Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

METODE DEBAT DALAM PEMBELAJARAN SKI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pembelajaran SKI di Madrasah/Sekolah

DosenPengampu :

Ahmad IzzaMuttaqin, M.Pd.I

Oleh:

Kelompok 4/5B

Alfin Kusniatin NIM: 2019390100995

Refi Nur Fajria NIM: 2019390101087

Zainur Rohman NIM:2019390101114

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG BANYUWANGI

NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil’alamin. Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa,


sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. yang telah menjadikan kita sebagai umat yang baik. Dengan mengucapkan
puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. yang melimpahkan rahmat,
taufiq dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Metode Debat Dalam Pembelajaran Ski”.Kami menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna dan banyak kekurangannya.

Oleh karenaitu, saran dan kritik yang bersifatmembangunsangat kami


harapkan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan.Akhir dari kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Ahmad Izza Muttaqin, M.Pd.I
selaku dosen pembimbing yang turut membantu dalam upaya penyelesaian
makalah ini, serta kepada teman teman yang member motivasi dalam penyusunan
makalah. Kami juga mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
yang membutuhkan dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Banyuwangi, 05 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB II PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3


A. Pengertian Metode Debat ........................................................................................ 3

B. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Debat ....................................................... 4

A. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Debat .............................................................. 7

B. Analisis Kesesuain Metode Dengan Materi ............................................................ 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 8


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 8

B. Saran ....................................................................................................................... 9

DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................................... 10

iii
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan khususnya sekolah merupakan wadah pembentukan
pribadi peserta didik kearah yang lebih baik. Pembentukan pribadi tersebut
mencakup perkembangan dalam aspek fisik, mental dan intelektual.
Perkembangan tersebut dalam rangka mempersiapkan sumberdaya manusia
yang siap menghadapi kompetisi di dunia kerja. Dalam hal ini sekolah sebagai
sarana membentuk lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang
memadai untuk kariernya pada masa yang akan datang.
Djumhur dan Surya (1975: 9) mengulas tentang sekolah sebagai suatu
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peran yang
penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota
masyarakat yang berguna, sekolah turut pula bertanggungjawab atas anggota
masyarakat yang dihasilkannya.
Berdasarkan asesmen guru BK mengenai pertanyaan setamat SMP para
peserta didik mau kemana untuk melanjutkan studilanjutnya, 60% hingga 80%
peserta didik belum mengetahuimau kemana melanjutkan studi mereka. Hal
yang sudah dilakukan oleh guru BK adalah memberikan layanan informasi
berkaitan dengan informasi SMA dan SMK yang dapat dipilih siswa. Dalam
memilih studi lanjut. Hal tersebut ditunjukkan dengan perilaku bingung
menentukan mau masuk SMA atau SMK yang akan dipilih. Masih ada
perbedaan keinginan antara orang tua dan siswa mengenai sekolah yang akan
dipilih, dan belum dapat memutuskan mengenai bidang karir yang akan
ditekuni dimasa depan.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut diperlukanlayanan dari seorang guru
bimbingan dan konseling dalam usaha memberikan arahan dan petujuk kepada
siswa dalam menentukan karir pada masa mendatang. Tanpa bimbingan dan
arahan guru bimbingan konseling, siswa tidak akan mendapatkan gambaran
tentang masa depannya yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan

1
yang dimilikinya. Oleh karena itu sangat penting guru pembimbing membantu
peserta didik dalam menentukan pilihan studi lanjut.
Bimbingan dan konseling memiliki peranan penting dalam membantu
permasalahan siswa terutama dalam hal memilih program studi lanjutan. Untuk
membantu siswa dalam hal tersebut perlu diberikan layanan bimbingan dan
konseling yang lebih terarah, yaitu dengan menerapkan layanan bimbingan
kelompok dengan metode debat aktif.
Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka penelitian
tindakan bimbingan dan konseling ini memfokuskan pada upaya penerapan
layanan bimbingan kelompok dengan metode Debat Aktif, dengan judul :
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif Dalam
Layanan Bimbingan Kelompok. Pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik
tentang pemilihan studi lanjutnya sangat dipengaruhi oleh informasi yang ada
pada diri peserta didik itu sendiri berkaitan dengan informasi sekolah
lanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Metode Debat?
2. Bagaimana langkah-langkahMetode Debat?
3. Apa kelebihan dan kelemahanMetode Debat?
4. Apa materi yang berkaitan dengan Metode debat dan bagaimana hasil
analisisnya terhadap kesesuaian materi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Metode Debat.
2. Untuk menjelaskan langkah-langkah Metode Debat.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahanMetodeDebat.
4. Untuk mengetahui materi yang berkaitan dengan Metode Debat dan
bagaimana hasil analisisnya terhadap kesesuaian materi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Debat


Di era global saat ini, debat bias menjadi sangat penting artinya. Debat
memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan demokrasi takter kecuali
dalam dunia pendidikan. Di dunia pendidikan, debat bias menjadi metode
berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan terutama jika anak
didik diharapkan mampu mengemukakan pendapat yang pada dasarnya
bertentangan dengan diri merekas endiri.(Dewi, 2017:21)
Cahyono Purnomo juga mengungkapkan pendapatnya bahwa debat aktif
adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dan saling
memberikan alasan untuk mempertahankan masing-masing pendapat.
Kegiatan ini menuntut peserta didik mencariin formasi sebanyak-
banyaknya, sehingga dalam proses perdebatan peserta didik dapat
mempertahankan pendapatnya serta mampu memberikan alasan-alasan yang
bersifat realistis dan mengandung kebenaran. Alasan-alasan yang realistis ini
dibutuhkan oleh peserta didik agar argumennya tidak mudah dipatahkan oleh
tim lawan. (Amalia, 2018:14)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata debat (2008: 301) berarti
pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling
member alasan untuk mempertahan kanpen dapat masing – masing. Aktif
dalam Kamus yang sama (2008: 31) berate giat berusaha. Kegiatan debat
menuntut siswa terlebih dahulu mencari informasi sebanyak mungkin,
sehingga dalam proses debat siswa dapat mempertahankan pendapatnya serta
mampu memberikan alasan yang bersifat realistik dan mengandung kebenaran.
Tiap – tiap siswa dalam proses debat dapat memberikan argumentasi masing –
masing sesuai pengetahuan dan pemahamannya.Maida rdan Mukti (1988: 40)
mengatakan peserta debat dapat bertukar pikiran secara konstruktif dan kolektif
untuk menganalisis data yang fundamental.

3
Menurut Roestiyah (2012: 148), debat adalah sebuah teknik pembicara
dari pihak yang pro dan kontra menyampaikan pendapat mereka, dapat diikuti
dengan suatu tangkisan atau balasan ataupun tidak serta peserta dari tiap-tiapk
elompok dapat mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain.
Metode debat merupakan metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan. Metode ini biasanya terdiri dari diskusi antara dua
belah pihak yang mempunyai pendapat yang berbeda. Metode debat dilakukan
dengan aturan-aturan tertentu dengan membagi kelompok menjadi dua yaitu
kelompok pro dan kelompok kontra. (Arumpoko, 2017:35)
Menurut Uno dan Mohamad (2013: 100), “Metode debat adalah metode
yang dirancang untuk memecahkan masalah dari sudut pandang yang berbeda.
B. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Debat
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Membuat sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang
telah kita berikan sebelumnya. Misalnya dalam hal ini keuntungan
masuk SMA atau masuk SMK.
2. Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas.
3. Satu kelompok adalah sebagai kelompok PRO atau pendukung
pernyataan tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai
kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut.
4. Silakan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung
pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan
tersebut?
5. Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan
pendapatnya tersebut juga disertai dengan argumentasi yang masuk
akal.
6. Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi debat kusir. (Fajria,2014:4)

Menurut Malvin L. Silberman Strategi debat aktif dapat dilakukan dengan


langkah-langkah sebagai berikut :

4
1. Guru memberikan sebuah pernyataaan tentang isu kontroversial yang
terkait dengan mata pelajaran yang akan dipelajari.
2. Peserta didik dibagimenjadi dua tim debat. Berikan secara acak posisi
“pro” kepada satu kelompok dan posisinya “kontra” kepad atim yang
lain.
3. Selanjutnya guru membuat dua hingga empat sub kelompok dalam
masing-masing tim debat. Anda dapat membuat tiga sub kelompok pro
dan tiga sub kelompok kontra yang masing-masing terdiri dari empat
anggota. Setiap sub kelompok diminta untuk menyusun argument bagi
pendapat yang dipegangnya atau menyediakan daftar panjang argumen
yang akan mereka diskusikan. Pada akhir sub diskusi maka salah satu
dari anggota tersebut akan menjadi juru bicara.
4. Tempatkan dua hingga empat kursi sesuai dengan sub kelompok
masing-masing tim debat. Bagi para juru bicara baik itu tim pro dan tim
kontra harus saling berha dapan begitupun untukan ggota sub kelompok
harussaling berhadapan.

Langkah-langkah debat dalam pembelajarana dalah :

1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang
lainnya kontra.
2. Guru memberikan tugas kepada ketua kelompok untuk membacakan
materi yang akan diperdebatkan.
3. Setelah selesai member materi, guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara saa titu, kemudian ditanggapi oleh
kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besarsiswa
bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti atau
ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang
diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap.

5
Dari data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Sulastri (2008:174)

Rancangan pembelajaran yang di terapkan dalam Deba tAktif ini adalah

Beberapa langkah dibawah ini :

1. Guru memberisalam kepada siswa.


2. Guru mengintruksikan siswa untuk merubah posisit empat duduk.
3. Membagi kelas kedalam dua tim. Guru membagi satu kelompok
yang pro dan kelompok yang kontra.
4. Berikutnya, guru membagi empat sub kelompok dua pro dan dua
kontra dalam masing-masing kelompok debat terdapat 6 siswa dalam
satu kelompok.
5. Guru memint setiap kelompok untuk memilih juru bicara.
6. Guru sebagai pemandu debat memberikan pesoalan atau permasalahan
yang kan di debatkan oleh siswa.
7. Setelah semua siswa mendengar persoalan yangakan di debatkan,
semua murid berkumpul di sub kelompok masing-masing. Semua sub
kelompok menyusun strategi untuk membalas argument pembuka dari
pihak lawan, setiap sub kelompok memilih seorang juru bicara dan
usahakan memilih orang yang baru.
8. Debat terus di lanjutkan sampai selesai dari 5 persoalan yang akan di
debatkan.
9. Di ahir debat tidak perlumenentukan kelompok mana yang menang,
buatlah kelas melingkar. Pastikan bahwa kelas terintegrasi dengan
meminta mereka duduk berdampingan dengan mereka yang berada
di kelompok lawan. Diskusikan apa yang peserta didik pelajari dari
pengalaman debat tersebut.Minta peserta kelompo kuntuk
mengidentifikasikan argument yang paling baik menuru
tmereka.(Laksana, 2016:5)

6
A. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Debat
1. Kelebihan strategi debat
a. Melalui perdebatan yang sengit akan mempertajam hasil pembicaraan.
b. Peserta didik terangsang untuk menganalisa masalah di dalam
kelompok, sehingga analisa masalah terarah pada pokok permasalahan
yang dikehendaki bersama.
c. Dalam perdebatan, peserta didik dapat menyampaikan fakta dari kedua
sisi masalah, yang kemudian diteliti mana fakta yang benar atau valid
dan dapat dipertanggungjawabkan.
d. Terjadi pembicaraan aktif antara pendukung dan penyanggah maka
akan membangkitkan daya tarik peserta didik untuk turut berbicara dan
turut berpartisipasi mengeluarkan pendapat dan pertanyaan.
e. Perdebatan dengan topik dan masalah yang menarik minat peserta didik
akan membuat peserta didik terus mengikuti perdebatan. (Amalia,
2018:22)

Menurut Djumingin (2014:175) kekurangan teknik debat adalah sebagai


berikut:

1. Siswa akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap memiliki


kemampuan, akibatnya keadaan semacam ini dapat menggangu
kerjasama dalam kelompok.
2. Membutuhkan waktu yang banyak.
B. Analisis Kesesuain Metode Dengan Materi
Menurut analisa penulis materi yang penulis bawakan sudah hampir
sesuai, namun penulis rasa materi kurang menimpulkan suatu perdebatan yang
terfokus kan

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian metode debat menurut beberapa tokoh diatas dapat penulis
simpulkan bahwa metode debat adalah metode saling bertukar argument
dan mempertahankannya, metode debat juga bisa disebut metode
pembelaaran untuk memecahkan suatu masalah yang di tentukan oleh guru
mata pelajaran
2. Ada banyak langkah- langkah untuk metode debat namun penulis lebih
condong untuk menggunakan pendapat Fajria dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Membuat sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang
telah kita berikan sebelumnya. Misalnya dalam hal ini keuntungan
masuk SMA atau masuk SMK.
b) Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas.
c) Satu kelompok adalah sebagai kelompok PRO atau pendukung
pernyataan tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah
sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak
pernyataan tersebut.
d) Silakan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka
mendukung pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang
menguatkan pernyataan tersebut?
e) Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan
pendapatnya tersebut juga disertai dengan argumentasi yang masuk
akal.
f) Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi debat kusir. (Fajria,2014:4)

3. Kelebihan strategi debat


a) Melalui perdebatan yang sengit akan mempertajam hasil
pembicaraan.

8
b) Peserta didik terangsang untuk menganalisa masalah di dalam
kelompok, sehingga analisa masalah terarah pada pokok
permasalahan yang dikehendaki bersama.
c) Dalam perdebatan, peserta didik dapat menyampaikan fakta dari
kedua sisi masalah, yang kemudian diteliti mana fakta yang benar
atau valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
d) Terjadi pembicaraan aktif antara pendukung dan penyanggah maka
akan membangkitkan daya tarik peserta didik untuk turut berbicara
dan turut berpartisipasi mengeluarkan pendapat dan pertanyaan.
e) Perdebatan dengan topik dan masalah yang menarik minat peserta
didik akan membuat peserta didik terus mengikuti perdebatan.
(Amalia, 2018:22)

Menurut Djumingin (2014:175) kekurangan teknik debat adalah


sebagai berikut:

a) Siswa akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap memiliki


kemampuan, akibatnya keadaan semacam ini dapat menggangu
kerjasama dalam kelompok.
b) Membutuhkan waktu yang banyak.
B. Saran
1. Diharapkan makalah ini menambah khasanah keilmuan bagi khalayak
umum.
2. Dapat memberikan kontribusi keilmuan khususnya pada pengembangan
Metode Pengembangan Pendidikan Agama Islam.
3. Dapat menjadi referensi bagi pemakalah berikutnya.

9
DAFTAR RUJUKAN

Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2013. Belajar dengan Pendekatan


PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,
Menarik. Jakarta: PT BumiAksara.
Roestiyah. 2012. StrategiBelajarMengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Maidar dan Mukti. (1988) Pembinaan kemampuan berbicara bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Silberman, Melvin L. 2016.Active Learning:101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nuansa Cendikia.
Sulastri. 2008. Peningkatan Keterampilan Berbicara Formal dalam Bahasa
Indonesia Melalui Gelar Wicara. Jakarta:UNJ

Djumingin, Sulastri ningsih, dkk. 2014.Penilaian Pembelajaran Bahasa dan


Sastra Indonesia. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Dewi, EviSivana. 2017. “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA
DENGAN METODE DEBAT SISWA KELAS X MA AL-AZIZIYAH
KAPEK GUNUNG SARI”. Skripsi. Mataram: UniversitarMataram
Amalia, Nadia Riszy. 2018. “PENGARUH STRATEGI DEBAT AKTIF
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI PESERTA
DIDIK PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS V MIN 6 BANDAR
LAMPUNG”. Skripsi. Lampung: UIN RadenIntan Lampung
Arumpoko, Ganeswari. 2017. KEEFEKTIFAN METODE DEBAT TERHADAP
KEMAMPUAN BERARGUMENTASI DAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN SISWA KELAS V SD N
ADIWERNA 01 KABUPATEN TEGAL. Skripsi. Tegal: Universitas Negri
Semarang
Laksana, Lilia Nur. 2016. “PENERAPAN MODEL DEBAT AKTIF
UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMK MUHAMMADIYAH 3 AMBULU”.
Skripsi. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember

10
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : MA MAMBAUL HUDA


Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas / Semester : XII / Ganjil
Materi Pokok : Perkembangan Islam Di Indonesia
Sub Materi : Jalur Masuknya Islam di Indonesia
Alokasi Waktu : 1x45 Menit

Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menghubungkan situasi dan kondisi pra Islam
dengan proses Islamisasi di Indonesia
2. Peserta didik mampu mengklasifikasi jalur masuk Islam ke Indonesia
3. Peserta didik mampu memetakan stategi dakwah dalam proses
Islamisasi di Indonesia.
4. Perserta didik mampu membuat skema fase penyebaran Islam di
Indonesia
Peserta didik mampu mengidentifikasi hikmah keteladanan dari semangat
dakwah Islam dengan cara damai.
Kegiatan Pembelajaran

1. Guru memberisalam kepada siswa.


2. Guru mengintruksikan siswa untuk merubah posisit empat duduk.
3. Membagi kelas kedalam dua tim. Guru membagi satu kelompok yang
pro dan kelompok yang kontra.
4. Berikutnya, guru membagi empat sub kelompok dua pro dan dua kontra
dalam masing-masing kelompok
5. Guru sebagai pemandu debat memberikan pesoalan atau permasalahan
yang kan di debatkan oleh siswa.
Penilaian
• Teknik Penilaian (Sikap spiritual dan Sosial dan pengetahuan
(assessment for as and of learning) dan Keterampilan
• Pembelajaran Remedial (real teaching mix tutor sebaya) dan
Pengayaan
Banyuwangi, 01 November 2021
Mangetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran/Kelas

Ahmad Izza Muttaqin, M.Pd.I Alfin Kusniatin

11
MATERI PEMBELAJARAN
A. Jalur Masuknya Islam di Indonesia

Membaca sejarah peradaban bangsa Indonesia yang berkaitan


masuknya Islam yang dikemukakan para ahli, tidak bisa dipisahkan dari
istilah Nusantara untuk menyebut wilayah Indonesia. Penyebaran agama
Islam di Indonesia pada umumnya berlangsung melalui dua proses.
Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam kemudian
menganutnya. Kedua, orang-orang Asing Asia, seperti Arab, India, dan
Cina yang telah beragama Islam bertempat tinggal secara permanen di satu
wilayah Indonesia melakukan perkawinan campuran dan mengikuti gaya
hidup lokal. Setidaktidaknya ada empat teori tentang islamisasi awal di
Indonesia, yaitu teori India, teori Arab, teori Persia, dan teori Cina.
1. Teori India
Teori ini dikemukan oleh Pijnappel, Moquette, Fatimi dan seorang
orientalis Belanda yang meneliti tentang Islam di Indonesia bernama
Snouck Hurgronje. Ia menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke
Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari
Cambay, Gujarat, India. Memang sebagian besar sejarahwan asal Belanda,
memegang teori bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak Benua India.
Sementara seorang ilmuwan Barat Pijnappel yang mengkaitkan asal mula
Islam di Indonesia dengan daerah Gujarat dan Malabar. Menurutnya,
orang-orang Arab bermadzhab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di
wilayah India yang membawa Islam ke Nusantara. Snouck Hurgronje
kemudian mengembangkan teori ini, dia berpendapat bahwa ketika Islam
tiba di kota-kota pelabuhan Anak Benua India, banyak di antara
penduduknya yang beragama Islam dan tinggal di sana sebagai pedagang
perantara dalam perdagangan Timur Tengah dengan Indonesia. Lalu
mereka datang ke dunia Melayu (Indonesia) sebagai para penyebar Islam
pertama, setelah itu disusul oleh orang-orang Arab. Dia mengatakan
bahwa abad ke-12 sebagai periode paling mungkin dari permulaan
penyebaran Islam di Indonesia.

12
Jan Pijnappel (w.1901 M) adalah seorang orientalis dari
Universitas Leiden Belanda yang fokus pada manuskrip Melayu. Dia
menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia lewat pedagang dari
Gujarat. Penjelasan ini didasarkan pada seringnya kedua wilayah India dan
Indonesia ini disebut dalam sejarah Nusantara klasik. Dalam penjelasan
lebih lanjut, Pijnapel menyampaikan logika terbalik, yaitu bahwa
meskipun Islam di Nusantara dianggap sebagai hasil kegiatan orang-orang
Arab, tetapi hal ini tidak langsung datang dari Arab, melainkan dari India,
terutama dari pesisir barat, dari Gujarat dan Malabar. Jika logika ini
dibalik, maka dapat dinyatakan bahwa meskipun Islam di Nusantara
berasal dari India, sesungguhnya ia dibawa oleh orang-orang Arab juga.
Sedangkan menurut Maquette ada hubungan antara Gujarat dan
Indonesia, dengan alasan bahwa batu nisan makam Raja Malik Al-Saleh
yang merupakan raja kerajaan Samudera Pasai Aceh, bertuliskan angka
tahun 686H/1297 M dengan menggunakan nisan yang berasal dari Gujarat
India. Selain itu batu nisan yang terdapat di makam Maulana Malik
Ibrahim di Gresik, Jawa Timur, juga menunjukkan hal yang sama. Kedua
batu nisan tersebut memiliki persamaan bentuk dengan batu nisan yang
terdapat di Cambay Gujarat India.
2. Teori Arab
Teori ini di kemukakan oleh Sir Thomas Arnold, ia berpandangan
bahwa, para pedagang Arab telah menyebarkan Islam ketika mereka
menguasai secara dominan perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad
awal Hijriah atau abad ke-7 dan 8 Masehi. Meskipun tidak terdapat
catatan-catatan sejarah tentang kegiatan mereka dalam penyebaran Islam,
namun ia berasumsi bahwa mereka juga terlibat dalam penyebaran Islam
kepada penduduk lokal di Indonesia.
Dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia Teori ini mengatakan
bahwa Islam datang ke Indonesia secara langsung dari Arab, tidak melalui
perantara bangsa lain. Beberapa bukti sejarah dikemukakan untuk
menguatkan teori ini. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke

13
Indonesia langsung dari Makkah (Arab) sebagai pusat agama Islam sejak
abad ke-7. Salah satu sejarawan yang mendukung teori ini ialah Prof.
Hamka. Dia menyatakan bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada
abad pertama Hijriah (abad ke 7-8 M) langsung dari Arab dengan bukti
jalur perdagangan yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai
melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di China (Asia
Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara, dan Bani Umayyah di Asia Barat.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh
nilainilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran
agama Islam.
Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia
dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh Masehi. Hamka
berpendapat bahwa pada tahun 625 M, berdasarkan sebuah naskah
Tiongkok yang dicatat oleh pendeta Budha I-Tsing yang melakukan
perjalanan dari Canton menuju India. Perjalanan tersebut menggunakan
kapal Posse, dan pada tahun 674 M ia singgah di Bhoga (yang sekarang
dikenal dengan Palembang, Sumatera Selatan). Di Bhoga ia menemukan
sekelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera
(Barus). Sebagian orang-orang Arab ini diceritakan melakukan
perkawinan dengan wanita lokal. Komunitas Arab ini disebutnya sebagai
komunitas Ta-Shih dan Posse. Mereka adalah para pedagang yang telah
lama menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan Sriwijaya. Karena
demi hubungan perdagangan itulah kemudian kerajaan Sriwijaya
memberikan daerah khusus untuk mereka.
Sejarawan lain juga mendukung teori Arab adalah Uka
Tjandrasasmita, A. Hasymi, Azyumardi Azra dan lain-lain. Selain
informasi tersebut, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa ditemukannya
adaptasi lain yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah atas pengaruh
bangsa Arab ini. Misalnya dari segi bahasa dan tradisi, seperti pada kata
dan tradisi bersila yang sering dilakukan oleh bangsa Indonesia yang
merupakan tradisi yang dilakukan oleh bangsa Arab atau Persia yang

14
egaliter. Disamping alasan di atas, makam Fatimah Binti Maimun di Leran
Jawa Timur semakin menguatkan teori ini. Fatimah binti Maimun bin
Hibatullah adalah seorang perempuan beragama Islam yang wafat pada
hari Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M). Inskripsi nisan
terdiri dari tujuh baris, dan berikut ini adalah hasil bacaan Jean Piere
Moquette yang diterjemahkan oleh Muh. Yamin terhadap tulisan pada batu
Nisan tersebut: Atas nama Tuhan Allah Yang Maha Penyayang dan Maha
Pemurah. Tiap-tiap makhluk yang hidup di atas bumi itu bersifat fana.
Tetapi wajah Tuhan-mu yang bersemarak dan gemilang itu tetap kekal
adanya. Inilah kuburan wanita yang menjadi syahid bernama Fatimah binti
Maimun. Putera Hibatu’llah yang berpulang pada hari Jumiyad ketika
tujuh. Sudah berlewat bulan Rajab dan pada tahun 495 H/ 475 H, Yang
menjadi kemurahan Tuhan Allah Yang Maha Tinggi Beserta Rasulnya
yang Mulia.
Azyumardi Azra menambahkan, Islam datang di Indonesia pada
abad ke-7 M, namun baru dianut secara terbatas oleh para pedagang Arab
yang berdagang di Indonesia, dan baru mulai tersebar dan dianut oleh
masyarakat Indonesia pada abad ke-12, yang disebarkan oleh para sufi
pengembara yang berasal dari Arab. Alasan ini dikuatkan oleh corak Islam
awal yang dianut oleh masyarakat Indonesia adalah Islam bercorak
sufistik, karena pada masa al-Ghazali (Dinasti Abbasiyah) muncul sufi-
sufi pengembara yang bertujuan untuk menyebarkan Islam tanpa pamrih,
maka sufi-sufi inilah yang disinyalir datang dan menyebarkan Islam di
Indonesia.
3. Teori Persia
Sejarawan Hoesein Djajaningrat adalah orang yang
mengemukakan teori ini. Dalam Teori ini dinyatakan bahwa Islam masuk
ke Nusantara pada abad ke13 M di Sumatra yang berpusat di Samudra
Pasai. Teori Persia lebih menitik beratkan tinjauannya pada aspek
persamaan kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam
Indonesia dengan Persia. Bukti-bukti persamaan tersebut di antaranya:

15
a) Adanya peringatan 10 Muharram atau ‘Asyura atas meninggalnya
Husein cucu Nabi Muhammad Saw. di Karbala, yang sangat dijunjung
oleh kaum muslim Syiah di Iran (Persia). Di Sumatra Barat,
peringatan tersebut disebut dengan upacara keranda Tabut yaitu
mengarak keranda yang diatas namakan keranda Husain dan disebut
‘keranda Tabut’ untuk dilempar di sungai. Sedangkan di pulau Jawa
ditandai dengan pembuatan Bubur Syuro
b) Adanya kesamaan konsep ajaran sufisme yang dianut Syaikh Siti
Jenar dengan Al-Hallaj, seorang sufi besar dari Persia
c) Penggunaan istilah bahasa Iran (Persia) dalam sistem mengeja huruf
Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat. Contoh Jabar – fathah, jer –
kasrah, p’es – dhammah
d) Adanya persamaan batu nisan Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 M
di Gresik dan Malik Al Shalih 1297 M di Pasai yang berasal dari
Gujarat
Berdasarkan hal tersebut Hoesein Djajaningrat berpendapat bahwa
Gujarat merupakan daerah yang mendapat pengaruh dari Persia yang
menganut faham Syiah dan dibawa ke Indonesia.
4. Teori China
Teori ini menyatakan bahwa Islam datang ke Indonesia (Jawa dan
Sumatra) berasal dari para perantau China. Menurut teori ini, orang China
telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam
dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis China atau
Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui
kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di China pada abad ke-
7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto al-Qurtuby
dalam bukunya Arus China-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik
(sumber luar negeri) pada masa Dinasti Tang (618- 960) di daerah Kanton,
Zhang-zhao, Quanzhou, dan pesisir China bagian selatan, telah terdapat
sejumlah pemukiman Islam.Teori China didasarkan pada sumber luar
negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat). Bahkan menurut

16
sejumlah sumber lokal tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa,
yakni Raden Fatah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan China.
Ibunya disebutkan berasal dari Campa, China bagian selatan (sekarang
termasuk Vietnam).
Berdasarkan Sejarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan
gelar raja raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan
istilah China, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun
Ceh”, serta “Cu-Cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel”
ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara
China yang berbatasan dengan Rusia. Bukti-bukti lainnya adalah masjid-
masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh
komunitas China di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan
penting sepanjang abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-
catatan China, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang
China. Daerah yang mula-mula menerima agama Islam adalah Pantai
Barat pulau Sumatera. Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke
seluruh Indonesia.
Pada dasarnya semua teori memiliki kelebihan dan kelemahan
tidak ada kebenaran yang mutlak dari landasan teori-teori tersebut. Namun
hal yang sangat penting bahwa Islam tersebar di negeri Indonesia tidak
dengan jalan kekerasan melainkan dakwah dengan hikmah, nasehat yang
baik.

17

Anda mungkin juga menyukai