Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ORIENTASI PELAKSANAAN BK

Disusun & Diajukan Untuk Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah :


BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun Oleh:

EKSIRA ANTARI
NIM. 1910201045

Dosen Pembimbing :
RINA HARTUTI, M.Pd

MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

TAHUN AKADEMIK 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, seiring dengan penyelenggaraan pendidikan, pada


umumnya peristiwa bimbingan setiap kali dapat terjadi. Bimbingan dapat membantu
individu untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan
pendiddikan dan atau pribadi yang mereka miliki dengan mengungkapkan fakta atau data
tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri masalah-
masalah yang dihadapi.
Dalam mengungkapakan fakta atau data tentang siswa dan memberi pengarahan
seorang konselor. Konselor, dalam hal ini adalah Guru BK, dalam menyelenggarakan
bimbingan dan konseling tentu akan berorientasi pada berbagai hal.
Orientasi yang dimaksud disini adalah titik berat pandangan yang dijadikan dasar
dalam melakukan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling
diselenggarakan terhadap sasaran layanan, baik dalam format individual maupun
kelompok. Yang sering menjadi pertanyaan ialah hal-hal apakah yang menjadi pusat
perhatian atau titik berat pandangan konselor dalam menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling itu? Hal ini yang menimbulkan konsep tentang orientasi
bimbingan dan konseling. Dalam makalah ini akan dibahas tiga macam orientasi yaitu
orientasi perseorangan, orientasi perkembangan dan orientasi permasalahan.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud orientasi dalam bimbingan dan konseling?


b. Apa saja macam-macam orientasi dalam bimbingan dan konseling?
c. Sebutkan orientasi dalam bimbingan konseling?

1.3 Batasan Masalah

Orientasi bimbingan dan konseling adalah pemberian bantuan kepada individu secara
berkelanjutan dan sistematis, yang dilakuakan oleh seorang ahli yang telah mendapat
latihan khusus untuk itu dengan memusatkan perhatian atau pandangan akan sesuatu
yang baru dengan cara yang tepat dan benar agar individu tersebut kedepannya dapat
melanjutkan/menjalani hidupnya ke arah yang lebih baik dan membawa kesejahteraan
serta kebahagiaan. Dalam makalah ini penulis membatasi penulisan pada pengertian
orientasi bimbingan dan konseling, macam-macam orientasi bimbingan dan konseling
serta dapat menyebutkan orientasi dalam bimbingan dan konseling.

1.4 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian orientasi dalam bimbingan dan konseling.


b. Untuk mengetahui macam-macam orientasi dalam bimbingan dan konseling.
c. Untuk dapat menyebutkan apa saja orientasi dalam bimbingan dan konseling.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Orientasi Dalam Bimbingan dan Konseling

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), orientasi memiliki pengertian


peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar
atau pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan. dapat
disimpulkan bahwa orientasi berarti tatapan kedepan dan tentang sesuatu yang baru. Hal
ini sangat penting berkenaan dengan kondisi yang ada, peristiwa yang terjadi dan
kesempatan yang terbuka tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja, tanpa makna dan
guna, melainkan perlu ditangkap, ditatap, dipahami, dimaknai disikapi, dan bahkan
diberikan perlakuan agar kondisi, peristiwa dan kesempatan ituberguna dan membawa
kesejahteraan dan kebahagiaan.

Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Sedangkan konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-
kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli
dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan
keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-
kebutuhan yang akan datang.

Setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari maupun dalam


perkembangannya, mengalami dan menghadapi berbagai hal. Memasuki lingkungan
baru, misalnya daerah baru, sekolah baru, kelas baru, lingkungan kerja baru, rumah baru,
dan sebagainya, merupakan peristiwa yang penting. Apa yang diketahui oleh orang yang
menghadapi suasana yang baru? Keakuratan dan kelengkapan pemahaman akan
menimbukan persepsi.sikap memadai yang mendorong ke arah penyesuaian diri secara
tepat.

Demikian juga halnya ketika seseorang hendak atau menginginkan berada pada situasi
yang baru. Terlebih dahulu perlu memahami apa dan bagaimana keadaan atau situasi
baru yang akan dimasuki itu. Pengetahuan awal akan membawa oranmg itu datang dan
memasuki situasi yang dimaksudkan dengan cara yang tepat sehingga memberikan
dampak positif serta terhindar dari berbagai hambatan dan kesulitan atau masalah
tertentu.

Berbagai hal yang ada dilingkungannya selama ini ada, mungkin juga sebenarnya
masih baru bagi seseorang, belum diketahui atau dipahami keberadaannya, gunanya dan
kesempatan-kesempatan yang dikandungnya. Tanpa mengetahui apa, siapa, mengapa,
untuk apa, bagaimana, dimana, dan kemana arah sesuatu itu, seseorang tidak dapat
mengambil hikmah atau kemanfaatan dari sesuatu yang dimaksut itu. Demikian pula,
seseorang tidak dapat mengambil keputusan dan mempersiapkan diri ataupun
memberikan perlakuan tertentu terhadap sesuatu yang bagi dirinya baru, dan belum
dipahami itu.1

Jadi dapat disimpulkan bawah orientasi bimbingan konseling adalah pemberian


bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakuakan oleh
seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu dengan memusatkan perhatian
atau pandangan akan sesuatu yang baru dengan cara yang tepat dan benar agar individu

1
A.Hallen, Bimbingab dan Konseling,Hal 27-28
tersebut kedepannya dapat melanjutkan/menjalani hidupnya ke arah yang lebih baik dan
membawa kesejahteraan serta kebahagiaan.

2.2 Macam-macam Orientasi dalam Bimbingan dan Konseling

Prayitno dan Amti dalam bukunya Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling


menyebutkan bahwa orientasi perseorangan, perkembangan dan permasalahan. Berikut
diuraikan ketiga orientasi tersebut.

a. Orientasi Perseorangan

 Makna Orientasi perseorangan

Orientasi perseorangan dalam bimbingan dan konseling adalah


menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada klien secara
individual. Satu persatu klien perlu mendapat perhatian. Berkenaan dengan isu
“kelompok” atau “individu”, konselor memilih individu sebagai titik berat
pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap
sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap individu
dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.2

Kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui


terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaan individu, apabila secara
individual para anggota kelompok itu dapat terpenuhi kepntingannya dan
merasa bahagia dapat diharapkan kepentingan kelompok pun akan terpenuhi
pula. Lebih lebih lagi, pelayanan bimbingan dan konseling yang berorientasi
individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun bertentangan dengan
nilai-nilai yang berkembang didalam kelompok sepanjang nilai-nilai itu sesuai
dengan norma-norma umum yang berlaku.

Dalam orientasi perseorangan ini berlangsung dalam suasana komunikasi


atau tatap muka secara langsung antara konselor dengan klien yang membahas
berbagai masalah yang dihadapi klien. Pembahasan masalah dalam konseling
perorangan bersifat holistik dan mendalam serta menyentuh hal-hal penting

2
Prayitno,dkk.1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 255
tentang diri klien (sangat mungkin menyentuh rahasia pribadi klien), tetapi juga
bersifat spesifik menuju kearah pemecahan masalah. 3

 Tujuan Orientasi perseorangan

Melalui orientasi perseorangan, klien akan memahami kondisi dirinya


sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan
dirinya, sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain orientasi
perseorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien.

Setiap individu dalam proses perkembangan/hidupnya pasti memiliki


masalah.yang berbeda adalah kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap
individu, artinya ada individu yang memiliki masalah yang kompleks dan ada
yang kurang kompleks. Pada dasarnya setiap individu mempunyai dorongan-
dorongan untuk memecahkan masalahnya, namun karena keterbatasannya
adakalany ia tidak selalu berhasil. Orientasi ini harus diarahkan dalam rangka
membantu individu menhadapai dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-
dorongan yang ada pada setiap individu tersebut.

 Isi Layanan Konseling berorientasi perseorangan

Masalah yang dibicarakan dalam konseling perseorangan tidak ditetapkan


oleh konselor, persoalan atau masalah sesungguhnya baru dapat diketahui
setelah dilakukan identifikasi melalui proses konseling. Setelah dilakukan
identifikasi baru ditetapkan masalah mana yang akan dibicarakan dan akan
dicarikan alternatif pemecahannya melalui proses konseling dengan berpegang
pada prinsip skala prioritas pemecahan masalah. Masalah yang akan di
bicarakan sebaiknya ditentukan oleh peserta layanan dengan mendapat
pertimbangan dari konselor.

Masalah-masalah yang bisa dijadikan layanan konseling perorangan


mencakup: (a) masalah-masalah yang berkenaan dengan bidang pengembangan
pribadi, (b) bidang pengembangan sosial, (c) bidang pengembangan pendidikan
3
Tohirin.2007.Bimbingan dan Konseling disekolah dan madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Halaman 164
atau kegiatan belajar, (d) bidang pengembangan karier, (e) bidang
pengembangan kehidupan berkeluarga, dan (f) bidang pengembangan
kehidupan bernegara.

b. Orientasi Perkembangan

Orientasi perkembangan dalam bidang bimbingan dan konseling menekankan


peran perkembangan yang terjadi pada saat ini dan yang akan terjadi pada diri
individu di masa yang akan datang. Menurut Myrick (dalam mayers, 1992)
perkembangaan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti
pelayanan bimbingan. Ivey dan Rigazio-digilio (dalam prayitno 1994 :
240)menekankan bahwa orientasi perkembangan merupakan ciri khas yang menjadi
inti gerakan bimbingan. Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, serta
menjadi tujuan dari segenap layanan bimbingan dan konseling.

Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi


pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan
pada diri individu.

Perkembangan sendiri dapat diartika sebagai “perubahan yang progresif dan


berkesinambungan dalam diri individu mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari
perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme
menuju ke tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara
sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik(jasmaniah)
maupun psikis

Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan
bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan
inheren individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.

Secara khusus, thompson dan rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari
sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan
mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk:
- Hambatan Egosentrisme, yaitu ketidak mampuan melihat kemungkinan lain
diluar apa yang dipahaminya.
- Hambatan Konsentrasi, yaitu ketidak mampuan untuk memusatkan perhatian
pada lebih dari suatu aspek tentang satu hal.
- Hambatan Reversibilitas, yaitu ketidak mampuan menelusuri alur yang terbalik
dari alur yang dipahami semula.
- Hambatan Transformasi, yaitu ketidak mampuan meletakkan sesuatu pada
susunan urutan yang ditetapkan.

Thompson dan rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling


adalah menangani hambatan-hambatan perkembangan tersebut.4

c. Orientasi Permasalahan

Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering sering kali ternyata tidak
mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan
dan konseling , sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah
kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan
pastilah akan mengganggu tercapainya kebahagiaan itu.

Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya aadalah tujuan


bimbingan dan konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka resiko yang
mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu diwaspadai.
Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan
konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah


dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan fungsi
pencegahan dan pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat
terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi

4
Mugiarso, Heru.2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPTK MKK Universitas Negeri Semarang.
Halaman 123
pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami masalah
dapat terentaskan masalahnya.

Melalui fungsi pencegahan, layanan dan bimbingan konseling dimaksudakan


mencegah timbulnya masalah pada diri klien sehingga mereka terhindar dari berbagai
permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya. Fungsi ini dapat
diwujudkan oleh konselor dengan merumuskan program bimbingan yang sistematis
sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan klien kesulitan belajar,
kekurangan informasi, masalah sosial dan sebagainya dapat dihindari. Beberapa
kegiatan yang dapat diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini adalah layanan
orientasi dan layanan kegiatan kelompok.5

Demikian pula fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada tercegahnya ataupun


terentaskannya masalah-masalah tertentu. Dengan demikian konsep orientasi masalah
terbentanmg seluas daerah beroprasinya fungsi-fungsi bimbingan, dan dengan
demikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling.

Jenis masalah yang mungkin diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L.
Mooney (dalam prayitno 1987) mengidentifikasikan 330 masalah yang digolongkan
kedalam 11 kelompok masalah, yaitu kelompok masaah yang berkenaan dengan:

 Perkembangan Jasmani dan Kesehatan


 Keuangan, Keadaan Lingkungan dan Pekerjaan
 Kegiatan Sosial dan Reaksi
 Hubungan muda-mudi, Pacaran dan Perkawinan
 Hubungan Sosilal Kejiwaan
 Keadaan Pribadi Kejiwaan
 Moral dan Agama
 Keadaan Rumah dan Keluarga
 Masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan
 Penyesuaian terhadap Tugas-tugas Sekolah
 Kurikulum Sekolah dan Prosedur Pengajaran

5
Prayitno,dkk.1994.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Rineka cipta. Halaman 260
Frekuensi di dalamnya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis
masalah barangkali lebih banyak dialami, sedangkan jenis-jenis masalah lain jarang
muncul.

2.3 Orientasi dalam Bimbingan dan Konseling

a. Orientasi Perseorangan

Orientasi perseorangan maksudnya adalah konselor dalam kegiatan bimbingan dan


konseling selalu menitik beratkan pandangannya pada klien secara individual. Satu
persatu klien yang menjadi tanggung jawab konselor perlu mendapat perhatian,
dikenali secara perorangan dan didekati serta dilayani secara perorangan. Konselor
lah orang paling mengetahui tentang kliennya, yang paling dekat dan paling peduli
kepada kliennya.
Sehubungan dengan orientasi dalam bimbingan dan konseling ada beberapa
kaidah atau ketentuan yang perlu diketahui, prayitno (1994) mengemukakan sebagai
berikut :
- semua kegiatan yang di selenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan
konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu
yang menjadi sasaran layanan.
- Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan
individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya dan
kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk
membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi dan potensinya
itu kearah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-
besarnya bagi diri dan lingkungannya.
- Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individu.
- Merupakan tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan
perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan
kebutuhan klien secepat mungkin.
Langkah konselor untuk dapat menguasai “jantung hati” bimbingan yaitu perlu
mempelajari dan menerapkan berbagai teknik konseling yang di dukung dengan
pengalaman yang luas dalam pelayanan konseling. Hal hal yang perlu di perhatikan
adalah:
- Layanan konseling di selengarakan secara resmi. Artinya teratur, terarah dan
terkontrol serta tidak di selenggarakan secara acak atau seadanya saja. Hal
pokok dalam pelaksanaan konseling antara lain:
a. Kerahasiaan
b. Keterbukaan
c. Tanggung jawab pribadi
- Mengatasi masalah melalui konseling. Klien berharap masalah yang dihadapi
dapat terlestarikan . langkah langkah umum dalam upaya pengentasan masalah
melalui konseling antara lain:
a. Memahami masalah yang di alami klien
b. Menganalisis sebab timbulnya masalah klien
c. Menggunakan metode khusus dengan menciptakan suasana yang
penuh kekeluargaan
d. Me[akukan evaluasi pada klien dengan meminta kesan-kesan dan
perasaanya terhadap proses konseling yang telah dijalani.
- Mengadakan tindak lanjut yang berupa penyelenggaraan kegiatan yang
mendukung. Tahap tahap mengatasi masalah melalui konseling yaitu:
a. Klien menyadari bahwa dirinya mengalami masalah.
b. Klien menyadari dirinya tidak mampu menyelsaikan masalahnya
sendiri sehingga ia memerlukan banuan orang lain.
c. Klien mau mencari orang yang mau, mampu dan bertanggung jawab
dalam membantu memecahkan masalah yang dialami.
d. Klien dituntut untuk berperan aktif dalam proses konseling.
e. Klien benar-bena menerapkan hasil konseling dalam kehidupan sehari
hari

Menerapkan dan teori konseling, antara lain:

- Konseling direktif adalah konseling yang dilakukan dengan berorentasi


pada pengubahan tingkah laku secara langsung.
- Konseling non direktif adalah upaya pemecahan masalah dengan memberi
kesempatan pada klien unuk mengungkapkan masalahnya secara bebas.
b. Orientasi Perkembangan

Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut adalah
pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan
konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan
yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling
memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Perkembangan sendiri dapat diartika sebagai “perubahan yang progresif dan
kontinyu(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati”.
Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami
individu atau organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut
fisik (jasmaniah) maupun psikis.
Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan
bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan
inheren individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.
Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari
segenap layanan bimbingan dan konseling. Permasalahan yang dihadapi individu
harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua yang
mendorong konselor dan klien bekerja sama untuk menghilangkan penghalang itu
serta mempengaruhi lajunya perkembangan klien.

c. Orientasi Permasalahan

Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus,
banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan
konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah
kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan
pastilah akan mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan
perkembangan, yang sebagiannya adalah tujuan bimbingan dan konseling, itu dapat
tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin menimpa kehidupan dan
perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan terhadap timbulnya
hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam
pelayanan bimbingan dan konseling.
Orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan beberapa fungsi,
yaitu:
a) Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-
masalah yang mungkin membebani dirinya.
b) Fungsi pengentasan mengignginkan agar individu yang sudah terlanjur
mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya.
c) Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan
aspek lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada
diri klien, dan dapat pula bermanfaat di dalam upaya pengentasan masalah yang
terjadi.
d) Fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada terentaskannya masalah-masalah
tertentu. Dengan demikian konsep orientasi masalah terentang seluas daerah
beroperasinya fungsi-fungsi bimbingan, dan dengan demikian pula menyusupi
segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan
merumuskan program bimbungan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat
menghambat perkembangan siswa kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah
sosial, dan sebagainya dapat dihindari. Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat
diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini adalah layanan orientasi dan layanan
kegiatan kelompok.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Orientasi yang dimaksud dalam bimbingan dan konseling ialah pusat perhatian
atau titik berat pandang, dan yang menjadi titik berat pandang atau pusat perhatian
konseler terhadap klien adalah sebagai berikut:

a. Orientasi perseorangan, menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan


pada klien secara individual, satu persatu perlu mendapat perhatian.
b. Orientasi perkembangan, dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi
pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan
pada diri klien.
c. Orientasi permasalahan, dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling yang telah dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-
sangkut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan.

3.2 Saran

Orientasi atau titik berat pandangan konselor dalam pelayanan bimbingan dan
konseling adalah perorangan atau individu. Setiap individu tentulah mempunyai
permasalahan yang berbeda beda antara satu orang dengan orang yang lain. Maka, para
konselor harus memahami dan mengatasi masalah sasaran layanan secara cermat. Karena
apabila terjadi suatu kesalahan sekecil apapun, dapat menimbulkan masalah untuk sasaran
layanan konseling itu sendiri maupun orang-orang yang ada disekitarnya. Sehingga, para
konselor diharapkan dapat betindak secara cerdas, profesional dan kreatif dalam
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling agar individu tersebut dapat menjalani
hidupnya lebih baik lagi, sejahtera dan bahagia.
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno,dkk.1994.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Rineka cipta.

Mugiarso, Heru.2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPTK MKK Universitas Negeri
Semarang.

Tohirin.2007.Bimbingan dan Konseling disekolah dan madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai