Anda di halaman 1dari 22

INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran di SD


Dosen Pengampu : Ika Yatri, S.Pd., M.Pd dan M. Azhar Nawawi, S.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 8

Sarah Yusria 2001025141


Nadia Safitri 2001025194
Lutfiahtulzanah 2001025079

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta
karunia- Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat
pada waktunya. Makalah kami beri judul Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Inovasi Pembelajaran dari dosen pengampu mata kuliah Ibu Ika Yatri, S.Pd., M.Pd. dan
Bapak Azhar Nawawi, S.Pd. Selain itu makalah ini bertujuan untuk memberikan
wawasan bagi penulis dan bagi para pembaca makalah ini. Khususnya mengenai Inovasi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar..

Kami selaku penulis makalah tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Ika Yatri, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Azhar Nawawi, S.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Inovasi Pembelajaran. Tidak lupa bagi teman-teman yang telah mendukung
penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih. Terakhir, kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan
saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar kedepannya bisa menulis makalah
ini dengan lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami sebagai penulis.

Jakarta, 18 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang. .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Pembelajaran Inovatif .................................................................................... 3
2.2 Model Pembelajaran Inovatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar .............................................................................................................................. 6
2.3 Media Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia di SD .............................................. 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 18
3.2 Saran ............................................................................................................................ 18
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan batu pijakan untuk mencapai suatu negara dan bangsa yang
berkualitas baik dilihat dari aspek psikomotorik, afektif serta kognitif yang dimiliki oleh
individu dalam suatu kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pendidikan yang menarik perhatian suatu individu agar dapat mengembangkan ketiga aspek
tersebut agar tercapainya kualitas dari suatu bangsa dan negara.
Pendidikan di Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang dapat dilihat
dari kurikulum yang argumentasinya lebih kepada kurikulum tersebut perlu diganti karena
tidak sesuai dengan zaman atau era yang sedang terjadi sehingga diperlukan suatu
pembaharuan. Selain itu, pendidikan di era modern dituntut dengan suatu hal yang baru, hal
ini dikarenakan dalam pembelajaran sekolah secara khusus berbeda-beda bergantung dari
materi, media dan metode yang digunakan. Pengajaran yang konvensional cenderung
membuat siswa merasa jenuh dengan proses pembelajaran di kelas. Demikian pula yang
terjadi pada pelajaran bahasa Indonesia yang selama ini belum dibelajarkan secara inovatif.
Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan suatu pembelajaran yang menarik perhatian
siswa khususnya pada pendidikan sekolah dasar. Dalam menyajikan suatu pembelajaran yang
inovatif diperlukan suatu model dan media yang sesuai dengan materi atau topik yang sedang
dibahas. Guru sebagai ujung tombak yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan, diharapkan dapat menggunakan model dan media pembelajaran yang inovatif
dalam membelajarkan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar.
Oleh karena itu, penulis tertarik menyusun makalah yang berjudul “Pembelajaran
Inovatif bahasa Indonesia SD”. Makalah ini berisi deskripsi tentang model dan media
pembelajaran inovatif untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran inovatif?


2. Apa sajakah model pembelajaran inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD?
3. Apa sajakah media pembelajaran inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD?

1
1.3. Tujuan

1. Mengetahui hakekat pembelajaran inovatif.


2. Mengetahui model pembelajaran inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD.
3. Mengetahui media pembelajaran inovatif bahasa dan sastra Indonesia di SD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Pembelajaran Inovatif

1. Pengertian Pembelajaran Inovatif

Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai di


dalam dunia pendidikan di AS. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi
kognitif holistik, yang menempatkan sisiwa sebagai sumber dari kegiatan. diasumsikan
dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media,
seperti bahan-bahan cetak, internet, televisi, gambar, audio, dsb., sehingga semua itu
mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar mengajar,
dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.
Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992:3), yang menyatakan bahwa “Instruction
is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated.” Oleh karena
itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dengan konsekuensi
peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai
sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam
mempelajari sesuatu. Kata “inovatif” berasal dari kata sifat bahasa Inggris innovative.
Kata ini berakar dari kata kerja to innovate yang mempunyai arti menemukan (sesuatu
yang baru).
Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh
guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk
menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang
dimiliki siswa. Dalam konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang
inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu
masalah. Itu disebabkan, karena program pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan
atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.
Program pembelajaran yang sifatnya memperbaiki program pembelajaran sebelumnya
yang tidak memuaskan, hasilnya dapat digolongkan inovatif karena mencoba untuk
memecahkan masalah yang belum terpecahkan.

3
2. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah proses pengajaran dan pembelajaran
yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara
efektif menggunakan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa resmi dan bahasa persatuan di Indonesia,
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD ini merupakan bagian penting dalam proses
pendidikan dasar.
Adapun beberapa aspek yang meliputi pembelajaran bahasa indonesia di sd seperti :
1. Keterampilan Berbicara: Siswa diajarkan untuk mengungkapkan gagasan dan pendapat
mereka dengan jelas dan terstruktur dalam bahasa Indonesia. Mereka belajar menggunakan
kosa kata yang tepat, tata bahasa yang benar, serta memperhatikan intonasi dan
pengucapan yang baik.
2. Keterampilan Mendengarkan: Siswa diajarkan untuk memahami dan merespons
komunikasi lisan dalam bahasa Indonesia, seperti instruksi guru atau teman sekelas.
3. Keterampilan Membaca: Siswa belajar membaca dan memahami teks-teks bahasa
Indonesia yang sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, mulai dari teks sederhana
hingga teks yang lebih kompleks.
4. Keterampilan Menulis: Siswa diajarkan untuk menyusun kalimat dan paragraf dalam
bahasa Indonesia dengan menggunakan tata bahasa dan ejaan yang benar. Mereka juga
belajar menulis teks narasi, deskripsi, atau argumentasi.
5. Keterampilan Berbicara: Siswa diajarkan untuk mengungkapkan gagasan dan pendapat
mereka dengan jelas dan terstruktur dalam bahasa Indonesia. Mereka belajar menggunakan
kosa kata yang tepat, tata bahasa yang benar, serta memperhatikan intonasi dan
pengucapan yang baik.
Jadi tujuan utama dari pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah agar siswa dapat
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta memahami kekayaan budaya
Indonesia yang terkandung dalam bahasa tersebut.

3. Teori yang Mendasari Pembelajaran Inovatif


a. Teori Kognitif
Teori kognitif didasari perilaku yang tidak tampak dapat dipelajari secara ilmiah

4
seperti pada perilaku yang tampak. Perilaku yang tidak tampak merupakan proses
internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David Ausubel berpendapat bahwa
belajar itu terjadi dalam organisme manusia melalui proses yang bermakna yang
menghubungkan peristiwa atau butir baru pada aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah
respon yang tersirat tetapi merupakan pengalaman sadar yang diartikulasikan secara jelas
dan dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda, lambang, konsep,
atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan dalam struktur kognitif individual
yang berasal dari basis substansial dan nonkebiasaan. Teori kognitif lebih mengandalkan
pikiran dan konsep dasar yang dimiliki pembelajar daripada pengalaman. Kognitif amat
menjauhi model menghafal tetapi yang diorientasikan secara mendalam adalah belajar
bermakna dimana tiap proses pembelajaran haruslah bermakna yang mampu
mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat bermakna apabila
pembelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang bermakna, yakni penghubungan
tugas belajar yang baru dengan apa yang sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut
secara potensial akan bermakna bagi pembelajar. Menurut Piaget, manusia memiliki
struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi
informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi beberapa orang
akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak
yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur
pengetahuan) dalam otak manusia.SDM atau Sumber Daya Manusia adalah suatu potensi
yang dimiliki oleh setiap orang untuk mewujudkan sesuatu sebagai makhluk sosial. Atau
sumber daya manusia yaitu kemampuan daya pikir dan daya fisik yang dimiliki seorang
individu dan berprilaku dipengaruhi oleh keturunan maupun lingkungannya serta bekerja
karena termotivasi oleh keinginannya untuk memenuhi kepuasannya. Sumber daya
manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan,
keterampilan, pengetahuan dan kretifitas. Seperti peranan setiap orang terhadap
lingkungannya yang tidak lepas dari sikap pengembangan dan potensi yang ada dalam
diri untuk mengembangkan lingkungan, membina, sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan. Fungsi sumber daya manusia umumnya untuk
meningkatkan produktivitas dalam menunjang organisasi supaya lebih kompetitif dan
tercapainya tujuan.

5
b. Teori Humanistik atau Teori Sosial
Proses belajar tidak hanya terjadi karena seseorang mendapatkan stimulus dari
lingkungannya dan meresponnya tetapi terjadi pula karena pelaku belajar berkomunikasi
dengan individu lainnya. Proses belajar terjadi karena komunikasi personal. Dalam diri
pelaku belajar atau siswa terjadi transaksi akibat komunikasi dua arah atau lebih yang
masing-masing mendapat kesempatan, baik selaku inisiator maupun mereaksi
komunikasi. Komunikasi itu dapat berlangsung secara akrab, intensif, dan mendalam.
Oleh karena itu, teori humanistik dikembangkan menjadi teori sosial, yang dikembangkan
oleh Bandura. Menurut Bandura (dalam Dahar, 1989) dalam belajar berdasarkan teori
sosial terdapat empat fase, yaitu: perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi. Menurut
Rogers, dalam konteks belajar yang diciptakan, manusia akan belajar apa saja yang dia
butuhkan. Konsep Rogers tersebut saat ini memberikan perubahan besar bagi konsep
pembelajaran yang bertumpu pada pembelajar. Pembelajar itu sangat individual. Oleh
karena itu, jika ingin berhasil dalam pembelajaran, perhatikan kebutuhan individual
dalam belajar. Untuk mengadaptasi konsep Rogers dalam pembelajaran, perlu memahami
bahwa pembelajar adalah organisme yang butuh memahami dirinya sendiri dan
mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain secara bebas dan aman.
c. Teori Gestalt
Psikologi Gestalt memandang unsur-unsur yang terlibat dalam proses belajar tidak
terpisahkan tetapi merupakan totalitas dalam membentuk medan belajar. Oleh karena itu
teori Gestalt disebut pula dengan teori medan. Menurut Lewin perubahan tingkah laku
merupakan indikator hasil belajar yang diperoleh dan lingkungan yang disediakan
difungsikan untuk memfasilitasi potensi internal yang terdapat dalam diri pelaku belajar.
Selain itu, diuraikan juga pentingnya motivasi dalam pembelajaran. Motivasi adalah
faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena
adanya daya tarik tertentu dan juga bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan,
misalnya pengalaman kesuksesan.

2.2 Model Pembelajaran Inovatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Ada berbagai model pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam mencapai kompetensi
berbahasa, yaitu model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dan kontekstual dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, antara lain:

6
1. Example Non Example (Contoh-Noncontoh)
Model Example Non Example adalah model pembelajaran dengan metode belajar
yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diproleh dari kasus atau gambar
yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah dalam pembelajaran sebagai berikut :
a) guru menyiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b) guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP;
c) guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan siswa untuk mengamatai dan
menganalisis gambar;
d) melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar dicatat pada
kertas;
e) setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
f) mulai dari komentar atau hasil diskusi guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai;
g) kesimpulan.

Kelebihan model ini adalah :


a) siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar;
b) siswa lebih mengetahui aplikasi dan materi berupa contoh gambar;
c) siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatan

Kekurangan model ini adalah :


a) tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar;
b) memakan waktu yang lama.

2. Picture and Picture ( Gambar ke Gambar)


Model Picture and Picture adalah suatu model dengan metode yang menggunakan
gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkah menggunakan model ini adalah :
a) guru menyajikan kompetensi yang ingin dicapai;
b) guru menyajikan materi sebagai pengantar;
c) guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi;
d) guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasangkan atau
mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis;
e) guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut;

7
f) dari urutan gambar, guru menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai;
g) kesimpulan atau rangkuman.

Kelebihan model ini adalah :


a) Guru lebih mengetahuai kemampuan tiap-tiap siswa;
b) Melatih siswa untuk berfikir logis dan sistematis.

Adapun kekurangan dari metode ini adalah memakan banyak waktu dan banyak siswa
yang pasif.

3. Cooperative Script ( Skrip Kooperatif)


Skrip kooperatif adalah model yang menggunakan metode belajar yang mengarahkan
siswa untuk berkerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari.
Langkah-langkah model ini adalah :
a) guru membagi siswa untuk berpasangan;
b) guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasannya;
c) guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar;
d) pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya;
e) bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya;
f) guru membantu siswa menyusun kesimpulan.

Kelebihan model ini adalah :


a) melatih pendengaran, ketelitian, atau kecermatan;
b) setiap siswa mendapat peran;
c) melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Kekurangan model ini adalah :


a) hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu

8
b) hanya dilakukan oleh dua orang (hanya melibatkan seluruh kelas sehingga hanya terbatas
pada dua orang tersebut).

4. Mind Mapping ( Pemetaan Pikiran)


Pemetaan pikiran sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal peserta didik atau
untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah model pemetaan pikiran adalah :
a) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
b) guru mengemukakan konsep/permasalahan yang ingin ditanggapi oleh peserta didik
sebaiknya permasalahan mempunyai alternatif jawaban;
c) membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang;
d) tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban jasil diskusi;
e) tiap kelompok membacakan hasil diskusi dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru;
f) dari data-data di papan, peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru memberikan
bandingan sesuai dengan konsep guru.

5. Make A Match (Membuat Pasangan)


Model make a match merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran
kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan
teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik, dalam
suasana menyenangkan (Rusman, 2011:223). Keunggulannya adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah pembelajaran make a match sebagai berikut:
a) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi bebrapa konsep/topik yang cocok untuk sesi
review, sebaliknya satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu
jawabnnya;
b) setiap peserta didik mendapat satu buah kartu;
c) setiap siswa mendapat kartu dan mimikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang;
d) siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu
soal/kartu jawaban);
e) siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu diberi point;
f) setelah babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya;

9
g) Kesimpulan.

6. Think Pair and Share (Berfikir Sepasang dan Berbagi)


Think-Paire-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana
yang memberi kesempatan kepada pada untuk siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama
dengan orang lain.
Langkah-langkah model ini adalah :
a) guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapai;
b) siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru;
c) siswa diminta berpasangan dengan teman sebangkunya dan mengutarakan hasil pemikiran
masing-masing;
d) guru memimpin diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusi;
e) guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang
belum diungkan siswa;
f) guru dan siswa menarik kesimpulan;
g) penutup.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah:


a) memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh
contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk
memikirkan materi yang diajarkan;
b) siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan
temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah;
c) siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok,
dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang;
d) siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh
siswa sehingga ide yang ada menyebar;
e) memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran
(Hartina, 2008: 12).

Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sangat sulit diterapkan
di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan
jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12). Menurut Lie (2005: 46), kekurangan
dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:

10
a) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor;
b) lebih sedikit ide yang muncul;
c) tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
7. Debat
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model debat :
a. guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain kontra;
b. guru memberi tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok
diatas;
c. setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara dan saat itu kelompok kontra menanggapi dan seterusnya secara bergantian
mengemukakan pendapat;
d. sementara peserta didik mengemukakan pendapat, guru menulis inti dari setiap
pembicaraan di papan tulis sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi;
e. guru menambahkan ide yang belum terungkap;
f. dari data tersebut, guru bersama siswa membuat kesimpulan yang mengacu pada topik
yang ingin dicapai.

8. Role Playing (Bermain Peran)


Model role playing ini mengembangkan imajinasi dan penghayatan siswa dengan
memerankan sebagai tokoh atau benda mati. Langkah-langkah pembelajajan menggunakan
model ini adalah:
a. guru menyusun skenario yang akan ditampilkan;
b. menunjuk bebrapa siswa untuk mempelajari naskah sebelum kegiatan belajar mengajar;
c. membentuk kelompok yang anggotanya 5 orang;
d. memanggil siswa yang telah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang telah dipersiapkan;
e. masing-masing siswa dalam kelompok memperhatikan dan mengamati skenario yang
diperagakan;
f. setelah selesai, siswa diberikan lembar kerja untuk didiskusikan;
g. masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi;
h. membuat kesimpulan;
i. evaluasi;
j. penutup.

9. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)


Langkah-langkah proses PBL menurut Amir (2010:24-25) adalah sebagai berikut :

11
a. mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas;
b. merumuskan masalah;
c. menganalisis masalah;
d. menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya;
e. memformulasikan tujuan pembelajaran;
f. mencari informasi tambahan dari sumber yang lain;
g. mensintesa dan menguji informasi baru serta membuat laporan.

10. Membaca dan Menulis Terpadu yang Kooperatif


Langkah-langkah menggunakan model ini adalah :
a. membentuk kelompok yang agotanya empat orang secara heterogen;
b. guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran;
c. peserta didik saling membacakan dan menemukan ide pokok dan menanggapi wacana dan
ditulis pada lembar kertas;
d. setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
e. membuat kesimpulan.

11. Jigsaw
Langkah pembelajaran model ini adalah :
a. siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa;
b. tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda;
c. tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan;
d. anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka;
e. setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke dalam kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama;
f. tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
g. guru memberi evaluasi;
h. penutup.

12. Berbaris
Peserta didik berbaris untuk menemukan karektristik mereka, tanggal, atau benda
yang berurutan, memperkiraan atau membuat pesetujuan terhadap pernyataan.
Langkah-langkah menggunakan model ini adalah:

12
a. pendidik menyebutkan sebuah topik atau menyiapkan kartu kartu untuk digunakan saat
berbaris;
b. perserta didik berbaris berbanjar;
c. pendidik menugaskan sebuah topik diskusi atau pertanyaan;
d. peserta didik menghadap teman disampingnya saat berbaris untuk mendiskusikan
pertanyaan atau topik yang diberikan.

13. Tematik
Implementasi pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. perencanaan;
b. penerapan pembelajaran;
c. evaluasi.
Dalam tahap perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator,
penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP. Sedangkan dalam tahap
penerapan/pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui langkah-langkah kegiatan
pendahuluan, inti, dan akhir. Serta dalam tahap evaluasi atau penilaian pembelajaran tematik
adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang
meliputi tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan, catatan perkembangan siswa, portofolio.

14. Kuantum
Pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip tetap yang serupa dengan azas utama
bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Prinsip-
prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek pembelajaran kuantum (Porter, 2002:7-8). Prinsip-
prinsip tersebut adalah:
a. Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas, bahasa tubuh kita, kertas yang kita bagikan hingga
rancangan pembelajaran kita, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b. Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan kita mempunyai tujuan untuk proses
pembelajaran.
c. Pengalaman sebelum pemberian nama

13
Proses belajar yang paling baik adalah ketika siswa telah mengalami sebuah informasi
sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
d. Akui setiap usaha
Proses belajar mengandung suatu risiko. Belajar berarti melangkah keluar dari
kenyamanan. Ketika siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai
kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Pembelajaran kuantum
memodelkan filosofi pengajaran dan strateginya dengan maestro yang mengingatkan kita pada
kerangka rancangan belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR (Porter,
2002:10), diantaranya:
a. Tumbuhkan
Menumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BAgiKu”
(AMBAK), dan memanfaatkan kehidupan pelajar.
b. Alami
Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh
semua pelajar.
c. Namai
Menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sehingga menjadi sebuah
“masukan”.
d. Demonstrasikan
Menyediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.
e. Ulangi
Menunjukkan kepada pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu
bahwa aku memang tahu ini”.
f. Rayakan
Memberi pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan
dan ilmu pengetahuan.

15. PAIKEM
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
a. siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat;

14
b. guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa;
c. guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik
dan menyediakan pojok baca
d. guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok;
e. guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.

2.3 Media Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia di SD


Kata media berasal dari bahasa latin. Media merupakan bentuk jamak dari kata
medium. Arti kata media secara harfiah adalah antara, perantara atau pengantar pesan dari
guru sebagai pendidik dan sumber belajar kepada siswa sebagai peserta didik dalam
lingkungan belajar. Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau
informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Media
pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang siswa untuk terjadinya proses
belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras
yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Media
pembelajaran dapat disimpulkan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar
pada diri siswa. Dengan demikian media pembelajaran inovatif adalah segala sesuatu yang
dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga
mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa serta bersifat baru.
Secara umum fungsi media pembelajaran antara lain:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber
belajar
4. Memungkinkan anak belajar mandiri
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan
persepsi yang sama
6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator),
bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.

15
Bentuk dan jenis media sangat beragam. Media berdasarkan bentuk penyajiannya
dikelompokkan menjadi:
1. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra
penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu
menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat
diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Media yang tidak dapat
diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar, foto,
sketsa, diagaram, bagan, grafik yang ada kaitanya dengan bahan pelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan
alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar.
2. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat
didengar). Suara atau bunyi direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian
diperdengarkan kembali kepada peserta didik. Program kaset suara dan program radio
adalah bentuk media audio. Penggunaan media audio dalam pembelajaran pada umumnya
untuk menyampaikan materi pelajaran tentang mendengarkan.
3. Media Audio Visual
Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media
pandang-dengar. Audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa
semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga
menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan
guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa
untuk belajar. Contoh audio visual, diantaranya program video atau televisi, video atau
televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).
Contoh media pembelajaran inovatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD:
1. Kartu kata
Flash card adalah kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn
Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Kartu ini dimainkan
dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat, hanya dalam waktu satu
detik untuk masing-masing kartu. Tujuannya adalah untuk melatih kemampuan otak kanan
untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan
membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan.

16
Cara membuat:
Pada kartu yang panjang ditempeli sebuah gambar sederhana. Di samping gambar ditulis
suatu pilihan tiga kata, satu yang sesuai dengan gambar dan dua yang mirip dengan gambar.
Pada punggung kartu warnai suatu ruang untuk menyatakan kata yang benar. Kemudian
disediakan jepit kertas.
Cara bermain:
Dua orang siswa memutuskan kata mana yang sepadan dengan gambar, kemudian menaruh
jepit disamping kartu kata itu. Untuk mengecek baliklah kartu.

2. Papan flannel
Papan flannel adalah papan yang berlapis kain flannel, sehingga gambar yang akan disajikan
dapat dipasang dan dilepas dengan mudah dan dapat dipakai berkali-kali. Papan flannel
termasuk salah satu media pembelajaran dua dimensi, yang dibuat dari kain flanel yang
ditempelkan pada sebuah tripleks atau papan. Kemudian membuat guntingan-guntingan
flannel yang di letakkan di bagian belakang gambar.
Langkah-langkah dan Cara Penggunakan Dalam Proses Pembelajaran:
a. Gambar yang telah diberiksan kain flanel disiapkan terlebih dahulu
b. Siapkan papan flanel dan gantungan papan flanel tersebut didepan kelas atau pada bagian
yang mudah dilihat oleh pembelajar
c. Ketika pengajar akan menerangkan bahan pelajaran dengan menggunakan gambar, maka
gambar dapat ditempelkan pada papan flanel yang telah dilapisi kain flannel

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru,
yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk menfasilitasi
siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Teori yang mendasari
pembeljaran inovatif yaitu teori kognitif, teori humanistik atau teori sosial dan teori gestalt.
Model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar
antara lain Examples Non Examples, Picture and Picture, Skrips Koperatif, Mind
Mapping, Make a Match, Think Pair Share, Debat, Bermain Peran, Problem Based Learning,
Membaca dan Menulis Terpadu yang Kooperatif, Jigsaw, Berbaris, Tematik, Kuantum, dan
PAIKEM.
Media pembelajaran inovatif adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar
pada diri siswa serta bersifat baru. Media berdasarkan bentuk penyajiannya dikelompokkan
menjadi (1) media visual, (2) media audio dan (3) media audio visual. Contoh media
pembelajaran inovatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yaitu kartu kata dan papan
flannel.

3.2. Saran
Calon guru SD perlu memahami model dan media pembelajaran bahasa Indonesia agar
dapat menerapkannya dalam pembelajaran saat menjadi guru nantinya sehingga tujuan
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

18
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media


Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Hatika, Tika. 2010. Pembeljaran dan Penilaian Bahasa Indonesia. Jakarta: Leuser Cita Pustaka
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Hamdi. 2009. Papan Flanel dan Papan Buletin (Online). Tersedia.
http://wwwsaepulhamdi.blogspot.com/2009/12/papan-flanel-dan-papan-buletin.html. (03 April
2013)
Krisitarsia. 2012. Model-model Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD
(Online). Tersedia: http://detroitnumb.blogspot.com/2012/06/model-model-pembelajaran-
bahasa-dan.html (3 April 2013)
Suharmanto, Agus. 2008. Perencanaan dan Pembelajaran Inovatif. (Online). Tersedia:
izaskia.files.woerdpress.com/2010/03/perencanaan-pembelajaran-inovatif.pdf (3 April
2013)

19

Anda mungkin juga menyukai