Anda di halaman 1dari 15

KEBUDAYAAN ISLAM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh : Kelompok 8 (delapan)

Nama Anggota:

1. Feri Hermanto (01021282126061)


2. Indah Lestari (01021282126079)
3. Raihan Gebrian (01021182126017)
4. Risma Aulia (01021182126004)
5. Vivi Andrianti (01021182126031)
6. Zerlinda Salsabila (01021282126054)

Dosen Pengampu: DR. ZAIMMUDDIN, M. SI. MPK

EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Kebudayaan Islam”.
Selama pembuatan makalah ini kami juga mendapat banyak dukungan dan
juga bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami haturkan banyak terima kasih
kepada dosen, teman-teman, dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak, agar dapat menjadi lebih baik kedepannya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya.

Palembang, 22 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar belakang .................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

A. Konsep Kebudayaan Islam.................................................................................................3

B. Prinsip-prinsip Kebudayaan Islam .....................................................................................4

C. Sejarah Kebudayaan Islam ................................................................................................6

D.Salah satu contoh tempat yang dijadikan sebagai peradaban Islam..................................7

E. Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia...........................................................................9

F. Sikap Islam terhadap kebudayaan.....................................................................................9

BAB III PENUTUP....................................................................................................................10

A. Kesimpulan........................................................................................................................10

B. Saran .................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................11

iii
iv
BAB 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Muhammad telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi
dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa yang
lalu. ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayanya ke seluruh
dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu. Dan akan
demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah
membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang
akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa
Muhammad kepada umat manusia melalu wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu
sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.

Kalau pun kebudayaan islam ini didasarkan kepada metode-metode ilmu


pengetahuan dan kemampuan rasio, hal ini sama seperti yang menjadi pegangan
kebudayaan barat masa kita sekarang namun hubungan antara ketentuan-ketentuan
agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Kebudayaan islam berbeda sekali
dengan kebudayaan barat yang sekarang menguasai dunia. Perbedaan kebudayaan
ini, antara yang satu dengan yang lain sebenarnya prinsip sekali, yang sampai
menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain saling bertolak belakang.

Sistem ekonomi dasar kebudayaan barat. Sebagai akibatnya, di Barat timbul pula
aliran-aliran yang hendak membuat segala yang ada di muka bumi ini tunduk kepada
kehidupan dunia ekonomi. Begitu juga tidak sedikit orang yang ingin menempatkan
sejarah umat manusia dari segi agamanya, seni, filsafat, cara berfikir dan
pengetahuannya dengan ukuran ekonomi. Pikiran ini tidak terbatas hanya pada
sejarah dan penulisannya, bahkan beberapa filsafat Barat telah pula membuat pola-
pola atas dasar kemanfaatan materi ini semata-mata. Sungguh pun aliran-aliran
demikian ini dalam pemikirannya sudah begitu tinggi dengan daya ciptanya yang
besar sekali, namun
perkembangan pikiran di Barat itu telah membatasinya pada batas-batas
keuntungan materi.
Sebaliknya mengenai masalah rohani dalam pandangan kebudayaan Barat ini adalah
masalah pribadi semata, orang tidak perlu memberikan perhatian bersama untuk itu.
Oleh karenanya membiarkan masalah kepercayaan ini secara bebas di Barat
merupakan suatu hal yang diagungkan.

1
Kisah kebudayaan Barat mencari kebahagiaan umat manusia, kebudayaan yang
hendak menjadikan kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti
kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia
mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut saya tidak akan
mencapai tujuan. Bahkan tanggapan hidup yang demikian ini sudah sepatutnya bila
akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang di
alami pada abad-abad belakangan ini.

Sebaliknya paham sosialisme yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus
disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu
keharusan alam.

Rumusan Masalah
1. Apakah konsep kebudayaan Islam?
2. Jelaskan Prinsip-Prinsip kebudayaan Islam?
3. Ceritakan sejarah Kebudayaan Islam?
4. Berikanlah salah satu contoh tempat yang dijadikan sebagai peradaban Islam?
5. Bagaimana nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia?
6. Apakah sikap Islam terhadap kebudayaan?

Tujuan
1. Dapat mengetahui konsep serta prinsip-prinsip kebudayaan Islam
2. Dapat mengetahui sejarah kebudayaan Islam
3. Dapat mengetahui salah satu contoh tempat yang dijadikan peradaban Islam
4. Agar bisa mengetahui nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia, serta mengetahui sikap
Islam terhadap kebudayaan.

2
BAB 2
Pembahasan

A. Konsep Kebudayaan Islam


Konsep kebudayaan dalam Islam Menurut ahli budaya, kata budaya merupakan gabungan
dari dua kata, yaitu budi dan daya. Budi mengandung makna akal, pikiran, paham,
pendapat, ikhtiar, perasaan. Daya mengandung makna tenaga, kekuatan, kesanggupan. Jadi
kebudayaan berarti kumpulan segala usaha dan upaya manusia yang dikerjakan dengan
mempergunakan hasil pendapat untuk memperbaiki kesempurnaan hidup (Sidi Gazalba,
1998).Oleh karena itu, jika kita membicarakan kebudayaan membicarakan kehidupan
manusia dengan segala berarti aktivitasnya. Dengan melakukan berbagai kegiatan dan
aktivitasnya manusia berusaha dengan daya upaya serta dengan kemampuan yang
dimilikinya untuk mengerjakan sesuatu guna kesempurnaan hidup. Kesempurnaan hidup itu
dapat dicapai jika manusia menggunakan akal budinya dengan baik. mampu
Kebudayaan adalah alam pikiran atau mengasah budi. Usaha kebudayaan adalah pendidikan
Kebudayaan adalah pergaulan hidup diantara manusia dengan alam semesta. Boleh jadi
kebudayaan adalah usaha manusia melakukan tugas hidup sebagai khalifah filardli (wakil
Tuhan i bumi).Dilihat dari berbagai tujuan dan sudut pandang tentang definisi kebudayaan,
menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan suatu persoalan yang sangat luas, namun
esensinya adalah bahwa kebudayaan itu melekat dengan diri manusia. Artinya, manusialah
itu pencipta kebudayaan. Kebudayaan itu hadir bersama dengan kelahiran manusia sendiri.
Dari penjelasan tersebut kebudayaan itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan
sebagai suatu proses dan kebudayaan sebagai suatu produk. AL Qur'an memandang
kebudayaan itu merupakan suatu proses. dan meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi
hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi
kegiatan akal hati dan tubuh yang menyatu dalam: suatu perbuatan. Oleh karena itu, secara
umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta rasa, karsa manusia. dan
karya la tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-
nilai ketuhanan.
Kebudayaan Islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia yang
berlandaskan pada nilai-nilai Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan
berkembang. Hasil akal, budi rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban. Dalam
perkembangannya kebudayaan perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang
mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani dan
setan, sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing
manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang
beradab atau peradaban Islami. Oleh karena itu, misi kerasulan Nabi Muhammad
sebagaimana SAW dalam sabdanya: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan

3
akhlak". Artinya Nabi Muhammad SAW, mempunyai tugas pokok untuk membimbing
manusia agar mengembangkan kebudayaan sesuai dengan petunjuk Allah.
Awal tugas kerasulan sebagai Nabi adalah dengan meletakkan dasar-dasar kebudayaan
Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam keluar
dan Jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses yang
panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya setempat dengan nilai-nilai Islam itu sendiri,
kemudian menghasilkan kebudayaan kemudian berkembang menjadi suatu Islam,
peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.

B. Prinsip Kebudayaan Islam


Kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta, budhayah, bentuk jamak dari kata budhi, yang
berarti budi atau akal. Definisi tentang kebudayaan dapat disimpulkan sebagai keseluruhan
System gagasan, tindakan dan hasil cipta, karsa dan rasa manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat. Sebagai agama, Islam merupakan sumber nilai yang memberikan corak
kebudayaan. Kebudayaan Islam bukanlah kebudayaan yang diciptakan oleh orang Islam,
tetapi kebudayaan yang berasal dari kebudayaan yang bersifat Islami. Artinya, suatu
kebudayaan yang muncul diluar masyarakat Islam, tetapi mengandung pesan dan nilai-nilai
Islam maka ia dapat dikatakan sebagai kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam merupakan
salah satu perwujudan dari fungsi manusia di dunia ini. Karakteristik kebudayaan Islam
adalah:
1.Menghormati akal Manusia dengan akalnya bisa membangun kebudayaan baru. Oleh
karena itu, kebudayaan islam menempatkan akar pada posisi yang terhormat
2.Memotivasi untuk menuntut dan meningkatkan ilmu Karena dengan semakin
meningkatnya ilmu seseorang, maka dengan sendirinya kebudayaan islam kan semakin
maju. Prinsip ini diambil dari (QS.Al-Mujadalah:11)
‫وا‬۟ ‫وامِن ُك ْم َوٱلَّذِي َنُأو ُت‬ ۟ ‫وا َي ْر َفعِٱللَّ ُهٱلَّذِينَ َءا َم ُن‬
۟ ‫ش ُز‬
ُ ‫وا َفٱن‬ ُ ‫سحِٱللَّ ُهلَ ُك ۖ ْم َوِإ َذاقِيٱَلن‬
۟ ‫ش ُز‬ ۟ ‫س ُح‬
َ ‫وا َي ْف‬ َ ‫وافِىٱ ْل َم ٰ َجلِسِ َفٱ ْف‬ َّ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َهاٱلَّذِينَ َءا َم ُن ٓو ۟اِإ َذاقِيلَلَ ُك ْم َت َف‬
۟ ‫س ُح‬
‫ٱ ْل ِع ْل َمدَ َر ٰ َج ۚتٍ َوٱللَّ ُه ِب َما َت ْع َملُو َن َخ ِبي ٌر‬
Arab-Latin:Yāayyuhallażīnaāmanūiżāqīla lakum tafassaḥụfil-majālisifafsaḥụyafsaḥillāhu
lakum,
waiżāqīlansyuzụfansyuzụyarfa’illāhullażīnaāmanụmingkumwallażīnaụtul-‘ilmadarajāt,
wallāhubimāta’malụnakhabīr
Terjemah Arti: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

4
3.Menghindari taqlid buta Kebudayaan islam hendaknya mengantarkan umat manusia
untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti, tidak asal mengikuti orang lain tanpa tahu
alasannya. Prinsip ini diambil dari (QS.Al-Isra:36)
‫ص َر َوٱ ْل ُفَؤ ا َد ُكُأُّل ۟و ٰ َٓلِئ َك َكا َن َع ْن ُه َم ْسـُٔواًل‬ َّ ‫س َل َك ِبهِۦ ِع ْل ۚ ٌمِإ َّنٱل‬
َ ‫س ْم َع َوٱ ْل َب‬ َ ‫َواَل َت ْق ُف َما َل ْي‬
Arab-Latin: Wa lātaqfumālaisalakabihī ‘ilm, innas-sam’awal-baṣarawal-
fu`ādakulluulā`ikakāna ‘an-hu mas`ụlā
Terjemah Arti: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya.
4.Tidak membuat kerusakan Kebudayaan islam, boleh dikembangkan seluas-luasnya oleh
manusia, namun tetap harus memperhatikan keseimbangan alam agar Tidak terjadi
kerusakan di muka bumi ini prinsip ini diambil dari (Qs Al-Qashash:77)
ۖ
‫ضِإ َّنٱللَّ َهاَل ُي ِح ُّبٱ ْل‬ َ ‫س َنٱللَّ ُهِإلَ ْي ۖ َك َواَل َت ْبغِٱ ْل َف‬
ِ ۖ ‫سادَ فِىٱَأْل ْر‬ َ ‫نس َنصِ ي َب َك ِم َنٱل ُّد ْن َي ۖا َوَأ ْحسِ ن َك َمٓاَأ ْح‬
َ ‫ارٱلْ َءاخ َِر َة َواَل َت‬
َ َّ‫ٓاءا َت ٰى َكٱللَّ ُهٱلد‬
َ ‫َوٱ ْب َت ِغفِي َم‬
َ‫ُمفسِ دِين‬ْ

Arab-Latin: Wabtagifīmāātākallāhud-dāral-ākhiratawalātansanaṣībakaminad-dun-
yāwaaḥsingkamāaḥsanallāhuilaikawalātabgil-fasādafil-arḍ, innallāhalāyuḥibbul-
mufsidīn
Terjemah Arti: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
5.Menerima dan memeriksa kebenaran dari mana dan siapapun datangnya. Sebagaimana
dalam QS Al-Zumar 17-18Ssidi Gazallah menyatakan bahwa kebudayaan Islam dalam cara
berfikir dan cara bertaqwa yang menyatakan diri dalam seluruh bagi kehidupan sekumpulan
manusia yang membentuk masyarakat atau sebagai cara hidup taqwa.Prinsip kebudayaan
Islam mengatur konsep Ketuhanan dan bersosialisasi dengan masyarakat. Maka dari itu
setiap agama memiliki prinsip kebudayaan yang berbeda. Konsep kebudaayaan islam dapat
dirangkum sebagai berikut
1.Tauhid adalah pengakuan secara mutlak bahwa Allah adalah satu pencipta tunggal alam
semesta ini.
2.Kesatuan adalah tak ada kebudayaan tanpa bersatu, berjalan dan selaras satu dengan
yang lain, maka unsur-unsur ini bukan membentuk kebudayaan melainkan himpunan
campur aduk.
3.Rasionalisme membentuk kebudayaan Islam dengan tiga aturan, yaitu :
a. Menolak semua yang tidak berkaitan dengan realitas.

5
b. Menafikkan hal-hal yang sangat bertentangan.
c.Terbuka terhadap bukti baru atau berlawanan.
4.Toleransi adalah penerimaan terhadap yang tampak sampai kepalsuan terungkap.
5. Etika adalah membudayakan bahwa Allah adalah Kholiq sedangkan alam adalah makhluk.
6.Bermasyarakat atau sosial, membudayakan manusia hidup bersama atau berjamaah,
manusia tidak dapat hidup sendiri dan menyendiri, jauh dari masyarakat.
7.Estetika adalah menyingkirkan Allah dari bidang alam, segala yang diciptakan , tunduk
terhadap hukum ruang dan waktu.

C. Sejarah Peradaban Islam dari Periode Klasik hingga


Modern
Beberapa ahli memiliki teorinya sendiri tentang pembagian tahun dalam periode sejarah
peradaban Islam. Namun pada dasarnya, sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga
periode. Yaitu, periode klasik, periode pertengahan (jatuhnya Baghdad sampai ke
penghujung abad ke-17 M), dan periode modern. Dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau,
Syamruddin Nasution dalam buku "Sejarah Peradaban Islam" yang diterbitkan tahun 2013
menjelaskan tiga periode ini dengan cukup rinci.

Periode Klasik
"Ini merupakan masa kemajuan, keemasan dan kejayaan Islam dan dibagi ke dalam dua
fase. Pertama, adalah fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650 – 1000 M). Kedua,
fase disintegrasi (1000 – 1250 M)," menurut Syamruddin. Pada masa inilah daerah Islam
meluas dari Afrika utara sampai ke Spanyol di belahan Barat dan melalui Persia hingga ke
India di belahan Timur. Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan Islam.Sejumlah ulama
besar bermunculan di fase ini. Seperti Imam Malik, Imam Abu anifah, Imam Syafi’i dan Imam
IbnHambal dalam bidang Fiqh. Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasilibn ‘Ata’, Abu
Huzail, Al-Nazzam dan Al-Jubba’i dalam bidang Teologi. Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-
Bustami dan alHallaj dalam bidang Tasawuf. Al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan IbnMiskawaih
dalam bidang Falsafat. IbnHayyam, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi dalam bidang Ilmu
Pengetahuan, dan lain-lainnya.Ilmu pengetahuan baik dalam bidang agama, umum dan
kebudayaan juga ikut berkembang. Namun pada fase disintegrasi, keutuhan umat Islam
dalam bidang politik mulai pecah.
"Kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas dan dihancurkan oleh
Hulagu Khan di tahun 1258 M. Khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam
hilang," ungkap Syamruddin.

Periode Pertengahan
Syamruddin juga membagi periode pertengahan sejarah peradaban Islam dengan dua fase
yaitu fase kemunduran dan fase tiga kerajaan besar.
6
Pertama, fase kemunduran (1250 – 1500 M). Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi
bertambah meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia
bertambah nyata kelihatan. Dunia Islam terbagi dua.
Bagian Arab yang berpusat di Mesir terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan
Afrika utara. Bagian Persia yang berpusat di Iran terdiri dari Balkan, Asia kecil, Persia dan
Asia tengah. Kebudayaan Persia mendesak kebudayaan Arab.
Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700 – 1800 M).
Tiga kerajaan besar
tersebut adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di
India.
Sama seperti fase sebelumnya, perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali di masa ini.
Ujungnya adalah umat Islam semakin mundur dan statis saat tiga kerajaan mendapat
banyak tekanan.
"Masa kemunduran, Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan bangsa Afghan.
Kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-raja India. Kerajaan Usmani terpukul
di Eropa," tulis Syamruddin.

Periode Modern
Syamruddin menyebutkan, "Periode modern (1800 - sekarang) merupakan zaman
kebangkitan umat Islam."Umat Islam mulai sadar bahwa di Barat telah timbul peradaban
baru yang lebih tinggi dan menjadi ancaman. Itu dimulai sejak jatuhnya Mesir ke tangan
Barat.
Pada periode modern umat Islam heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat. Raja-raja
dan para pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan
umat Islam kembali.
"Karena umat Islam heran melihat alat-alat ilmiah seperti teleskop, mikroskop, alat-alat
untuk percobaan kimiawi, dan dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab dan Yunani
yang dibawa serta oleh Napoleon. Jadi, di periode modern ini, timbullah pemikiran-
pemikiran, ide-ide mengapa umat Islam lemah, mundur, dan bagaimana mengatasinya, dan
perlu adanya pembaharuan dalam Islam," ungkap Syamruddin.

D. Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam


Dalam sejarahnya, umat Islam tidak dapat dipisahkan dari Masjid. Masjid tidak terbatas
sebagai tempat ibadah atau ritual keagamaan, akan tetapi menjadi pusat peradaban dan
pemberdayaan umat Islam.“Masjid berfungsi tidak saja sebagai institusi spiritual tetapi jauh
lebih daripada itu. Masjid juga merupakan institusi pendidikan, sosial, pemerintahan, dan
bahkan administrasi. Dengan peran yang sentral tersebut, peradaban umat Islam dibangun
dari masjid dan pada akhirnya kemajuan peradaban berkembang mewarnai kehidupan
masyarakat,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin ketika membuka Seminar
Internasional dengan tema “Membangun Peradaban Islam Berbasis Masjid” melalui

7
konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jl. Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Kamis
(11/2/2021).Dalam acara yang juga bertepatan dengan Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-65
Universitas Ibnu Chaldun Jakarta tersebut, Wapres mengungkapkan bahwa konsep tersebut
dikutip dari sebuah artikel yang berjudul “The Masjid, YesterdayandToday”, karya
ZakaryyaMohamed Abdel-Hady. Artikel tersebut menjelaskan bahwa dalam sejarah panjang
masjid senantiasa berada di jantung komunitas, berperan dalam aktivitas keseharian dan
aktivitas untuk membangun pemikiran dan budaya masyarakat.Di sisi lain, Wapres juga
menjelaskan kedudukan, fungsi dan peran masjid dari zaman Rasulullah Muhammad
Sallallahu ‘Alaihi WasSalaam (SAW) sampai peradaban modern. Dalam masa keemasan
Islam, masjid memiliki peran sentral dalam konteks perniagaan.“Masjid menjadi saksi
persinggungan berbagai kebudayaan, saksi pergantian pemerintahan dan menjadi saksi
perubahan zaman,” ucap Wapres. Lebih jauh Wapres mengungkapkan keberhasilan
Rasulullah SAW dalam menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan spritual, pemikiran,
aktivitas kemasyarakatan yang selanjutnya membentuk budaya dan peradaban yaitu melalui
masjid Nabawi.
“Rasulullah SAW berhasil mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang
terbaik (Khaira Ummah). Beliau juga berhasil mengubah kampung kecil bernama Yatsrib
yang tidak dikenal dan tidak masuk dalam peta menjadi Madinatul Munawaroh yaitu pusat
peradaban yang gemanya sampai ke seluruh dunia, termasuk sampai ke negara kita,” jelas
Wapres. Selain itu, Wapres yang merupakan Kiai dan lulusan pondok pesantren
mengungkapkan bahwa pondok pesantren di Indonesia dibangun bermula dari keberadaan
sebuah masjid yang digunakan oleh para kiai mengajar. Kemudian, karena bertambahnya
masyarakat yang ingin belajar dan datang dari tempat yang jauh, maka secara bertahap
dibangunlah pondok-pondok tempat mereka menginap. Pada akhirnya, berdirilah sebuah
pesantren tempat mencetak para ulama dan menjadi pusat pengembangan Islam. “Di
Indonesia banyak pondok pesantren yang bermula dari berdirinya sebuah masjid sebagai
tempat para kiai mengajar,” terang Wapres.
Menutup sambutannya, selain mengucapkan selamat, Wapres berpesan agar dalam
menjalankan misinya sebagai lembaga pendidikan, Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
senantiasa menanamkan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan pembelajarannya,
sehingga kampus ini dapat menghasilkan lulusan yang berintegritas serta menempatkan
kepentingan masyarakat sebagai yang utama tanpa memandang suku, agama maupun
golongan. “Saya mengharapkan agar universitas ini dapat terus tumbuh menjadi perguruan
tinggi yang besar, berkualitas, mandiri, dan memiliki integritas,” harap Wapres. “Saya
ucapkan terima kasih dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim saya membuka
Seminar Internasional yang bertema “Membangun Peradaban Islam Berbasis Masjid”,
sambungnya. Sebelumnya, Ketua Umum Yayasan Pembina Pendidikan Ibnu Chaldun (YPPIC)
Edy Haryanto mengapresiasi penyelenggaraan seminar yang bertujuan untuk mengingatkan
pemanfaatan masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga dapat dimanfaatkan
sebagai pusat peribadatan dan sekaligus pusat peradaban. Menurutnya berbagai kegiatan
dapat dilaksanakan di masjid seperti perekonomian, sosial, bahkan juga politik.

8
“Kita juga bisa melaksanakan kegiatan politik akan tetapi tentu kita juga harus membatasi
hal-hal yang dilarang untuk dilakukan misalnya kegiatan politik yang berujung pada
perselisihan atau perbedaan pendapat tetapi selama kegiatan yang berlangsung untuk
kemaslahatan umat tentu semua juga akan bisa melaksanakan semua dengan baik dan Allah
tentu akan Meridho apa yang kita niatkan,” imbuhnya. Sementara Wakil Presiden Republik
Indonesia ke-10 dan ke-12 selaku Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia
(DMI) Jusuf Kalla menyampaikan bahwa masjid selain sebagai tempat peribadatan, juga
dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk bersosialisasi untuk kehidupan yang baik.
Menurutnya, masjid harus mendinamiskan, memajukan, dan mendorong masyarakat dalam
hal-hal kebaikan. “Dalam seminar ini mengangkat hal yang positif untuk kita semua, apalagi
memajukan peradaban kemajuan dengan suatu memakmurkan masjid sekaligus tetapi
masjid juga memakmurkan jamaah,” ungkapnya.
Hadir pula dalam acara tersebut, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Pimpinan
Yayasan Nusantara di Amerika Serikat Dr. Syamsi Ali, Cendekiawan Arab Saudi Dr. Mas’oud
Fahad al Mubarok, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen Dewan Perwakilan Rakyat
(BKSP DPR) RI Fadli Zon, Rektor Universitas Ibnu Chaldun Musni Umar, Wakil Rektor
Baharuddin, para guru besar serta seluruh jajaran civitasakademika Universitas Ibnu
Chaldun

E. Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia


Salah satu nilai Islam dalam budaya Indonesia adalah upacara tradisional. Upacara
tradisional merupakan salah satu wujud ekspresi manusia dalam rangka mengungkapkan
kehendak atau pikirannya melalui upacara.
Dalam upacara terdapat nilai-nilai agama Islam dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat.
Melalui upacara juga akan dapat diketahui pandangan hidup masyarakat dan hubungan
mereka dengan agama Islam dan lingkungan sekitarnya.
Contoh lain dari nilai-nilai Islam dalam budaya di Indonesia adalah kesenian wayang kulit.
Wayang kulit menunjukkan contoh nyata dari adanya akulturasi nilai-nilai Islam dengan
budaya Hindu dan Buddha khususnya di masyarakat Jawa. Cerita pewayangan yang awalnya
dari tradisi Hindu, saat ini sangat kental dengan nilai-nilai keislaman.

F. Sikap Islam Terhadap Kebudayaan


Islam sebagaimana telah diterangkan yaitu untuk mengatur dan membimbing masyarakat
menuju kehidupan yang lebih baik dan seimbang Menurut penjelasan UUD Pasal 32,
kebudayaan Islam dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam.
2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan islam, kemudian
direkonstruksi sehingga menjadi islam
3. Kebudayaan yang bertentangan dengan islam

9
Bab 3
Penutup

KESIMPULAN
Kebudayaan yang berasal dari mana pun dapat dikatakan kebudayaan Islam jika memenuhi
prinsip-prinsipnya. Walaupun kebudayaan dari negara Arab, jika tidak memenuhi prinsip
maka tidak dapat dikatakan sebagai kebudayaan Islam. Kemudian masjid selain menjadi
tempat beribadah memiliki peran penting sebagai pusat peradaban dan tempat
memperoleh Ilmu pengetahuan. Sehingga kebudayaan mencari ilmu dan menyebarkannya
dapat terlaksana dengan baik

SARAN
Ikutlah semua perkembangan kebudayaan yang ada di dunia ini sesuai dengan zaman dan
keadaannya, tetapi jangan pernah lupa akan adanya kebudayaan yang selalu memberikan
pengetahuan serta pembelajaran untuk kita di masa sekarang dan masa depan. Khususnya
kebudayaan Islam di mana adalah suatu kebudayaan yang sangat penting bagi masyarakat
yang beragama Islam.

10
Daftar Pustaka

Garjito, Dany. Aditya, Rifan. 2021. Sejarah Peradaban Islam dari Periode Klasik hingga Modern.
http://nizaryudharta.blogspot.com/2015/03/konsep-kebudayaan-dalam-islam.html?m=1

Manan, Abjul dan A.SyifaulQulub. 2010. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.
Sidoarjo.Laros. http://nandaqq.blogspot.com/2012/01/kebudayaan-islam.html

Wapresri, Humas. 2021. Masjid menjadi Pusat Peradaban dan Pemberdayaan Umat Islam.
https://www.wapresri.go.id/masjid-menjadi-pusat-peradaban-dan-pemberdayaan-umat-islam/
#:~:text=Masjid%20tidak%20terbatas%20sebagai%20tempat,%2C%20pemerintahan%2C%20dan
%20bahkan%20administrasi

Garjito, Dany. 2020. Sejarah Peradaban Islam dari Periode Klasik hingga Modern.
https://www.suara.com/news/2020/04/30/155720/sejarah-peradaban-islam-dari-periode-klasik-
hingga-modern?page=all

11

Anda mungkin juga menyukai