PENDAHULUAN
(2)
(3)
(4)
(5)
Masalah belajar
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang
berkaitan dengan Layanan Bimbingan Konseling di SD, antara lain :
1. Bagaimana kebutuhan dasar Bimbingan Konseling di SD?
BAB III
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Pengertian bimbingan
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya
individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Pengertian konseling
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya
dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk
dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan
datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Pengertian bimbingan dan konseling
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secaraperorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang
secara optimal,dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan
sosial, kemampuan belajar,dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung,berdasarkan norma-norma yang berlaku.
informasi
dan
pendidikan lanjutan.
Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperolehpenempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok
belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra
kurikuler.
Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai
kontentertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam
kehidupan disekolah, keluarga, dan masyarakat.
Bimbingan dan Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta
didikdalam mengentaskan masalah pribadinya.
Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik
dalampengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/jabatan,dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu
melalui dinamikakelompok.
Bimbingan dan Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta
didik dalampembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika
kelompok.
Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain
dalammemperoleh
perlu
C. PROGRAM PELAYANAN
Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling
meliputi seluruhkegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di
sekolah/madrasah.
Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling
meliputiseluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran
program tahunan.
Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling
meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program
semesteran.
Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling
meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran
program bulanan.
Program Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang
dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian
merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan
(SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) Bimbingan dan
Konseling.
D. FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Menurut Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan
dan konseling, yaitu:
Fungsi penyaluran (distributif)
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan
siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di
sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah lanjutan/sambungan
ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri
kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk
memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan
anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
Fungsi penyesuaian (adjustif)
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk
memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik
bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga
membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
Fungsi adaptasi (adaptif)
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah
khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri
khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing
menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta
kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk
merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa
memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita,
kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)
sebagai
pedoman
pelaksanaan
sesuatu
yang
dimaksudkan
aspek
kepribadian
seseorang.
Prinsip
bimbingan
adalah
BAB III
PEMBAHASAN
diantaranya adalah kurikulum yang tidak sesuai, persaingan yang tidak sehat
sesama murid, guru kurang memahami perbedaan-perbedaan individu murid,
pelaksanaan administrasi sekolah yang tidak teratur, dan kepribadian guru
serta cara-cara pengelolaan kelas yang kurang mantap.
B. PERAN
GURU
KELAS
DALAM
PELAYANAN
BIMBINGAN
KONSELING SD
Implementasi kegiatan Bimbingan Konseling dalam pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan sangat menentukan keberhasilan proses belajarmengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas (bagi sekolah tanpa guru
bimbingan) dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan Konseling sangat penting
dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Menurut Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru
dalam kegiatan Bimbingan Konseling, yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik
maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi
dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
akademis).
Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan
sekolah.
Proses cura personalis di sekolah dapat dimulai dengan menegaskan pemilahan
peran yang saling berkomplemen. Bimbingan konseling dengan para konselornya
disandingkan dengan bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan
dihadirkan untuk mengambil peran disipliner dan hal-hal yang berkait dengan
ketertiban serta penegakan tata tertib. Siswa, berkelahi, pakaian tidak tertib,
bukan lagi konselor yang menegur dan memberi sanksi. Reward dan punishment,
pujian dan hukuman adalah dua hal yang mesti ada bersama-sama. Pemilahan
peran demikian memungkinkan Bimbingan Konseling optimal dalam banyak hal
yang bersifat reward atau peneguhan. Jika tidak demikian, BK lebih mudah
terjebak dalam tindakan hukum-menghukum.
Mendesak untuk diwujudkan, prinsip keseimbangan dalam pendampingan orangorang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Orang-orang muda di
sekolah dasar lazimnya dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala
sumpah-serapah kemarahan jika membuat kekeliruan. Betapa ketimpangan ini
membentuk pribadi-pribadi yang memiliki gambaran diri negatif belaka. Jika
seluruh komponen kependidikan di sekolah bertindak sebagai yang menghakimi
Padahal,
betapa
pendampingan
pribadi
menuntut
proses
semua itu, butuh perubahan paradigma para kepala sekolah menengah dan semua
pihak yang terlibat didalam proses kependidikan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kebutuhan dasar Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar antara lain :
Membantu murid mewujudkan tugas-tugas perkembangannya.
Membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar siswa.
Mengatasi pengaruh kondisi rumah tangga yang kurang menguntungkan.
Mengatasi pengaruh kondisi sekolah yang tidak sehat.
2. Peran guru kelas dalam pelayanan Bimbingan Konseling di SD antara lain
sebagai Informator, Organisator, Motivator, Director, Inisiator, Transmitter,
Fasilitator, Mediator dan Evaluator.
3. Masalah yang ada pada pelayanan Bimbingan Konseling di SD meliputi
berbagai aspek, diantaranya :
Aspek tempat dan kenyamanan
Tempat dan kenyamanan ruangan konseling seringkali tidak diperhatikan.
Aspek administrasi
Seringkali guru konsultasi dianggap melakukan gaji buta.
Aspek persepsi anak-anak
Persepsi anak-anak terhadap layanan Bimbingan dan Konseling seringkali
menganggap bahwa yang dilayani adalah anak-anak yang bermasalah
dalam artian nakal.
B. SARAN
Dari pembahasan makalah ini, dapat disarankan :
1. Sebaiknya layanan Bimbingan Konseling diberikan kepada anak-anak sejak
dini.
2. Memberikan tempat yang layak untuk melakukan layanan Bimbingan
Konseling di Sekolah Dasar.
3. Memberikan layanan Bimbingan Konseling sesuai dengan jenjang pendidikan
pada Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA