Disusun oleh :
1. Amelia Nur Azzahra
2. Renda Pujawati
3. Repania Resa
4. Serly
5. Zeta Putri aulia
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehinggga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sistem Sosial Budaya Indonesia yang
ada di provinsi Kalimantan Barat dalam bentuk Meriam Karbit ini tepat waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sistem sosial budaya yang ada di Kalimantan Barat dalam bentuk Meriam
karbit bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucap terima kasih kepada bapak M. Awaludin S.AP,.M.Si selaku dosen mata kuliah
Sistem Sosial Budaya Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu,kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah kami buat akan memberi sedikit pengetahuan tentang Sistem Sosial Budaya
yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Sekali lagi kami mohon maaf jika ada kata yang
kurang berkenan dan informasi yang kurang lengkap karena minimnya sumber yang kami
dapatkan.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Sistem Sosial Budaya Meriam Karbit
inibermanfat dan menginspirasi pembaca.
ii
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
A.Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................6
BAB II..........................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................7
A. Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli...................................................................7
B. Kebudayaa Menurut Pendiri Negara...............................................................................8
C. Teori Sistem Sosial.............................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................11
PEMBAHASAN........................................................................................................................11
A. Budaya Meriam Karbit....................................................................................................11
B. Cara Pembuatan dan Permainan Meriam Karbit........................................................12
a. Cara Pembuatan Meriam Karbit.................................................................................12
b. Cara Permainan Meriam Karbit.................................................................................12
C. Manfaat dan Nilai Meriam Karbit.................................................................................13
D. Siapa Saja Yang Terlibat Dalam Budaya Meriam Karbit...........................................13
E. Permasalahan Dalam Melestarikan Budaya Meriam Karbit......................................14
F. Metode Pelestarian Budaya Meriam Karbit..................................................................15
G. Peran Pemerintah Dalam Melestarikan Budaya Meriam Karbit...............................16
H. Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Budaya Meriam Karbit..............................17
I. Pendapat Kelompok Dalam Melestarikan Budaya Meriam Karbit.............................17
BAB IV.......................................................................................................................................18
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................18
A. KESIMPULAN.................................................................................................................18
B. SARAN..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia
adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya
kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala
manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian
manusia dengan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam
kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari
manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang disadari atau tidak
manusia merusak kebudayaan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia, yang
berkembang dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
Dari segi bahasa, budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sedangkan dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Colere juga bisa diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture terkadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
4
Kebudayaan dibelahan dunia sangat beraneka ragam termasuk salah satunya
Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku bangsa,ras,agama,dan adat-
istiadat sehingga khusus untuk Indonesia saja sudah beraneka ragam kebudayaannya
yang tercipta oleh setiap suku bangsa untuk Indonesia
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tradisi meriam karbit ?
2. Bagaimana cara pembuatan dan cara permainan meriam karbit?
3. Apa manfaat dan nilai dari festival meriam karbit?
4. Siapa saja yang terlibat dalam budaya meriam karbit?
5. Apa saja permasalah dalam Pelestarian Budaya Meriam Karbit?
6. Bagaimana cara untuk melestarikan budaya / metode pelestarian budaya yang tepat
sehingga mampu memajukan kebudayaan yang ada di Provinsi Kalimantan Barat?
7. Apa saja peran pemerintah dalam melestarikan budaya meriam karbit?
8. Apa saja peran masyarakat dalam melestarikan budaya meriam karbit?
9. Bagaimana pendapat kelompok dalam melestarikan budaya meriam karbit?
C. Tujuan Penulisan
Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumya melalui latar belakang dan rumusan masalah
diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu;
1. Untuk mengetahui tradisi meriam karbit.
2. Untuk mengetahui cara pembuatan dan cara permainan meriam karbit.
3. Untuk mengetahui manfaat dan nilai dari festival meriam karbit.
4. Untuk mengetahui Siapa yang terlibat dalam budaya meriam karbit.
5. Untuk mengetahui permasalah dalam Pelestarian Budaya Meriam Karbit.
6. Untuk mengetahui cara untuk melestarikan budaya / metode pelestarian budaya yang
tepat sehingga mampu memajukan kebudayaan yang ada di Provinsi Kalimantan Barat.
7. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam melestarikan budaya meriam karbit.
8. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam melestarikan budaya meriam karbit.
9. Untuk mengetahui Bagaimana pendapat kelompok dalam melestarikan budaya meriam
karbit.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Roger mendefinisikan makna kebudayaan melalui dua pendekatan, adaptif dan ideasional.
Kebudayaan menurut pendekatan adaptif merupakan kontes pikiran dan perilaku.
Sedangkan, menurut pendekatan ideasional kebudayaan adalah semata-mata sebagai
konteks pikiran.
7
5.Koentjaraningrat (1923-1999)
Antropolog asal Indonesia ini mendefinisikan kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan
dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat
yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.
Teori sistem sebagai paradigma fakta sosial, berkaitan dengan nilai-nilai, institusi
sosial yang mengatur dan menyelenggarakan eksistensi kehidupan bermasyarakat. Sistem
sendiri merupakan suatu kesatuan dari elemen-elemen fungsi yang beragam, saling
berhubungan dan membentuk pola yang mapan. Hubungan antara elemen-elemen sosial
tersebut adalah timbal-balik.Kehidupan sosial masyarakat sebagai sistem sosial harus
dilihat sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang
saling berhubungan satu sama lain, saling tergantung dan berada dalam satu kesatuan.
8
Menurut Ritzer, metode yang digunakan dalam teori sistem adalah metode
kuisioner, jenis penelitian kuantitatif. Tokoh-tokoh teori sistem; Herbert Spencer, Talcott
Parsons, Nikklas Luhman, Kenneth Bailey, Walter Buckley,
Menurut Buckley, ada beberapa manfaat menggunakan teori sistem, yakni: dapat
diterapkan pada semua ilmu perilaku dan ilmu sosial, memiliki beragam level yang dapat
diterapkan pada semua skala terbesar sampai skala terkecil atau paling objektif sampai
paling subjektif, membahas beragam hubungan antar aspek sosial, tidak parsial,
keseluruhan aspek dipandang dalam konteks proses khususnya terkait dengan jaringan
informasi dan komunikasi, bersifat integratif. Buckley memperkenalkan tiga jenis sistem,
yaitu: sistem sosial budaya, sistem mekanis dan sistem organis. Sistem mekanis,
kesalingketerkaitan antar bagian didasarkan pada transfer energi. Sementara dalam sistem
organis kesalingketerkaitan antar bagian lebih didasarkan pada pertukaran informasi
ketimbang pertukaran energi. Sistem sosial budaya, kesalingketerkaitan lebih didasarkan
pada pertukaran informasi.
Teori sistem mengenal dua konsep krusial yaitu: entropi dan negentropi. Entropi
adalah kecenderungan sistem berhenti bekerja, sementara negentropi adalah
kecenderungan sistem pada struktur yang lebih besar. Sistem dalam suatu masyarakat yang
tertutup cenderung entropis, sementara sistem pada masyarakat yang terbuka cenderung
negentropis.
Dalam The Social System, Parsons menengarai dua masalah fungsional yang harus
ditangani oleh sistem sosial apa pun, mulai dari satu pasangan (seperti suami istri) hingga
suatu masyarakat dunia, yaitu: alokasi sumber-sumber daya di antara berbagai unit sosial
dan kecocokan atau integrasi berbagai institusi, termasuk metode-metode kontrol sosial
dan metode-metode yang dapat digunakan untuk menangani pertentangan dan sengketa.
9
merupakan persyaratan fungsional bahwa tindakan itu selalu diarahkan pada tujuan
bersama para anggota dalam suatu sitem sosial. Integration merupakan persyaratan yang
berhubungan dengan interelasi antara para anggota dalam suatu sistem sosial. Latent
Pattern Maintenance menunjukkan pada berhentinya interaksi, baik itu letih maupun jenuh,
serta tunduk pada sistem sosial.
Teori sistem Niklas Luhmann diawali dengan pertanyaan prinsip sosiologi, apakah
masyarakat itu? Ini adalah titik awal dari usaha Luhmann untuk mengembangkan sebuah
teori sistem. Teori sistem Luhmann mendefinisikan masyarakat sebagai “semua yang
mencakup sistem sosial termasuk semua sistem kemasyarakatan lainnya”. Sistem sosial
adalah setiap sistem yang menghasilkan komunikasi sebagai elemen dasarnya untuk
mereproduksi dirinya sendiri.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Budaya Meriam Karbit
Meriam karbit merupakan permainan rakyat yang menjadi tradisi unik dan memiliki
daya tarik tersendiri bagi masyarakat kota Pontianak Meriam karbit biasanya dibunyikan
sebagai penanda waktu datangnya hari-hari besar islam. Festival meriam karbit sendiri
biasanya di adakan setiap bulan ramadhan dan malam 1 syawal yang diselenggarakan di
tepi sungai kapuas. Dinamakan meriam karbit karena memiliki bentuk dan menghasilkan
suara sangat keras hingga memekakan telinga. Pemerintah Kota Pontianak menetapkan
permainan meriam karbit sebagai salah satu agenda pariwisata unggulan kota Pontianak.
Tradisi Meriam Karbit juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Dilihat dari aspek sejarah, permainan meriam karbit memiliki hubungan yang sangat
erat dengan sejarah berdirinya kota Pontianak. Pada abad ke-18 seorang bangsawan Arab
bernama Syarif Abdurrahman Alkadrie datang dan memiliki misi menyiarkan Islam.
Dalam perjalanannya menyusuri Sungai Kapuas, ia menemukan daratan dipinggir sungai
yang disebut masyarakat Pontianak adalah beting. Syarief Abdurrahman kemudian
menembakan meriam kearah beting untuk mengetahui apa ada penghuni disana dan
ternyata tidak ada seorang pun yang menjawab. Sampai pada akhirnya Syarief mendirikan
sebuah masjid yang dinamanakan Masjid Jami. Selanjutnya Syarief membangun
kesultanan kadriah yang menjadi cikal bakal Kota Pontianak, dan merupakan sultan
pertama di Kota Pontianak. Namun ada versi lain yang menjadi legenda. Konon
Kesultanan Kadriah di Pontianak yang berdiri pada tahun 1771-1808 membunyikan
meriam untuk mengusir hantu, khususnya kuntilanak yang ada di Kota Pontianak. Karena
pada waktu itu, raja pertama Pontianak yang bernama Syarif Abdurrahman Alkadrie ketika
membuka lahan untuk bertempat tinggal di Pontianak sempat diganggu oleh hantu-hantu.
Kemudian Sultan memerintahkan pasukannya untuk mengusir hantu itu dengan meriam.
11
B. Cara Pembuatan dan Permainan Meriam Karbit
a. Cara Pembuatan Meriam Karbit
Pada awalnya Meriam Karbit hanya terbuat dari sebatang bambu, namun seiring
perkembangan zaman berubah menggunakan pohon pinang, pohon kelapa, serta
menggunakan gelondongan kayu yang sudah tidak terpakai. Meski menggunakan kayu
yang tidak lagi digunakan, kayu meranti dan mabang merupakan kayu yang dipilih
sebagai bahan utama pembuatan. Kayu yang telah dipilih untuk digunakan sebagai
Meriam Karbit kemudian dikeruk bagian tengahnya dan diberi pelumas agar kedap air
dan suara. Setelah dikeruk dan diberi pelumas, kayu kembali disatukan menggunakan
rotan yang dililit dengan kuat sepanjang badan kayu. Untuk memperpanjang usia kayu
dan menghilangkan rayap, kayu kemudian diredam di dalam sungai Kapuas selama
beberapa malam.
Meriam ini biasanya memiliki panjang sekitar 4 hingga 7 meter dengan diameter 50
sampai 100 cm dengan berat yang bisa mencapai 500kg. Setelah selesai meriam
dinaikkan ke atas panggung kayu yang menghadap ke seberang sungai kapuas. Agar
menarik perhatian masyarakat yang melihat, meriam tersebut juga dicat warna warni dan
ada juga yang dibungkus dengan kain berbagai motif. Menghasilkan sebuah meriam,
setidaknya dibutuhkan tiga sampai empat hari hingga siap untuk dimainkan atau
dibunyikan. Agar tidak dikejar waktu, meriam-meriam itu sudah mereka kerjakan jauh
sebelum bulan puasa.
1. .Masukkan air dan karbit sesuai dengan ukuran Meriam Karbit yang akan
dimainkan
12
2. Tutuplah lubang sulut dan lubang kakap yang terdapat pada Meriam Karbit
dengan menggunakan koran basah yang telah dilumuri oleh lem tradisional yang
terbuat dari tepung kanji
3. Tunggu agar air dan karbit tersebut bereaksi
4. Siapkan obor yang digunakan untuk menyulut Meriam Karbit
5. Bukalah koran basah yang berada pada lubang sulut
6. Sulutlah Meriam Karbit tersebut dengan cara menghempaskan obor tersebut pada
lubang sulut.
Selain itu, meriam juga menjadi salah satu penyemarak hari Idul Fitri di Pontianak.
Momentum awal masuknya islam ke Kalimantan Barat oleh Sultan Abdurahman menjadi
tonggak awal persebaran islam. Kejadian ini pula lah yang mengaitkan Islam dengan
meriam Karbit. Sekarang, Meriam Karbit menjadi budaya dan kebiasaan yang tidak bisa
dilepaskan oleh masyarakat. Meriam Karbit yang awalnya hanya digunakan untuk
memperingati momentum awal mula kota dan masuknya islam menjadi budaya yang
sangat unik dan bernilai tinggi. Disamping itu juga kini menjadi tempat bagi masyarakat
untuk berkumpul dan bersilaturahmi sembari menyambut Hari Raya Idul Fitri.
13
hadir untuk melihat budaya tersebut. Ada juga tamu undangan pada festival tersebut dari
pihak Pemerintah yang biasanya hadir untuk membuka acara festival tersebut. Adapula
tokoh-tokoh masyarakat, dan para pelajar yang yang ikut serta dalam melestarikan budaya.
Sumber Daya adalah salah satu hambatan dalam upaya pengembangan pariwisata
berbasis budaya ialah permasalahan ketersediaan dana yang dialokasikan Pemerintah Kota
Pontianak untuk mendukung kegiatan festival meriam karbit , dimana sulitnya
mendapatkan bahan baku yang digunakan untuk membuat meriam, seperti balok kayu dan
rotan. Jika tersediapun harga bahan baku dan bahan bakar karbit yang mahal, sehingga
banyak masyarakat yang sulit untuk berpartisipasi festival meriam karbit.
Salah satu warga menuturkan sebetulnya masih banyak masyarakat yang ingin
berpatisipasi dalam memeriahkan festival meriam karbit yang menjadi agenda Pemkot
Pontianak ini. Namun mereka terhalang dan mengeluhkan syarat peserta yang telah
ditentukan yaitu harus memiliki lima meriam karbit. Sedangkan untuk membuat lima buah
meriam membutuhkan biaya kurang lebih Rp 10 juta.
Pemerintah Kota Pontianak yang belum/justru tidak mendukung tugas dan fungsi
bagian pemasaran pariwisata dalam mempromosikan pariwisata berbasis budaya yang ada
di Kota Pontianak antara lain kurangnya frekuensi promosi keluar daerah yang dilakukan
oleh bagian pemasaran budaya.
Kurangnya faktor keragaman budaya yang tampil sekaligus mengurangi nilai atraksi
budaya yang dimiliki. Wisatawan tentu berharap sekali mereka datang, beragam atraksi
14
pariwisata dapat dinikmati sekaligus. Hal inilah yang seringkali jarang ditemui di
destinasi pariwisata budaya yang ada di Kota Pontianak sehingga jumlah pengunjungnya
cenderung sedikit atau tidak menentu.
Warga sekitar sungai kapuas cukup merasa terganggu dengan suara meriam yang
begitu nyaring. Saking nyaringnya bunyi yg dihasilkan oleh meriam karbit membuat
dinding rumah warga bergetar. Warga setempat bahkan terpaksa mengungsikan bayi.
Adanya bantuan dana dari pihak pemerintah atau perusahaan untuk membeli bahan
baku dan bahan bakar meriam karbit. Sehingga banyak masyarakat yang bisa ikut dalam
15
berpartisipasi tanpa adanya kendala biaya. Atau adanya bantuan fasilitas yang memadai
untuk mendukung dalam melestarikan budaya meriam karbit.
Pemerintah Kota Pontianak diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik dengan
Forum Komunikasi Meriam Karbit ( FKMK ) Kota Pontianak terkait pembinaan dan
pengawasan terhadap komunitas meriam karbit, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan
kegiatan, serta meningkatkan kerjasama dan komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
publikasi.
Tak hanya permainan dan hiasan meriam karbit saja yang ditampilkan, mungkin
didalam festival tersebut bisa menggabungkan beberapa budaya-budaya yang ada di
Kalimantan Barat. Sehingga pengunjung bisa menikmati dan mengetahui beberapa budaya
sekaligus dan dapat meningkatkan jumlah pengunjung wisatawan.
Sering dilaksanakannya festival atau lomba meriam karbit pada hari-hari besar, untuk
meningkatkan informasi tentang budaya lokal serta untuk mempertahankan nilai-nilai
kebudayaan dan historis berdirinya kota Pontianak terutama pada pelajar atau peserta didik
agar ada regenerasi yang mengembangkan, memajukan, menumbuhkan minat dan rasa
cinta kepada budaya lokal serta membangun karakter bangsa.
Menunjukkan bahwa budaya adalah hal yang penting sebab berhubungan dengan jati
diri bangsa sehingga Pemerintah pusat maupun daerah ikut memperhatikan upaya
pelestarian budaya nasional dan tidak hanya memprioritaskan pada bidang politik dan
ekonomi saja tetapi juga pada bidang budaya.
Metode yang paling pas untuk menangani kebisingan yang dirasakan oleh warga
setempat yaitu dengan cara lokasi festival meriam karbit dipindahkan, yang biasanya
ditepian kapuas sebaiknya dipindahkan ke daerah yg tidak terlalu dekat dengan rumah
warga.
16
dan perbaikan jalan gertak di sepanjang kawasan tepian sungai. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan lalu lintas warga masyarakat yang tinggal di tepian sungai maupun
wisatawan yang akan menikmati Festival.
Pemerintah juga menggali lebih dalam budaya-budaya yang ada di kota Pontianak
sehingga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung.
Peran masyarakat sangat penting dalam menjaga dan melestarikan budaya. Hal ini
bisa dilakukan dengan cara ikut serta dalam mendukung aktifitas budaya dengan cara
bergotong royong, mendukung upaya pengembangan yang dilakukan Pemerintah.
Serta mengenali atau mempelajari budaya daerah lokal yang bisa menambah
pengetahuan, sehingga menimbulkan rasa cinta terhadap budaya lokal. Cara lain yang
dapat masyarakat lakukan untuk melestarikan budaya adalah memilih budaya asing yang
masuk agar tidak terpengaruh oleh budaya luar yang bisa membuat lunturnya rasa cinta
terhadap budaya lokal.
Bergabung dengan komunitas budaya, agar bisa lebih mengenal budaya, sebab dalam
sebuah komunitas, untuk mempererat tali persaudaraan dan kekompakan dalam
melestarikan budaya.serta dukungan masyarakat sekitar serta semangat gotong royong
masyarakat merupakan usaha dalam melestarikan tradisi dan budaya Meriam di Kota
Pontianak.
Mengajak teman lain untuk menonton festival atau memainkan meriam karbit. Cara
ini bisa membuat teman-teman yang sebelumnya tidak mengenal meriam karbit , menjadi
lebih mengenalnya. Dalam permainan meriam karbit ini membutuhkan sejumlah orang
untuk memainkannya. Sehingga,memainkan meriam karbit bersama teman-teman adalah
hal yang bisa dilakukan sebagai upaya pelestarian budaya.
17
18
BAB IV
B. SARAN
Meriam Karbit merupakan salah satu budaya yang ada di Kalimantan Barat dimana
budaya itu menjadi ciri khas daerah itu sendiri. Kita harus menumbuhkan rasa cinta
budaya lokal, dimana kita merasa memiliki tugas untuk melestarikan budaya kita. Adanya
sosialisasi kepada masyarakat mengenai tradisi permainan meriam karbit terutama kepada
generasi muda agar tertarik atau berminat,berpartisipasi serta peduli terhadap kebudayaan
yang telah menjadi tradisi tersebut serta adanya dorongan dari pihak pemerintah dalam
meningkatkan fasilitas yang memadai untuk melestarikan budaya lokal.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/mengintip-tradisi-meriam-karbit-pontianak
(https://m.tribunnews.com/amp/regional/2018/06/17/ini-kendala-dalam-mengikuti-festival-
meriam-karbit-di-pontianak)
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5725690/5-pengertian-kebudayaan-menurut-para-
ahli/amp
https://ensiklo.com/2015/08/11/memahami-teori-sistem-sosial/
https://www.tribunnews.com/regional/2018/06/17/ini-kendala-dalam-mengikuti-festival-
meriam-karbit-di-pontianak
https://amp.kompas.com/regional/read/2021/04/27/050000578/meriam-karbit-tradisi-
menyambut-idul-fitri-di-kota-pontianak
https://pontianakpost.jawapos.com/metropolis/27/04/2021/cara-masyarakat-melestarikan-
budaya/#
https://www.kaskus.co.id/thread/51f7c84a1dd719177c000005/tradisi-meriam-karbit-di-
pontianak/
https://ruangnegeri.com/perang-meriam-karbit-di-sungai-kapuas-jadi-pertanda-datangnya-1-
syawal/
20