Dosen Pengampu:
Johan Arifin, M.Pd
Disusun oleh:
Jacqueline Jasmine Mariska 3062156132
Febri Mar'atus Sholehah 3062156248
Puji dan syukur penulis pamjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Apresiasi
Sastra di SD. Selain sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah, makalah ini
diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pembelajaran sastra anak, baik bagi
dosen pengampu mata kuliah Teori dan Apresiasi Sastra di SD. Penulis juga ingin
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Masih
terdapat banyak kekurangan, baik dalam hal materi makalah maupun teknik
penulisannya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
Penulis
iii
STKIP PGRI Banjarmasin
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
3.1 Kesimpulan...................................................................................................29
iv
STKIP PGRI Banjarmasin
3.2 Saran.............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................32
v
STKIP PGRI Banjarmasin
BAB I
PENDAHULUAN
Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan
pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh
(adult literacy). Keduanya sama-sama berada pada wilayah sastra yang meliputi
kehidupan dengan segala perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Namun, yang
anak dalam karya tersebut. Kajian sastra anak juga berbeda dengan sastra dewasa.
Sastra anak tidak dapat lepas dari unsur pendidikan. Sastra anak tidak selalu berupa
karya fiksi seperti dongeng, cerita bergambar, cerita pendek, dan lainnya, tetapi juga
Masa seorang anak baik anak usia dini maupun anak sekolah dasar merupakan
masa yang paling penting berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan diri
mereka dalam berbagai aspek, pada masa ini juga sebuah dasar pembentuk karakter
1
STKIP PGRI Banjarmasin
dan kepribadian mulai dibangun. Karena itu, sangat penting untuk
mereka. Anak-anak adalah peniru dan penyerap ilmu pengetahuan yang andal, karena
itu kita harus berusaha menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai yang positif pada
mereka.
Pembelajaran sastra pada anak-anak penting dilakukan karena pada usia ini
anak mudah menerima karya satra, terlepas itu masuk akal atau tidak. Oleh karena itu
anak-anak mudah untuk menerima nilai-nilai kemanusiaan, adat istiadat, agama, dan
juga kebudayaan yang terkandung dalam karya sastra. Sastra juga mampu
agama dan budaya. Selain itu anak-anak akan lebih peka terhadap lingkungan karena
dalam dirinya tertanam nilai-nilai kemanusiaan. Melalui karya sastra anak-anak sejak
dini bisa melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi sehingga secara tidak
yang dianggap baik ataupun buruk melalui proses apresiasi dan berkreasi dengan
karya sastra.
untuk selalu berpikir kreatif untuk menciptakan hal-hal baru. Pada umumnya anak
mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Biasanya, dalam pembelajaran sastra pada
anak-anak, mereka akan diminta untuk membuat cerita atau puisi. Dari situlah sifat
kreatif mereka akan muncul. Karena dalam pembuatan cerita atau puisi anak akan
2
STKIP PGRI Banjarmasin
mempraktekkan imajinasinya. Dari imajinasi tersebut muncullah karya-karya baru
Tak dipungkiri bahwa saat ini berbagai media seperti televisi atau internet pun
dapat menjadi sarana bagi anak-anak untuk mencari pengetahuan. Sayangnya, anak-
anak yang terlanjur mengenal media televisi atau gadget, cenderung lebih malas
untuk membaca. Sehingga hal ini akan berimplikasi pada saat anak-anak telah besar
dan dewasa nanti, mereka juga akan sulit untuk dapat akrab dengan buku bacaan.
Karena itu, sangat dianjurkan untuk mulai mengenalkan pengetahuan melalui karya
Tujuan dalam mendidik anak melalui sastra tidak dapat tercapai begitu saja. Perlu
adanya konsep pembelajaran sastra anak yang mengasah kemampuan apresiasi anak akan
sastra. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan dalam berbagai jenis
dan bentuk kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai seorang
pengajar dan pendidik, guru dituntut agar mampu mengubah sikap siswa dari tak acuh
menjadi lebih bersimpati terhadap sastra, serta menanamkan rasa peka kepada siswa terhadap
cita rasa sastra. Oleh karenya, dalam proses pembelajaran sastra anak, harus memberikan
pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada empat tujuan, yaitu pencarian
Menilik dari pentingnya pembelajaran sastra bagi anak dan pentingnya peran tenaga
pendidik dalam merealisasikan tujuan pembelajaran sastra dengan baik, maka penulis tertarik
untuk mengangkat topik pembelajaran sastra anak dalam makalah ini. Dengan penulisan
3
STKIP PGRI Banjarmasin
makalah ini, diharapkan dapat membuka wawasan pembaca mengenai pembelajaran sastra
anak dan memacu ketertarikan pembaca untuk mendalami topik yang dibahas dalam
Untuk dapat memahami dan mempelajari sastra anak secara mendalam, perlu
kita ketahui terlebih dahulu hakikat sastra anak itu sendiri, apa manfaat, dan juga
maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai
4
STKIP PGRI Banjarmasin
1. Mengetahui hakekat sastra anak.
1. Manfaat teoritis
pembelajaran sastra anak. Manfaat informatif ini tidak hanya berguna untuk penulis,
tetapi juga untuk para pembaca, sehingga membantu mereka dalam memahami poin-
2. Manfaat praktis
anak dan menyadari pentingnya peran guru yang akan menjadi profesi mereka kelak
dalam mencapai tujuan pembelajaran sastra anak. Melalui penulisan makalah ini,
yang memadai, berbudi pekerti luhur, dan berwawasan luas seiring dengan
5
STKIP PGRI Banjarmasin
BAB II
PEMBAHASAN
Sastra menurut Lukens (2003: 9) menawarkan dua hak utama, yaitu kesenangan
dewasa ataupun anak-anak, adalah hal yang esensial dalam sastra. Apa pun
menyenangkan pembaca harus tetap ada dalam sastra tersebut. Hal inilah yang
menjadi daya tarik utama bagi pembaca, baik itu pembaca usia delapan maupun limah
puluh tahun.
Selanjutnya, kata anak dapat diartikan sebagai manusia kecil (KBBI, 2000: 41).
Kata anak yang dimaksud di sini bukanlah anak balita ataupun anak remaja, tetapi
6
STKIP PGRI Banjarmasin
mengemukakan bahwa tidak menjadi masalah siapa yang menulis atau membuat
karya sastra anak asalkan penggambarannya ditekan pada kehidupan anak yang
Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam
bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan
dipahami mereka dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan atau pelukisan
kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak
merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra
tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak
sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto,
2008: 2)
Menurut Hunt (1995: 12) mendefinisikan sastra anak sebagai buku bacaan yang
dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula
memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak. Jadi sastra anak adalah buku
bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai
dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional
Sastra anak merupakan bagian dari sastra pada umumnya yang dibaca oleh
orang dewasa. Namun dalam beberapa aspek, sastra anak memiliki ciri atau
karakteristik khusus yang membedakannya dengan sastra secara umum atau sastra
orang dewasa. Itulah sebabnya, pengertian sastra secara umum tidak serta merta dapat
diberlakukan untuk pengertian sastra anak. Dalam pengertian sederhana, Huck (1987:
7
STKIP PGRI Banjarmasin
6) mendefinisikan sastra anak sebagai karya sastra yang menempatkan sudut pandang
anak sebagai pusat penceritaan. Pengertian lain seperti dikemukakan oleh Sarumpaet
(2010: 3). Menurutnya, sastra anak adalah karya sastra yang khas (dunia) anak,
dibaca anak, serta pada dasarnya dibimbing orang dewasa. Kurniawan (2009: 5)
dalam definisinya menyatakan bahwa sastra anak adalah sastra yang dari segi isi dan
Sementara Ampera (2010: 10) berpendapat bahwa sastra anak adalah buku-buku
bacaan atau karya sastra yang sengaja ditulis sebagai bacaan anak, isinya sesuai
dengan minat dan pengalaman anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosi dan
sastra secara umum dan sastra bagaimana yang sesuai untuk anak. Mengenai hal ini
Pertama, ada pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang sengaja memang
ditujukan untuk anak-anak. Kesengajaan itu dapat ditunjukkan oleh penulis yang
secara eksplisit menyatakan hal itu dalam kata pengantarnya maupun dapat pula
ditunjukkan oleh media yang memuatnya, misal buku atau majalah anak-anak.
Kedua, ada pula yang berpandangan bahwa sastra anak berisi tentang cerita
anak. Isi cerita yang dimaksud adalah cerita yang menggambarkan pengalaman,
pemahaman, dan perasaan anak. (Huck, et al., 1987:5). Dalam cerita anak misalnya,
jarang sekali ditemukan perasaan yang nostalgic atau romantisme karena itu tidak
sesuai dengan karakteristik jiwa anak-anak. Pikiran anak-anak lebih tertuju ke masa
8
STKIP PGRI Banjarmasin
depan, karena itu cerita futuristik lebih banyak ditemukan dalam cerita anak-anak.
Cita-cita, keinginan, petualangan di dunia lain, dan cerita-cerita science fiction sangat
Ketiga, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Pandangan ini
Akan tetapi, tidak dapat disangkal bahwa orang dewasa dapat menulis sastra anak.
Beberapa nama tersebut adalah Anton Hilman, Laila S, dan juga J.K Rowling penulis
Keempat, ada juga yang pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang berisi
nilai-nilai moral atau pendidikan yang bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan
ini merupakan pandangan yang paling longgar dalam membatasi apa itu sastra
anak. Oleh karena itu Stewig (1980) misalnya, memandang bahwa sastra orang
dewasa pun dapat digunakan sebagai sastra anak apabila mengandung nilai-nilai
moral yang positif bagi anak. Contohnya adalah cerita rakyat yang pada umumnya
berisi cerita tentang orang atau binatang yang diturunkan dari mulut ke mulut dan
merupakan karya kolektif masyarakat masa lalu ini mengandung nilai-nilai moral
pengertian sastra anak. Pertama, sastra anak hakikatnya diciptakan untuk dibaca oleh
anak-anak. Walaupun demikian, bukan berarti sastra anak tidak dapat dibaca oleh
9
STKIP PGRI Banjarmasin
orang dewasa. Sastra anak dapat dibaca oleh siapa saja karena keteladanan dalam
berbagai hal, bahkan hal-hal yang tidak dapat diterima nalar orang dewasa, seperti
kisah tentang hewan yang dapat berbicara layaknya manusia, dll. Ketiga, bahasa yang
digunakan harus relevan dengan tingkat penguasaan dan kematangan bahasa anak.
Artinya, bahasa dalam karya sastra anak tidak menggunakan kata-kata yang
mengandung makna konotasi dan simbolik yang terlalu mendalam, yang sulit dicerna
oleh daya imajinasi anak-anak. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra anak pun
anak. Keempat, substansi atau kandungan karya sastra anak lebih banyak memuat
orang tua, maupun keindahan alam. Kelima, sastra anak dapat diciptakan oleh siapa
saja, anak-anak bahkan orang dewasa, yang utama adalah dasar penciptaannya
disesuaikan dengan kapasitas intelektual dan psikologi usia anak. Dalam hal ini,
sastra anak diciptakan atas dasar keterlibatan intelektual dan psikologi anak sehingga
benar-benar dekat dengan dunia atau kehidupan anak. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya sastra yang dasar penciptaannya dari
kacamata anak, sehingga mengandung seluk beluk kehidupan anak, dan sesuai
10
STKIP PGRI Banjarmasin
2.2 Manfaat Sastra Anak
pendidikan dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak
atau keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak.
Dalam pandangan Tarigan (2011: 6-8), terdapat enam manfaat sastra terhadap
anak-anak.
anak.
6. Sastra merupakan sumber utama bagi penerusan warisan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
sastra anak juga berfungsi (1) membentuk kepribadian, dan (2) menuntun kecerdasan
emosi anak. Perkembangan emosi anak akan dibentuk melalui karya sastra yang di
11
STKIP PGRI Banjarmasin
bacanya. Selain dua fungsi tersebut, sastra anak mempunyai beberapa fungsi khusus
berikut ini.
hanya untuk mencari kesenangan. Niat awal untuk mencari kesenangan dapat
dijadikan sebagai jembatan untuk melatih dan membiasakan anak bergelut dengan
dunia buku. Jika anak-anak telah terbiasa membaca bacaan anak, maka akan
merangsang kebiasaan atau hobinya untuk membaca buku-buku pelajaran dan buku
umum lainnya.
Memahami suatu bacaan bukanlah pekerjaan yang mudah. Jika anak-anak telah
terbiasa membaca, maka hakikatnya mereka telah terbiasa memahami apa yang
intelektual atau kognisi anak. Demikian pula sajian cerita atau kisah dan berbagai hal
dalam karya sastra anak akan menumbuhkan rasa simpati atau empati anak-anak
terhadap berbagai kisah tersebut. Dengan demikian, sastra anak dapat membantu
perkembangan psikologi atau kejiwaan anak untuk lebih sensitif terhadap berbagai
fenomena kehidupannya.
12
STKIP PGRI Banjarmasin
menentukan kematangan berpikir anak (Dirgayasa, 2011:79). Anak-anak yang biasa
membaca bacaan anak dapat memperoleh bahasa (kosa kata, kalimat) lebih banyak
dan lebih cepat jika dibandingkan dengan anak-anak lain. Tentu, jika anak-anak cepat
Namun, imajinasi dalam karya sastra tidaklah sepenuhnya berisi khayalan tanpa ada
kaitannya dengan realitas. Imajinasi dalam sastra tidak lain hanyalah sebuah media
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan pengarangnya. Oleh sebab itu, esensi
dan substansi imajinasi dalam karya sastra adalah realitas kehidupan manusia.
Anak-anak yang biasa membaca sastra (bacaan anak), akan terbiasa turut merasakan
peristiwa dalam karya yang dibacanya. Dengan begitu, imajinasi akan menumbuhkan
pemikiran yang kritis dan kepekaan emosional yang tinggi dalam diri anak.
bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada siswa yang akan
13
STKIP PGRI Banjarmasin
4. Mengembangkan apresiasi
Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila
disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak
harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit,
menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan
tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan
Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi sebagian manusia
yang mempunyai jati diri yang jelas. Kepribadian dan atau jati diri seorang anak
dibentuk dan terbentuk lewat lingkungan baik diusahakan secara sadar maupun tidak
sadar. Saxby mengemukakan bahwa kontribusi sastra anak tersebut membentang dari
(kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan penemuan, namun juga petualangan
dalam kenikmatan. Sementara itu, Huck dkk. mengemukakan bahwa nilai sastra anak
secara garis besar dapat dibedakan kedalan dua kelompok, yaitu personal (personal
values) dan nilai pendidikan (educational values) dengan masing masing masih
dapat dirinci menjadi sejumlah subkategori nilai. Sejumlah kontribusi sastra anak
bagi anak yang sedang dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan yang melibatkan
berbagai aspek kedirian yang secara garis besar dikelompokkan ke dalam nilai
1. Nilai personal
14
STKIP PGRI Banjarmasin
a. Perkembangan Emosional
Anak usia dini yang belum dapat berbicara, atau baru berada dalam tahap
perkembangan bahasa satu kata atau kalimat dalam dua tiga kata, sudah ikut tertawa
tawa ketika diajak bernyanyi bersama sambil bertepuk tangan. Anak tampak
menikmati lagu lagu bersajak yang ritnis dan larut dalam kegembiraan. Hal itu
dapat dipahami bahwa sastra lisan yang berwujud puisi-lagu tersebut dapat
membaca buku buku cerita itu anak akan belajar bersikap dan bertingkah laku
secara benar. Kemampuan seseorang mengelolah emosi istilah yang dipakai adalah
Emotional Quotient (EQ) yang analog Intelligence Quotient (IQ), juga Spiritual
Qoutient (SQ) dewasa ini dipandang sebagai aspek personalitas yang besar
pengaruhnya bagi kesuksesan hidup, bahkan diyakini lebih berperan dari pada IQ.
b. Perkembangan Intelektual
hubungan sebab akibat. Artinya, suatu peristiwa terjadi akibat atau mengakibatkan
terjadinya peristiwa peristiwa yang lain. Untuk dapat memahami cerita itu, anak
15
STKIP PGRI Banjarmasin
harus mengikuti logika hubungan tersebut. Pembelajaran seni yang antara lain
bertujuan untuk menanam pupuk, dan mengembangkan daya apresiasi sejak anak usia
kemampuan diri.
c. Perkembangan Imajinasi
Bagi anak usia dini yang belum dapat membaca dan hanya dapat memahami
sastra lewat orang lain, cara menyampaikannya masih amat berpengaruh sebagian
halnya orang dewasa mengapresiasi poetry reading atau deklamasi. Sastra yang
petualangan imajinasi yang luar biasa kepada anak. Imajinasi dalam pengertian ini
jangan dipahami sebagai khayalan atau daya khayal saja, tetapi lebih menunjuk pada
makna creative thinking, pemikiran yang kreatif, jadi ia bersifat produktif. Oleh
karena itu, Sejak dini potensi yang amat penting itu harus diberi saluran agar dapat
berkembang secara wajar dan maksimal antara lain lewat penyediaan bacaan sastra.
pada diri anak semakin besar sejalan dengan perkembangan usia. Bahkan, pengaruh
kelompok dan atau kehidupan bermasyarakat tersebut akan semakin besar melebihi
pengaruh lingkungan dikeluarga, misalnya dalam penerimaan konsep baik dan buruk.
Anak usia 10 sampai 12 tahun sudah mempunyai cita rasa keadilan dan peduli kepada
orang lain yang lebih tinggi. Bacaan cerita sastra yang mengeksploitasi kehidupan
16
STKIP PGRI Banjarmasin
bersosial secara baik akan mampu menjadikannya sebagia contoh bertingkah laku
Nilai-nilai sosial, moral, etika, dan religius, perlu ditanamkan kepada anak sejak
dini secara efektif lewat sikap dan perilaku hidup keseharian. Hal itu tidak saja dapat
dicontohkan oleh dewasa di sekeliling anak, melainkan juga lewat bacaan cerita
sastra yang juga menampilkan sikap dan perilaku tokoh. Pada umumnya anak akan
mengidentifikasikan diri dengan tokoh-tokoh yang baik itu, dan itu berarti tumbuhnya
2. Nilai Pendidikan
Lewat kekuatan imajinatif anak dibawa masuk ke sebuah pengalaman yang juga
imajinatif,pengalaman batin yang tidak harus dialami secara faktual, yang sekaligus
juga berfungsi meningkatkan daya imajinatif. Berhadapan dengan cerita, anak dapat
detektif dan misterius, menemukan bukti bukti, alasan bertindak, menemukan jalan
keluar kesulitan yang dihadapi tokoh, dan lain lain termasuk memprediksikan
bagian penyelesaian kisahnya. Berpikir secara logis dan kritis yang demikian dapat
dibiasakan dan atau dilatihkan lewat eksplorasi dan penemuan penemuan dalam
b. Perkembangan Bahasa
17
STKIP PGRI Banjarmasin
Sastra adalah sebuah karya seni yang bermediakan bahasa, maka aspek bahasa
memegang peran penting di dalamnya. Sastra tidak lain adalah suatu bentuk
permainan bahasa, dan bahkan dalam genre puisi unsur permainan tersebut cukup
menonjol, misalnya yang berwujud permainan rima dan irama. Prasyarat untuk dapat
membaca atau mendengarkan dan memahami sastra adalah penguasaan bahasa yang
menyimak, membaca, berbicara, maupun menulis. Bacaan sastra untuk anak yang
baik antara lain adalah yang ditingkat kesulitan berbahasanya masih dalam jangkauan
anak, tetapi bahasa yang terlalu sederhana untuk usia tertentu, baik kosakata maupun
berbahasa tersebut dengan strategi yang dikreasikan sendiri oleh guru secara
kontekstual.
Sebagai salah satu bentuk karya seni, sastra memiliki aspek keindahan.
Keindahan itu dalam genre puisi antara lain dicapai dengan pemainan bunyi, kata,
dan makna. Keindahan dalam genre fiksi antara lain dicapai lewat penyajian yang
menarik, bersuspense tinggi, dan diungkap lewat bahasa yang tepat. Artinya, aspek
bahasa itu maupun mendukung hidupnya cerita, mendukung ekspresi sikap dan
perilaku tokoh, mendukung gagasan tentang dunia yang disampaikan, dan dari aspek
bahasa itu juga dipilih kata, struktur, dan ungkapan yang tepat.
18
STKIP PGRI Banjarmasin
d. Penanaman Wawasan Multikultural
dipahami lebih penting dari pada visible culture misalnya, adat kebiasaan, norma-
norma yang berlaku, masalah yang layak dan tak layak yang dibicarakan di muka
umum, dan lain-lain. Adanya perbedaan invisble culture diantara berbagai kelompok
sosial tersebut dapat mengundang konflik jika tidak pandai-pandai menempatkan diri
Kata-kata bijak yang mengatakan bahwa buku adalah jendela buku ilmu
pengetahuan, buku adalah jendela untuk melihat dunia, menemui relevansinya yang
semakin kuat dalam abad informasi dewasa ini. Peran bacaan sastra selain ikut
membentuk kepribadian anak, juga menumbuhkan dan rasa ingin dan mau membaca,
yang akhirnya membaca tidak terbatas hanya pada bacaan sastra. Sastra dapat
memotivasi anak untuk mau membaca. Kalau sebagian kita dapat kecanduan
merokok, mengapa tidak diusahakan kecanduan membaca, dan itu sudah ditimbulkan
19
STKIP PGRI Banjarmasin
2.4 Pemanfaatan Sastra Anak sebagai Media Pembelajaran
Sastra dapat berfungsi sebagai sarana hiburan dan sekaligus media untuk
mendidik seorang anak. Sastra dapat memenuhi kebutuhan atau kepuasan pribadi
karya sastra juga berfungsi mengembangkan wawasan anak. Fungsi karya sastra
Dengan belajar sastra anak, seperti: melalui lagu dolanan, puisi lagu, nyanyian anak,
dan jenis karya sastra lainnya, secara tidak langsung seseorang juga belajar bahasa.
Susilana dan Riyana (2009:6) mengatakan bahwa media berasal dari bahasa
latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti
receiver). Media pembelajaran dapat diartikan dalam beberapa pengertian, yakni: (1)
seperti buku, film, video, slide, dan selengkapnya, (3) Sarana komunikasi dalam
Sutjipto (2011:8) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat
membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan
20
STKIP PGRI Banjarmasin
yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik
dan sempurna
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
Guru dituntut agar mampu menggunakan alatalat atau media pembelajaran yang di
sekolah. Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut
(Arsyad, 2010: 2). Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
mengajar
f) Usaha inovasi dalam media pendidikan. Keterampilan itu dibutuhkan oleh guru
21
STKIP PGRI Banjarmasin
2.4.3 Fungsi Media Pembelajaran
sebagai berikut:
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat
sumber belajar ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai,
orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan
2) Fungsi semantik
yang makna atau maksudnya benar-benar dipaham anak didik (tidak verbalistik).
3) Fungsi manipulative
memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan
4) Fungsi psikologis
22
STKIP PGRI Banjarmasin
Fungsi psikologis terbagi dijabarkan lagi ke dalam 5 fungsi, yakni: (1) Fungsi atensi,
ajar, (2) Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan
atau penolakan siswa terhadap sesuatu, (3) Fungsi kognitif, siswa yang belajar
representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang,
5) Fungsi sosio-kultural
a) Kelompok kesatu meliputi : (a) media grafis, adalah media visual yang
angka-angka, dan simbol/gambar. (b) media bahan cetak, adalah media visual
gambar diam, adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui
proses fotografi.
23
STKIP PGRI Banjarmasin
b) Kelompok kedua (media proyeksi diam) adalah media visual yang
proyeksinya tidak bergerak atau memiliki sedikit unsur gerakan. Jenis media ini
hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan
kata, musik, dan sound effect. Jenis media ini diantaranya: media radio, media
Ketiga bentuk sastra ini harus disajikan guru secara apresiasi. Oleh karena itu, guru
harus mampu mencari materi yang tepat , menyusun, menyajikan kegiatan yang
bersifat kreatif dan positif dengan materi sastra yang telah dipilih.
(GLS). Gerakan ini bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu
24
STKIP PGRI Banjarmasin
menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca
Pada Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah (2015) dijelaskan pendidikan perlu
sebagai pembelajar sepanjang hayat. Oleh sebab itu, Kementrian Pendidikan dan
Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015. Kegiatan dalam GLS tersebut
dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik
lebih baik. Materi baca berisi nilainilai budi pekerti, berupa kearifan local, nasional,
dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik (Buku Saku
Gerakan Literasi Sekolah ini diperlukan agar anak mulai terbiasa membaca baik
internasional (PIRLS 2011, PISA 2009 & 2012) yang dijelaskan dalam Buku Saku
Sekolah (2015) GLS memiliki tujuan khusus, yaitu (1) menumbuh kembangkan
budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah, (2) meningkatkan kapasitas
warga dan lingkungan sekolah agar literat, (3) menjadikan sekolah sebagai taman
25
STKIP PGRI Banjarmasin
belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola
Prinsip-prinsip GLS pada Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah (2015) yaitu (a)
holistik di semua area kurikulum, (d) kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan,
Tahap pelaksanaan GLS yaitu (1) penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15
menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran (Buku
3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak
26
STKIP PGRI Banjarmasin
1. Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan
karakteristiknya
6. Mempertimbangkan keberagaman
Materi sastra sangat penting untuk disampaikan di sekolah, karena dalam sastra
terdapat nilai-nilai kehidupan yang tidak diberikan secara perskriptif harus begini,
jangan begitu-, pembaca diberikan kebebasan mengambil manfaat dari dari sudut
pandangnya sendiri. Melalui karya sastra juga siswa ditempatkan sebagai pusat dalam
meningkatkan pengetahuan budaya. (3) mengembangkan cipta dan rasa, dan (4)
27
STKIP PGRI Banjarmasin
Berkaitan dengan pembentukan watak, pembelajaran sastra di sekolah memiliki
mampu membina perasaan yang lebih tajam. Karena sastra pengantar untuk mengenal
kemungkinan hidup manusia Dalam arti berbagai macam bentuk perasaan manusia.
28
STKIP PGRI Banjarmasin
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dipaparkan penulis, maka kesimpulan dari makalah ini
1. Hakikat sastra anak adalah sastra yang dibuat oleh anak dan berangkat dari
kacamata seorang anak, tentang kehidupan dan dunia anak, dan juga sesuai
2. Manfaat sastra anak bagi seorang anak antara lain: Sebagai hiburan/kesenangan;
3. Konstribusi yang diberikan sastra anak terbagi menjadi dua nilai, yaitu nilai
rasa sosial; Pertumbuhan rasa etis dan religious. Sedangkan konstribusi sastra
anak bagi anak berdasarkan nilai pendidikan yaitu: Eksplorasi dan Penemuan;
29
STKIP PGRI Banjarmasin
4. Sastra dapat berfungsi sebagai sarana hiburan dan sekaligus media untuk
dan efisien.
5. Materi sastra sangat penting untuk disampaikan di sekolah, karena dalam sastra
Gerakan ini bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis
3.2 Saran
perlu kiranya para guru memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai hal
ini. Sehingga pada saat mengajar pelajaran apapun, dapat disisipkan dan
memberikan manfaat.
30
STKIP PGRI Banjarmasin
3. Hendaknya para guru memilih karya sastra yang tepat sehingga relevan dengan
31
STKIP PGRI Banjarmasin
DAFTAR PUSTAKA
Edi Puryanto. (2008). Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam
Taufik Ampera. (2010). Pengajaran Sastra Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis
Huck, Charlotte S., Hepler S., & Hickman J. (1987). Childrens Literature in the
Riris K. Toha Sarumpaet. (2010). Pedoman Penelitian Sastra Anak, Jakarta: Obor.
Stewig, J.W. (1980). Children and Literature. USA: Rand McNally College
Publishing Company.
Krissandi, Apri Damai Sagita. dkk. (2018) Sastra Anak: Media Pembelajaran
32
STKIP PGRI Banjarmasin