Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING
Tentang
FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun Oleh:
EKSIRA ANTARI
NIM. 1910201045

Dosen Pembimbing :
RINA HARTUTI

MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN AKADEMIK 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan dua kata yang erat hubungannya, bahkan sering
diartikan menjadi bimbingan saja. Karena konseling sebenarnya merupakan salah satu teknik
dari bimbingan.
Dengan uraian tentang fungsi,diketahuilah kegunaan ataupun manfaat dan kegunaan-
kegunaan yang dapat diperoleh melalui diselenggarakannya pelayanan bimbingan dan
konseling itu. Dalam makalah ini ada lima fungsi bimbingan dan konseling yang dibahas,
yaitu:
1.      Fungsi pemahaman
2.      Fungsi pencegahan
3.      Fungsi pengentasan
4.      Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
5.      Fungsi Advokasi
Prinsip–prinsip bimbingan dan konseling merupakan pedoman dasar penyelenggaraan
oleh konselor, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Konselor terikat untuk menjalankan
fungsi–fungsi yang diembannya itu berdasarkan prinsip–prinsip yang ada.

B. Rumusan Masalah
        Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa fungsi pemahaman dalam BK?
2.      Apa fungsi pencegahan dalam BK?
3.      Apa fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam BK?
4.      Apa fungsi advokasi dalam BK?
C. Tujuan Penulisan
        Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk menguraikan fungsi pemahaman dalam BK.
2.      Untuk menguraikan fungsi pencegahan dalam BK.
3.      Untuk menguraikan fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam BK.
4.      Untuk menguraikan fungsi advokasi dalam BK.
BAB II
PEMBAHASAN
            Dalam kelangsungan hidup manusia, berbagai pelayanan diciptakan yang berguna
untuk memberi manfaat dan bagi keberangsungan hidup, termasuk dalam bidang pendidikan,
yakni dalam bimbingan di sekolah. Kegunaan atau manfat yang diperoleh dari adanya suatu
pelayan merupakan hasil terlaksananya suatu fungsi pelayanan. Dengan demikian, fungsi
pelayann dapat diketahui dengan melihat keguanan ataupun manfaat yang dapat diberikan
oleh pelayanan di bidang BK itu sendiri di sekolah. Suatu pelayann dapat diktakan tidak
berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan ataupun manfaat bagi keuntungan
tertentu.
            Fungsi bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat yang diperoleh
melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu yakni fungsi pemahaman, fungsi pencegahan,
fungsi pemeliharaan dan pengembangan serta fungsi advokasi. Penjelasan masing-masing
fungsi itu akan dibahas dalam bab II ini, yakni sebagai berikut :
A. Fungsi Pemahaman
            Fungsi pemahaman yang difokuskan disini adalah fungsi pemahanan tentang dua hal,
yakni fokus utama pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu klien dengan berbagai
permasalahannya dan tujuan-tujuan konseling. Berkenaan dengan dua hal tersebut,
pemahaman yang perlu dicptakan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah
pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien atau peserta didik sendiri
dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien atau peserta didik , serta pemahaman
tentang lingkungan klien atau peserta didik oleh klien atau peserta didik itu sendiri. Berikut
penjelasannya.
1.      Pemahaman tentang klien atau peserta didik
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap
klien. Sebelum seorang konselor memberikan bantuannya kepada klien, maka mereka
perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan di bantu itu. Bukan hanya sekedar
mengenal, namun harus memahami pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi
klien, kekuatan dank kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materi pemahaman itu
lebih lanjut dalam bidang pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam berbagai data
tentang :
a.       Identitas individu/peserta didik. Yakni nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir,
orang tua, status dalam keluarga dan tempat tiggal.
b.      Pendidikan.
c.       Status sosial-ekonomi.
d.      Kemampuan dosen (intelegensi), bakat, minat dan hobi.
e.       Kesehatan.
f.       Kecenderungan sikap dan kebiasaan.
g.      Cita-cita pendidikan dan pekerjaan.
h.      Keadaan lingkungan tempat tinggal.
i.        Kedudukan atau prestasi yang pernah dicapai.
j.        Jurusan/program studi yang diikuti.
k.      Mata pelajaran yang diambil, nilai-nilai yang diperoleh.
l.        Kegiatan ekstrakulikuler.
m.    Sikap dan kebiasaan belajar.
n.      Hubungan dengan teman sebaya.
Daftar tersebut dapat diperinci lebih jauh sampai dengan peristiwa-peristiwa khusus yang
pernah dialami. Perluasan, spesifikasi atau rincian materi pemahaman itu dikembangkan
sesuai dengan tujuan pemahaman terhadap klien/peserta didik itu sendiri (Prayitno. 2015 :
197-198).
Pemahaman yang dimaksudkan bukan hanya pemahaman konselor atau guru terhadap diri
klien atau peserta didik saja, namun pemahaman klien terhadap dirinya sendiri terutama,
pemahaman orang sekitar peserta didik seperti orang tua terhadap diri peserta didik juga,
karena orangtua akan lebih memungkinkan untuk memeberikan perhatian, pelayanan,
perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang lebih besar bagi perkembangan anak secara lebih
terarah sesuai dengan kondisi anak tersebut. Dalam pengajaran, guru perlu memahami peserta
didiknya lebih mendalam demi keberhasilan pembelajarannya. Salah satunya dengan cara
menyesuaikan materi dan metode pengajarannya terhadap kondisi dan situasi kelas saat itu
agar para peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dnegan lebih efektif dan efisien,
sehingga keberhasilan pembelajaran dapat tercapai. Fungsi pemahaman penting dipelajari
oleh para guru dalam praktik pembelajaran, agar tidak terjadi kesalahan dalam pengajaran
dan praktik pendidikan dan bimbingan dalam belajar.
2.      Pemahaman tentang masalah klien atau peserta didik
Pemahaman terhadap masalah klien atau peserta didik terutama menyangkut jenis
masalahnya,  intensitanya, sangkut-pautnya, sebabnya dan kemungkinan
perkembangannya. Klien atau peserta didik amat perlu memahami masalah yang
dialaminya, sebab dengan dapat memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya
yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalah tersebut. Pemahaman masalah oleh
individu sendiri adalah modal dasar bagi pemecahan masalah tersebut. Banyak individu
atau peserta didik tidak memahami bahwa dirinya tersebut sedang bermasalah. Mereka
menganggap masalahnya itu hanyalah ”ringan saja” atau “tidak berbahaya’, mereka
mendiamkan saja maslahanya tersebut. Pada suatu ketika nanti, masalah-masalah yang
tidak ditanggulangi secara dini itu akan muncul dalam bentuk ketidakimbangan atau
kesuliatn lebih berlarut dengan kemungkinan resiko kerugian yang lebih besar lagi
(Prayitno. 2015 : 198-200).
Bagi pesera didik yang masih banyak dipengaruhi oleh orang tua dan guru
pemahaman masalah juga diperlukan oleh orangtua atau guru yang bersangkutan
(Prayitno. 2015 : 200). Dalam dunia pendidikan contohnya, peserta didik yang tidak
memahami dirinya yang bermasalah dan mengabaikannya, ia akan terhambat dalam
proses belajarnya, karena suatu saat, masalah itu akan mengganggu fikirannya dan
menyebabkan dirinya tidak fokus saat pembelajaran berlangsung. Untuk itu, guru dan
orangtua memiliki tugas penting untuk memahami adanya permasalahan yang tengah
dihadapi oleh peserta didik.
3. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas
Lingkungan dapat diartikan sebagai kondisi disekitar kita yang secara langsung
mempengaruhi individu tersebut. Salah satu lingkungan luas adalah berbagai informasi
yang diperlukan oleh individu (Prayitno. 2015 : 201). Seperti bagi siswa perlu diberi
informasi dan kesempatan mengetahui tentang pendidikan yang dijalannya dan juga
pendidikan yang akan dijalaninya selanjutya.
Para siswa perlu memahami lingkungan sekolahnya dengan baik, baik lingkungan
fisik, berbagai hak dan tanggungjawab siswa terhadap sekolah, peraturan yang harus
dipatuhi, baik menyangkut kurikulum, pengajaran, penilaian, kenaikan kelas, hubungan
guru dengan siswa, kesempatan-kesempatan yang diberikan sekolah dan lain sebagainya
(Prayitno. 2015 : 201). Jadi pemahaman ini tidak sekedar memahami diri atau
permasalahan yang dialami oleh peserta didik atau klien tersebut, namun unsur
lingkungannya juga difahami.
B. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan adalah  fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan
bimbingan kepada klien tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada
para klien dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan,
diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out,
dan pergaulan bebas (free sex)
            Secara verbal rumus ini mengungkapkan bahwa makin kuat gabungan kondisi faktor
organik dan stres akan meningkatkan kondisi bermasalah pada diri individu, apabila faktr
kemampuan memecahkan masalah, self-esteem dan dukungan kelompok konstan (tetap).
Sebaliknya, kondisi bermasalah pada diri klien akan berkurang apabila gabungan kondisi
faktor organik (dapat berupa lingkungan yang kurang menunjang atau unsur-unsur jasmaniah
dalam diri individu) dan stres (kondisi yang ada pada diri individu) tetap. Sedangkan
kemampuan memecahkan masalah (kondisi yang ada pada diri individu), self-esteem dan
dukungan kelompok (unsur dari luar) bertambah. Aplikasi rumus tersebut terhadap uapaya
pencegahan adalah bahwa:
1.      Mencegah adalah menghindari timbulnya/meningkatnya kondisi bermasalah pada diri
klien.
2.      Mencegah adalah mempunyai dan menurunkan faktor organik dan stres.
3.      Mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, penilaian positif
terhadap diri sendiri dan dukungan kelompok
Untuk mengurangi atau menghindari keadaan bermasalah pada diri individu, keadaan
lingkungan yang kurang menguntungkan perlu diperbaiki, keadaan faktor organik individu
yang kurang menunjang (misalnya kesehatan terganggu) perlu dipulihkan, keadaan stres
perlu dikurangi atau bahkan dihilangkan, kemampuan pemecahan masalah dan self-esteem
perlu ditingkatkan dan dukungan kelompok perlu digalang serta ditingkatkan (Prayitno.
2015:204).
Upaya pencegahan perlu dilakukan oleh konselor, orangtua maupun guru di lingkungan
sekolah. Upaya-upaya ini seperti:
1.      Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap
individu yang bersangkutan.
2.      Mendorong perbaiakn kondisi diri pribadi terhadap klien.
3.      Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan memperngaruhi
perkembangan individu dan perkembanganya.
4.      Mendorong individu untuk tidak melakuakan sesuatu yang akan memberikan resiko yang
besar dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
5.      Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan (Prayitno.
2015:206).
Secara operasional, konselor atau guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut dalam
menganalisis dan melaksanakan program pencegahan. Secara garis besar, program-
program ini antara lain:
1.      Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul.
Misalnya para siswa yang kurang disiplin, tida belajar secara penuh, gagal
menjawab soal ujian, pertengkaran antarklik, antar kelas, antar sekolah, kurang
menghargai guru, siswa terlibat narkotika,siswa tidak menyukai pelajaran keterampilan
dn lain sebagainya.
2.      Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab timbulnya masalah-
masalah.
Dalam hal ini, kajian teoritik dan studi lapangan perlu dilakukan.
3.      Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut.
Misalnya kepala sekolah, guru, wali kelas, orangtua, badan atau lembaga tertentu
(sesuai dengan permaalahannya). Sangkut-paut pihak-pihak tersebut dengan
permasalahan yang dimaksudkan perlu dikaji secara objektif.
4.      Menyusun rencana program pencegahan.
Rencana ini disusun berdasarkan:
a.       Spesifikasi permasalahan yang hendak dicegah timbulnya.
b.      Hasil kajian teoritik dan studi lapangan.
c.       Peranan pihak-pihak terkait.
d.      Faktir-faktor operasional dan pendukung, seperti waktu, tempat, biaya dan perlengkapan
kerja.
5.      Pelaksanaan monitoring.
Pelaksanaan program sesuai dengan rencana dengan kemungkinan modifikasi yang
tidak mengganggu pencapaian tujuan dengan persetujuan pihak-pihak yang terkait.
6.      Evaluasi dan laporan.
Evaluasi dilakukan secara cermat dan objektif. Laporannya diberikan kepada pihak-
pihak terkait untuk dipeergunakan sebagai masukan bagi program sejenis lebih lanjut
(Prayitno. 2015:208-209).
            Kegiatan diatas merupakan kegiatan “resmi” yang biasanya dilakukan oleh
lembaga tertentu. Pecegahan yang lebih sederhana dan bersifat “tidak resmi” dapat
direncanakan alangsung dengna klien yang bersangkutan dan langsung diselenggarakan
dalam rangka pelayanan bimbingan konseling terhadap lien atau peserta didik tersebut.
Dalam hal ini, pemahman terhadap klien/peserta didik, permasalahannya, serta unsur-
unsur pemahaman terhadap bimbingan yang lebih luas menjadi dasar dan sesama bagi
kegiatan pencegahan yang ingin dicapai.

C. Fungsi Pengentasan
Fungsi pengentasan/penyembuhan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang
bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada klien yang
telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang dapat digunakan adalah teori konseling, dan remedial teaching. Proses
penyembuhan dalam hal bimbingan dan konseling adalah sama halnya dengan penyembuhan
dokter.
Proses pengentasan penyakit melalui pelayanan dokter menekankan pada penggunaan
obat-obat yang menurut keyakinan dokter cukup manjur. Obat-obat itu merupakan unsur-
unsur fisik dari luar pasien. Sedangkan pengentasan masalah melalui pelayanan konselor
tidak menggunakan unsur-unsur fisik dari luar klien melainkan dari kekuatan-kekuatan dalam
diri klien.
1.      Langkah-langkah pengentasan masalah
      Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan,  sebab setiap
masalah individu adalah unik. Dengan demikian penanganannya pun harus unik disesuaikan
terhadap kondisi masing-masing masalah.
2.   Pengentasan masalah berdasarkan diagnosis
      Istilah medis “Diagnosis” berarti proses penentuan jenis penyakit dengan meneliti gejala-
gejalanya. Pengertian diagnosis menurut Bordin dikenal sebagai “diagnosis
pengklasifikasian”. Dalam upaya diagnosis itu masalah-masalah diklasifikasi, dilihat sebab-
sebabnya, dan dilihat cara pengentasannya.
            Pengklasifikasian masalah diatas itu dirasakan sulit, karena unsur-unsur masalah yang
satu saling terkait satu sama lain, dan lebih penting lagi setiap masalah klien adalah unik.
Pengklasifikasian masalah cenderung menyamaratakan masalah klien yang satu dengan yang
lainnya. Perkembangan lebih lanjut model diagnosis yang dapat diterima dalam pelayanan
bimbingan dan konseling adalah model diagnosis pemahaman, yaitu yang mengupayakan
pemahaman terhadap seluk beluk masalah klien, termasuk di dalamnya perkembangan dan
sebab-sebab timbulnya masalah. Ada tiga dimensi diagnosis, yaitu :
1.  Diagnosis mental/psikologis
            Mengarah kepada pemahaman kondisi mental/psikologis klien, seperti: kemampuan-
kemampuan dasarnya, bakat dan kecenderungan minat-minatnya, keinginan dan harapan-
harapannyasikap dan kebiasaan, tempramen dan kematangan emosionalnya
2.  Diagnosis sosio-emosianal
            Mengacu pada hubungan klien dengan orang-orang yang amat besar pengaruhnya
terhadap klien, seperti: orag tua, guru, teman sebaya, suami/istri, mertua, pejabat yang
menjadi atasan langsung, suasana hubungan antar klien dengan orang-orang ”penting” itu,
serta dengan lingkungan sosial pada umumnya.
3.  Diagnosi instrumental
            Berkenaan dengan kondisi/prasyarat yang diperlukan terlebih dahulumsebelum
individu mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Diagnosis instrumental meliputi aspek-
aspek : fisik klien (misal;kesehatan), fisik lingkungan (misal;keadaan sandang, pangan,
papan), sarana,kegiatan (misal;buku-buku pelajaran, alat-alat kantor), dan pemahaman
situasi(misal;untuk bertindak lebih disiplin).
3.   Pengentasan masalah berdasarkan teori konseling
      Beberapa teori konseling :Ego-counseling menurut Erickson yang didasarkan pada tahap
perkembangan psikososial, behavioristik oleh B.F Skinner yang didasarkan pada pemikiran
tingkah laku. Tujuan teori-teori tersebut tidak lain adalah mengentaskan masalah yang
diderits oleh klien dengan cara yang paling cepat, cermat, dan tepat. Untuk semuanya itu
konselor dituntut menguasai dengan sebaik-baiknya teori dan praktek bimbingan dan
konseling

D. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan


Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah
dicapai selama ini. Intelegensi yang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk
hal-hal yang positif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak
dan bertingkah laku sehari-hari, cita-cita yang tinggi dan cukup realistic, kesehatan dan
kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan berbagai aspek positif
lainnya dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara. Pemeliharaan yang baik bukanlah
sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap
dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar bertambah baik, kalau dapat
lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah dari pada waktu-waktu sebelumnya.
Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharan yang membangun, pemeliharaan yang
memperkembangkan. Oleh karena itu, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak
dapat dipisahkan.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan
dilaksanakan melalui berbagai pengetahuan, kegiatan dan program. Misalnya disekolah,
bentuk dan ukuran meja/kursi murid disesuaikan dengan ukuran tubuh serta sikap tubuh yang
diharapkan. Ventilasi, suhu, bentuk dan susunan ruang kelas diusahakan agar mereka berada
diruang itu merasa nyaman, betah dapat melakukan kegiatan dengan tenang dan sepenuhnya
kemampuan. Pengaturan, kegiatan dan program-program lain yang mengacu kepada fungsi
bimbingan dan konselingtersebut dapat disusun dan kembangkan dalam jenis dan jumlah
yang bervariasi dengan kemungkinan yang tidak terbatas.
Bimbingan dan konseling dapat berfungsi pemeliharaan dan pengembangan, artinya
layanan yang diberikan dapat membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan
pribadinya secara lebih terarah dan mantap, terpelihara dan terkembangankannya berbagai
potensi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang sudah bersifat positif dijaga agar
tetap baik dan dimantapkan. Dengan demikian diharapkan agar siswa dapat mencapai
perkembangan kepribadian secara optimal.

E. Fungsi Advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan
seluruh potensi secara optimal. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui
diselenggarakannya berbagai jenis ayanan dan kegiatan bimbingan dan di dalam masing-
masing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan
harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil
yang hendak dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
Fungsi advokasi memberikan pembelaan kepada konseli atau sekelompok konseli
agar konseli mendapakan semangat dan bangkit daam sebuah harapan sehingga permasalahan
yang terjadi tidak menjadikan konseli terpuruk danakan mendapatkan masalahyang baru.
Bentuk pembelaan bukan berarti membenarkan apa yang dilakukannya itu benar tetapi
memberikan pemahaman/pengarahan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh konseli,
sebagai guru yang melayani setiap permasalahan yang dihadapi oleh konseli harus
memberikan pembelaan agar mendapatkan kenyamanan itu maka dengan mudah
menyelesaikan masalah yang ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat yang diperoleh
melalui pelayanan yang disediakan oleh sekolah.
Kelima fungsi bimbingan dan konseling yang dibahas, yaitu:
1.      Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yang difokuskan disini adalah fungsi pemahanan tentang
pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta
permasalahannya oleh klien atau peserta didik sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan
membantu klien atau peserta didik , serta pemahaman tentang lingkungan klien atau
peserta didik oleh klien atau peserta didik itu sendiri.
2.      Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan adalah  fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseling.
3.      Fungsi pengentasan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu dilaksanakan melalui berbagai pengetahuan, kegiatan dan program.
4.      Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi advokasi memberikan pembelaan kepada konseli atau sekelompok konseli
agar konseli mendapakan semangat dan bangkit daam sebuah harapan sehingga
permasalahan yang terjadi tidak menjadikan konseli terpuruk danakan mendapatkan
masalahyang baru.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, masih terdapat kekurangan terutama dari sumber
referensi dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis berharap penyusunan makalah
selanjutnya dengan judul yang sama akan menyempurnakan kekurangan makalah ini dengan
menambah materi yang lebih lengkap maupun dengan melengkapi bagian materi yang dirasa
kurang dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amti, Erman, dan Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta

Anda mungkin juga menyukai