Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Alam Minangkabau

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
Minangkabau

Dosen Pembimbing :

Kori Lilie Muslim, M. Hum

Disusun Oleh

Aulia Putri : 4621010

Julmi Shinta Mustafa : 4621012

Witri Ramadhani : 4621016

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SMDD BUKITTINGGI

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat karunia dan hidayah-nya,
sehingga makalah yang kami buat ini dapat di selesaikan dengan baik, yakni mengenai materi
yang telah kami dapatkan dalam mata kuliah “Sejarah Kebudayaan Islam Minangkabau“,
Berbagai macam bimbingan sehingga kami telah menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dan tidak lupa kami ucapkan kepada pihak-pihak yang sudah memberikan masukan dan
saran sehingga makalah ini cepat selesai. Tujuan utama penyusunan makalah ini adalah
membantu kita mempelajari pokok pembahasan secara efisien dan efektif. Dengan demikian,
diharapkan agar semuanya dapat memahami materi dengan baik. Meskipun banyak terdapat
kekurangan dalam penyusunannya, namun kami berharap makalah ini dapat mempermudah
proses pembelajaran dan mengingatkan kembali pengetahuan yang telah didapat selama proses
pembelajaran.

Bukittinggi, 20 Maret 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Minangkabau ........................................................................................... 2


B. Konsep Alam Minangkabau .......................................................................................... 4
C. Batas – batas Alam Minangkabau.................................................................................. 5
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam Minangkabau adalah sebutan untuk daerah tempat tinggal orang Minangkabau. Tambo
(historiografi tradisional Minangkabau) Alam Minangkabau digambarkan oleh gugusan-gugusan
berupa Bukit Barisan, Gunung Merapi, Gunung Sagu, Gunung Singgalang, Gunung Kerinci,
Gunung Pasaman, Gunung Talang, hamparan dataran rendah, lembah, dan kawasan pesisir di
sebelah barat. Alam Minangkabau memiliki makna filosofis yang lebih luas daripada sebagai
tempat asal dan kehidupan, makna filosofi ini adalah alam takambang menjadi guru (alam
berkembang menjadi guru). Makna alam takambang menjadi guru adalah lingkungan (alam
Minangkabau) yang ada di sekitar masyarakat yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
kehidupan dan tradisi budaya masyarakat Minangkabau. Segala sesuatu yang terjadi di alam
memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan masyarakat Minangkabau, oleh karena
itu alam memiliki arti dan makna yang harus dijadikan sebagai guru (teladan) untuk direnungkan
dan diterapkan dalam kehidupan.

Alam bagi masyarakat Minangkabau mengandung pengertian wawasan pemikiran dan


pemahaman wilayah/geografis. Sifat dalam pengertian wawasan dapat dipahami dari ungkapan
“baalam laweh” yang artinya luas jangkauannya. Alam di sini dapat diartikan sebagai pikiran
atau wawasan. Dalam sifat seperti inilah masyarakat Minangkabau dihidupkan kembali. Alam
dalam arti wilayah adalah wilayah tempat tinggal suku Minangkabau. Kawasan ini akan terbagi
menjadi beberapa kawasan yang menunjukkan asal hunian, kawasan pembangunan dan kawasan
pengaruh. Kawasan alam Minangkabau secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Luhak nan tigo
(Luhak Tanah Datar, Luhak Agam dan Luhak Limopuluah Koto) dan Rantau. Luhak adalah
daerah pusat atau wilayah inti dari kerajaan Minangkabau. Sedangkan Rantau merupakan
kawasan pinggiran sekaligus kawasan perbatasan yang mengelilingi kawasan pusat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah awal Minangkabau?


2. Bagaimana konsep alam Minangkabau?
3. Bagaimana batas – batas alam Minangkabau?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk menganalisis bagaimana sejarah awal Minangkabau.


2. Untuk menganalisis bagaimana konsep alam Minangkabau.
3. Untuk menganalisis bagaimana batas – batas Alam Minangkabau.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Minangkabau

Asal mula orang Minangkabau sangat bermacam macam, namun secara umum diyakini
bahwa nama tersebut muncul setelah orang Minangkabau telah memenangkan adu kerbau
melawan pendatang yang lebih kuat. Kata Minanga Tamwani merupakan nama masyarakat
setempat yang sekarang sudah menjadi Minangkabau. Menurut Tambo Alam Minangkabau,
kepercayaan ini berasal dari cerita rakyat atau tradisi lisan yang diwariskan secara turun-
temurun. Kata Minangkabau bisa berasal dari Manang Kabau (kerbau yang menang), bisa juga
berasal dari Minangkabau (sejenis senjata tajam yang dipasang di kepala kerbau). Dalam
banyaknya cerita yang beredar, asal mula nama Minangkabau dikarenakan bermula dari
kompetisi yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit yakni pada abad ke-16. Untuk mencegah
terjadinya perang yang memakan korban jiwa, masyarakat disana mengusulkan untuk adu kerbau
yaitu mengadu kerbau milik pasukan majapahit dengan kerbau milik masyarakat setempat.
Namun mereka meletakkan pisau di masing-masing sisi tanduk kerbau tersebut. Pada akhirnya,
kerbau besar milik pasukan majapahit itu kalah melawan kerbau milik masyarakat setempat.
Oleh karena itulah nama Minangkabau kemudian menjadi terkenal dan muncul dikarenakan
peristiwa kemenangan tersebut. Ada juga yang mengklaim bahwa nama tersebut bukan berasal
dari adu kerbau, melainkan sudah ada sejak lama. Yang jelas bangunan rumah adat Minangkabau
bercirikan tanduk kerbau, dan hewan ini banyak dijadikan sebagai kurban dalam upacara adat.
Namun suku ini lebih suka menyebut wilayahnya dengan sebutan Ranah Minang (Tanah
Minang) dibandingkan dengan Ranah Kabau (Tanah Kerbau). Sedangkan orang Minangkabau
menyebut dirinya Urang Awak dalam hubungan etnis. Minangkabau tidak sama dengan
Sumatera Barat. Minangkabau sangat luas dibandingkan Sumatera Barat karena secara umum
mencakup makna sosial budaya yang mencakup provinsi Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Utara
bahkan Negeri Sembilan di Malaysia. 1

Sejarah Minangkabau dimulai pada masa Kerajaan Pagaruyung. Raja Adityawarman yang
memerintah kerajaan Pagaruyung di Minangkabau, dia merupakan raja yang sangat berpengaruh
di alam Minangkabau, dan ia juga merupakan yang pertama kali mendirikan sistem kerajaan di
Sumatera Barat. Terkhususnya dari masa pemerintahan Raja Adityawarman. Pada pertengahan
abad ke-17, provinsi tersebut semakin terbuka dengan dunia luar, khususnya Aceh. Oleh karena
itu, hubungan dengan Aceh akan diperkuat dengan kegiatan ekonomi sehingga masyarakat
Minangkabau pun mengembangkan nilai-nilai budaya baru pada masyarakat Minangkabau ini.

1
Duski Samad, “Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau: Syarak Mandaki Adat Manurun”, (Jakarta:Tmf
Press, 2003), hal 1 – 2.

2
Orang Minangkabau selalu bangga dengan adatnya, dan memiliki model berwawasan ke
depan dan penganut agama Islam yang teguh, dan sistem sosialnya sangat berbeda dengan daerah
lain. Posisi Minangkabau dalam pembentukan bangsa Indonesia, jadi posisinya Minangkabau
memang pantas disebut sebagai suku paling berpengaruh di Indonesia. Kontribusi masyarakat
Minang dalam membangun semangat kebangsaan dan kepemimpinan Indonesia pada masa
kemerdekaan Indonesia cukup signifikan. M.G Swift, dalam kajiannya “Minangkabau dan
Modernisasi” mencatat bahwa “siapa pun yang mempelajari Indonesia terkesan dengan
keistimewaan suku Minangkabau.

Menurut Ibrahim Dt. Sanggoeno Dirajo Minangkabau (Minang) merupakan suku bangsa di
Indonesia yang berbahasa Melayu dan mengikuti adat Minangkabau. Kawasan kebudayaan
Minang terdiri atas Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Pesisir Barat Sumatera Aceh dan
juga Negeri Sembilan Malaysia. Prinsip adat Minangkabau secara ringkas diungkapkan dalam
pernyataan “Adat bersandi syarak, bersandi syarak Kitabullah” yang mana artinya adat itu
berlandaskan ajaran Islam. Jika Anda bukan seorang Muslim berarti seseorang bukan milik
masyarakat Minangkabau, maka dengan ini adalah arti dari pernyataan ini. Lalu mengenai
Matrilineal merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan identitas masyarakat
Minangkabau. Disini adat dan budaya mereka menempatkan perempuan sebagai pewaris
warisan serta kekerabatan. Garis keturunan ini disebut garis keturunan ibu. Sedangkan ayah
mereka disebut Sumando (saudara laki-laki) dalam masyarakat dan diperlakukan sebagai orang
asing dalam keluarga. Minangkabau juga kaya akan tradisi dan budaya, terutama mengenai
hukum adat , Kemudian undang-undang umum ini diubah menjadi undang-undang pada tahun
1837-1863.

Minangkabau sering disamakan dengan Sumatera Barat, namun identifikasi ini tidak
sepenuhnya benar dan tepat karena Minangkabau cenderung memiliki makna etnis, budaya,
geologis, dan geografis. Ada empat hal yang dapat dikaitkan dengan istilah Minangkabau, yaitu
geografi, politik, etnis, dan budaya. Minangkabau secara geografis merupakan wilayah geografis
yang berasosiasi dengan Kerajaan Minangkabau yang meliputi Provinsi Sumatera Barat,
Kepulauan Mentawai dan beberapa wilayah di sebelah barat Provinsi Riau dan Jambi yang
berbatasan dengan Sumatera Barat. Karena Minangkabau tersebar di wilayah yang luas dan tidak
memiliki batas geografis yang pasti, mereka biasanya menyebut wilayahnya Kerajaan
Minangkabau. Minangkabau secara politik terhubung dengan Kerajaan Pagaruyung. Secara etnis,
berdasarkan studi antropologi, Minangkabau berisi pecahan ras Melayu muda yang hidup sekitar
500 SM. berimigrasi ke Indonesia. Kultural (kebudayaan) Minangkabau adalah kesatuan budaya
yang didukung oleh suku Minang. 2

2
Dr. Febri Yulika, S.Ag., M.Hum, "Epistimologi Minangkabau", Isi Padang Panjang, (Padang Panjang, 2017) h.11-
12

3
B. Konsep Alam Minangkabau

Menurut Tambo, orang Minangkabau menggunakan kata “alam” untuk menyebut wilayahnya,
yaitu Alam Minangkabau. Alam adalah kata Arab yang dibawa oleh pedagang dari Teluk Arab
dan Persia. Buku Tambo Alam Minangkabau memulai riwayatnya sebagai berikut: Pada masa
sabalun babalun-balun, urang Minang pun balun samaso tanah ameh ka sabingkah jo
simananfuan, kok gunuang bana sabingkah batu, tanah darek balun lae leba.... lah timbua
gunuang marapi.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “alam” berarti:

a) Dunia misalnya: Alam Semesta, Shah Alam


b) Kerajaan: Daerah Nagar, misalnya Alam Minangkabau.

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa aksara Minangkabau yang dimaksud
oleh masyarakat Minangkabau adalah daerah Minangkabau. Untuk menentukan siapa saja yang
termasuk dalam Kerajaan Minangkabau ditunjukkan dengan batas-batas alam. Melihat
bahwasannya sejarah perkembangan geografis Minangkabau seperti yang diungkapkan dalam
Tambo dan cerita-cerita tradisional lainnya menunjukkan bahwa sangga alam Minangkabau
merupakan kawasan pusat alam Minangkabau (Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima
Puluah Kota) dengan ciri khasnya masing-masing. wilayah seberang laut. Jadi bisa juga
dikatakan alam Minangkabau adalah nama tanah leluhurnya masing-masing.

Kebudayaan adalah hasil karya cipta rasa dan karsa manusia yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari. Alam Minangkabau adalah apa yang orang Minang sebut sebagai tanah leluhur
mereka. Jadi, budaya alam Minangkabau berarti hasil karya cipta rasa karsa masyarakat
Minangkabau itu atas tanah leluhurnya yang berguna bagi kehidupannya. Hasil kreativitas
mereka dapat berupa benda atau barang tidak berwujud seperti perkakas, atau benda dan
kerajinan lainnya. Meskipun bukan objek seperti nilai, aturan, moral, hukum, norma dan adat
istiadat.

Alam Minangkabau dipandang sebagai wilayah harmonis tempat berpadunya Islam dan adat.
Keharmonisan tersebut tampak didalam konsep tiga raja Minangkabau, yakni Raja Adat, Agama
dan Dunia. Ditingkat nagari pun demikian, para ahli agama dilibatkan dalam hierarki adat. Ciri
dari khas keharmonisan itu biasanya berupa pepatah adat yang berbunyi adat basandi syarak,
syarak basandi Kitabullah. Adat menjaga kerukunan masyarakat, dan hukum agama
menyeimbangkan diri dengan tatanan kismis. Kesatuan nagari dilambangkan dengan keberadaan
satu balai dan mesjid. Pertama mewakili adat, yang kedua simbol agama. 3

3
Yuliandre Darwis, “Sejarah Perkembangan Pers Minangkabau 1859-1945”, Pt Gramedia Pustaka Utama, 2013,
hlm 6-7.

4
C. Batas – batas Alam Minangkabau

Terdapat batas alam Minangkabau yaitu sebagai berikut:

1. Nan Salilik Gunung Marapi berarti daerah sekitar Gunung Merapi yang dikenal dengan nama
Luhak Nan Tigo. Secara administratif, kawasan itu kini menjadi milik Luhak Tanah Datar,
Luhak Agami, dan Luhak Lima Puluh Kota.

2. Saedaran Gunung Pasaman berarti daerah sekitar Pasaman yang saat ini termasuk dalam
wilayah administrasi Kabupaten Pasaman. Sagu jo Singgalang Sajajaran berarti daerah dan
Nagari di sekitar Gunung Singgalang dan Gunung Sagu sekarang dikenal dengan nama Lima
Puluh. Kawasan Perkotaan dan Kota Payakumbuhi.

3. Talang jo Kerinci di Saputara adalah kawasan di sekitar Gunung Talang dan Gunung Kerinci,
yang sekarang menjadi bagian dari Wilayah Administratif Solok dan Kerinci di Provinsi Jambi.
Sirangkak nan badakkang berasal dari kampung asli Padangpanjang di Pariangan di lereng
selatan Gunung Merapi. Hinggo buayo putiah chinak berarti daerah sekitar Indropuro di wilayah
Pesisir Selatan. Ke pintu Rayo Ilia yang artinya perbatasan dengan daerah Rejang Bengkulu.
Durian ditakuak rajo berarti perbatasan wilayah Jambi sebelah barat Sipisau-Pisau Anyuik, yang
berarti daerah sekitar Indragiri Hulu hingga perbatasan Gunung Sailan. Sialang balantak basi,
yaitu. daerah sekitar Gunung Sailan dan Singing. Hinggo aia babaliak mudiak artinya Muara
turun ke daerah Sungai Kampar yang airnya bermuara ke hulu saat air pasang hingga saat ini
yaitu. Bagus

4. Sailiran Batang Bangkaweh yang artinya mengalir kembali dari hulu sungai mengalir ke
danau Singkarak yaitu di daerah Tanah Datar sampai ke cabang Obilin, lebih ke sungai Batang
Hari di daerah Provinsi Jambi. Dari sana juga Batang Kuantan yang mengalir ke Provinsi Riau.
Sampai gelombang ka nan badabua, yaitu. ke Samudera Hindia.

5. Sailiran Batang Sikilang berarti daerah di pinggiran Batang Sikilang. Hinggo lawik nan
sadidih berarti wilayah Samudera Hindia yang terhubung dengan Selat Madagaskar.

6. Katimua adalah kerajaan Aia Bangih yang berarti Air Bangih di wilayah timur seperti
Ampalu, Silaping. Kubadak. cokelat Simpantonang. Gunung Malitang atau perbatasan selatan
Tapanul. Rao jo Mamatungga meliputi wilayah sekitar Rao yang berbatasan dengan Sumatera
Timur.

7. Pasisia Banda Sapuluah, artinya daerah sekitar pelabuhan, terletak di pesisir barat pulau
Sumatera Tengah. Hingga saat ini masih ada beberapa pelabuhan seperti Painan, Teluk Bayur
dan Batang Arau yang sebelumnya disinggahi para pedagang dari berbagai arah. Taratak Aia
Hitam, terletak di sekitar Lunang di pantai selatan. Tanjuang ke Simalidu yaitu. ke daerah
Jambi.

5
Sumber gambar : Pinterest

Wilayah Minangkabau merupakan wilayah antara 300 sampai 900 meter di atas permukaan
laut dengan luas sekitar 42.000 kilometer persegi, yaitu 11% dari luas daratan Pulau Sumatera.
Ada juga yang mengatakan bahwa luas wilayah Minangkabau sekitar 18.000 kilometer persegi,
yaitu kurang dari 3% luas wilayah Indonesia. 8 Pembagian wilayah dalam satuan politik,
ekonomi dan sosial budaya seperti Darek, Pesisir dan Rantau diketahui. Darek adalah distrik
pusat Minangkabau, terdiri dari tiga luhaka. Pesisir adalah wilayah pesisir dari Pasaman,
Pariaman hingga Paina. Wilayah seberang laut sebelumnya berada di bawah pengaruh kerajaan
Minangkabau, seperti Batanghar, Kerinci di Provinsi Jambi dan Taluk Kuantan di Provinsi Riau.

6
De Jong menetapkan bahwa wilayah Minangkabau terdiri dari dua wilayah, yaitu:

1. Asli Minangkabau disebut juga Darek, yang terdiri dari tiga luhak yaitu; Luhak Agam, Luhak
Tanah Datar dan Luhak Limo Puluh Kota.

2. Daerah Rantau, yaitu pemekaran Minangkabau berupa masing-masing luhak permukiman


tersebut di atas, yaitu: a) rantau luhak Agam meliputi wilayah dari pantai barat Pariaman sampai
Air Bangis, Lubuk Sikap dan Pasamani. b) Luhak Tanah Datar meliputi Kubung batang Baleh,
pantai barat dan selatan dari Padang hingga Indrapuran, Kerinc dan Muara Labuh. (c) rantau
luhak Limo Puluh Kota.4

Sejarah Islam di Minangkabau meliputi Bangkinang, Kampar Kiri dan Kampar Kanan dan
lembah Rokan. Dalam pengertian tradisional, rantau dianggap daerah lain atau penulis asing
menyebutnya jajahan untuk orang Minangkabau di tengah (Darek). Daerah di sini mengacu pada
wilayah yang dipisahkan oleh kekuasaan atau otoritas dari suatu wilayah, tetapi masih dalam satu
wilayah budaya. Pepatah mengatakan: Darek Berpenghulu, Kecamatan Barajo. Di pusat kota
(Darek) Penghulu memerintah pemerintahan, sedangkan di daerah penguasanya adalah raja.
Pelaksanaan kewenangan kepala di Darek dilanjutkan sebagai pemerintahan mandiri di Nagari.
Setiap nagari mengatur urusannya sendiri dan kemudian dia berada dalam satu dewan di bawah
pimpinan seorang nagari. Hasil keputusan bersama Dewan Nagari yang menjadi aturan di setiap
Nagari. Pada saat yang sama, raja memiliki kekuasaan yang lebih luas di wilayahnya. Raja
adalah penguasa yang menerima hak-hak biasa dari pemerintah pusat. Karena posisi yang kuat
dari setiap Nagara dan kurangnya otoritas pusat yang mengendalikannya, para sarjana sering
mendefinisikannya sebagai republik kecil.

Wilayah pemerintahan Nagari di Minangkabau dan segala lembaga yang mendukungnya telah
ada jauh sebelum kehadiran raja di Minangkabau dan memiliki kekuasaan yang nyata dalam
sistem kehidupan masyarakat. Dalam Tambo (Silsilah Raja Minangkabau) disebutkan orang
pertama yang memerintah kerajaan Minangkabau adalah dua orang yang sangat bijaksana yaitu
Datuak Katumangguangan dan Datuk Parpatiah Nan Sabatang. Kedua orang ini adalah saudara
dari ibu yang sama tetapi ayah yang berbeda. Kedua tokoh legendaris Minangkabau ini konon
mewarisi dua sistem sosio-kultural yang berjalan dengan caranya masing-masing. Kedua sistem
budaya atau adat ini disebut Laras Laras merupakan wilayah budaya yang diatur oleh dua sistem
adat, yaitu sistem Datuak Katumangguangan yang disebut Laras Koto Piliang. Sistem Datuak
Parpatiah Nan Sabatang disebut Laras Bodi Chaniago. Perbedaan utama dari kedua
keberpihakan tersebut hanya pada penentuan posisi raja. Bagi Laras Koto Piliang, raja menguasai
seluruh kerajaan Minangkabau, sedangkan bagi Laras Bodi Chaniago, raja hanya di laut,
sedangkan Luhak diperintah oleh seorang pangeran, raja hanya sebagai simbol. Kedua
keberpihakan tersebut pada hakikatnya mengikuti sistem demokrasi, hanya keberpihakan Koto

4
M. Ali Nofiah M.Hum, “Islam Minangkabau”, Simaharaja, April 2018, hlm 27-29.

7
Piliang yang lebih sempit dan umumnya otokratis, sedangkan keberpihakan Bodi Chaniago lebih
luas dan demokratis.5

5
A. A. Navis, “Alam Terkembang jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau”, (Padang: Pt Grafika Jaya
Sumbar, 2015), hlm 55.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata Minangkabau bisa berasal dari Manang Kabau (kerbau yang menang), bisa juga berasal
dari Minangkabau (sejenis senjata tajam yang dipasang di kepala kerbau). Dalam banyaknya
cerita yang beredar, asal mula nama Minangkabau dikarenakan bermula dari kompetisi yang
dilakukan oleh kerajaan Majapahit yakni pada abad ke-16. Pada akhirnya, kerbau besar milik
pasukan majapahit itu kalah melawan kerbau milik masyarakat setempat. Oleh karena itulah
nama Minangkabau kemudian menjadi terkenal dan muncul dikarenakan peristiwa kemenangan
tersebut.

Menurut Tambo, orang Minangkabau menggunakan kata “alam” untuk menyebut wilayahnya,
yaitu Alam Minangkabau. Alam adalah kata Arab yang dibawa oleh pedagang dari Teluk Arab
dan Persia. Aksara Minangkabau yang dimaksud oleh masyarakat Minangkabau adalah daerah
Minangkabau.

Terdapat batas alam Minangkabau yaitu sebagai berikut:

1. Nan Salilik Gunung Marapi berarti daerah sekitar Gunung Merapi yang dikenal dengan nama
Luhak Nan Tigo. Secara administratif, kawasan itu kini menjadi milik Luhak Tanah Datar,
Luhak Agami, dan Luhak Lima Puluh Kota.

2. Saedaran Gunung Pasaman berarti daerah sekitar Pasaman yang saat ini termasuk dalam
wilayah administrasi Kabupaten Pasaman. Sagu jo Singgalang Sajajaran berarti daerah dan
Nagari di sekitar Gunung Singgalang dan Gunung Sagu sekarang dikenal dengan nama Lima
Puluh. Kawasan Perkotaan dan Kota Payakumbuhi.

3. Talang jo Kerinci di Saputaran adalah kawasan di sekitar Gunung Talang dan Gunung
Kerinci, yang sekarang menjadi bagian dari Wilayah Administratif Solok dan Kerinci di Provinsi
Jambi. Sirangkak nan badakkang berasal dari kampung asli Padangpanjang di Pariangan di
lereng selatan Gunung Merapi.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun pembahasannya. Oleh karena itu
penulis memohon agar pembaca mmeberikan kritik dan saran yang membangun agar lebih
baik lagi untuk pembuatan makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Samad, Duski, 2003, “Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkaba: Syarak Mandaki Adat
Manurun”, (Jakarta:Tmf Press)

Yulika, Febri, 2017, "Epistimologi Minangkabau", Isi Padang Panjang, (Padang Panjang)

Darwis, Yuliandre, 2013 “Sejarah Perkembangan Pers Minangkabau 1859-1945”, Pt Gramedia


Pustaka Utama.

Nofiah, Ali, 2014, “Islam Minangkabau”, Simaharaja.

Navis, A.A, 2015, “Alam Terkembang jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau”,
Padang: Pt Grafika Jaya Sumbar)

10

Anda mungkin juga menyukai