Anda di halaman 1dari 15

DOSEN PENGAMPUH : Yusuf, S.Pd.I.,M.Pd.

TUGAS : Strategi Pembelajaran PAI

STRATEGI PEMBELAJARAN DISCOVIERY

Disusun Oleh :

1. Hasim Ashari (21722006)

2. Depi Nur F (21722050)

3. Nila Astriyani (21822096)

4. Ita Aprilianti (21822066)

5. Fitriana Nur (21822040)

6. Moh. Fadli L. (21822043)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2019

1
Kata pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Strategi
pembelajaran PAI dengan judul “Strategi pembelajaran Discoviery”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4

A. Latar Belakang................................................................................................. 4

B. Rumusan masalah............................................................................................ 4

C. Tujuan masalah................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 7

A. Definisi Discoviery.......................................................................................... 7

B. Tujuan Discoviery dalam pembelajaran........................................................... 8

C. Kelebihan dan kekurangan Discoviery....................................................... 9

D. Langkah-langkah pelaksanaan metode discoviery.................................. 10

E. Jenis-jenis metode Discoviery................................................................. 12

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 14

A. Kesimpulan...................................................................................................... 14

B. Kesimpulan...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses

kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu

sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia yang

berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal melainkan

bersifat formal, meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa.

Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh prestasi belajar siswa. Sedangkan

keberhasilan atau prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang

bagus. Karena kualitas pendidikan yang bagus akan membawa siswa untuk

meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.

Pada saat proses belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi

hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan

mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh

tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru

sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi

belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif pada diri

siswa selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep selama ini,

metode dan model pembelajaran  mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan

suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar. Hal

tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses

belajar – mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan pada diri

4
siswa yang pada akhirnya meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu alternatif

untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dipaparkan di atas adalah model

pembelajaran yang tepat bagi siswa serta dapat memecahkan masalah  yang dihadapi.

Hudojo (Purmiasa, 2002: 104) mengatakan bahwa model pembelajaran akan

menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil

belajar. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan,

metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru diharapkan

selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran. Dalam proses

belajar mengajar guru harus menguasai prinsip–prinsip belajar mengajar serta mampu

menerapkan dalam proses belajar mengajar. Prinsip – prinsip belajar mengajar  dalam

hal ini adalah model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini memiliki rumusan masalah antara lain:

1.Apakah definisi dari Discovery?

2.Apa saja tujuan Discovery dalam pembelajaran?

3.Apa saja kelebihan dan kekurangan metode discovery?

4.Bagaimana tahapan atau langkah-langkah pelaksanaan metode discovery?

5.Apa saja jenis-jenis metode discovery?

C. Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi dari Discovery

5
2.Untuk mengetahui tujuan Discovery dalam pembelajaran

3.Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode discovery

4.Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan metode discovery

5. Untuk mengetahui jenis-jenis metode discovery.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Dari Pembelajaran Discovery

Suryosubroto (2009: 178) menyatakan bahwa metode discovery diartikan


sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan,
manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi.
Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata.
Penggunaan metode discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan
siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa
diberitahukan atau diceramahkan saja.

Sementara itu, Sani (2013: 220) menyatakan bahwa, discovery adalah


menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery merupakan metode
pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi
yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.

Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 203) metode discovery adalah


metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Selain itu, menurut
Bruner (dalam Winataputra, 2008: 3.18) belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui
belajar penemuan (discovery learning). Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki
struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci
yang ditemukannya sendiri, bukan hanya sekedar menerima penjelasan dari guru saja.
Bruner yakin bahwa belajar penemuan (discovery learning) adalah proses belajar di
mana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematik, menstimulus siswa

7
dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan
melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan (discovery learning)
adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut
sampai dapat menemukan sendiri hubungan antarkonsep.

Richard (dalam Roestiyah, 2008: 20) berpendapat bahwa discovery learning ialah


suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar
anak dapat belajar sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa


metode discovery merupakan proses belajar dimana siswa berperan aktif untuk
menemukan informasi dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan
atau diskusi dalam rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.

B. Tujuan Discovery Dalam Pembelajaran

Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan


penemuan, yakni sebagai berikut:

Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. Melalui pembelajaran dengan
penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit mauun abstrak, juga
siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan Siswa
juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan
tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama
yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide
orang lain.

8
Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan,
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus,
lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar
yang baru.

C. Kelebihan dan kekurangan Metode Discovery

Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama


dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih
baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar
penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk


(2001: 179) sebagai berikut:

1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan


kemampuan untuk menemukan hasil akhir;

2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses


menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama
diingat;menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;

3. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih


mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; metode ini melatih
siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga


memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih

9
lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut
maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan
beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan
dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah
dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

D. Tahapan atau langkah-langkah Metode Discovery

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan strategi discovery


learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang


menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan.

2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan


kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
(Syah 2004:244). Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan
menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna

10
dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu
masalah.

3. Data collection (pengumpulan data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta
didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari
tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak
disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah
dimiliki.

4.Data processing (pengolahan data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah


data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing
disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis

5. Verification (pembuktian)

11
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak.

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah


kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan
kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta
pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

E. Jenis-Jenis Metode Discovery

Proses pembelajaran atau proses belajar mengajar menggunakan


metode discovery dapat melibatkan bimbingan guru secara penuh maupun tidak. Ada
dua macam atau jenis pembelajaran penemuan, yaitu pembelajaran penemuan murni
(free discovery) dan pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing
(guided discovery). Pembelajaran penemuan murni (free discovery) merupakan
pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. Sedangkan pembelajaran
penemuan terarah/terbimbing (guided discovery) merupakan pembelajaran yang
membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya.

Demikian juga menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204-205) dalam ,


metode penemuan atau pengajaran penemuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1)

12
penemuan murni, pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat
pada siswa dan tidak terpusat pada guru, kegiatan penemuan ini hampir tidak
mendapatkan bimbingan guru; dan (2) penemuan terbimbing, pada pengajaran
dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran, berupa;
petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat
menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua jenis


metode discovery yaitu: metode penemuan murni (free discovery) dan metode
penemuan terbimbing (guided discovery).

  

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu model

pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada pembelajaran

penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif

dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai

pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan

prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran

penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus

bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran penemuan

mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir

kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.

Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya dapat

menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan tidak semua siswa dapat

melakukan penemuan.

B.Saran

Sebagai calon pendidik perlu untuk mengetahui dan memperdalam


pemahaman mengenai berbagai metode belajar termasuk metode

14
belajar Discovery sehingga dapat memperbanyak pengalaman sebagai modal menjadi
guru yang professional.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia Sapriati. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Bell-Gredler Udin S. Winata Putra, 1978. Belajar Adalah Proses Yang Dilakukan
Oleh Manusia . UNS. Surakarta.

Djamarah. 2002. Teori Motivasi, Edisi 2 (ed-2), Jakarta: PT Bumi Akasara

Roestiyah N.K. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:  Rineka Cipta.

Sani,Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi pembelajaran. Jakarta:Bumi aksara.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka


Cipta.

Suwangsih, E. & Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI


Press.

Syah Muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

Winataputra ,Udin S,2008.Teori Belajar Minat dan Pembelajaran ,Jakarta: UT

Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika


Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.

15

Anda mungkin juga menyukai