Anda di halaman 1dari 5

IBUKU PAHLAWANKU

PROLOG

Berbicara mengenai sosok seorang Ibu memang tak akan pernah ada habisnya.
Kepeduliannya, perhatiannya, kasih sayangnya yang juga tiada habisnya diberikan
kepada anak-anaknya. Begitu mulianya seorang Ibu, ia tidak pernah lelah mendidik
kita, mengajarkan kita pada kebaikan. Pelukannya yang sangat nyaman itu mampu
menghilangkan kegelisahan, sentuhannya yang lembut juga mampu menenangkan hati.

Di balik kesuksesan seorang anak, terdapat doa Ibu yang selalu mengiringinya.
Seperti Ibu Heni ini, sosok Ibu yang begitu hebat, gigih, dan mulia. Ia adalah seorang
buruh cuci yang penghasilannya tak begitu mencukupi kebutuhannya. Ia harus
berjuang sendiri untuk menyekolahkan anak perempuannya bernama Muti. Karena
suaminya telah meninggal dunia, yang mengharuskan Ibu Heni bekerja seorang diri
untuk memenuhi kehidupannya dan juga biaya sekolah Muti

SEGMEN SATU

ADEGAN PEMBUKA { 3 menit }

Latar Tempat Latar Musik/lagu Latar Suasana


Dapur Lagu Ibu (iwan Fals) Kesibukan Ibu Heni yang sedang
mencuci pakaian dan perabotan dapur
lainnya. Sesekali terlihat muti yang
yang sedang menyapu lantai

ADEGAN 1 { 4 menit }

Latar Pelaku Kontens


Sore hari Muti Ibu, baskom udah penuh, gentong udah penuh (sambal menyapu
disebuah keringatnya
rumah Bu Heni Trima kasih, nak. Kau sudah membantu ibu mengambil air dari
sederhan sumur tetangga. (sambal membereskan peralatan dapur)
a Muti Ibu, besok Muti tidak bisa membantu ibu mencuci pakaian,
Bu Heni Tidak apa apa, Nak. Yang penting tugas utama itu adalah belajar
Muti Semua tugas-tugas sekolah hari ini sudah Muti selesaikan Bu .
Bu Heni Kau memang anak yang pintar dan cerdas, Muti. Selalu
membanggakan ibumu. Sejak SD kau selalu dapat juara kelas.
Muti Ya… ibu. Berkat doa ibu.
Ibu selalu ada buat Muti, menghibur Muti kala sedih.
Bu Heni Kau milik ibu satu satunya, Muti anakku. Tiada lagi orang Harapan
ibu yang selalu membanggakan ibu.
Muti Iya, ibu juga satu satunya orang tua yang Muti miliki. Oh ya
semalem ibu nggak makan ya. Sebab muti tidak mencuci piring
kotor. Dan pagi ini kok ada nasi goreng.
Bu Heni Ya nak, kebetulan semalem ibu masih kenyang (sambil menepuk
perut seolah ingin membuktikan bahwa dirinya masih kenyang) jadi
nasinya ibu simpan untuk sarapan. Sudahlah jangan mikirin ibu.
Cepat sarapan dan habiskan lalu berangkat sekolah.
Muti Ibu bohong kan? Semua buat Muti padahal Ibu sendiri belum makan
apa-apa. Pokoknya Muti nggak mau sarapan kalau Ibu nggak
sarapan bareng (wajahnya cemberut pura-pura marah)
Bu Heni (tersenyum) baiklah ayo sarapan (makan dari satu piring)
Muti Ibu pasti lelah ya kerja keras membanting tulang cari uang buat
muti. Padahal usia ibu kan sudah tidak muda lagi.
Bu Heni Tidak nak. Ibu iklas dan bagi ibu tidak ada kebahagiaan selain
melihat engkau tersenyum. Karenanya ibu rela melakukan apa saja
asal engkau bahagia.
Muti Terima kasih Ibu (dipeluknya Ibu dan terlihat ibu menyeka air mata
yang keluar)
Bu heni Sudahlah nak. Ayo cepet berangkat. Tuh lihat sudah siang.

SEGMEN DUA

ADEGAN 2 {4 menit}

Latar Pelaku Kontens


Teras Muti “Bu, Muti berangkat sekolah ya?(pamit Muti)
Rumah Bu Heni “Iya nak, kamu harus semangat sekolahnya,
Muti “Baik , Bu. (sambal merapikan sepatunya)
Bu Heni Biarkan saja teman-teman atau di sekelilingmu menghina bahwa kamu
tak akan sukses( melanjutkan nasihatnya)
Muti “Iya, Bu
Bu Heni “Kamu harus bisa membuktikan pada mereka, kamu pun bisa menjadi
orang hebat(Bu Heni memberikan semangat)
Muti “Iya Bu, Muti akan belajar dengan sungguh-sungguh dan Muti ingin
sekali membuat Ibu bangga, Muti akan berusaha mewujudkan impian
Muti( Muti bersemangat)
Bu Heni “Itu harus nak, kamu tak akan mungkin kan membiarkan impian-
impianmu berlalu begitu saja, kamu harus berjuang untuk menjadi
penulis terkenal seperti apa yang kamu cita-citakan.”
Muti (diam mendengarkan nasihat ibunya)
Bu Heni “Ingat! tidak ada yang tidak mungkin jika kamu mau berusaha” Ibu
Heni menasihati.
Muti “Iya Bu, terima kasih untuk semua nasihat dan bimbingan Ibu. Ya
sudah Muti berangkat ya Bu?”(pamit Muti) cium tangan
Bu Heni “Iya nak hati-hati.”( Muti pun bergegas berangkat ke sekolah dengan
bersemangat. } mereka saling melambaikan tangan

ADEGAN 3 {3 menit}

Latar Pelaku Kontens


Halama Muti Memandang “Pengumuman bahwa akan diadakan Lomba Karya
n Cipta Cerpen tingkat Kabupaten”
sekolah/ “Wah, hadiahnya 1 juta, cukup besar sekali kalau aku bisa
mading memenangkannya, lumayan untuk meringankan beban Ibu. (Muti
bergumam)
Mila “Kau harus ikut, Muti, kamu kan jagonya menulis cerpen
Muti “Saya harus ikut
Mila “Abaikan kata-kata yang sering mengejek dan mengecilkan semangat
Muti “ Muti, anak buruh cuci yang bermimpi jadi penulis terkenal, pantang
menyerah” ( tersenyum dan berusaha merangkul Mila)
Mila “Begitu , dong.
Muti “Saya bisa buktikan saya ,bisa memenangkan perlombaan ini dengan
usaha dan kerja keras juga doa Ibu saya.”
Bu Ina (menghampiri smbil bertepuk tangan)“Bagus…, Kamu memang anak
sangat ibu banggakan, selalu bersemangat , pantang menyerah, dan
sabar.
Mila/Muti (memberi salam corona) maaf, bu, kami ….
Bu Ina Tunggu apa lagi Ayo cepat kalian mendaftar.
Mila/Muti Ya Bu. Assalamualaikum
Bu Ina Waalaikum salam

ADEGAN 4 {3 menit}

Latar Pelaku Kontens


Rumah Muti “Ibu..” panggil Muti.
Bu Heni “Iya nak” jawab Ibu.
Ini pakaian siapa bu. Banyak sekali. Muti bantu ya.
Tidak usah nak, bentar lagi juga kelar. Ini punya Bu Broto.
Muti Oh, ya “Bu di sekolah ada lomba Karya Cipta Cerpen tingkat kabupaten
dan Muti mengikutinya.” (ungkap Muti dengan bahagia)
Bu Heni “Wah bagus dong nak, kamu harus tingkatkan kemampuanmu dalam
menulis berbagai cerita.”( Bu Heni memberikan semangat)
Muti “Iya Bu, Muti akan selalu berusaha
Bu Heni “Bagus, itu”
Muti “Tapi bu kata Tiara teman sekelas Muti, Muti gak akan menang, karena
Muti hanya orang miskin yang tak berhak berprestasi.” (keluh Muti)
Bu Heni “Sudahlah nak tak usah didengarkan. Dia hanya tak ingin melihat kamu
berhasil! Kamu jangan mengeluh harusnya kamu semakin terpacu
untuk bisa memenangkan lomba itu, ya nak?” (Bu Heni memberikan
semangat lagi.)
Muti “Iya Bu, demi Ibu, Muti akan berjuang” (Sambil memeluk Ibunya)
kemudian Muti meninggalkan Ibunya sendirian.
Sepeninggalan Muti, bu Heni batuk-batuk namun berusaha agar suara
batuknya tak terdengar oleh Muti. Dia terkejut karena ketika batuk dan
ditutupi saputangan tampak ada bercak darah.
(monolog)
“Tidak. Muti tidak boleh tahu bahwa sesungguhnya Ibunya sedang
sakit” aku tidak boleh terlihat lemah. Biarlah muti menganggap ibunya
adalah sosok yang tegar walaupun sesungguhnya sekarang sedang
lemah karena penyakit. Anakku harus tetap sekolah dan mencapai cita-
citanya walau untuk makan sehari-hari saja aku harus mengandalkan
jadi buruh cuci dan setrika.

SEGMEN TIGA

ADEGAN 5 { 10 Menit }

Latar Pelaku Kontens


Rumah Bu Heni Berdoa setelah salat.
Monolog.
“Ya, Allah. Hari ini anakku Muti sedang mengikuti lomba.
Mudahkanlah anakku dalam lomba tersebut sehingga apa yang
menjadi harapannya dapat terwujud”.
“ringankan langkah kakinya sehingga mampu terus maju untuk
mencapai cita-citannya”.
Ya rahman Ya Rohim.
“kalau ada kesulitan, biarlah kesulitan itu hambamu yang
menanggung jangan kau timpakan pada anakku’.
“kalau ada kegelapan biarlah hambamu ini yang menerima, jangan
kegelapan itu tertimpa pada anakku”.
“ya Allah, limpahkanlah selalu keselamatan pada anakku. Kuatkan
dan sembuhkan penyakit hambamu ini sehingga aku dapat lebih
lama mendampingi anakku. Aamiin….Aamiin… Aamiin Ya Robal
Alamin.
Muti Assalamualikum..? terdengar lantang dan gembira.
Bu Heni Waalaikumsalam … sebentar nak. Menuju ke pintu lalu membukanya
Muti (begitu dibuka muti langsung memeluk ibunya)
Bu…. Muti Juara bu. Muti juara satu
Bu Heni Alhamdulillah…. Selamat ya nak. Ibu bahagia sekali mendengarnya.
Muti Terima kasih bu. Ini juga berkat doa dan dorongan ibu
Bu Heni Ayo sana ganti baju lalu makan. Sudah Ibu siapkan makanan
kesukaan kamu. (terbatuk-batuk)
Muti Ibu sakit? (sambil membimbing Ibunya duduk di kursi)
Bu Heni Tidak nak, ibu tidak apa-apa (batuknya semakin menjadi-jadi)
Muti Kita ke dokter ya bu?
Bu Heni Tidak usah nak, sebentar lagi juga sembuh.
Bu Heni (tampak semakin lemah dan akhirnya pingsan)
Muti Bu….! Ibu….! (sambil mencoba untuk menyadarkan Ibunya)

ADEGAN 6

Latar Pelaku Kontens


Kamar Bu Heni (Membuka mata perlahan) Ibu dimana ini?
perawatan Muti (sambil menggenggam tangan ibunya)
Alhamdulillah akhirnya Ibu sadar juga.
Maafkan Muti ya bu?
Bu Heni Kok minta maaf. Malah Ibu yang seharusnya minta maaf karena
merepotkan kamu nak!.
Muti Tidak Bu. Muti minta maaf. Karena selama ini ternyata Muti tidak
tahu bahwa ibu sakit.
Bu Heni Sakit biasa nak. Tidak usah dibesar-besarkan
Muti Ibu jangan membohongi Muti lagi. Dokter sudah cerita semuanya.
Ibu sakit karena awalnya ibu kurang istirahat dan kurang makan.
Akibatnya paru-paru Ibu bermasalah.
Bu Heni Sudahlah nak, yang penting kamu sehat. Dan yang Ibu lakukan pasti
dilakukan juga oleh ibu-ibu lainnya.
Muti Tapi, Ibu harus janji jangan melarang muti lagi kalau membantu Ibu.
Bu Heni Baiklah nak (berpelukan)

PENUTUP

Doa Ibu memang tiada tandingannya, perjuangan untuk membuat kita bahagia pun tak akan
pernah berhenti. Dia rela melakukan apapun untuk membuat kita tersenyum.

. Ibu, sosokmu begitu sempurna untuk digambarkan. Beribu kata pujian terucap pun terasa
belum cukup menggambarkan kesempurnaanmu Ibu, kau bagai malaikat tanpa sayap yang
diciptakan Tuhan ke bumi ini untuk membawa kedamaian.

Anda mungkin juga menyukai