Anda di halaman 1dari 8

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MASUK KELAS

MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN


TEKNIK ASOSIASI BEBAS PADA SISWA KELAS 9B MTs SABILIL MUTTAQIEN

Sarnyoto
MTs Sabilil Muttaqien Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia
sarnyotoabdul@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam masuk kelas,
hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa siswa kelas 9E MTs Sabilil Muttaqien masih
terlambat masuk kelas terutama saat jam pelajaran setelah istirahat, alasannya bermacam-
macam dari mulai terlalu lama jajan di warung hingga ketiduran di asrama. Dalam kaitannya
dengan masalah tersebut, perlu diberikan layanan yang bisa mengakomodir kepentingan
sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama seperti layanan konseling kelompok. Melalui
kegiatan kelompok masing-masing individu dapat mengembangkan sikap tenggang rasa dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dalam pelaksanaan konseling kelompok sering
terjadi suasana kaku, yang menghambat pencapaian tujuan, sehingga perlu diciptakan suasana
yang menyenangkan, hangat, nyaman, kondusif, maka diberikannya teknik asosiasi bebas
sehingga hambatan-hambatan dalam pelaksanaan konseling kelompok bisa diminimalisir,
yang pada akhirnya dapat membantu proses pencapaian tujuan pembelajaran. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas dengan konseli sebanyak 10 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konseli lebih terbuka, lebih nyaman mengungkapkan perasaannya
terkait pembelajaran, semakin termotivasi untuk meningkatkan belajarnya setelah mendapat
layanan konseling ini.

Kata Kunci : Kedisiplinan, Konseling Kelompok

ABSTRACT
This study aims to improve student discipline in entering class, the results of observations
show that some 9E grade students of MTs Sabilil Muttaqien are still late for class, especially
during class hours after the break, the reasons vary from eating too long at the stall to falling
asleep in the dormitory. In relation to this problem, it is necessary to provide services that
can accommodate the interests of a number of students together, such as group counseling
services. Through group activities, each individual can develop an attitude of tolerance and
improve communication skills. In the implementation of group counseling there is often a
rigid atmosphere, which hinders the achievement of goals, so it is necessary to create a
pleasant, warm, comfortable, conducive atmosphere, so free association techniques are given
so that obstacles in the implementation of group counseling can be minimized, which in turn
can help the process of achieving learning objectives. This research is a classroom action
research with 10 counselees. The results showed that the counselee was more open, more
comfortable expressing his feelings regarding learning, the more motivated he was to
improve his learning after receiving this counseling service.

Keywords: Discipline, Group Counseling

PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, efektif, ideal dan berdaya guna adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif
dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, serta bidang bimbingan dan

1
konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administrasi dan instruksional
dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan peserta
didik yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan
atau kematangan dalam aspek kepribadian. Salah satu faktor pendukung keberhasilan visi
dan misi sekolah adalah kedisiplinan seluruh warga sekolah termasuk para siswa.
Kedisiplinan adalah sikap taat dan patuh terhadap suatu peraturan yang berlaku. Kedisiplinan
dituntut untuk dilaksanakan/diterapkan di semua lingkungan, yaitu lingkungan keluarga,
masyarakat dan sekolah. Banyak pelanggaran kedisiplinan yang masih terjadi di sekolah.
Salah satunya adalah kedisiplinan siswa yang masih kurang dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar pada jam pertama di sekolah.
Kedispilinan atau Disiplin adalah patuh terhadap perintah dan aturan di mana individu
dapat mengembangkan kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri sebagai salah satu ciri
kedewasaan individu. Kedisiplinan merupakan salah satu faktor penunjang dalam
meningkatkan mutu pendidikan/sekolah. Disiplin adalah ketaatan/kepatuhan pada peraturan,
Dalam penerapan disiplin perlu dibuat peraturan dan tata tertib yang benar-benar realistis
menuju suatu titik yaitu kualitas. Dalam dunia pendidikan disiplin merupakan salah satu
kunci bagi keberhasilan tujuan-tujuan yang hendak diwujudkan . Disiplin dalam hal ini
adalah disiplin diri dari para siswa terhadap peraturan dan waktu. Disiplin diri adalah sikap
patuh kepada waktu dan peraturan yang ada. Dengan disiplin waktu dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar, siswa akan belajar mempunyai tanggung jawab terhadap aturan
yang ada. Suatu peraturan yang dilaksanakan dengan baik akan membuat seseorang hidup
disiplin.
Menurut Depdiknas (http://www.diknas.info.2011, 7 April 2011), dengan hidup
secara disiplin maka individu/seseorang akan dapat meraih tujuan dalam hidupnya dengan
sukses. Dengan demikian, pelaksanaan program sekolah dalam pencapaian visi dan misinya
untuk mewujudkan mutu lulusan yang mempunyai kompetensi sesuai standar nasional
pendidikan akan bisa tercapai apabila didukung dengan kualitas proses pembelajaran yang
baik dan semua komponen sekolah yang mempunyai komitmen terhadap kedisiplinan.
Menurut Abu Ahmadi (1991:108) masalah-masalah pribadi dalam lingkungan sekolah
umumnya bersumber dari dalam masalah individu yang berhadapan dengan situasi
lingkungan sekitarnya. Peserta didik sekolah menengah khususnya kerap sekali menghadapi
masalah pribadi, mereka dalam masa pubertas dengan adanya perubahan-perubahan pesat
dalam aspek psikis, psikologis dan sosialogis yang mereka hadapi.
Dalam kaitanya dengan masalah-masalah diatas, perlu diberikan layanan yang bisa
mengakomodir kepentingan sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama seperti layanan
konseling kelompok, karena layanan dengan pendekatan kelompok dapat memberikan
kesempatan pada masing-masing anggota kelompok untuk memanfaatkan berbagai informasi,
tanggapan dan reaksi timbal balik dalam menyelesaikan masalah, disamping itu melalui
kegiatan kelompok masing-masing individu dapat mengembangkan sikap tenggang rasa,
ketrampilan berkomunikasi, pengendalian ego yang pada akhirnya masing-masing individu
dapat menyumbang peran baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan
masalah.
Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang
pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar dan perencanaan karir, melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (Sofyan
Willis, 2004:14). Dalam suatu konseling selalu terjadi komunikasi atau interaksi antara
konselor dan konseli. Konseling merupakan upaya individu melalui interaksi yang bersifat
pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya,
mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya

2
sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya. Melalui interaksi yang terjalin
dalam konseling inilah terjadi suatu proses pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang
lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman
terhadap faktafakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Prayitno (1997:84) mengartikan konseling kelompok adalah sebagai Konseling yang
diselenggarakan dalam kelompok dengan memanfaatkankan dinamika kelompok yang terjadi
di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang
muncul di dalam kelompok itu yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang
bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier).
Lebih jauh dengan layanan konseling kelompok, siswa dapat diajak untuk
mengemukakan masalah untuk bersama-sama membahas dalam kelompok untuk
mengentaskannya, serta dapat mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang bermakna dalam
kelompok tersebut dengan demikian, selain dapat menumbuhkan hubungan yang baik antara
anggota kelompok kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai kondisi
dan situasi lingkungan, dapat juga mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai
hal-hal yang di inginkan sebagaimana yang terungkap dalam kelompok.
Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa,
khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui konseling kelompok hal-hal yang dapat
menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan
didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi
siswa berkembang secara optimal. Konseling kelompok pada umumnya dilakukan melalui
empat tahap, yaitu tahap Pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan, kegiatan
dan tahap pengakhiran ( Prayitno, 1995: 40).
Selanjutnya, dalam pelaksanaan konseling kelompok sering terjadi suasana kaku,
menakutkan, tegang, salah tingkah, grogi, atau terjadi kemacetan komunikasi, dimana
konseli maupun konselor tidak tahu harus berbicara apa, hal ini menghambat pencapaian
tujuan dalam konseling kelompok, sehingga perlu diciptakan suasana yang menyenangkan,
hangat, nyaman, kondusif, tidak kaku dan tidak menakutkan, dengan memberikan game
edukasi yang menarik dan bisa menghidupkan dinamika kelompok sehingga siswa merasa
tertarik mengikuti kegiatan konseling kelompok yang pada akhirnya tujuan konseling
kelompok bisa di capai.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu upaya untuk menciptakan suasana menyenangkan
dalam konseling kelompok dengan teknik asosiasi bebas sehingga hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan konseling kelompok bisa diminimalisir, yang pada akhirnya dapat membantu proses
pencapaian tujuan pembelajaran. Teknik asosiasi bebas merupakan teknik utama dalam konseling
psikoanalitik. Sasaran yang hendak dicapai adalah membuka pintu-pintu untuk
mengungkapkan keinginan yang tidak disarai, fantasi, konflik, dan motivasi-motivasi, untuk
mengungkap pengalaman-pengalaman di masa lalu, untuk melepaskan perasaan-perasaan yang
selama ini mengalami pemblokiran.
Prosedurnya, klien didorong untuk mengatakan apa saja yang muncul dalam pikirannya,
seberapapun menyakitkan, tampak bodoh, sepele, tidak logis, ataupun tampak tidak relevan.
Teknik asosiasi bebas dilakukan setelah wawancara pendahuluan oleh konselor. Setelah itu
klien diberi sebuah kata dan diminta oleh terapis untuk menjawab dengan kata pertama yang
muncul di dalam pikiran. Peranan konselor pada teknik ini bersifat pasif. Terapis duduk dan
mendengarkan, kadang-kadang mendorong klien dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
bila klien kehabisan kata-kata. Ketika sedang asosiasi bebas, konselor tidak melakukan bila
klien sedang berbicara. Dengan melaporkan segala sesuatu tanpa ada yang disembunyikan,
klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Untuk meminimalisasikan pengaruh
gangguan dari luar, klien diminta untuk berbaring di atas dipan/tempat tidur dalam ruangan
yang tenang. Posisi konselor duduk berada di belakang klien agar tidak mengalihkan perhatian

3
klien ketika berbicara, yakni pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir dengan jelas.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian
adalah siswi kelas 9B MTs Sabilil Muttaqien Pangandaran sebanyak 20 orang dengan
sampel sebanyak 10 orang yang memiliki masalah kurangnya kedisiplinan dalam masuk
kelas. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari atas
empat tahapan yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, kuisioner,
wawancara konseling, dan hasil dari Teknik asosiasi bebas.
Teknik analisis data yang digunakan adalah ini analisis data menggunakan analisis
“Interactive model” yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman dalam Zainal Akib
(2006:108) dengan langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Pengumpulan data (Data Collection)
2) Reduksi data (Data Reduction)
3) Memaparkan/ menafsirkan data (Data Display)
4) Pengambilan Kesimpulan (Conclutions drawing verivication).Selanjutnya teknik
penyajian dalam bentuk deskriftif kualitatif, artinya Peneliti mendiskripsikan data yang
diperoleh untuk kemudian mengambil kesimpulan.

HASIL PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan yaitu mengenai kedisiplinan siswa dalam
masuk kelas. Setelah tahap pembukaan dan mencairkan suasana kelas, peneliti memulai
dengan teknik asosiasi bebas. Siswa diminta untuk mengungkapkan segala unek-unek dan
perasaannya terkait frekuensi keterlambatan masuk kelas serta alasan yang membuat terlambat
masuk kelas. Selama proses asosiasi bebas, teman yang lain diperkenankan untuk menanggapi
dan ada juga yang memberi solusi. Selain itu, siswa juga diminta menuliskan ungkapan alasan
terlambat masuk kelasnya serta komitmen untuk kedepannya dalam kertas plano.
Siswa juga diberikan quisioner, lembar kerja evaluasi serta lembar refleksi untuk diisi.
Data siswa dari hasil konseling kelompok
Inisial Konseli Alasan Terlambat

YIR Nyuci baju, piket asrama, piket dapur tidak tepat


waktu

RRA Berusaha semaksimal mungkin tidak terlambat


untuk menghormati guru

AFMG Jajan dulu

KRR Menunggu teman jajan

RK Jajan dulu

DAW Berusaha semaksimal mungkin tidak terlambat


untuk menghormati guru

DN Piket asrama tidak tepat waktu dan jajan dulu

4
AH Ketiduran di kamar

MK Ketiduran di kamar

AF Piket asrama tidak tepat waktu

Berdasarkan hasil konseling kelompok selanjunya konselor melakukan penelitian tindakan


kelas, yang hasilnya dapat di lapokan sebagai berikut:
Siklus I
1. Perencanaan
a. Membuat kesepakatan dan komitmen dengan konseli
b. Menentukan jadwal konseling kelompok
c. Menyiapkan lembar observasi
d. Menyiapkan lembar evaluasi
e. Menyiapkan instrument untuk game

2. Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan konseling kelompok siklus 1 tanggal 13 November 2021


a. Tahap pembentukan (pengakraban dan penyampaian tujuan konseling kelompok) di
selingi game
b. Tahap pelaksanaan kegiatan (pembahasan masalah motivasi belajar menggunakan
teknik asosiasi bebas, konseli diminta untuk mengungkapkan segala yang ada dalam
hatinya terkait keterlambatannya dalam masuk kelas selama ini serta rekan yang lain
boleh menanggapi atau sekedar memberi motivasi dan saran)
c. Tahap pengakhiran berupa evaluasi dan kesimpulan di selingi dengan game
3. Pengamatan / Observasi

Adapun hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut :


Hasil Observasi Proses Konseling Kelompok
Indikator
NO Aspek Yang di Observasi Ya Tida Keterangan
1) Saling mengungkapkan masalah V k- Masih ada siswa
2) Saling Perhatian V - yang pasif
3) Saling memberi tanggapan V -
4) Komunikatif V - Suasana
5) Saling Menghargai V - akrab,hangat dan
6) Hangat, Akrab dan nyaman V - menyenangkan
7) Kerjasama kelompok V - tercipta
8) Memberikan solusi V - terutama saat ada
9) Mengambil kesimpulan V - game
10) Membuat rencana V -

4. Refleksi

a. Dalam pelaksanaan konseling kelompok siklus 1 masih dijumpai konseli yang kuang
komunikatif, malu-malu dan bicara sangat pelan.
b. Konselor masih mendominasi pembicaraan
c. Pemberian game bisa menimbulkan suasana hangat,akrab & menyenangkan.
B. Pembahasan

5
1. Pengumpulan Data (Data Collection) dan Reduksi Data
Setelah dilakukan tindakan siklus I maka dari hasil yang diperoleh data sebagai berikut :

Pernyataan
Konsel Frekuensi Solusi agar Efektivitias
i ke- Alasan terlambat tidak Layanan
terlambatan terlambat Konseling
Nyuci baju, piket Mengatur
YIR Jarang asrama, piket dapur waktu lebih Efektif
tidak tepat waktu baik lagi
Berusaha
semaksimal
Berusaha semaksimal mungkin tidak
RRA Tidak pernah mungkin tidak terlambat terlambat Efektif
untuk menghormati guru untuk
menghormati
guru
Lebih
semangat
Sangat
AFMG Sering Jajan dulu belajarnya dan
Efektif
jajan lebih
awal
Tidak usah
saling
menunggu
KRR Jarang Menunggu teman jajan terlalu lama Efektif
kalua sudah
waktunya
masuk
Tergantung Harus ingat Cukup
RK Jajan dulu
Pelajarannya waktu Efektif
Berusaha
semaksimal
Berusaha semaksimal mungkin tidak
Sangat
DAW Tidak pernah mungkin tidak terlambat terlambat
Efektif
untuk menghormati guru untuk
menghormati
guru
Mengatur
Piket asrama tidak tepat
DN Jarang waktu lebih Efektif
waktu
baik
Mengatur
AH Jarang Ketiduran di kamar waktu lebih Efektif
baik
Tidak tidur di Sangat
MK Sering Ketiduran di kamar
jam sekolah Efektif
AF Jarang Piket asrama tidak tepat Mengatur Efektif

6
waktu lebih
baik dan lebih
waktu
semangat
belajar

2. Penafsiran Data (Data Display)


Dari data-data diatas yang di peroleh melalui kuesioner, wawancara, dapat di tafsirkan sebagai berikut
:

a. Dari aspek frekuensi keterlambatan, konseli masih banyak yang terlambat masuk kelas,
hanya 2 orang diantara 8 orang yang tidak pernah terlambat
b. Alasan konseli terlambat diantaranya karena terlalu lama jajan di warung, nyuci baju dulu di
asrama, ketiduran di asrama dan piket asrama tidak pada waktunya sehingga mengganggu jam
KBM
c. Konseli diminta untuk mencari solusi atas keterlambatannya dan mereka berkomimen akan
berusaha lebih mampu mengatur waktu lebih baik lagi agar bisa piket dan melakukan kegiatan
pribadi tepat waktu, tidak jajan terlalu lama dan lebih semangat lagi belajar.
d. Konseli (siswa) memiliki perasaan yang positif terhadap pelaksanaan konseling kelompok di
buktikan semua siswa merasa yakin bahwa konseling kelompok bisa membantu memecahkan
masalah, di samping itu mereka juga merasakan suasana yang menyenangkan karena adanya
game dalam konseling kelompok.

3. Pengambilan Kesimpulan (Conclutions drawing verivication).


Dari penelitian yang dilakukan dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Siswa (konseli) menyadari keterlambatannya masuk kelas adalah hal yang kurang baik dan
akan lebih disiplin lagi

b. Siswa merasa senang dengan adanya game dalam konseling kelompok karena bisa
membantu menciptakan suasana hangat, akrab dan menyenangkan selama proses
konseling sehingga membantu melancarkan proses pemecahan masalah yang di bahas
dalam konseling tersebut.
c. Siswa berkomitmen akan belajar lebih giat lagi dan meningkatkan semangat
belajarnya.

SIMPULAN DAN SARAN


Masalah siswa yang berhubungan dengan kegiatan belajarnya sangat banyak. Faktor
keterlambatan masuk kelas dan kurangnya disiplin juga mempengaruhi proses pembelajaran
dan keberhasilan belajar itu sendiri.
Untuk itu perlu di berikan layanan yang bisa mengakomodir pemecahan masalah
siswa dengan cara yang efektif seperti konseling kelompok, karena dengan konseling
kelompok bisa membahas sejumlah masalah dengan sejumlah siswa sekaligus. Teknik
asosiasi bebas membantu konseli untuk mengungkap maslah yang sedang dirasakannya.
Namun dalam proses konseling kelompok sering ditemui suasana kaku, nervous, tertutup,
malu-malu sehingga untuk menghilangkan hambatan-hambatan itu dalam proses konseling
kelompok perlu di selingi dengan game.
Dari hasil penelitian, konseling kelompok yang dikombinasikan dengan game sikap
terbuka dari konselor bisa membantu menciptakan suasana hangat,akrab menyenangkan
sehingga pembahasan masalah bisa lebih terbuka yang pada akhirnya antar anggota
kelompok bisa menyimpulkan langkah-langkah pemecahan masalah.

7
B. Saran
1. Sekolah yang berhasil bukan sekolah yang bisa menghasilkan siswa dengan nilai ujian
nasional tinggi tetapi siswa yang punya kepribadian terpuji , maka sekolah atau lembaga
pendidikan jangan hanya memperhatikan masalah peningkatkan kemampuan akademik
saja tetapi harus berfikir lebih global yaitu memperhatikan perkembangan kepribadian
siswa.
2. Masalah perkembangan kepribadian siswa di sekolah banyak di berikan melalui layanan
bimbingan konseling, sehingga sekolah hendaknya bisa memberi perhatian, sarana dan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada Guru Pembimbing untuk menyelenggarakan
kegiatan Bimbingan Konseling melalui berbagai jenis layanan seperti layanan konseling
kelompok.
3. Dalam memberikan layanan bimbingan konseling hendaknya guru bisa memberikan
layanan yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan seperti mengkombinasikan
berbagai game dalam layanan Bimbingan konseling.

DAFTAR PUSTAKA
Utomo, Nurbowo Budi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas : Penggunaan Game Edukasi
untuk Menciptakan Suasana Menyenangkan dalam Konseling Kelompok pada Siswa
Kelas IX-1 Tahun 2009. Yogyakarta.
Fitri, Egy Novita dan Marjohan. 2016. Manfaat Layanan Konseling Kelompok dalam
Menyelesaikan Masalah Pribadi Siswa. Universitas Negeri Padang: Jurnal Educatio,
Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET) Volume 2 Nomor
2, 2016, Hlm 19-24
Wadi, Hamzan. 2016. Hubungan Kedisiplinan Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar pada
Mata Pelajaran Teknik Las Dasar Di Smk Muhammadiyah 1 Padang. Universitas
Negeri Padang: Skripsi.
Masruroh, Siti. 2012. Upaya Peningkatan Kedisiplinan Masuk Kegiatan Belajar Mengajar
Melalui Layanan Konseling Individu Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 4 Surakarta
Semester Satu Tahun 2011/2012. Surakarta: Artikel Jurnal
Slamet, Nasrina Nurfahmi. 2016. Layanan Konseling Kelompok dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Siswa Smk Negeri 1 Depok Sleman. Yogyakarta: Jurnal Hisbah, Vol. 13,
No. 1 Desember.
Tim Pengembang Modul Pembelajaran PKB Guru Madrasah Aliyah. 2020. Modul
Pembelajaran Bimbingan dan Konseling Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling. Jakarta
Tim Pengembang Modul Pembelajaran PKB Guru Madrasah Aliyah. 2020. Modul
Pembelajaran Bimbingan dan Konseling Penelitian dalam Bimbingan dan Konseling.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai