinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam,
agar menjadi muslim yang berbudaya 7.
4. Landasan Psikologis
Para ahli pengembangan kurikulum menjadikan peserta didik
sebagai landasan pengembangan kurikulum dengan tujuan dapat
menguasai kompetensi tertentu, mengubah sikap mental negatif menjadi
mental positif, menerima norma masyarakat dan menguasai ketrampilan
tertentu8. Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa
minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan
kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam
psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan,
pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi
belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat
belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu
lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

7
Pada hakikatnya, kurikulum digunakan untuk melayani harapan masyarakat. Oleh karena itu,
dalam mengembangkan kurikulum harus didasarkan pada ide, kreativitas, pikiran, dan inisiatif dari
guru, sekolah/madrasah, dan masyarakat. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 118.
8
Dalam melaksanakan pembelajaran seorang guru harus memerhatikan dan memahami
keadaan (psikologi) peserta didik sehingga dapat memperlakukannya dengan tepat dan bijaksana.
Lihat Sumadi Suryobroto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 2.
Lihat Nana Saodih Sukmodinata, Landasan Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja
Roosdakarya, 2003), hal. 22.

7
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati
memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati
mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan
“karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan
kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang
terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi“.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :
a. motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara
konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b. bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten
berbagai situasi atau informasi.
c. konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
d. pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
e. keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik
maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap
perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan
pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri
seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi
dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang.
Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah
dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin
kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih
sulit untuk dikenali dan dikembangkan. Dalam konteks Kurikulum
Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek
perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa
sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang
perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1)
perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan

8
cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan
perkembangan kognitif.
5. Landasan Empiris
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki
manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berbagai penemuan dan
teori baru pun muncul dan terus berkembang sampai saat ini.
Reformasi dalam bidang pendidikan yang berjalan saat ini antara lain
didorong oleh kepentingan untuk menjawab berbagai masalah
pendidikan nasional. Perkembangan iptek yang sangat pesat
memunculkan tuntutan baru dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, dan keadilan termasuk
dalam sistem pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut pembaruan
sistem pendidikan yang di antaranya meliputi pembaruan kurikulum,
yaitu disertivikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi
daerah yang beragam.
Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki masyarakat sangat
beragam, untuk itu diperlukan suatu kurikulum yang bisa menampung
semua pengetahuan dan ketrampilan yang beragan sehingga
memudahkan masyarakat dalam memilih, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan
hidup masyarakat9.
6. Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakekatnya adalah
hasil kebudayaan manusia yang berkembang pesat seiring dengan
jalannya perkembangan masyarakat. Teknologi adalah meruapakan
aplikasi dari ilmu pengetahuan an ilmu-ilmu lainnya yang berfungsi
untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia yang semakin berkembang

9
Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012),
hlm. 34.

9
pesat menjadikan kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan situsi
dan kondisi sekarang ini.
Seiring dengan perkembangan teknologi, pendidikan pendidikan
juga membutuhkan dukungan alat-alat dari hasil teknologi industri
seperti Radio, TV, Komputer, Laptop, LCD dsb. Hal ini dimaksudnya
untuk lebih berorienti nenuju masa depan yang lebih baik dan mencapai
tingkat pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman10.

B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI


Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya tedapat lima pendekatan
yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu pendekatan
subjek akademis, pendekatan humanistis, pendekatan akselerasi,
pendekatan rekonstruksi sosial, pendekatan teknologis, pendekatan
fenomenologis, dan pendekatan problem peserta didik11. Adapun
pendekatan-pendekatan pengembangan kurikulum pendidikan agama
islam antara lain:
1. Pendekatan Berbasis Akademis
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan didasarkan pada sistematisasi setiap disiplin ilmu.
Tiap ilmu engetahuan atau mata pelajaran yang diajarkan memiliki
sistematisasi tertentu, yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya.
Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara
mnetapkan terlebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yangharus
dipelajari peserta didik untuk pengembangan disiplin ilmu.
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah meliputi aspek Al-
Qur’an/Hadits, keimanan, akhlak, ibadah/muamalah, dan tarikh/sejarah
umat islam yang menyatu dalam satu pelajaran yaitu Pendidikan Agama

10
Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012),
hlm. 32.
11
Dakir, Perencanan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 76.
Lihat Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012),
hlm. 34-41.

10
Islam (PAI). Sementara dimadrasah sapek-aspek tersebut dijadikan
sebagai sub-sub mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
meliputi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Fiqh, Akidah Akhlak, dan
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang konteks disini lebih baik
pembelajarannya di madrasah dari pada di sekolah SMP dan SMA
karena banyak jam pembelajarannya yang terbagi dalam sub-sub seperti
diatas12.
2. Pendekatan Berbasis Humanistis
Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak
dari ide "memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan
memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori,
dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan13.
Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
Humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan
pribadi yaitu John Dewey. Aliran ini lebih memberikan tempat utama
kepada siswa. kurikulum Humanistik ini, guru diharapkan dapat
membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya.
Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif
b. Menghormati individu peserta didik
c. Tampil alamiah, otentik, tid ak dibuat-buat.
Dalam pendekatan Humanistik ini, peserta didik diajar untuk
membedakan hasil berdasarkan maknanya.Kurikulum ini melihat
kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta dimasa depan. Sesuai
dengan prinsip yang dianut, kurikulum ini menekankan integritas, yaitu
kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga
emosional dan tindakan.

12
Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012),
hlm. 35.
13
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Pergaruan Tinngi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 142.

11
3. Pendekatan Berbasis Akselerasi
Kurikulum ini sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan
social masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Kurikulum ini
bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai
permasalahan manusia dan kemanusian14. Permasalahan yang muncul
tidak harus pengetahuan social saja, tetapi di setiap disiplin ilmu
termasuk ekonomi, kimia, matematika dan lain-lain. Kurikulum ini
bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama. Melalui
interaksi ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyrakat yang
lebih baik.
4. Pendekatan Berbasis Teknologis
Pendidikan merupakan upaya menyiapkan peserta didik untuk
menghadapai masa depan perubahan masyarakat yang semakin pesat
yang akibat dari perkembangan IPTEK. Oleh karena itu pengembangan
kurikulum pendidikan harus menggunakan pendekatan IPTEK15.
Pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan teknologik,
bilamana ia menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis
masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan dan
menilainya, disamping itu pendekatan teknologik ingin mengejar
kemanfaatan tertentu, sehingga proses dan rencana produknya
(hasilnya) diprogram sedemikian rupa , agar pencapaian hasil
pembelajaranya (tujuan) dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan
terkontrol. Dari rencana proses pembelajaran sampai mencapai hasil
tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

14
Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012),
hlm. 37.
15
Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012),
hlm. 35. Lihat Hermawan dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), hlm. 2.17.

12
5. Pendekatan Problem Peserta Didik
Pendidikan merupakan upaya memperkenalkan manusia akan
eksistensi dirinya baik sebagai diri pribadi yang dimilikinya kebebasan
berkehendak Hurriyyatul iradah maupun sebagai hamba tuhan yang
terikat oleh hukum normatif syariah, dan sekaligus sebagai wakil tuhan
di atas bumi khalifatu fil ardhi yang dibebani suatu tanggung jawab
yang besar. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu
memperhtikan problematika peserta didik terkait dengan tujuan
pendidikan agama islam yang diharapka bisa disalurkan melaui
kurikulum yang disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan
pendidikan.
Salah satu persoalan utama yang ada pada peserta didik adalah pola
fikir kritis dan kreatif, dengan kata lain pola fikir peserta didik dapat
diketahuai dari:
a. Sensitif tidaknya mereka dalam melihat suatu masalah.
b. Orisinal tidaknya ide pikiran yang dikemukakan.
c. Lancar tidaknya mereka dalam mengemukakan ide.
d. Fleksibel idaknya mereka dalam berfikir, dan
e. Mampu tidaknya mereka mengutarakan kembali pengetahuan yang
telah dimiliki16.

16
Ibid. Lihat Sutrisno, “Pendidikan (Agama) Islam Berorientasi pada Subyek Didik” Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Pendidikan Islam (Yokyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2011), hlm. 7. Lihat Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Yogyakarta:
Baituna Publishing, 2012), hlm. 40-41

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Landasan pengembangan kurikulum : landasan filosofis, landasan
yuridis, landasan sosiologis, landasan psikologis, landasan empiris, dan
landasan IPTEK.

Pendekatan pengembangan kurikulum PAI : Pendekatan akademis,


Pendekatan humanistis, Pendekatan akademis, Pendekatan teknologis,
Pendekatan problem peserta didik.

B. Saran
Dari pembuatan tugas makalah ini, kami dari penyusun
mengharapkan makalah ini bermanfaat dan bias menambah ilmu bagi para
pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami mohon maaf dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Pesan dari kami
cintailah proses, karna proses akan membawa kita menuju perubahan ke
arah yang lebih desa dan masa depan yang cerah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2007.
Majid, Abdul dan Andriani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Dakir, Perencanan dan Pengembangan Kurikulum Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Effendi, Imam. Pengembangan Kurikulum Madrasah Aliyah Implikasinya
terhadap Karakter Pendidikan Islam Yogyakarta: PPS.IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2004.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah, dan Pergaruan Tinngi Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005.
Nasution, Pengembangan Kurikulum Bandung: Citra Adirya Bakti, 1991.
Rahmat, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Yogyakarta: Magnum,
2010.
Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Yogyakarta: Baituna Publishing,
2012.
Rahmat, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Yogyakarta: Baituna Publishing,
2012.
Siregar dan Nara, Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran Jakarta: UNJ, 2010.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suryobroto, Sumadi. Psikologi Pendidikan Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
Sutrisno, “Pendidikan (Agama) Islam Berorientasi pada Subyek Didik” Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Pendidikan Islam
Yokyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011.

15

Anda mungkin juga menyukai