ORIENTASI PELAKSANAAN BK
Disusun Oleh:
EKSIRA ANTARI
NIM. 1910201045
Dosen Pembimbing :
RINA HARTUTI, M.Pd
Orientasi bimbingan dan konseling adalah pemberian bantuan kepada individu secara
berkelanjutan dan sistematis, yang dilakuakan oleh seorang ahli yang telah mendapat
latihan khusus untuk itu dengan memusatkan perhatian atau pandangan akan sesuatu
yang baru dengan cara yang tepat dan benar agar individu tersebut kedepannya dapat
melanjutkan/menjalani hidupnya ke arah yang lebih baik dan membawa kesejahteraan
serta kebahagiaan. Dalam makalah ini penulis membatasi penulisan pada pengertian
orientasi bimbingan dan konseling, macam-macam orientasi bimbingan dan konseling
serta dapat menyebutkan orientasi dalam bimbingan dan konseling.
1.4 Tujuan
PEMBAHASAN
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-
kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli
dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan
keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-
kebutuhan yang akan datang.
Demikian juga halnya ketika seseorang hendak atau menginginkan berada pada situasi
yang baru. Terlebih dahulu perlu memahami apa dan bagaimana keadaan atau situasi
baru yang akan dimasuki itu. Pengetahuan awal akan membawa oranmg itu datang dan
memasuki situasi yang dimaksudkan dengan cara yang tepat sehingga memberikan
dampak positif serta terhindar dari berbagai hambatan dan kesulitan atau masalah
tertentu.
Berbagai hal yang ada dilingkungannya selama ini ada, mungkin juga sebenarnya
masih baru bagi seseorang, belum diketahui atau dipahami keberadaannya, gunanya dan
kesempatan-kesempatan yang dikandungnya. Tanpa mengetahui apa, siapa, mengapa,
untuk apa, bagaimana, dimana, dan kemana arah sesuatu itu, seseorang tidak dapat
mengambil hikmah atau kemanfaatan dari sesuatu yang dimaksut itu. Demikian pula,
seseorang tidak dapat mengambil keputusan dan mempersiapkan diri ataupun
memberikan perlakuan tertentu terhadap sesuatu yang bagi dirinya baru, dan belum
dipahami itu.1
1
A.Hallen, Bimbingab dan Konseling,Hal 27-28
tersebut kedepannya dapat melanjutkan/menjalani hidupnya ke arah yang lebih baik dan
membawa kesejahteraan serta kebahagiaan.
a. Orientasi Perseorangan
2
Prayitno,dkk.1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 255
tentang diri klien (sangat mungkin menyentuh rahasia pribadi klien), tetapi juga
bersifat spesifik menuju kearah pemecahan masalah. 3
b. Orientasi Perkembangan
Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan
bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan
inheren individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.
Secara khusus, thompson dan rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari
sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan
mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk:
- Hambatan Egosentrisme, yaitu ketidak mampuan melihat kemungkinan lain
diluar apa yang dipahaminya.
- Hambatan Konsentrasi, yaitu ketidak mampuan untuk memusatkan perhatian
pada lebih dari suatu aspek tentang satu hal.
- Hambatan Reversibilitas, yaitu ketidak mampuan menelusuri alur yang terbalik
dari alur yang dipahami semula.
- Hambatan Transformasi, yaitu ketidak mampuan meletakkan sesuatu pada
susunan urutan yang ditetapkan.
c. Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering sering kali ternyata tidak
mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan
dan konseling , sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah
kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan
pastilah akan mengganggu tercapainya kebahagiaan itu.
4
Mugiarso, Heru.2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPTK MKK Universitas Negeri Semarang.
Halaman 123
pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami masalah
dapat terentaskan masalahnya.
Jenis masalah yang mungkin diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L.
Mooney (dalam prayitno 1987) mengidentifikasikan 330 masalah yang digolongkan
kedalam 11 kelompok masalah, yaitu kelompok masaah yang berkenaan dengan:
5
Prayitno,dkk.1994.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Rineka cipta. Halaman 260
Frekuensi di dalamnya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis
masalah barangkali lebih banyak dialami, sedangkan jenis-jenis masalah lain jarang
muncul.
a. Orientasi Perseorangan
Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut adalah
pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan
konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan
yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling
memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Perkembangan sendiri dapat diartika sebagai “perubahan yang progresif dan
kontinyu(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati”.
Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami
individu atau organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut
fisik (jasmaniah) maupun psikis.
Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan
bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan
inheren individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.
Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari
segenap layanan bimbingan dan konseling. Permasalahan yang dihadapi individu
harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua yang
mendorong konselor dan klien bekerja sama untuk menghilangkan penghalang itu
serta mempengaruhi lajunya perkembangan klien.
c. Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus,
banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan
konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah
kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan
pastilah akan mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan
perkembangan, yang sebagiannya adalah tujuan bimbingan dan konseling, itu dapat
tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin menimpa kehidupan dan
perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan terhadap timbulnya
hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam
pelayanan bimbingan dan konseling.
Orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan beberapa fungsi,
yaitu:
a) Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-
masalah yang mungkin membebani dirinya.
b) Fungsi pengentasan mengignginkan agar individu yang sudah terlanjur
mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya.
c) Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan
aspek lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada
diri klien, dan dapat pula bermanfaat di dalam upaya pengentasan masalah yang
terjadi.
d) Fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada terentaskannya masalah-masalah
tertentu. Dengan demikian konsep orientasi masalah terentang seluas daerah
beroperasinya fungsi-fungsi bimbingan, dan dengan demikian pula menyusupi
segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan
merumuskan program bimbungan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat
menghambat perkembangan siswa kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah
sosial, dan sebagainya dapat dihindari. Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat
diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini adalah layanan orientasi dan layanan
kegiatan kelompok.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Orientasi yang dimaksud dalam bimbingan dan konseling ialah pusat perhatian
atau titik berat pandang, dan yang menjadi titik berat pandang atau pusat perhatian
konseler terhadap klien adalah sebagai berikut:
3.2 Saran
Orientasi atau titik berat pandangan konselor dalam pelayanan bimbingan dan
konseling adalah perorangan atau individu. Setiap individu tentulah mempunyai
permasalahan yang berbeda beda antara satu orang dengan orang yang lain. Maka, para
konselor harus memahami dan mengatasi masalah sasaran layanan secara cermat. Karena
apabila terjadi suatu kesalahan sekecil apapun, dapat menimbulkan masalah untuk sasaran
layanan konseling itu sendiri maupun orang-orang yang ada disekitarnya. Sehingga, para
konselor diharapkan dapat betindak secara cerdas, profesional dan kreatif dalam
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling agar individu tersebut dapat menjalani
hidupnya lebih baik lagi, sejahtera dan bahagia.
DAFTAR PUSTAKA
Mugiarso, Heru.2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPTK MKK Universitas Negeri
Semarang.