Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Anggota:
Fidrathul Husna (21129207)
Hardina Eka Putri (21129220)
Rahmadarati (21129099)
Dosen Pengampu :
Dra. Hamimah, M.Pd
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Sejarah dan
Perkembangan Budaya dan Adat Minangkabau”. Makalah ini berisikan tentang
pengetahuan lebih terperinci tentang sejarah Budaya Alam Minangkabau terkait nama,
rumah adat, dan suku serta perkembangan Budaya dan Adat Minangkabau terkait,
sandang, pangan, dan papan. Lebih khususnya lagi mudah-mudahan makalah ini
memberi sedikit banyaknya penjelasan tentang sejarah dan perkembangan budaya dan
adat Minangkabau yang wajib kita ketahui.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah budaya alam Minangkabau terkait nama, rumah adat, dan
suku ?
2. Bagaimana perkembangan budaya dan adat Minangkabau terkait sandang,
pangan, dan papan ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Budaya Alam Minangkabau terkait nama, rumah adat, dan suku
3
dengan hormat oleh wanita cantik Pagaruyung. Tetapi, makna menang
(sebagai arti kata minang) dan kerbau (arti kata kabau) tidak semata “menang”
dalam adu kerbau tetapi lebih jauh adalah “kemenangan esensi kemanusiaan
di atas kehewanan”. Sebab, ada banyak ungkapan yang membandingkan kata
Minang dengan kabau.
4
Menurut isi Buku Kecil Sejarah Situs-situs Budaya Minangkabau di
Jorong Batur, umumnya sejarah Minangkabau hanya dapat diketahui dari
Tambo. Tambo merupakan hiyakat ataupun cerita yang menjelaskan tentang
asal-usul nenek moyang orang Minangkabau, hingga tersusunnya berbagai
peraturan yang tersusun hingga saat ini. Namun begitu, muncul sebuah
penilaian bahwa hanya sekitar 2 persen isi cerita dalam tambo yang adalah
fakta sejarah. Hal ini disebabkan karena isi tambo dipenuhi dengan
interpretasi umum, maupun pribadi.
Rumah adat Minangkabau, yang juga dikenal sebagai Rumah Gadang,
memiliki asal usul yang kaya akan cerita dan makna budaya. Desain uniknya
menambah kekayaan dan keunikan budaya Indonesia. Rumah Gadang
menjadi makin terkenal setelah perantau mempopulerkan atapnya pada rumah
makan Padang yang tersebar di berbagai kota-kota besar. Ada beberapa versi
mengenai asal usul atap berbentuk tanduk di Rumah adat Minangkabau.
Salah satunya menyebutkan bahwa atap berbentuk tanduk ini terinspirasi dari
bentuk kapal Lancang yang melintasi Sungai Kampar. Saat tiba di muara
sungai, kapal diangkat ke daratan dan diberikan atap dengan menggunakan
tiang layar yang diikat dengan tali.
Menurut artikel yang ditulis oleh Rusdi Chaprian, sejarah bermula
pada masa kerajaan Adityawarman. Adityawarman adalah seorang raja yang
pernah memerintah di Pagaruyungan, pusat Kerajaan Minangkabau. Provinsi
ini mulai lebih terbuka dengan provinsi lainnya pada abad ke-17, khususnya
Aceh. Sebelumnya, masyarakat Minangkabau didominasi oleh agama Budha,
namun akhirnya didominasi oleh agama Islam. Masyarakat Minangkabau
percaya bahwa asal-usul nenek-moyang mereka berasal dari puncak gunung
merapi di Sumatera Barat.
Bentuk atap rumah Gadang yang juga seperti tanduk kerbau ini sering
dihubungkan dengan Tambo Alam Minangkabau, cerita tentang kemenangan
orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa. Hingga kini,
bentuk-bentuk menyerupai tanduk kerbau sangat umum digunakan oleh orang
Minangkabau, baik sebagai simbol atau pada perhiasan.
Rumah Gadang, di samping sebagai tempat tinggal, juga dapat
berfungsi sebagai tempat musyawarah keluarga, tempat mengadakan upacara-
upacara, pewarisan nilai-nilai adat, dan merupakan representasi dari budaya
5
matrilineal. Rumah Gadang sangat dimuliakan dan bahkan dipandang sebagai
tempat suci oleh masyarakat Minangkabau.
Dari sumber-sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa Rumah
Gadang, atau rumah adat Minangkabau, memiliki asal usul yang kaya akan
cerita dan makna budaya. Desain atapnya yang unik terkait dengan cerita
kemenangan orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa,
serta terinspirasi dari bentuk kapal Lancang yang melintasi Sungai Kampar.
Selain itu, rumah ini juga merupakan representasi dari budaya matrilineal
masyarakat Minangkabau.
Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan seperti harapan untuk
mencapai Tuhan dan dindiang, yang secara tradisional terbuat dari potongan
anyaman bambu, melambangkan kekuatan dan utilitas dari masyarakat
Minangkabau yang terbentuk ketika tiap individu menjadi bagian masyarakat
yang lebih besar dan tidak berdiri sendiri.
Ada pula yang mengatakan bahwa atap gonjong merupakan simbol
dari tanduk kerbau, simbol dari pucuk rebung, simbol kapal, dan simbol dari
bukit. Kerbau karena kerbau dinilai sebagai hewan yang sangat erat kaitannya
dengan nama Minangkabau. Pucuk rebung karena rebung merupakan bahan
makanan adat. Kapal karena orang Minangkabau dianggap berasal dari
rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar. Bukit karena daerah
Minangkabau yang berbukit.
6
Konon nenek moyang suku Minangkabau adalah keturunan Iskandar
Zulkarnain atau Alexander The Great. Orang Minang merupakan salah stau
bagian dari rakyat Deutro Melayu atau Melayu Muda yang melakukan
migrasi dari daratan Cina Selatan menuju Pulau Sumatera.
Migrasi ini terjadi sekitar 2.000 hingga 2.500 tahun yang lalu. Mereka
masuk dari arah timur Pulau Sumatera, kemudian menyusuri aliran sungai
Kampar hingga ke dataran tinggi. Wilayah inilah yang kemudian menjadi
kampung halaman orang Minang.
Orang Minang dan Melayu pada awalnya dianggap sama. Hingga
pada abad ke-19, penyebutan orang Minang dan orang Melayu mulai
dibedakan berdasarkan tradisi matrilineal dan patrilineal. Hukum adat
Minangkabau menjalankan sistem kekerabatan matrilineal hingga saat ini kini.
Sementara adat istiadat Melayu menjalankan sistem kekerabatan patrilineal.
Etnis Minangkabau terbagi menjadi banyak klan atau suku. Budaya
Minangkabau dibentuk oleh Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih
Nan Sebatang.
Di masa awal pembentukan budaya Minang, hanya ada 4 suku awal,
yaitu Klan Koto, Klan Bodi, Suku Caniago, dan Klan Piliang. Keempat klan
ini terbagi menjadi 2 sistem kekuasaan adat yang disebut sebagain Kelarasan.
Kelarasan Koto Piliang berkembang menjadi sistem aristokrat. Sementara
Kelarasan Bodi Caniago berkembang dengan menganut sistem konfederasi.
Nama-nama klan atau suku dari etnis Minangkabau berasal dari
bahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta adalah jenis bahasa yang mendapat
pengaruh dari bahasa Hindu dan Buddha yang sangat berkembang di kala itu.
Seiring dengan perkembangan budaya dan bahasa Minang, nama-
nama tersebut kemudian berkembang pengucapannya sesuai dengan logat
orang Minang. Selanjutnya, bahasa yang berkembang tersebut mendapat
pengaruh dari agama Islam.
Beberapa suku Minang yang berkembang dari 4 klan awal, antara lain:
1. Payobada 2. Putopang
3. Sikumbang 4. Tanjuang
5. Panai 6. Guci
7. Panyalai 8. Jambak
7
9. Bendang 10. Kampai
11. Kutianyie 12. Malayu
13. Sipisang 14. Mandailiang
15. Mandaliko 16. Sumagek
17. Singkuan 18. Dalimo
19. Supanjang 20. Sumpadang
21. Domi
8
1. Perkembangan Budaya dan Adat Minangkabau terkait Sandang
9
2. Perkembangan Budaya dan Adat Minangkabau terkait Pangan
10
Kelapa merupakan salah satu unsur pembentuk cita rasa masakan Minang.
Bahan utama masakan Minang antara lain daging sapi, daging kambing, ayam,
ikan, dan belut. Orang Minangkabau hanya menyajikan makanan-makanan yang
halal, sehingga mereka menghindari alkohol dan lemak babi. Selain itu masakan
Minangkabau juga tidak menggunakan bahan-bahan kimia untuk pewarna,
pengawet, dan penyedap rasa. Teknik memasaknya yang agak rumit serta
memerlukan waktu cukup lama, menjadikannya sebagai makanan yang nikmat
dan tahan lama.
11
Selain itu, seni ukir pada papan juga menjadi bagian penting dari identitas
budaya Minangkabau. Seni ukir ini tidak hanya terlihat pada rumah adat, tetapi
juga pada berbagai perabotan rumah tangga dan alat-alat musik tradisional. Seni
ukir ini menjadi simbol keindahan dan kekayaan kultural suku Minangkabau.
Perkembangan budaya dan adat Minangkabau juga terkait dengan nilai-
nilai kekeluargaan yang tercermin dalam penggunaan papan. Rumah gadang,
sebagai pusat kegiatan adat dan tempat tinggal bersama keluarga, menunjukkan
pentingnya papan sebagai simbol persatuan dan kebersamaan dalam budaya
Minangkabau.
Dengan demikian, perkembangan budaya dan adat Minangkabau terkait
erat dengan arsitektur rumah adat, seni ukir, dan nilai-nilai kekeluargaan yang
terkandung dalam penggunaan papan sebagai bahan bangunan dan hiasan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah Budaya Alam Minangkabau terkait dengan nama, rumah adat, dan
suku. Suku Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat
yang sekarang menjadi Provinsi Sumatera Barat. Asal usul nama Minangkabau
cukup beragam, tetapi umumnya beranggapan nama itu timbul setelah
kemenangan adu kerbau dengan pendatang yang dianggap lebih kuat. Masyarakat
Minangkabau mempunyai rumah adat khas yang disebut sebagai Rumah Gadang.
Arsitektur bangunannya terlihat mencolok dan unik yang semakin menambah
kekayaan budaya Indonesia. Rumah Gadang, atau rumah adat Minangkabau,
memiliki asal usul yang kaya akan cerita dan makna budaya. Garis keturunan
orang Minangkabau bersifat matrilineal, dengan harta dan tanah diwariskan dari
ibu kepada anak perempuan. Budaya Minangkabau juga terkenal dengan adat
istiadat yang masih lestari seperti Pacu Jawi, Batagak Pangulu, Tabuik, Kerik
Gigi, dan Makan Majamba. Suku Minangkabau memiliki sejarah yang kaya dan
unik, mulai dari asal-usul mereka yang terkait dengan Ranah Minang di bawah
kekuasaan Kesultanan Aceh, hingga migrasi nenek moyang mereka dari daratan
Cina Selatan menuju Pulau Sumatera. Selain itu, sistem kekerabatan matrilineal
juga menjadi ciri khas yang memengaruhi struktur sosial dan budaya suku
Minangkabau.
Perkembangan budaya dan adat Minangkabau terkait dengan sandang
dapat dilihat dari pemertahanan dan pengembangan busana tradisional
Minangkabau. Perkembangan budaya dan adat Minangkabau terkait dengan
pangan dapat dilihat dari keanekaragaman kuliner khas Minangkabau yang
terkenal di Indonesia dan bahkan dunia. Perkembangan budaya dan adat
Minangkabau terkait dengan "papan" melalui berbagai aspek, termasuk arsitektur
rumah adat, seni ukir, dan nilai-nilai kekeluargaan.
13
B. Saran
14
DAFTAR RUJUKAN
15