Anda di halaman 1dari 9

VERBATIM

WAWANCANA KONSELING (NURUL DAN MITHA)

Nurul : Konselor

Mitha : Konseli

Mitha merupakan mahasiswi UINSI Samarinda. Ia berasal dari luar kota. Selain itu ia merupakan
anak pertama dari 3 bersaudara. Hingga kemudian membuatnya merasa mendapatkan tuntutan
untuk dapat memberikan yang terbaik. Tanggung jawab sebagai anak pertama baginya adalah hal
yang besar. Ia harus menjadi contoh bagi adik-adiknya. Sehingga pikiran-pikiran mengenai
tanggung jawab yang besar sebagai anak pertama menghantui pikirannyaa dan membuatnya
memutuskan untuk menemui konselor pada biro konseling yang ada di sekitar kampusnya.

Hubungan Awal

Mitha : Assalamualaikum ibu Nurul (sembari mengetuk pintu)

Nurul : Wa’alaikumsalam, eh mitha, masuk. silahkan duduk Mitha (sembari mengulurkan


tangan dan memberikan raut wjaah menerima). Opening dan Attending

Mitha : terimakasih ibu (mengangguk dan duduk)

Nurul : sama-sama mitha, gimana kondisi jalan menuju kesini Mitha ? apakah macet? Topik
netral

Mitha : iya ibu macet sekali, sehingga saya sepertinya sudah lewat dari jam janji ya ibu ?

Nurul : tidak apa-apa Mitha, kamu sampai dengan selamat itu lebih baik (sembari tersenyum)
jadi gimana kemarin jadi ikut lombanya ?

Mitha : jadi ibu, alhamdulillah saya juara tiga.

Nurul : wahh, selamat ya mitha, kamu memang hebat. (sembari memberi senyum)

Mitha : terimakasih ibu, (dengan raut wajah sedih)


Nurul : kemarin kamu membuat janji pertemuan untuk hari ini, apakah kamu sudah siap untuk
menceritakannya pada saya ? Pengalihan topic netral

Mitha : iya ibu saya sudah siap menceritakannya.

Nurul : seperti biasa sebelum kita memulai sebelumnya Mitha sudah pernah kesinikan ? sedikit
banyak sudah memahami akan makna dari konseling. tetapi yang perlu saya ingatkan kembali
yaitu kami menjunjung asas kerahasiaan sehingga Mitha tidak perlu takut untuk menyampaikan
cerita.

Mitha : baik ibu saya mengerti (mengangguk)

Nurul : baiklah Mitha, silahkan sampaikan apa yang ingin kamu ceritakan.

Penjelasan Masalah

Mitha : hmm, baik ibu. begini ibu, saya anak pertama ibu dari tiga bersaudara. Saya di sini
tinggal di kos. Semua biaya itu dari orang tua saya. Tapi akhir-akhir ini saya kepikiran terkait
harapan orang tua saya kepada saya bu.

Nurul : harapan apa yang kamu maksud mitha ? Lead khusus

Mitha : jadi begini bu, orang tua saya menguliahkan saya itu menginginkan saya untuk memiliki
pekerjaan yang sesuailah dengan lulusan saya.

Nurul : (mengangguk) baik mitha, jadi mitha ini lagi galau ya mengenai gimana nanti pekerjaan
setelah kuliah?

Mitha : iya ibu, saya sangat galau. di tambah saya anak pertama ibu, saya sangat merasa ada
tuntutan yang saya harus dikerjakan.

Nurul : tuntutan seperti apa Mitha? Lead khusus

Mitha : tuntutan sebagai anak pertama saya harus menjadi contoh bagi adik-adik saya bu

Nurul : saya memahami mitha, sebagai anak pertama kamu ingin memberikan contoh yang
terbaik untuk adik-adikmu, bukan begitu mitha? Acceptance
Mitha : iya ibu seperti itu

Nurul : baik Mitha saya memahami kondisimu saat ini, apakah ada yang ingin kamu sampaikan
lagi? Reflection of feeling

Mitha : untuk penyampaian cerita saya rasa cukup ibu.

Penggalian Masalah

Nurul : baik mitha, tadi mitha sudah menyampaikan bahwa mitha anak pertama ya dari tiga
bersaudara. Mitha saat ini tinggal di kos dan kuliah di biayai orang tua Mitha ya mitha. sebagai
anak pertama merasa harus bisa menjadi contoh ya Mitha buat adik adiknya? Restatement

Mitha : iya ibu seperti itu.

Nurul : kalau boleh tau contoh yang Mitha maksud dalam hal apa? Lead khsuus

Mitha : semua hal ibu, jika harapan orang tua saya tidak sesuai maka, akan menjadi contoh tidak
baik untuk adik saya ibu.

Nurul : jadi pada dasarnya Mitha merasa sebagai anak pertama harus menjadi contoh ya dan hal
ini juga membuat Mitha akhir-akhir ini kepikiran mengenai pekerjaan setelah lulus jika tidak
sesuai ya Mitha? Clarification

Mitha : iya ibu saya sangat khawatir dengan hal itu, saya takut mengecewakan orang tua saya.

Nurul : apa yang kamu takutkan mitha sehingga orang tua mu kecewa? Lead khusus

Mitha : jadi gini bu, orang tua saya percaya bahwa kuliah itu dapat memberikan pekerjaan yang
baik untuk saya ibu.

Nurul : iya Mitha benar hal itu.

Mitha : tapi ibu, saya tidak yakin ibu.

Nurul : mengapa kamu tidak yakin Mitha ?


Mitha : karena saya sebenarnya sampai saat ini belum bisa menerima pembelajaran dengan
sepenuhnya. Sehingga saya khawatir tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan
kelulusan saya.

Nurul : baik Mitha saya memahami penjelasan darimu, hingga saat ini pembicaraan kita sudah
membahas mengenai Mitha sebagai anak pertama memiliki tanggung jawab yang besar ya selain
memberikan contoh untuk adik-adikmu juga memikirkan terkait pekerjaan mu kedepannya
setelah lulus ya. Penafsiran

Mitha : iya benar bu, akhir-akhir ini juga pengeluaran saya itu semakin banyak ibu. Jadi saya
merasa saya telah merepotkan orang tua saya. Silence

Nurul : Silence lalu keluarga mu merespon pengeluaran mu yang tidak seperti biasanya itu
seperti apa Mitha

Mitha : ya keluarga saya meminta untuk lebih berhemat, padahal saya sudah hemat ibu. itulah
ibu yang memunculkan pikiran setelah saya lulus saya harus memiliki pekerjaan yang baik.

Nurul : baik Mitha, sejauh ini Mitha telah menyampaikan bahwa Mitha telah belajar dengan
baik, namun munculnya pikiran negatif mengenai pekerjaan setelah lulus ini karena pengeluaran
Mitha yang semakin banyak dan khawatir tidak dapat menjadi sesuai harapan keluarga ya Mitha?
Summary bagian

Mitha : benar ibu seperti itu, saya khawatir keluarga saya kecewa jika tidak sesuai pengeluaran
selama ini dengan apa yang aku dapatkan nanti.

Nurul : saya mengerti Mitha, hal ini membuatmu sangat galau. apa yang sudah kamu lakukan
Mitha?

Mitha : hmm.. seperti biasa saya mengerjakan tugas dan belajar sebagaimana seharusnya,
berupaya agar selalu belajar dengan baik.

Nurul : wah bagus sekali Mitha, pertahankan itu. Bukankah ini sudah menjadi awal yang baik
untuk kariermu kedepannya? Penguatan atau reassurance
Mitha : iya sih bu, tapi ya tetap aja saya khawatir ibu jika hasilnya nanti tidak sesuai keinginan
orang tua saya, saya harus seperti apa ? (menunduk dan sedih)

Penyelesaian Masalah

Nurul : Saya rasa semua orang yang menuntut ilmu pasti menginginkan hasil yang terbaik,
terlebih karena telah di biayai oleh keluarga.

Mitha : iya ibu benar sekali, saya merasa bersalah karena harus kuliah dan membuat kedua orang
tua saya harus membiayai saya sedangkan mereka juga pas-pasan.

Nurul : kamu tidak salah Mitha, orang tua mu memberimu pendidikan sudah menjadi tugas dan
tanggung jawabnya. Rejection

Mitha : hmm.. begitu ya bu, jadi gimana ya bu.. saya bingung sekali pertentangan

Nurul : baik Mitha dari pembicaraan kita saya menangkap bahwa kamu khawatir jika pekerjaan
mu tidak sesuai dengan keinginan orang tuamu. Sebenarnyamunculnya pikiranmu karena kondisi
yang kamu alami saat ini yaitu pemenuhan kebutuhan biaya kuliah yang meningkat ? bukan
begitu Mitha?

Mitha : iya ibu meningkat sekali biaya hidup saya, jadi pikiran saya campur aduk jika tidak bisa
memberikan hasil terbaik.

Nurul : rupa-rupanya banyaknya pengeluaran biaya hidup selama kuliah ini yang membuat kamu
sangat kepikiran mengenai hasil yang diperoleh setelah lulus ya Mitha ?

Mitha : iya ibu itu yang membuat saya harus berpikir kedepan.

Nurul : baik kita coba cari sama-sama ya Mitha, untuk mengurangi beban keluarga, apakah
Mitha sebelumnya sudah mencoba mencari sampingan seperti bekerja Mitha ?

Mitha : dulu, saat perkuliahan online pernah ibu, tapi susah bagi waktunya karena sift siftan dan
saya juga sering merasa lelah hingga akhirnya saya lalai dengan tugas-tugas kuliah.

Nurul : hmm seperti itu ya Mitha, jika pekerjaannya waktunya full tentu akan menguras tenaga
Mitha. apa Mitha sudah pernah sebelumnya mencari pemasukan dengan jualan kecil-kecilan ?
Mitha : pernah terlintas sih ibu, tapi saya tidak bakat ibu dalam promosi. Jadi saya hanya sebatas
jadi konsumen ibu.

Nurul : biasanya hal seperti apa Mitha yang membuat Mitha menjadi konsumen?

Mitha : saya senang sekali sih ibu membeli barang-barang, tapi setelah itu saya menyesal ibu
karena uang saku saya habis.

Nurul : jadi Mitha belum bisa kuliah sambil bekerja ya Mitha, tetapi Mitha juga mudah
memenuhi barang-barang yang sekiranya tidak begitu penting ?

Mitha : iya ibu, ya tapi pemenuhan sehari-hari selama perkuliahan offline ini juga banyak sih
ibu.

Nurul : baik Mitha saya memahaminya, apa Mitha sudah mencoba mengatur keuangan terkiat
kebutuhan Primer dan Sekunder ?

Mitha : sudah pernah terpikir ibu tapi belum saya laksanakan.

Nurul : mungkin jika Mitha berkeinginan mengurangi sedikit pengeluaran dari keluarga Mitha,
Mitha dapat memilih mencari sampingan yang sekiranya dapat menghasilkan seperti membantu
usaha teman atau membuat usaha-usaha kecil yang sekiranya untuk memenuhi kebutuhan harian
Mitha. tapi jika hal itu Mitha rasa sulit Mitha dapat mencoba untuk mengurangi pengeluaran
Mitha yang di rasa kurang penting dan masih bisa di kesampingkan. Karena jika mitha harus
mengikuti kemauan Mitha tanpa tujuan kepentingannya akan membuat pengeluaran Mitha
semakin banyak. (silent) advice

Mitha : iya sih bu benar juga, di sisi lain saya ingin memiliki ini itu, tetapi saya sadar biaya
kuliah semua datangnya dari orang tua saya.

Nurul : iya Mitha karena pilihannya ada ditangan mu.

Mitha : iya bu setelah saya pikir-pikirbu, untuk sementara waktu ingin mengurangi pengeluaran
yang tidak penting, jika nanti ada kesempatan saya akan mencari sampingan usaha-usaha kecilah
bu.
Nurul : keputusanmu sangat bagus Mitha, kemudian mengenai pekerjaan setelah lulus, menurut
keluarga Mitha sebelumnya pernah menyampaikan keinginan Mitha harus bekerja dimana?
Penguatan

Mitha : untuk secara khusus tidak sih ibu, hanya saja keluarga saya berharap karena saya kuliah
bisa memperoleh kerjaan yang baik.

Nurul : oh begitu ya Mitha, itu hal yang sangat wajar sebagai orang tua menginginkan yang
terbaik untuk anaknya.

Mitha : tapi ibu saya khawatir sekali jika tidak sesuai yang di harapkan.

Nurul : saya memahami maksudmu Mitha, kamu masih belum bisa memastikan hal itu dapat
terjadi. Tapi menurut Mitha saat nanti memilih pekerjaan atau menerima pekerjaan yang seperti
apa Mitha mau?

Mitha : saya maunya sih yang nyaman dan cocok dengan saya ibu.

Nurul : tempat yang nyaman dan cocok bukankah itu yang terbaik Mitha ?

Mitha : oh iyaa benar juga bu, apa yang terbaik untuk saya apakah itu juga yang terbaik untuk
orang tua saya ibu ?

Nurul : saya rasa semua orang tua pasti merasa bahagia jika anaknya bahagia Mitha.

Mitha : seperti itu ya ibu, saya pikir saya kuliah saya harus seperti orang yang memiliki
kedudukan tinggi ibu?

Nurul : posisi itukan hasil Mitha dari sebuah proses. Selama kamu berproses dengan baik
yakinlah Mitha tidak ada yang sia-sia. Sejauh ini Mitha sudah belajar dengan baik kan?
Penguatan

Mitha : sudah sih ibu, tapi ya kadang paham ya kadang tidak juga ibu.

Nurul : itu hal yang wajar Mitha semua orang di ciptakan Allah berbeda-beda dengan
kekurangan dan kelebihannya yang berbeda. Jadi jika ada yang lebih dari kita ya tidak apa-apa
mitha karena ada juga yang nasibnya belum seberuntung kita Mitha.
Mitha : benar ibu, kemampuan orang berbeda-beda. Begitu juga ya bu dengan pekerjaan ?

Nurul : iya Mitha, semuanya sudah ada ketentuannya yang pasti di iringi dengan usaha Mitha.

Mitha : saya rasa tidak ibu saya sudah paham ibu.

Nurul : penting Mitha memiliki pikiran yang positif untuk menerema segala keadaan setelah
usaha, perjalananmu itulah pelajaran yang berharga untuk adikmu kedepannya,

Mitha : iya ibu harusnya saya fokus pada prosesnya, untuk hasil yang baik maka perlu proses
yang baik juga. Proses ini lah pengalaman juga untuk adik saya.

Nurul : benar Mitha, ada lagi yang ingin kita selesaikan Mitha

Mitha : saya rasa tidak ibu, pikiran saya lebih terbuka sekarang.

Hubungan Akhir

Nurul : baik Mitha saya coba simpulkan ya, jadi Mitha anak pertama ya dari tiga bersaudara juga
menjadi contoh untuk adiknya. Biaya kuliah Mitha dari orang tua Mitha ya. Kemudian Mitha
kepikiran mengenai pekerjaan setelah kuliah karena orang tua Mitha maunya Mitha
mendapatkan pekerjaan yang baik sesuai dengan lulusan Mitha. apakah seperti itu? Summary
akhir

Mitha : iya ibu seperti itu.

Nurul : kemudian sumber munculnya pikiran Mitha itu karena adanya biaya hidup yang Mitha
rasa lebih banyak dari sebelumnya, sedangkan ekonomi keluarga Mitha juga pas-pasan. Mitha
pernah memiliki pengalaman kerja saat kuliah online tetapi Mitha merasa terlalu berat dan
memutuskan untuk berhenti bekerja. Pada sisi lain Mitha juga konsumtif dalam hal-hal yang
sifatnya tidak terlalu penting. Jadi cara Mitha menyikapi hal ini bagaimana ?

Mtha : saya akan mencoba untuk menyampingkan hal-hal yang sifatnya tidak terlalu penting,
tapi jika ada kesempatan bekerja sambilan yang ringan untuk menambah pemasukan saya akan
mencobanya.
Nurul : bagus sekali Mitha, mengenai pemikiranmu mengenai pekerjaan lulus setelah kuliah
bagaimana Mitha ?

Mitha : untuk saat ini saya rasa saya cukup menajalankan kuliah saya semaksimal kemampuan
saya. Mengenai hasil yang diperoleh yakni pekerjaan, saya yakin apapun nanti saya yakin itu
hasil dari usaha saya dan usaha saya sekarang tidak akan sia-sia. Jikapun belum sesuai berarti
apapun itu itulah yang terbaik untuk saya. Adapun adik-adik saya dapat menjadikan proses saya
sebagai pengalaman untuk kebaikannya kedepannya.

Nurul : saya sangat setuju dengan jawabanmu, saya harap setelah ini kamu dapat mengatur
keuanganmu lebih baik lagi dan berproseslah semaksimal kemampuanmu, yakinlah senua tidak
sia-sia dan orang tuamu pasti mendukung apapun yang terbaik untukmu.

Mitha : iya ibu terimakasih ya sudah mau mendengarkan keluhan saya.

Nurul : iya Mitha sama-sama, setelah ini jika ada hal yang ingin di sampaikan silahkan datang
temui saya ya.

Mitha : iya ibu pasti, saya pamit dulu ya ibu masih ada jam kuliah setelah ini. Assalamualaikum.

Nurul : ohiya Mitha, waalaikumsalam Hati-hati ya Mitha

Mitha : iya ibu.

Anda mungkin juga menyukai