Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TAFSIR TEMATIK

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Emitha Bulan Ajizzah (1942014016)
Indah Sari Eka Fazariani (1942014073)
Maria Ulpa (1942014032)
Muhammad Fitra Ma’rufi (1942014038)
Siti Marwah (1942014001)

TAFSIR BIMBINGAN KONSELING


Dosen Pengampu: Dr. H. Fuad Fansuri, Lc., M.Th.i

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian tafsir tematik.......................................................................4


B. Langkah-langkah tafsir tematik.............................................................6
C. Perbedaan tafsir tematik dengan metode lain........................................8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN...................................................................................11
B. SARAN...............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian terhadap penafsiran mampu membuka lingkup penafsiran menjadi


lebih luas lagi. Penafsiran tidak hanya sebatas menjelaskan makna Al-Qur’an
semata, tapi juga mampu mengungkap kritik sosial Al-Qur’an atas fenomena
keberagaman masa kini. Penafsiran Al-Qur’an terus berkembang seiring
berjalannya waktu, dengan secara konsisten memunculkan penafsiran-penasiran
baru dan dengan berbagai gaya yang dipakai, salah satunya adalah tafsir tematik.
Tafsir tematik atau tafsir mauḍu‟i dimasa kini memang lebih banyak digunakan
oleh para ahli tafsir dalam menafsirkan Al-Qur’an. Tafsir tematik dapat
menyajikan tafsir yang secara spesifik relevan dengan isu-isu kekinian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tafsir tematik?
2. Apa perbedaan tafsir tematik dengan metode tafsir lainnya?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan penelitian terhadap tafsir
tematik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna dari tafsir tematik
2. Untuk mengetahui perbedaan antara tafsir tematik dengan metode lainnya.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam melakukan penelitian tafsir
tematik

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Tematik

Tafsir ialah ilmu untuk mempelajari dan memahami serta menjelaskan makna
dan maksud Allah dalam kitab suci Al-Qur’an sesuai dengan batas kemampuan
maksimal manusia baik berupa hukum, hikmah, pelajaran, maupun pesan-pesan
yang telah Allah sampakan melalui Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci umat
Islam yang akan membimbing ke jalan yang benar. Maksud dari jalan yang benar
adalah, arah dan tujuan hidup yang benar dan penuh dengan kenikmatan.1

Secara etimologis tafsir tematik disebut tafsir maudhu’i yang memiliki makna
beragam yaitu, yang diletakkan, yang diantar, yang ditaruh. Secara terminologis
tafsir tematik adalah pola penafsiran dengan cara melakukan penghimpunan ayat-
ayat Al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang sama dengan arti yang sama-sama
membicarakan satu topik dan menyusun berdasarkan masa turun ayat serta
memperhatikan latar belakang sebab turun, lalu diberikan sebuah penejelasan.
Secara singkat tafsir tematik ialah salah satu metode penafsiran Al-Qur’an dengan
cara menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan suatu tema tertentu.
Tafsir tematik memiliki peran sangat penting karena dapat menyelesaikan
problem-problem yang dihadapi masyarakat.

1
Miftah Khilmi Hidayatulloh, “KONSEP DAN METODE TAFSIR TEMATIK (STUDI
KOMPARASI ANTARA AL-KUMI DAN MUSHTHOFA MUSLIM),” Al-Bayan: Jurnal Studi
Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir 3, no. 2 (March 14, 2019), https://doi.org/10.15575/al-
bayan.v3i2.4116.

4
Seorang mufassir yang menggunakan metode ini dituntut untuk mampu dalam
beberapa hal, antara lain,

1. Memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan topik yang dibahas.


2. Mampu dalam menyusun urutan ayat sesuai dengan masa turunnya dalam
upaya mengetahui perkembangan petunjuk Al-Qur’an yang menyangkut
persoalan yang akan dibahas.
3. Dapat menguraikan satu kisah atau kejadian dengan kronologis peristiwa.
4. Mengetahui dan memahami latar belakang turunnya ayat, karena hal ini
memiliki pengaruh besar dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an.2

Tafsir tematik dapat disebut juga dengan tafsir maudhu’i atau tafsir tauhidi
yang memiliki arti yang sama yakni menyatukan. Tafsir tematik adalah sebuah
bentuk rangkaian metode penulisan karya tafsir yang menghimpun atau
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan maksud dan tujuan yang sama.
Tafsir tematik memiliki tema yang membicarakan topik yang sama berdasarkan
sebab-sebab turunnya ayat tersebut. Setelah itu menguraikannya dengan
menjelajahi aspek-aspeknya.

Tafsir tematik tumbuh seiring perkembangan dan pemahaman terhadap Al-


Qur’an. Tafsir tematik tidak hanya sebuah sistematika kajian saja. Namun juga
sebuah metode untuk menafsirkan Al-Qur’an.3 Sistematika penafsiran ini tidak
hanya sebagai kajian tetapi juga sebagai metode dalam menafsirkan Al-Qur’an.
Sebagian besar para pakar menggunakan metode ini untuk memahami isi
kandungan kitab suci Al-Qur’an. Para pakar biasanya merangkum yang
terkandung dalam surah Al-Qur’an.

2
Dr. H. M. Sja’roni, M. Ag., “STUDI TAFSIR TEMATIK,” Jurnal Study Islam Panca Wahana 1,
no. 12 (2014): 3.
3
Miftah Khilmi Hidayatulloh, “KONSEP DAN METODE TAFSIR TEMATIK (STUDI
KOMPARASI ANTARA AL-KUMI DAN MUSHTHOFA MUSLIM),” Al-Bayan: Jurnal Studi
Al-Qur‟an Dan Tafsir 3, no. 2 (2018): 134.

5
Biasanya metode ini digunakan untuk meyelesaikan problem-problem
masyarakat. Tafsir tematik merupakan metode yang tersusun praktis dan
sistematis dengan mengikuti kronologi turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. 4 Tafsir
tematik dikatakan dapat mengikuti perkembangan zaman dengan menyesuaikan
tempat, situasi, dan kondisi.

B. Kelebihan Metode Tafsir Tematik


Diantara beberapa kelebihan metode tafsir tematik ialah sebagai berikut :
1. Menjawab tantangan zaman
Permasalahan dalam kehidupan selalu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan perkembangan kehidupan itu sendiri. Semakin modern
kehidupan, permasalahan yang timbul semakin rumit, serta
mempunyai dampak yang luas.
2. Praktis dan Sistematis
3. Membuat pemahaman menjadi utuh
4. Membuat tafsir menjadi dinamis

C. Perbedaan Metode Tematik/Maudhu‘i dengan Metode Lain


Al-Farmawi dalam Bidayah fi al-Tafsir Maudlu’i menjelaskan sebagai
berikut:
a. Perbedaan metode maudhu’i dengan metode tahlili
Pertama, di dalam metode tahlili, penafsir terikat dengan runtutan ayat dan
surat seperti terdapat dalam mushaf. Sedangkan dalam metode maudhu’i, penafsir
tidak terikat dengan susunan ayat dalam mushaf, tetapi ayat-ayat yang akan
dibahas, setelah dihimpun, disusun menurut kronologis masa turunnya.

4
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat (Mizan
Pustaka, 1996).

6
Kedua, mufassir dengan metode tahlili berusaha berbicara menyangkut
segala aspek yang ditemukan dalam setiap ayat dan surah, sementara dalam
metode maudhu’i, penafsir tidak membahas segala segi permasalahan yang
dikandung oleh suatu ayat, tetapi hanya memusatkan perhatiannya pada pokok
tema bahasan yang telah ditentukan.
Ketiga, dalam metode tahlili, mufassir biasanya mengemukakan penafsiran
ayat-ayat secara berdiri sendiri, sehingga persoalan yang dibahas menjadi tidak
tuntas. Sedangkan dalam metode maudhu’i, penafsir berusaha menuntaskan
persoalan yang menjadi pokok bahasannya.
b. Perbedaan metode maudhu’i dengan metode ijmali
Pertama, penafsir maudhu’i mengkaji suatu masalah dengan meneliti ayat-
ayat yang ada, Makiyyah maupun Madaniah, tanpa terikat dengan runtutan yang
ada dalam mushaf. Sedangkan penafsir ijmali tetap terikat dengan runtutan ayat
seperti yang terdapat dalam mushaf, meskipun metode ini meneliti ayat dengan
maksud mengungkapkan makna globalnya.
Kedua, metode maudhu’i konsisten dan fokus dengan satu tema bahasan
seseuai dengan kerangka yang telah ditetapkan. Sementara metode ijmali tidak
hanya membahas satu tema, melainkan membahas semua masalah yang
dibicarakan oleh setiap ayat, menurut susunan mushaf, tanpa mengemukakan
korelasi antara ayat-ayat yang membicarakan satu masalah yang sama.
c. Perbedaan metode maudhu’i dengan metode muqaran
Pertama, metode maudhu’i bermaksud membahas satu tema masalah,
sedangkan metode muqaran berusaha mengemukakan tafsir ayat-ayat al-Qur’ān
yang telah ditulis oleh sejumlah mufasir.
Kedua, di dalam metode maudhu’i, untuk dapat sampai pada tujuan yang
dimaksud, penafsir harus menghimpun seluruh atau sebagian ayat al-Qur’ān yang
ada kaitannya dengan pokok masalah yang dibahas. Sementara dalam metode
muqaran, penafsir harus meneliti sejumlah ayat tertentu, kemudian mempelajari
pendapat para mufasir yang pernah menulis tafsir ayat-ayat tersebut. Langkah
berikutnya adalah membandingkan berbagai sudut pandang serta kecenderungan
yang diperlihatkan oleh para mufasir di dalam karya tafsir mereka masing-masing.

7
Dari sini baru kemudian diambil beberapa kesimpulan tentang ayat yang sedang
dibahas.5

D. Langkah-Langkah Penelitian Tafsir Tematik/ Maudhu’i


Pada tahun 1977, Prof. Dr. Abd Al Hayy Farmawi, yang menjabat guru
besar pada Fakultas Usuluddin Al-Azhar, menerbitkan buku yang berjudul Al-
Bidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudhu’i dengan mengemukakan secara terperinci
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menerapkan metode maudhu’i.
Langkah-langkah tersebut yakni:

1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).


2. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.
3. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan
tentang asbab al-nuzul-nya.
4. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing.
5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (out line).
6. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok
bahasan.
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun
ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengompromikan
antara yang ‘am (umum) dan yang khash (khusus), mutlak dan muqayyad
(terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu
dalam satu muara, tanpa perbedaan.
8. Menyusun kesimpulan-kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-Qur’an
terhadap masalah yang dibahas.
Ada juga langkah-langkah lain yang dapat digunakan untuk menafsirkan al-
Qur’an dengan metode Maudhu’i. Adapun langakah-langkah yang dapat ditempuh
menurut Dr. H. M. Sa’ad Ibrahim, M.A, adalah:

1. Merumuskan tema dan sub topik bahasan.


2. Menghimpun ayat-ayat yang setema dan relevan dengan tema.
5
Didi Junaedi, “Mengenal Lebih Dekat Metode Tafsir Maudlu’I,” Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-
Quran Dan al-Hadis 4, no. 01 (2016): 26–27.

8
3. Menghimpun Hadits Nabi SAW. yang setema dan relevan dengan tema.
4. Menghimpun tafsir ayat-ayat tersebut.
5. Menghimpun syarah (Penjelasan) Hadits.
6. Menghimpun teori-teori ilmiah.
7. Mengorganisir tema berdasarkan tema dan sub topik.
8. Mengkolaborasikan dengan teori-teori ilmiah.
9. Menyimpulkan ajaran al-Qur’an tentang tema sesuai dengan topik.
10.Mengakhiri dengan menulis.
Dalam rangka pengembangan metode tafsir maudhu’i dan langkah-langkah
dalam menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan metode ini, Dr. Quraisy
Shihab mempunyai beberapa catatan, antara lain:

1. Penetapan masalah yang dibahas harus sudah ditetapkan, untuk menghindari


keterikatan yang dihasilkan oleh metode tahlili, akibat pembahasan-
pembahasan yang bersifat sangat teoritis, maka beliau memberikan pandangan,
hendaklah yang dibahas itu diprioritaskan pada persoalan yang menyentuh
masyarakat dan dirasakan langsung oleh mereka. Mufassir dengan
menggunakan metode maudhu’i diharapkan agar terlebih dahulu mempelajari
problem-problem masyarakat, yang sangat membutuhkan jawaban al-Qur’an,
misalnya petunjuk al-Qur’an yang menyangkut kemiskinan, keterbelakangan,
penyakit, dan lain-lain.
2. Menyusun Runtutan Ayat Sesuai dengan Masa Turunnya Yaitu hanya
dibutuhkan dalam upaya mengetahui perkembangan petunjuk al-Qur’an
menyangkut persoalan yang dibahas, apalagi bagi mereka yang berpendapat
ada nasikh dan mansukh dalam al-Qur’an. Bagi mereka yang bermaksud
menguraikan suatu kisah, atau kejadian, maka runtutan yang dibutuhkan adalah
runtutan kronologis peristiwa.
3. Meskipun metode ini tidak mengharuskan uraian tentang pengertian kosa kata,
namun kesempurnaannya dapat dicapai apabila sejak dini mufassir berusaha
memahami kosa kata ayat dengan merujuk kepada penggunaan al-Qur’an
sendiri.

9
4. Perlu digaris bawahi bahwa, meskipun dalam langkah-langkah tidak
dikemukakan menyangkut sebab nuzul, namun tentunya hal ini tidak dapat
diabaikan karena sebab nuzul mempunyai peranan penting dalam memahami
al-Qur’an. Hanya saja ini tidak dicantumkan disana karena ia tidak harus
dicantumkan dalam uraian, tetapi harus dipertimbangkan ketika memahami arti
ayat-ayat tersebut.
Belakangan ini, tafsir tematik tengah digandrungi banyak ilmuan Muslim
termasuk di Indonesi. Sebab tafsir maudhu’i dapat memecahkan berbagai yang
terjadi dan mendesak pendekatan al-Qur’an. Sehingga untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang semakin marak pada zaman sekarang, peranan
metode ini sangat penting.6

BAB III
PENUTUP

6
Muh Tulus Yamani, “Memahami Al-Qur’an dengan metode tafsir maudhu’i,” J-PAI: Jurnal
Pendidikan Agama Islam 1, no. 2 (2015): 180–182.

10
A. Kesimpulan

Tafsir tematik ialah salah satu metode penafsiran Al-Qur’an dengan cara
menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan suatu tema tertentu. Tafsir
tematik memiliki peran sangat penting karena dapat menyelesaikan problem-
problem yang dihadapi masyarakat. Tafsir tematik dapat disebut juga dengan
tafsir maudhu’i atau tafsir tauhidi yang memiliki arti yang sama yakni
menyatukan. Tafsir tematik adalah sebuah bentuk rangkaian metode penulisan
karya tafsir yang menghimpun atau mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan
maksud dan tujuan yang sama. langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
menerapkan metode maudhu’i. Dimulai dari menetapkan masalah yang akan
dibahas (topik) hingga Menyusun kesimpulan-kesimpulan yang menggambarkan
jawaban al-Qur’an terhadap masalah yang dibahas. Belakangan ini, tafsir tematik
tengah digandrungi banyak ilmuan Muslim termasuk di Indonesi. Sebab tafsir
maudhu’i dapat memecahkan berbagai yang terjadi dan mendesak pendekatan al-
Qur’an. Sehingga untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang semakin
marak pada zaman sekarang.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
di dunia keilmuan. Kami menyadari bahwasanya dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dari segi penulisan maupun isi. Kami harap dari kekurangan tersebut
dapat diterima serta dapat dijadikan salah satu rujukan materi.

DAFTAR PUSTAKA

11
Dr. H. M. Sja’roni, M. Ag. “STUDI TAFSIR TEMATIK.” Jurnal Study Islam
Panca Wahana 1, no. 12 (2014).
Junaedi, Didi. “Mengenal Lebih Dekat Metode Tafsir Maudlu’I.” Diya Al-Afkar:
Jurnal Studi al-Quran Dan al-Hadis 4, no. 01 (2016).
Khilmi Hidayatulloh, Miftah. “KONSEP DAN METODE TAFSIR TEMATIK
(STUDI KOMPARASI ANTARA AL-KUMI DAN MUSHTHOFA
MUSLIM).” Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir 3, no. 2
(March 14, 2019). https://doi.org/10.15575/al-bayan.v3i2.4116.
Miftah Khilmi Hidayatulloh. “KONSEP DAN METODE TAFSIR TEMATIK
(STUDI KOMPARASI ANTARA AL-KUMI DAN MUSHTHOFA
MUSLIM).” Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an Dan Tafsir 3, no. 2
(2018): 130–42.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan
Umat. Mizan Pustaka, 1996.
Yamani, Muh Tulus. “Memahami Al-Qur’an Dengan Metode Tafsir Maudhu’i.”
J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 2 (2015).

12

Anda mungkin juga menyukai