Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BUDAYA ALAM MINANGKABAU


KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL MINANGKABAU

Disusun Oleh :
Revlon Ramadhanti 21100008
Rahmat Afdal 21100015
Dina Rudiva Agusta 21100017
Vidya Nofriza 21100018
Nella Fitria 21100029
Kevin Romel Syahrido 21100124

Dosen Pengampu :
Meldawati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Budaya Alam Minangkabau ini tepat pada waktunya.Dan tak lupa
shalawat teriring salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan pada saat
ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Meldawati, M.Pd sebagai


Dosen Pengampu mata kuliah Budaya Alam Minangkabau yang telah
memberikan tugas kelompok ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami dalam menyusun karya ilmiah makalah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Demikianlah penulisan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat


bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami menyadari, makalah yang
ditulis ini masih banyak kekurangan dalam penulisannnya. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan dinantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 10 Oktober 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................iii

BAB 1 ..................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................2
C. TUJUAN PENULISAN...................................................2

BAB 2 ..................................................................3

PEMBAHASAN ..................................................................3

A. SUKU DI MINANGKABAU..........................................3
B. NAGARI DI MINANGKABAU.....................................5
C. KELARASAN DI MINANGKABAU............................8
D. TAGAK GALA DI MINANGKABAU...........................10

BAB III ..................................................................11

PENUTUP ..................................................................11

A. KESIMPULAN...............................................................11
B. SARAN ..................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Minangkabau adalah salah satu suku yang ada di Indonesia yang memegang
teguh filosofi alam takambang manjadi guru (alam semesta menjadi guru). Hal
tersebut dapat diartikan, lingkungan sekitar merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan dan budaya masyarakat Minangkabau. Segala sesuatu
yang terjadi pada alam mempunyai kaitan dengan hidup serta memiliki makna
yang mesti dijadikan guru untuk diterapkan dalam kehidupan. Filosofi ini juga
hadir dalam sastra Minangkabau, seperti tambo. Tambo terbagi dua bagian, yaitu
tambo sebagai sejarah dan tambo sebagai karya sastra.

Minangkabau merupakan suatu wilayah yang memiliki dan menyimpan


banyak sejarah pendidikan Islam. Sejarah pendidikan Islamdimulai pada abad ke-
17 setelah kembalinya Syekh Burhanuddin dari menuntut ilmu di Aceh dan
mendirikan pusat pendidikan yaitu surau. Surau merupakan basis dan lembaga
pendidikan Islam pertama di Minangkabau. Dari surau inilah banyak lahir ulama-
ulama yang tersebar di pejuru Minangkabau, bahkan mereka terkenal hingga
keluar wilayah Minangkabau,seperti Malaysia, Singapura bahkan Timur Tengah.

Lembaga Pendidikan Islam di Minangkabau, dalam pandangan sejarah


senantiasa berkembang mengikuti perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Pada
masa awal perkembangan Islam di Minangkabau telah berkembang sistem
pendidikan yang dikenal dengan nama Surau. Sistem ini terdiri dari 3 unsur yakni
Buya/Ulama yang berperan sebagai guru/tutor,murid dan asrama sebagai tempat
menginap para murid.

Dengan berkembangnya lembaga pendidikan surau ini, terjadi transformasi


ilmu pengetahuan dan budaya terhadap pemuda-pemuda Minang. Ilmu yang
didapatkan di surau ini tidak hanya ilmu agama saja tetapi juga ilmu yang

1
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pengetahuan adat, ilmu bela diri,
sopan santun, kemandirian dan sebagainya.

Meskipun saat ini pemerintahan daerah Sumatera Barat mencoba


menghidupkan kembali fungsi surau sebagaimana fungsi surau dahulunya, tetapi
yang terjadi masyarakat Sumatera Barat lebih memilih untuk mengembangkan
lembaga Pesantren sebagai alternatif penganti surau sebagai lembaga pendidikan
Islam, itu terbukti dengan banyaknya pertumbuhan jumlah pesantren saat ini di
seluruh Sumatera Barat. Semuanya itu tidak terlepas dari mulai timbulnya
perasaan tidak puasterhadap fungsi surau yang tidak mungkin lagi mampu
menjawab tantangan jaman yang sudah berubah. Inilah menariknya kajian tentang
perubahanPola mengajar dalam lembaga pendidikan Islam, guna melihat proses
perubahan tersebut sebagai ajang pembelajaran bagi kita semua.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja suku-suku yang ada di Minangkabau?
2. Bagaimana system nagari di Minangkabau?
3. Bagaimana kelarasaan di Minangkabau?
4. Apa itu Tagak Gala di Minangkabau?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui suku-suku yang ada di Minangkabau
2. Untuk mengetahui sistem nagari di Minangkabau
3. Untuk mengetahui kelarasan di Minangkabau
4. Untuk mengetahui apa itu Tagak Gala di Minangkabau

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Suku di Minangkabau

Secara umum sejarah Minangkabau hanya dapat diketahui melaluiTambo.


Tambo adalah suatu hikayat yang menjelaskan tentang asal usul nenek-moyang
orang Minangkabau, sampai tersusunnya ketentuan-ketentuan adat dan budaya
Minangkabau yang berlaku sekarang. Sejarah Minangkabau memang banyak
diliputi ketidakpastian, terutama waktu sebelum kedatangan Islam. (UNAND,
n.d.)

Pada awalnya di Minangkabau hanya ada empat suku saja yaituKoto, Piliang,
Bodi dan Caniago. Keempat suku mengelompok menjadi dua kelarasan yaitu
Lareh Koto Piliang yang dipimpin Datuak Katumanggungandan Lareh Bodi
Caniago yang dipimpin oleh Datuak Perpatiah NanSabatang. Selanjutnya suku-
suku asal ini terbagi hingga mencapai jumlahyang banyak sampai saat ini.(Rahmat
& Maryelliwati, 2019).

Suku yang empat ini adalah penghuni kawasan lereng GunungMarapi atau
Nagari Pariangan. Konsep ini sesuai dengan tujuan penulisan tambo yaitu untuk
menyatukan pandangan orang Minangkabau tentang asal-usulnya.

Prinsip kekerabatan Minangkabau adalah aturan matrilineal yang mengatur


hubungan kekerabatan melalui garis ibu. Dengan prinsip ini,seorang anak akan
mengambil suku garis dari ibu mereka.(U et al., 2023)

Tambo menceritakan tentang satuan wilayah (MARAJO, 2003);

Dari taratak ka dusun

Disusun kaum jo paruik

Dari dusun ka kato

Disusun paruik jo payuang

Dari kato ka nagari

3
Disusunlah payuang manjadi suku

Dari arti ini lahirlah sistematika susunan beberapa suku berikut;

1) Suku kato piliang dengan payuangnyo


 Koto
 Piliang
 Tanjuang
 Payobada
 Simabua sipisang
 Sikumbang
 Picancang
 Guci (dalimo)
2) Suku bodi caniago dengan payuangnyo
 Bodi
 Supayuang
 Caniago
 Balai mantiang
 Singkuang
 Mandaliko
 Umagek
3) Suku jambak jo pitopang dengan payuangnyo
 Jambak
 Bulu kasok
 Pitopang
 Kutianyie
 Pauah
 Domo
4) Suku malayu dengan payuangnyo
 Malayu
 Bandang

4
 Kampai
 Mandahiliang
 Panai
B. Nagari di Minangkabau

Nagari merupakan wilayah atau sekumpulan kampung yg dipimpin(dikepalai)


oleh seorang penghulu. Daerah di Minangkabau terdiri dari beberapa wilayah
kecil yang disebut nagari. Setiap nagari mempunyai hak otonomi khusus untuk
mengatur segala aspek tatanan adatnya masing-masing. Tatanan adat di tiap nagari
secara umum merujuk kepada duasistem kelarasan, yaitu: Lareh Koto Piliang
yang merupakan hasil buah piker.

Datuak Katumangguangan, dan Lareh Bodi Caniago, hasil buah pikir Datuak
Prapatie Nan Sabatang.

Dalam pengertian geografis, wilayah Minangkabau terbagi ataswilayah inti


yang disebut darek dan wilayah perkembangannya yang disebut rantau dan
pesisir.

1. Darek

Darek adalah dataran tinggi yang disekitari oleh tiga gunung;Gunung


Merapi, Gunung Sago dan Gunung Singgalang. Dikisahkan dalamTambo
bahwa nagari pertama sebagai tempat bermukim nenek-moyangMinangkabau
adalah suatu tempat yang bernama Lagundi nan baselo, yaitu sebuah tempat
yang terletak di kaki Gunung Merapi.(UNAND, n.d.)

Daerah darek ini dibagi dalam tiga luhak;(UIN Suska, n.d.)

1) Luhak Tanah Data sebagai luhak nan tuo, dengan pepatah “buminyo
nyaman, aienyo janiah ikannyo banyak”.
Nagari-nagari yang termasuk ke dalam luhak Tanah Data
adalah;Pagaruyung, Sungai tarab, Limo Kaum, Sungayang, Saruaso,
Sumanik,Padang Gantiang, Batusangka, Batipuh 10 koto, Lintau Buo,
Sumpur Kuduih, Duo puluah koto, Koto Nan Sambilan, Kubuang
Tigobaleh,Koto Tujuah, Supayang, Alahan Panjang, Ranah Sungai Pagu.

5
2) Luhak Agam sebagai luhak nan tangah, dengan pepatah “buminyo angek,
aienyo karuah, ikannyo lia”.
Nagari-nagari yang termasuk ke dalam luhak Agam adalah;
Agamtuo, Tujuah lurah salapan koto, Maninjau, Lawang, Matua, Ampek
Koto, Anam Koto, Bonjol, Kumpulan, Suliki
3) Luhak Limo Puluah Koto sebagai luhak nan bongsu, dengan
pepatah“buminyo sajuak, aienyo janiah, ikannyo jinak”.
Nagari-nagari yang termasuk ke dalam luhak Limo Puluah Koto
adalah terdiri dari luhak berikut: Buaiyan Sungai Balantik, Sarik
JambuIjuak, Koto Tangah, Batu hampa, Durian gadang, Limbukan,
Padang Karambie, Sicincin, Aur Kuniang, Tiakar, Payo basuang, Bukik
Limbuku, Batu Balang Payokumbuah, Koto Nan Gadang (dari
Simalanggang sampai Taram); ranah terdiri dari Gantiang, Koto
Laweh,Sungai Rimbang, Tiakar, Balai Mansiro, Taeh Simalanggang,
Piobang,Sungai Baringin, Gurun, Lubuk Batingkok, Tarantang, Selo
PadangLaweh (Sajak dari Simalanggang sampai tebing Tinggi, Mungkar);
lareh terdiri dari Gaduik, Tebing Tinggi, Sitanang, Muaro Lakin,
Halaban,Ampalu, Surau, Labuah Gurun ( dari taram taruih ka Pauh
Tinggi,Luhak 50, taruih ka Kuok, Bangkinang, Salo, Aie Tirih dan
Rumbio)
2. Rantau
Rantau yang merupakan wilayah kultural kedua
orangMinangkabau adalah dataran rendah. Dimulai dari daerah
pantaitimur Sumatera. Ke utara luhak Agam; Pasaman, Lubuk
Sikapingdan Rao. Ke selatan dan tenggara luhak Tanah Data; Solok
Silayo,Muaro Paneh, Alahan Panjang, Muaro Labuah, Alam
SurambiSungai Pagu, Sawah lunto Sijunjung, sampai perbatasan Riau
danJambi. Daerah ini disebut sebagai ikue rantau.
Kemudian rantau sepanjang iliran sungai sungai besar yaitu;Rokan,
Siak, Tapung, Kampar, Kuantan/Indragiri dan Batang Hari.
3. Pesisir

6
Daerah sepanjang pantai barat Sumatera. Dari utara ke
selatan;Meulaboh, Tapak Tuan, Singkil, Sibolga, Sikilang, Aie
Bangih,Tiku, Pariaman, Padang, Bandar Sapuluah, terdiri dari; Air
Haji,Balai Salasa, Sungai Tunu, Punggasan, Lakitan, Kambang, Ampiang
Parak, Surantiah, Batang kapeh, Painan (Bungo Pasang),
seterusnyaBayang nan Tujuah, Indrapura, Kerinci, Muko-Muko,Bengkulu.

Tiap-tiap nagari diperintah oleh sebuah Dewan Penghulu atau Kerapatan


Adat Nagari (KAN) yang terdiri dari wakil-wakil penghulu suku. Salah seorang
diantara mereka di angkat menjadi kepala, yang disebut dengan penghulu pucuak.
Jadi yang memegang kekuasaan tertinggi atasnagari adalah Kerapatan Adat
Nagari atau penghulu.

Pada tingkat pemerintahan ini masyarakat Minangkabau meyakini adanya


tiga unsur kepemimpinan yang dapat menjamin terciptanya suatu sistem
pengaturan sosial yang efektif dalam menangani persoalan-persoalan
kemasyarakatan. Tiga unsur tersebut disebut "tali tigo sapilin, tungku
tigosajarangan”. Tiga unsur demikian meliputi niniak mamak, alim ulama,
dancadiak pandai.

Di bawah tingkat pemerintah nagari, terdapat struktur sosial lagi,yaitu


kepemimpinan dalam suku/clan. Pada tingkat ini menurut Navis(2015: 167)
terbagi menjadi empat unsur yang dikepalai oleh penghulu disebut dengan “urang
nan ampek jinih” (orang yang empat jenis). Keempatunsur itu antara lain
panungkek (penongkat), malin, manti (mentri), dan dubalang. Panungkek
bertugas sebagai wakil dari penghulu bila penghulu berhalangan menghadiri
musyawarah di kerapatan adat nagari. Manti (mentri) bertugas sebagai pembantu
penghulu di bidang pemerintah nagari. Dubalang bertindak sebagai petugas
penjaga keamanan nagari. Sedangkan Malin ialah guru dan orang alim dalam hal
agama. Dia mengatur dan mengurus masalah keagamaan dan ibadah.

Sementara itu, untuk mengangkat atau melantik seorang penghulu perlu


diadakan upacara adat yang disebut upacara batagak pangulu. Upacara ini terdiri
atas serangkaian kegiatan yang menghadirkan dialektika antara pemangku adat
dan keluarga calon penghulu. Kemudian diakhiri dengan alek malewakan

7
penghulu sebagai pesta adat bagi kaum dan seluruh masyarakat. Acara ini
dimeriahkan oleh segala macam permainan anak nagari seperti silek (silat), tari-
tarian, talempong, rabab (rebab), dan randai sebagai satu kesatuan alek nagari
(pesta nagari).(Irfan, 2019)

C. Kelarasan di Minangkabau

Lareh berasal dari bahasa minang. Dalam bahasa Indonesia disebut juga
dengan laras yang artinya kesesuaian, sedangkan dalam adat Minangkabau berarti
payung hukum adat, mazhab adat, atau sistem pemerintahan adat yang dipakai
dalam tiap nagari. (Arifin & Asril, 2018)

Perbedaan Luhak dengan laras ialah bahwa istilah luhak mengandung makna
geografis administratif sedangan lareh mengandungmakna hukum yaitu tata cara
adat turun temurun. Perbedaan yang pokok diantara kedua lareh (laras) ini terletak
pada tata susunan nagari dan pangkat kepenghuluan.

Aspek Persamaan dan Bodi Caniago Koto Piliang


Perbedaan
Pewaris Paham Datuak Parpatiah Nan Datuak Katumangguangan
Sabatang
Memutuskan Perkara Tuah dek sakato, mulonyo Nan babarih nan bapahek, nan
rundiang dimufakati, baukua nan bacoreng, barih
dilahialah samo nyato di batin buliah diliek, cupak panuah
buliah diliekti. gantangnyo bumbuang.
(Artinya: sesuatu pekerjaan (Artinya: segala undang-undang
atau menghadapi sesuatu atau peraturan yang dibuat
persolan terlebih dahulu sebelumnya dan sudah menjadi
hendaklah keputusan Bersama harus
dimufakati,dimusyawarahkan dilaksanakan dengan arti kata
) “terbujur lalu terbulintang
patah”.)
Mengambil Keputusan Kato surang dibuleti kato titiak dari ateh, turun dari
basamo kato mufakat, lah tanggo, tabujua lalu tabalintang
dapek rundiang nan saiyo, patah, kato surang gadang

8
lahdapek kato nan sabuah, sagalo iyo, ikan gadang dalam
pipiahnan indak basuduik, lauik, ikan makanannyo, nan
buleknan indak mailia nan bapalik, nan manitiak
basandiang.takuruang nan ditampung
makanan kunci,tapauik (Maksudnya: Segala
makanan lantak,saukua mako bentukkeputusan datang dari
manjadi, sasuai mangko atas(pimpinan), masyarakat
takana, putuih gayuang dek hanya perlu menerima apa yang
balabeh, putih kato dek telahditetapkan.)
mufakat, tabasuik dari
bumi(Maksdnya: Keputusan
diambil berdasarkan
kesepakatan bersama,
bukanhanya berasal dari
pimpinan saja. Akan tetapi
masyarakat juga ikut serta
dilibatkandalam pengambilan
keputusan tersebut.)
Demokrasi Langsung Tidak Langsung
Penggatian Gelar Pusako Hiduik berkerilahan, Mati batungkek budi,maksudnya
yaitumengganti gelar gelarnya itu baru bisa digantikan
pusakakaum, selagi orangnya setelah orangnya meninggal
masihhidup dunia
.Kedudukan Semua penghulu/ niniak Tingkatan penghulu/niniak
Penghulu/niniak mamak mamak sederajat.“Duduak mamak, bajanjang naiak
sahamparan, tagak batanggo turun.(Tingkatan
sapamatang” penghulu dalam nagari ada
penghulu andiko, penghulu
suku, dan penghulu pucuk.
Penghulu pucuk inilah sebagai
pucuk nagari.)
Balai Adat dan Rumah Lantai Datar (Semua Ba anjuang kiri kanan, Balabuah

9
Gadang penghulu duduk sehamparan gajah ditangah (Maksudnya bila
duduk sama rendah, tegaks ada persidangan penghulu-
ama berdiri.) penghulu tidak sama tinggi
kedudukannya, dia duduk sesuai
dengan fungsinya dalam adat.)

D. Tagak Gala di Minangkabau

Tagak Gala adalah salah satu tradisi atau perayaan yang berasal dari
masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat, Indonesia. Tagak Gala biasanya
diadakan dalam rangkaian upacara adat atau perayaan tertentu, seperti pernikahan,
penyambutan tamu penting, atau dalam konteks budaya Minangkabau lainnya.

Tagak Gala adalah sebuah pertunjukan tari tradisional yang dilakukan oleh
sejumlah penari wanita yang mengenakan busana adat Minangkabau. Pertunjukan
ini biasanya diiringi oleh musik tradisional Minangkabau, seperti talempong,
saluang, dan gendang. Penari-penari Tagak Gala mengenakan busana adat khas
Minangkabau, termasuk baju kurung dengan hiasan emas, kain sarung, selendang,
dan berbagai perhiasan tradisional.

Tagak Gala memiliki gerakan-gerakan yang khas, termasuk gerakan tangan


dan kaki yang indah. Gerakan tari ini sering kali menggambarkan berbagai aspek
kehidupan dan keindahan alam Minangkabau.Tagak Gala tidak hanya merupakan
pertunjukan tari semata, tetapi juga memiliki makna dan simbolisme dalam
budaya Minangkabau. Pertunjukan ini dapat menggambarkan berbagai nilai dan
tradisi, seperti kesetiaan, keberanian, dan semangat gotong royong.

Tagak Gala adalah salah satu cara masyarakat Minangkabau melestarikan dan
mewariskan budaya mereka dari generasi ke generasi. Pertunjukan ini juga
menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di Sumatra Barat.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di Minangkabau ada empat suku induk yaitu Koto, Piliang, Bodi dan Caniago.
Keempat suku mengelompok menjadi dua kelarasan yaitu Lareh Koto Piliang
yang dipimpin Datuak Katumanggungan dan Lareh BodiCaniago yang dipimpin
oleh Datuak Perpatiah Nan Sabatang. Selanjutnya suku-suku asal ini terbagi
hingga mencapai jumlah yang banyak sampai saatini. Daerah di Minangkabau
terdiri dari beberapa wilayah kecil yang disebut nagari. Wilayah Minangkabau
terbagi atas wilayah inti yang disebut darek dan wilayah perkembangannya yang
disebut rantau dan pesisir. Perbedaan yang pokok diantara kedua lareh (laras) ini
terletak pada tata susunan nagaridan pangkat kepenghuluan. Sumatera Barat yang
dikenal dengan Minangkabau memiliki budaya yang berfalsafahkan "adat basandi
syara', syara' basandi kitabullah, syara'mangato adat mamakai". Filosofi ini
menunjukkan begitu besarnya perananagama dan adat dalam menentukan serta
mengatur tatanan kehidupan masyarakat di Minangkabau. Disamping fungsinya
sebagai tempat pendidikan agama, juga merupakan tempat para ninik mamak atau
tokohadat bermusyawarah, tempat berlatih kesenian seperti seni tari, randai
danlainya.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam menyusun dan pembuatan makalah ini jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan dalam penulisan dimasa yang akan datang

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, I., & Asril. (2018). Komposisi Musik Lareh nan Bunta: PersilanganLareh
Koto Piliang dan Lareh Bodi Caniago. Melayu Arts and Performance
Journal ,1(2), 186–201. Melayu Arts and PerformanceJournal
MARAJO, D. A. M. D. S. (2003).Sejarah dan Tambo
Minangkabau.https://adoc.pub/sejarah-dan-tambo-minangkabau.html
Rahmat, W., & Maryelliwati. (2019). Minangkabau (Adat, Bahasa, Sastradan
Bentuk Penerapan)
Saharman. (2018). Sejarah Pendidikan Islam Di Minangkabau.Turast: Jurnal
Penelitian dan Pengabdian,6
(1).https://doi.org/10.37108/tabuah.v21i2.68

12

Anda mungkin juga menyukai